Anda di halaman 1dari 14

BAB V

ALJABAR

Tujuan Pembelajaran Umum:


1. Mahasiswa mampu memahami konsep matriks, determinan, dan sistem
persamaan linier.
2. Mahasiswa mampu menggunakan konsep matriks, determinan, dan sistem
persamaan linier untuk menyelesaikan masalah teknik mesin.

Tujuan Pembelajaran Khusus:

1. Mahasiswa dapat menuliskan matriks-matriks khusus dan melakukan operasi


matriks.
2. Mahasiswa dapat menghitung determinan dan menentukan invers matriks.
3. Mahasiswa dapat menentukan solusi sistem persamaan linier.
4. Mahasiswa dapat menentukan nilai dan vektor eigen sebuah matriks.

2.1 Matriks
Definisi: Matriks adalah sekumpulan bilangan yang disusun menurut baris dan kolom
sehingga membentuk jajaran (array) yang dituliskan di antara dua kurung.

Bilangan-bilangan pada matriks disebut elemen matriks. Masing-masing elemen


matriks memiliki alamat dengan menggunakan dua indeks, indeks pertama menyatakan
posisi baris dan indeks kedua menyatakan posisi kolom. Misalnya elemen 𝑎 berarti
elemen matriks yang posisinya pada baris kedua dan kolom ketiga.

Notasi: Penulisan matriks disimbolkan dengan huruf-huruf kapital dan dapat dinyatakan
dengan sebuah elemen umum, misalnya 𝑎 yang dituliskan dalam sebuah kurung, yaitu
𝑎 , dengan 𝑎 menunjukan elemen baris ke i , kolom ke j.

Matriks A yang memiliki m baris dan n kolom disebut matriks m x n atau disebut matriks
berorde 𝑚 × 𝑛, ditulis sebagai 𝐴 × . Misalnya
𝑎 𝑎 ⋯ 𝑎
𝑎 𝑎 ⋮
𝐴 × = ⋮ ⋱ = 𝑎 ,
𝑎 𝑎 ⋯ 𝑎

dengan 𝑖 = 1, 2, … , 𝑚 dan 𝑗 = 1, 2, … , 𝑛.

−1 4
Contoh 1: 0 9 adalah matriks berorde 3 × 2.
10 2

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 1


Operasi Matriks

Terdapat beberapa operasi pada matriks, yaitu operasi kesamaan, penjumlahan,


pengurangan, perkalian dan transpose. Pada subbab ini akan dibahas operasi perkalian
dan transpose saja karena operasi yang lainnya sederhana sehingga dapat dipelajari
sendiri. Operasi perkalian terdiri atas dua jenis, yaitu operasi perkalian antarmatriks dan
operasi perkalian dengan skalar (bilangan).

Operasi Perkalian Antarmatriks

Perkalian antarmatriks, misalnya 𝐀 ∙ 𝐁, memiliki persyaratan yaitu banyaknya kolom


matriks A sama dengan banyaknya baris matriks B. Jika A dan B matriks sembarang,
belum tentu berlaku sifat komutatif terhadap operasi perkalian atau belum tentu 𝐀 ∙ 𝐁 =
𝐁 ∙ 𝐀. Tetapi jika A atau B matriks identitas berlaku sifat komutatif terhadap operasi
perkalian, 𝑨. 𝑰 = 𝑰. 𝑨. Pada contoh 3 dan 4, ditunjukkan sifat 𝐀 ∙ 𝐁 ≠ 𝐁 ∙ 𝐀.

−1 4
8 7
Contoh 2. Diberikan matriks 𝑨 = 0 9 dan 𝑩 = maka
3 6
10 2
−1 4 4 17
8 7
𝑨∙𝑩= 0 9 = 27 54 .
3 6
10 2 86 82
Operasi 𝑩 ∙ 𝑨 tidak dapat dilakukan karena tidak memenuhi persyaratan, yaitu
banyaknya kolom matriks B tidak sama dengan banyaknya baris matriks A.

1 8 7
Contoh 3. Diberikan matriks 𝑨 = dan 𝑩 = maka
−1 2 3 6

1 0,5 8 7 9,5 10
𝑨∙𝑩= = dan
−1 2 3 6 −2 5
8 7 1 0,5 1 18
𝑩∙𝑨= = .
3 6 −1 2 −3 13,5

Operasi Perkalian Matriks dengan Skalar (Bilangan)

Operasi perkalian matriks A dengan skalar k, yaitu kA adalah mengalikan bilangan k


dengan setiap elemen matriks A. Operasi ini khususnya digunakan ketika menentukan
invers dari sebuah matriks atau ketika menyederhanakan penulisan matriks.

