Anda di halaman 1dari 11

lOMoAR cPSD| 25260552

PANCASILA DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

DOSEN PEMBIMBING : Sartika Oktaviani, S.Pd., M.Pd..

DIBUAT OLEH:

DESY RATNADILLA MURTIANI (048649842)

FAKULTAS HUKUP, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TERBUKA

SEMARANG

2023
lOMoAR cPSD| 25260552

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3

II. KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................................... 5

III. PEMBAHASAN

III. I. PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA ........................................................ 6


III. II. FILASAFAT PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA
INDONESIA ....................................................................................................... 7

IV. PENUTUP
IV. I. SIMPULAN ......................................................................................................... 9
IV. II. SARAN............................................................................................................... 9

V. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 10


lOMoAR cPSD| 25260552

I. PENDAHULUAN

Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai ideologi kolektif (citacita
bersama) seluruh bangsa Indonesia. Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena merupakan
hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang
kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat. Notonagoro berpendapat bahwa
Filsafat Pancasila ini memberikan pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang
hakikat Pancasila.
Jika ditilik dari soal tempat, Filsafat Pancasila merupakan bagian dari Filsafat
Timur (karena Indonesia kerap digolongkan sebagai Negara yang ada di belahan dunia
bagian timur). Sebenarnya, ada banyak nilai ketimuran yang termuat dalam Pancasila,
misalnya soal pengakuan akan adanya Tuhan, kerakyatan, keadilan yang diidentikkan
dengan paham mengenai ‘ratu adil’ dan seterusnya. Pancasila juga memuat paham-paham
Barat, seperti: kemanusiaan, demokrasi, dan seterusnya. Sebagai sistem filsafat, Pancasila
ternyata juga harus tunduk pada formulasi Barat yang sudah mapan sejak 11 dulu. Jika
Pancasila mau dipertanggungjawabkan secara sahih, logis, koheren, dan sistematis, maka
di dalamnya harus memuat kaidah-kaidah filosofis. Pancasila harus memuat juga dimensi
metafisis (ontologis), epistemologis, dan aksiologis.
Pertama, secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila Pancasila. Menurut Notonagoro, hakikat
dasar antologi Pancasila adalah manusia, karena manusia ini yang merupakan subjek
hukum pokok sila-sila Pancasila. Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia memiliki susunan lima sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan serta
mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak, yang berupa sifat kodrat monodualis yaitu
sebagai makhluk individu sekaligus juga sebagai makhluk sosial, serta kedudukannya
sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan sekaligus juga sebagai makhluk Tuhan.
Konsekuensinya, Pancasila dijadikan dasar negara Indonesia adalah segala aspek dalam
penyelenggaraan negara diliputi oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan kodrat manusia
yang monodualis tersebut.
Kedua, kajian epistemologi Filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk
mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan adanya
karena epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan
(ilmu tentang ilmu). Kajian epistemologi Pancasila ini tidak bisa dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Oleh karena itu, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan dengan
konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Sebagai suatu paham epistemologi, Pancasila
mendasarkan pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai
karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius
dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan dalam kehidupan manusia.
Oleh karena itu, Pancasila secara epistemologis
lOMoAR cPSD| 25260552

harus menjadi dasar moralitas bangsa dalam membangun perkembangan sains dan
teknologi pada saat ini.
Ketiga, kajian aksiologis Filsafat Pancasila pada hakikatnya membahas tentang
nilai praksis atau manfaat suatu pengetahuan mengenai Pancasila. Hal ini disebabkan
karena sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar
aksiologi, nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam Pancasila pada hakikatnya merupakan
suatu kesatuan yang utuh. Aksiologi Pancasila ini mengandung arti bahwa kita
membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan
pendukung nilai-nilai Pancasila. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang
mengakui, menghargai, menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai. Pengakuan,
penerimaan dan penghargaan Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai itu akan tampak
menggejala dalam dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia.