1 1 2 1
Contoh 4. Diberikan matriks 𝑨 = maka 2𝑨 = 2 = .
−1 2 −1 2 −2 4

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 2


Operasi Transpose Matriks

Operasi transpose sebuah matriks adalah proses mempertukarkan baris-baris dengan


kolom-kolom pada sebuah matriks. Jadi, baris-baris sebuah matriks menjadi kolom-
kolom pada matriks tersebut. Oleh karena itu, sebuah matriks berorde 𝑚 × 𝑛 yang
ditranspose menjadi matriks berorde 𝑛 × 𝑚. Notasi transpose matriks 𝑨 adalah 𝑨𝑻 .

−1 4
−1 0 10
Contoh 5. Diberikan matriks 𝑨 = 0 9 maka 𝑨𝑻 = .
4 9 2
10 2

Matriks-matriks Khusus

Matriks yang memiliki ciri-ciri khusus disebut matriks khusus, antara lain:

1
1. matriks kolom adalah matriks yang terdiri atas satu kolom, contoh 6: 3 .
2
2. matriks baris adalah matriks yang terdiri atas satu baris, contoh 7: [1 3 2].

3. matriks persegi adalah matriks yang memiliki banyak baris dan kolom yang sama,
8 7
contoh 8: .
3 6
4. matriks diagonal adalah matriks persegi [aij] yang memenuhi aij = 0, untuk i ≠ j,

1 0 0
contoh 9: 0 3 0 .
0 0 2
5. matriks satuan (matriks identitas) adalah matriks diagonal yang semua elemen

diagonal utamanya adalah 1. Elemen diagonal utama adalah elemen aij untuk i = j.
Notasi penulisan matriks satuan: In = matriks satuan berorde 𝑛 × 𝑛,

1 0 0
contoh 10: 𝑰𝟑 = 0 1 0.
0 0 1
0 0 0
6. matriks nol adalah matriks yang semua elemennya nol, contoh 11: 0 0 0.
0 0 0
7. matriks simetri adalah matriks persegi [aij] yang memenuhi aij = aji,

1 −2 4
contoh 12: −2 3 5 .
4 5 2

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 3


8. matriks anti simetri adalah matriks persegi [aij] yang memenuhi 𝑎 = −𝑎 ,

1 −2 4
contoh 13: 2 3 5.
−4 −5 2
9. matriks segitiga atas adalah matriks persegi [aij] yang memenuhi aij = 0,

1 −2 4
untuk i > j, contoh 14: 0 3 5.
0 0 2
10. matriks segitiga bawah adalah matriks persegi [aij] yang memenuhi aij = 0,

1 0 0
untuk i < j, contoh 15: 7 3 0 .
8 −4 2

Latihan 1
−1 4 1
1 9 12
Diberikan matriks 𝑨 = , 𝑩= , 𝑪 = 0 9 , dan 𝑫 = 3 .
−1 2 3 6
10 2 2
Tentukan:

1. 2𝑨 + 𝑩 2. 𝑨 − 𝑩 3. 𝑨 + 𝑪

4. 𝑨 ∙ 𝑩 5. 𝑨 ∙ 𝑪 6. 𝑪 ∙ 𝑨

7. 𝑨 ∙ 𝑪𝑻 8. 𝑫 ∙ 𝑫𝑻 9. 𝑫𝑻 ∙ 𝑫

2.2 Determinan Matriks


Sebuah matriks memiliki determinan jika matriks tersebut merupakan matriks persegi.
Metode menghitung determinan matriks yang akan dijelaskan pada subbab ini adalah
Metode Kofaktor, Metode Sarrus, dan Metode Operasi Baris/Kolom Elementer.
Tiga metode tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Metode Kofaktor

8 7
Contoh : = 8.6 − 3.7 = 48 − 21 = 26.
3 6
1 2 3
3 2 0 2 0 3
Contoh : 0 3 2 = 1. −2 +3
2 1 1 1 1 2
1 2 1
= (3 − 4) − 2(0 − 2) + 3(0 − 3) = −1 + 4 − 9 = −6.

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 4


2. Metode Sarrus

1 2 3 1 2
Contoh : 0 3 2 0 3 = (1.3.1 + 2.2.1 + 3.0.2) − (3.3.1 + 1.2.2 + 2.0.1)
1 2 1 1 2
= (3 + 4 + 0) − (9 + 4 + 0) = 7 − 13 = −6.

3. Metode OBE/OKE

Operasi Baris Elementer (OBE) yang digunakan pada metode ini, yaitu:

a. Operasi 1: 𝑹𝒊 ± 𝒌𝑹𝒋 yaitu menjumlahkan baris ke i dengan k kali baris ke j, i ≠ j dan


k bilangan real, k ≠ 0.
b. Operasi 2: 𝑹𝒊 ⟷ 𝑹𝒋 yaitu menukar baris ke i dengan baris ke j, i ≠ j.
c. Operasi 3: 𝒌𝑹𝒊 yaitu mengalikan bilangan real k, k ≠ 0, dengan baris ke i.

Demikian juga untuk Operasi Kolom Elementer (OKE), hanya mengganti simbol R yang
berarti baris, dengan C yang berarti kolom. Operasi baris elementer maupun operasi
kolom elementer dapat digunakan secara bersamaan dalam satu langkah.

Berkaitan dengan determinan sebuah matriks, berikut ini beberapa ketentuan yang
berlaku jika OBE ataupun OKE dilakukan

1. jika operasi 1 dilakukan, nilai determinan tidak berubah.

8 7 5 1
Contoh 16: 𝑅 −𝑅 ,
3 6 3 6

8 7 5 1
perhatikan bahwa = 48 − 21 = 27, dan = 30 − 3 = 27,
3 6 3 6

determinan matriks sebelum dan sesudah operasi sama nilainya.

2. jika operasi 2 dilakukan, nilai determinan berubah tanda.


8 7 3 6
Contoh 17: 𝑅 ↔ 𝑅 (−1) .
3 6 8 7

8 7 3 6
Perhatikan bahwa = 27, dan = 21 − 48 = −27 !
3 6 8 7

Determinan matriks sebelum dan sesudah operasi berubah tandanya. Jadi, agar
nilai determinannya tidak berubah, determinan berikutnya dikalikan −1.

3. Jika operasi 3 dilakukan maka nilai determinan dikalikan 1/k.

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 5


8 7 16 14
Contoh 18: 2𝑅 .
3 6 3 6

8 7 16 14
Perhatikan bahwa = 27, dan = 96 − 42 = 54. Hal ini berarti
3 6 3 6

determinan matriks sesudah operasi setengah kali nilai determinan setelah operasi,
sehingga determinan berikutnya dikalikan ½ .

Pada contoh berikut ini diperlihatkan secara lengkap menghitung determinan dengan cara
OBE dan OKE.

1 2 3 1 2 3
3 2 0 2 0 3
Contoh 19: 0 3 2 𝑅 −𝑅 0 3 2 = −2 +3 =
0 −2 0 −2 0 0
1 2 1 0 0 −2
3 2
= −6.
0 −2

Contoh 20:

4 3 0 1 𝐶 ↔𝐶 1 3 0 4 1 3 0 4
9 7 2 3 = −2 3 7 1 9 𝑅 − 3𝑅 = −2 0 −2 1 −3
4 0 2 1 1𝐶 1 0 1 4 𝑅 −𝑅 0 −3 1 0
3 −1 4 0 2 0 −1 2 3 0 −1 2 3
−2 1 −3 −𝐶 1 2 −3 𝑅 − 𝑅 1 2 −3
= −2 −3 1 0 = −2 1 3 0 = −2 0 1 3
𝐶 ↔𝐶 𝑅 − 2𝑅
−1 2 3 2 1 3 0 −3 9
1 3
= −2 = −2(9 + 9) = −36.
−3 9

Latihan 2
Hitunglah determinan berikut ini!

4 2 2 1 0 2 25 3 35
1. 2 4 2 2. 2 −1 0 3. 16 10 −18
2 2 4 1 1 1 34 6 38
1 428 861 −2 3 4 5 17 3
4. 2 535 984 5. 3 4 −2 6. 2 4 −3
3 642 1107 5 6 −3 11 0 2

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 6


1 1 1 1 −2 4 7 3
7. 1 2 3 4 8. 8 2 −9 5
1 3 6 10 −4 6 8 4
1 4 10 20 2 −9 3 8

2.3 Invers Matriks


Sebuah matriks memiliki invers jika matriks tersebut merupakan matriks persegi dan
nilai determinannya tidak nol. Misalnya matriks A adalah matriks persegi dan det (A) ≠
0 maka matriks A memiliki invers atau A disebut matriks nonsingular. Sebaliknya,
disebut matriks singular. Notasi penulisan invers matriks A adalah A-1.

Jika A sebuah matriks yang memiliki invers, maka berlaku


𝟏 𝟏
𝑨 ∙𝑨=𝑰=𝑨∙ 𝑨 (*)

dengan I matriks identitas yang ordenya sama dengan orde matriks A.

Dalam penentuan invers matriks digunakan dua metode berikut ini.

𝟏
1. Metode Kofaktor: menggunakan rumus 𝑨 = (𝑨)
[𝐴𝑑𝑗] , dengan [𝐴𝑑𝑗] adalah

matriks Adjoin A. Matriks Adjoin A merupakan transpose matriks kofaktor C. Matriks


kofaktor C diperoleh dengan menghitung kofaktor setiap elemen matriks A. Jadi,

C = [cij] = [kofaktor aij].

1 2 3
Contoh 21: Diberikan matriks 𝐀 = 0 3 2 , matriks pada contoh 20 yang
1 2 1
𝟏
memiliki nilai determinan −6. Tentukan 𝑨 !

3 2 0 2 0 3
⎡ 2 − ⎤
1 1 1 1 2 −1 2 −3
⎢ 2 3 1 3 1 2 ⎥
Matriks Kofaktor 𝐶 = ⎢− − ⎥ = 4 −2 0 .
⎢ 2 1 1 1 1 2 ⎥ −5 −2 3
⎢ 2 3 1 3 1 2 ⎥
⎣ 3 − ⎦
2 0 2 0 3
−1 4 −5
Jadi, Matriks Adjoin 𝐴 = 𝐶 = 2 −2 −2 .
−3 0 3
−1 4 −5
Dengan demikian, 𝐴 =− 2 −2 −2 .
−3 0 3
Untuk mengetahui kebenarannya, dapat diuji dengan persamaan (*).

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 7


2. Metode OBE: menggunakan operasi baris elementer.

Invers sebuah matriks dapat juga diperoleh dengan menggunakan Operasi Baris
Elementer (OBE). Misalnya matriks A berorde n x n. Untuk memperoleh A-1
tuliskan matriks A yang diperbesar (augmented matrix), yaitu dengan menambahkan
matriks satuan, In yang diletakkan pada bagian kanan matriks A kemudian lakukan
OBE sehingga matriks A menjadi matriks satuan, In . Ketika hal ini telah tercapai,
matriks In menjadi matriks A-1 .

[𝑨|𝑰 ] ~ … ~ [𝑰 |𝑨 𝟏 ]

Contoh 22: Diberikan matriks A seperti pada contoh 22 maka augmented matriksnya
1 2 3 1 0 0 1 2 3 1 0 0
adalah 0 3 2 0 1 0 𝑅 − 𝑅 0 3 2 0 1 0
1 2 1 0 0 1 0 0 −2 −1 0 1

1 2 3 1 0 0
0 1 0 0 𝑅 − 2𝑅
0 0 1 0

1 0 1 0 1 0 0
0 1 0 0 0 1 0
0 0 1 , 0 ,
0 0 1 , 0 ,

−1 4 −5
Jadi, 𝐴 =− 2 −2 −2 .
−3 0 3

Latihan 3
Tentukan invers matriks berikut ini dengan metode kofaktor atau metode operasi baris
elementer!

1 0 1 1 0 2
1. 𝐴 = 2 1 1 2. 𝐵 = 2 −1 0
2 1 2 1 1 1
1 0 −1 1 −1 1
3. 𝑁 = −2 1 0 4. 𝑀 = 4 0 −1
2 −1 2 4 −2 0
−1 2 3 −2 0 1
5. 𝐾 = 2 0 −4 6. 𝐿 = 1 −1 2
−1 −1 1 3 1 0

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 8


2.4 Sistem Persamaan Linier
Sistem Persamaan Linear (SPL) adalah kumpulan beberapa persamaan linear yang
simultan atau padu. Pada subbab ini dibahas SPL dengan n persamaan dan n peubah.
Metode untuk menentukan penyelesaian SPL yang banyak dikenal adalah dengan
Eliminasi, Substitusi, dan cara Determinan. Oleh karena itu, pada subbab ini tidak akan
dibahas ketiga metode tersebut. Dua metode lain untuk menentukan penyelesaian SPL
yang akan dibahas pada subbab ini, adalah Metode Invers Matriks dan Metode OBE atau
dikenal juga sebagai Metode Eliminasi Gauss.

2.4.1 Metode Invers Matriks


Misalnya A sebuah matriks persegi n x n yang memiliki invers, x dan b masing-masing
sebuah matriks kolom n x 1 maka SPL dengan n persamaan dan n variabel dapat dituliskan
sebagai

A x = b, (1.2)

dengan A matriks koefisien, x matriks kolom yang berisi variabel, dan b matriks kolom
yang berisi konstanta.

Penyelesaian SPL (1.2) adalah nilai-nilai x yang memenuhi SPL tersebut.

Dengan mengalikan A-1 di kedua ruas SPL (1.2), diperoleh

A-1·A x = A-1· b

I x = A-1· b .

Jadi, penyelesaian SPL (1.2) adalah x = A-1· b

𝑥 + 2𝑦 + 3𝑧 = 3
Contoh 23: Diberikan Sistem Persamaan Linear 3𝑦 + 2𝑧 = 6 .
𝑥 + 2𝑦 + 𝑧 = 3

Tentukan penyelesaiannya dengan Metode Invers Matriks !

Penyelesaian: SPL dalam bentuk perkalian matriks, yaitu

1 2 3 𝑥 3
0 3 2 𝑦 = 6
1 2 1 𝑧 3
1 2 3
Karena matriks koefisien dari SPL di atas adalah matriks 𝐴 = 0 3 2 yang telah
1 2 1
diketahui inversnya dari contoh 22, diperoleh penyelesaiannya yaitu

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 9


𝑥 1 −1 4 −5 3 −1
𝒙= 𝑦 =𝑨 𝒃=− 2 −2 −2 6 = 2 .
𝑧 6
−3 0 3 3 0

2.4.2 Metode Eliminasi Gauss


Untuk memperoleh penyelesaian SPL (1.2) dengan Metode Eliminasi Gauss, pertama
tuliskan matriks yang diperbesar (augmented matriks) yang terdiri atas matriks koefisien
A dan matriks konstanta b, sebagai berikut.

[𝑨|𝒃] (1.3)

Kemudian, lakukan operasi baris elementer sehingga matriks A menjadi matriks segitiga
atas, misalnya disebut matriks 𝑨′. Karena operasi baris elementer ini dikenakan pada
matriks yang diperbesar, maka elemen-elemen pada matriks b juga berubah, misalnya
disebut 𝒃′. Proses operasi ini digambarkan sebagai berikut:

[𝑨|𝒃] ~ … ~ [𝑨′|𝒃′]

Operasi baris elementer ini tidak mengubah ekivalensi SPL sehingga SPL (1.2) tetap
ekivalen dengan SPL (1.4).

𝑨 𝒙 = 𝒃′ (1.4)

Jadi, penyelesaian SPL (1.4) juga merupakan penyelesaian SPL (1.2). Dengan
melakukan substitusi mundur pada SPL (1.4), diperoleh penyelesaian x.

𝑥 + 2𝑦 + 3𝑧 = 3
Contoh 24: Diberikan Sistem Persamaan Linear 3𝑦 + 2𝑧 = 6 .
𝑥 + 2𝑦 + 𝑧 = 3

Tentukan penyelesaiannya dengan Metode Eliminasi Gauss !

Penyelesaian: Jika matriks koefisien dan matriks konstanta dari SPL di atas berturut-turut
1 2 3 3
adalah A dan b, matriks yang diperbesar [𝑨|𝒃] adalah 0 3 2 6 .
1 2 1 3
Dengan melakukan operasi baris elementer dua kali, diperoleh matriks segitiga atas

1 2 3 3 1 2 3 3
0 3 2 6 𝑅 −𝑅 0 3 2 6
1 2 1 3 0 0 −2 0

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 10


Tuliskan hasil operasi baris elementer ini ke dalam bentuk perkalian matriks. Kemudian
dilakukan proses substitusi mundur, yaitu mengalikan matriks dimulai dari baris terbawah
1 2 3 𝑥 3
hingga baris teratas. Bentuk perkalian matriksnya adalah 0 3 2 𝑦 = 6,
0 0 −2 𝑧 0
kemudian substitusi mundur diperoleh −2𝑧 = 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑧 = 0

3𝑦 + 2𝑧 = 6, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑦 = 2

𝑥 + 2𝑦 + 3𝑧 = 3, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑥 = −1.
𝑥 −1
Jadi penyelesaian SPL di atas adalah 𝒙 = 𝑦 = 2 .
𝑧 0

Latihan 4
Tentukan penyelesaian SPL berikut ini dengan metode Invers Matriks dan metode
Eliminasi Gauss!

𝑥 −𝑧 =1 𝑥 − 2𝑦 + 𝑧 = 1
1. −2𝑥 + 𝑦 =0 2. 2𝑥 − 5𝑦 = −4
𝑥 − 𝑦 + 2𝑧 = 0 𝑥 + 3𝑧 = 7
𝑥−𝑦+𝑧 = 4 3𝑥 + 2𝑦 + 4𝑧 = 3
3. 2𝑥 + 𝑦 − 𝑧 = −1 4. 𝑥 + 2𝑦 + 3𝑧 = 2
3𝑥 + 2𝑦 + 2𝑧 = 5 2𝑥 − 𝑦 + 3𝑧 = −3

2.5 Penerapan pada Masalah Oscilasi atau Vibrasi


Dalam masalah gandengan oscilasi atau vibrasi sering dijumpai persamaan dalam bentuk

A·x=λx (1.5)

dengan A = [aij] adalah matriks persegi dan λ adalah bilangan (skalar). Jelas, bahwa x
= 0 (penyelesaian trivial) adalah penyelesaian untuk berapapun nilai λ dan biasanya
penyelesaian ini tidak banyak gunanya. Untuk penyelesaian non-trivial, yaitu x ≠ 0, harga
λ yang memenuhi persamaan (1.5) disebut nilai eigen atau nilai karakteristik, dari matriks
A dan penyelesaian x yang bersesuaian dengan persamaan (1.5) disebut vektor eigen atau
vektor karakteristik dari matriks A.

Persamaan (1.5) dapat dituliskan menjadi A · x – λ x = 0 atau

(A – λI) x = 0 (1.6)

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 11


Untuk memperoleh penyelesaian non-trivial, x ≠ 0, determinan matriks A – λI atau
determinan karakteristik dari matriks A harus bernilai nol, yaitu

| A – λI | = 0. (1.7)

Persamaan (1.7) disebut persamaan karakteristik. Penyelesaian persamaan ini adalah


nilai-nilai λ atau nilai-nilai eigen matriks A.

Untuk menentukan vektor-vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai-nilai eigen ini,
adalah dengan menyelesaikan SPL (1.6). Setiap satu nilai eigen akan memberikan vektor
eigen yang bersesuaian dengan nilai eigen ini.

4 −1
Contoh 25: Tentukan nilai dan vektor eigen dari matriks 𝑨 = !
2 1
Penyelesaian:

Persamaan karakteristik dari matriks A di atas, yaitu

|𝑨 − 𝜆𝑰| = 4 −1 1 0 4−𝜆 −1
−𝜆 = = (4 − 𝜆)(1 − 𝜆) + 2 = 0
2 1 0 1 2 1−𝜆
maka 𝜆 − 5𝜆 + 6 = (𝜆 − 2)(𝜆 − 3) = 0, sehingga diperoleh akar-akar persamaan
karakteristik yang merupakan nilai-nilai eigen dari matriks A, yaitu

𝜆 = 2, 𝜆 = 3.

Untuk menentukan vektor-vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai-nilai eigen ini,
perhatikan persamaan (1.6). Untuk matriks A pada contoh 25, persamaan (1.6) adalah

(𝑨 − 𝜆𝑰)𝑥̅ = 4 − 𝜆 −1
𝑥̅ = 0.
2 1−𝜆
𝑎
Untuk 𝜆 = 2, misalkan 𝑥 = maka
𝑏
4−𝜆 −1 2 −1 𝑎 2𝑎 − 𝑏 0
𝑥 = = = ,
2 1−𝜆 2 −1 𝑏 2𝑎 − 𝑏 0

sehingga diperoleh 𝑏 = 2𝑎.


𝑎
Jadi, vektor eigen yang bersesuaian dengan 𝜆 = 2, adalah 𝑥 = , 𝑎 ∈ ℝ.
2𝑎
𝑐
Untuk 𝜆 = 3, misalnya 𝑥 = maka
𝑑
4−𝜆 −1 1 −1 𝑐 𝑐−𝑑 0
𝑥 = = = ,
2 1−𝜆 2 −2 𝑑 2𝑐 − 2𝑑 0

sehingga diperoleh 𝑐 = 𝑑.

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 12


𝑐
Jadi, vektor eigen yang bersesuaian dengan 𝜆 = 3, adalah 𝑥 = , 𝑐 ∈ ℝ.
𝑐

1 0 −1
Contoh 26: Tentukan nilai eigen dari matriks 𝐴 = −1 1 0 !
1 −1 2
Penyelesaian: Persamaan karakteristik dari matriks ini, yaitu

1 0 −1 1 0 0 1−𝜆 0 −1
−1 1 0 − 𝜆 0 1 0 = −1 1−𝜆 0 =0
1 −1 2 0 0 1 1 −1 2−𝜆
maka diperoleh

𝜆 − 4𝜆 + 6𝜆 − 1 = (𝜆 − 2)(𝜆 − 3)(𝜆 − 3) = 0,

sehingga akar-akar persamaan karakteristik yang merupakan nilai-nilai eigen dari matriks
A di atas, adalah

𝜆 = 2, 𝜆 = 3, 𝜆 = 3.

Untuk menentukan vektor-vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai-nilai eigen ini,
perhatikan persamaan

2−𝜆 3 −2
1 4−𝜆 −2 𝑥̅ = 0.
2 10 −5 − 𝜆
𝑎
Untuk 𝜆 = 2, misalkan 𝑥 = 𝑏 maka
𝑐
2−𝜆 3 −2 2−𝜆 3 −2 𝑎
1 4−𝜆 −2 𝑥 = 1 4−𝜆 −2 𝑏
2 10 −5 − 𝜆 2 10 −5 − 𝜆 𝑐

0 3 −2 𝑎 3𝑏 − 2𝑐 0
= 1 2 −2 𝑏 = 𝑎 + 2𝑏 − 2𝑐 = 0
2 10 −7 𝑐 2𝑎 + 10𝑏 − 7𝑐 0

sehingga diperoleh 𝑏 = 𝑐 dan 𝑎 = −2𝑏 + 2𝑐 = −2 𝑐 + 2𝑐 = 𝑐.

𝑐
Jadi, vektor eigen yang bersesuaian dengan 𝜆 = 2, adalah 𝑥 = , 𝑐 ∈ ℝ.
𝑐
𝑐

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 13


𝑑
Untuk 𝜆 = 𝜆 = 3, misalkan 𝑥 = 𝑒 maka
𝑓

2−𝜆 3 −2 2−𝜆 3 −2 𝑑
1 4−𝜆 −2 𝑥 = 1 4−𝜆 −2 𝑒
2 10 −5 − 𝜆 2 10 −5 − 𝜆 𝑓

−1 3 −2 𝑑 −𝑑 + 3𝑒 − 2𝑓 0
= 1 1 −2 𝑒 = 𝑑 + 𝑒 − 2𝑓 = 0
2 10 −8 𝑓 2𝑑 + 10𝑒 − 8𝑓 0

sehingga diperoleh 𝑒 = 𝑓 dan 𝑑 = −𝑓.

−𝑓
Jadi, vektor eigen yang bersesuaian dengan 𝜆 = 𝜆 = 3, adalah 𝑥 = 𝑓 , 𝑓 ∈ ℝ.
𝑓

Latihan 5
Tentukan nilai dan vektor eigen dari matriks berikut ini!

4 1 −2 5
1. 𝐴 = 2. 𝐵 =
3 2 1 2
2 0 1 2 1 1
3. 𝐶 = −1 4 −1 4. 𝐷 = 1 3 2
−1 2 0 −1 1 2

Matematika untuk D3 Teknik Aeronautika 14

Anda mungkin juga menyukai