II. KAJIAN PUSTAKA


lOMoAR cPSD| 25260552

Dalam Pancasila sebagai filsafat hidup (Weltanschauung): Perikemanusiaan


diambil dalam arti yang seluas-luasnya, sedang sebagai dasar negara Perikemanusiaan
terutama berarti internasionalisme. Dalam Pancasila sebagai filsafat hidup
(Weltanschauung): Keadilan Sosial diambil dalam arti yang seluas-luasnya, harus
dilakukan dalam semua kerja sama manusia, sedang sebagai dasar negara mempunyai arti
yang khusus, yaitu Keadilan Sosial seperti yang harus dijelmakan oleh negara. Demikian
juga Demokrasi dalam filsafat hidup (Weltanschauung) berarti bahwa tiap-tiap kesatuan-
karya harus melaksanakan Demokrasi, sedangkan sebagai dasar negara Demokrasi
mempunyai arti yang tertentu pula, yaitu cara menegara. Juga Kebangsaan, dalam
rumusan filsafat dan dalam undang-undang negara artinya tidak tepat sama. Dalam
filsafat hidup Kebangsaan dinyatakan bahwa manusia itu dilahirkan dan dicap oleh tanah
airnya (bangsanya), dan bahwa cap itu harus dijadikan dasar dalam tingkah laku kita,
terutama dalam membentuk kesatuan-karya. Dalam undang-undang negara, Kebangsaan
mempunyai arti yang khusus, yaitu kesatuan yang sudah ada, yang kita sebut bangsa, itu
harus menjadi landasan menegara. Demikian juga halnya dengan sila Ketuhanan”
(Driyarkara 2006:859-860).

Kesatuan sila-sila Pancasila sebagai sistem filsafals bukan hanya merupakan


kesatuan formal logis saja, tetapi yang lebih tmendasar mempunyai dasar kesatuan makna
atau isi hakikatnya yang filsafati Kesatuan sila-sila Pancasila yang formal logis adalah
dasar kesstuan sila-sila Pancasila yang hirarkhis-piramidal untuk menggambarkan
hubungan hirarkhis sila-sila Pancasila dalam urutan keluasan isinya (kuantitasnya) Sila-
sila Pancasila juga memiliki kesatuan dasar makna isinya yang hakikat, yaitu landasan
keberadaannya (ontologisnya) yang bersumber pada pengerlian tentang hakikat manusia
(Kaclan, 2002).

Pengertian tentang hakikat manusia monopluralis adalah pengertian yang abstrak,


sehingga tidak dapat ditangkap keberadaannya oleh indra, tetapi dapatdimengerti oleh
pikiran atau akal. Akal mampu merumuskan pengertian tantang hakikat manusia melalui
abstraksi terhadap data empiris hasil pengamatan indra tentang hidup manusia yanng nyala.
Unsur-unsur yang mutlak terdapat pada manusia memnpunyai arti yang menentukan dalam
hal-hal pokok kenegaraan, yaitu hakikat dan sifat negara, susunan, tujuan, tugas, dan
susunan pemerintahan negara (Notonegoro, 1971).
lOMoAR cPSD| 25260552

III. PEMBAHASAN

III. I. PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA


Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa
Inggrisnya“philosophi” adalah berasal dari bahsa Yunani “philosophia” yang secara
lazim diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada
kata“philos” (pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa
tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau
kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna
kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari
kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yangbermanfaat
bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula- mula dipakai
oleh Herakleitos.
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam
filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia.
Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai
dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke
waktu.
• Filsafat Pancasila Asli
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato
Sukarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di
Eropa, di mana filsafat barat merupakan salah satu materi kuliah mereka. Pancasila
terinspirasi konsep humanisme, rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi,
sosialisme Jerman, demokrasi parlementer, dan nasionalisme.
• Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955 sampai
berakhirnya kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan bahwa
Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi
Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab
(Islam). Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal dari Indonesia, “Keadilan
Soasial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak pernah menyinggung atau
mempropagandakan “Persatuan”.
• Filsafat Pancasila versi Soeharto
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui filsuf-filsuf
yang disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti
interpretasinya dalam budaya Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila truly
lOMoAR cPSD| 25260552

Indonesia”. Semua sila dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan
menjadi lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan
mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah truly Indonesia antara lain Sunoto, R.
Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin Salam, Bambang
Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto
Poespowardojo, dan Moerdiono.

Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum


adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang
dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai)
yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa
Indonesia.

III. II. FILASAFAT PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA


INDONESIA
Setiapa bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana
tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafat hidup). Dengan
pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang
dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan- persoalan
tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terombang-ambing
dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-
persoalan di dalam masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat
manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan
hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia
memecahkan masalah-masalah polotik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam
gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan
hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya.
Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu kita, pendiri-pendiri Republik
ini dat memuaskan secara jelas apa sesungguhnya pandangan hidup bangsa kita yang
kemudian kita namakan Pancasila. Seperti yang ditujukan dalam ketetapan MPR No.
II/MPR/1979, maka Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup
bangsa Indonesia dan dasar negara kita.
Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam
kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup
ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan
yang agak berbeda, namun dalam 3 buah UUD yang pernah kita miliki yaitu dalam
pembukaan UUD 1945, dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia
lOMoAR cPSD| 25260552

1950. Pancasila itu tetap tercantum didalamnya, Pancasila yang lalu dikukuhkan dalam
kehidupan konstitusional itu, Pancasila yang selalu menjadi pegangan bersama saat-saat
terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita, merupakan bukti
sejarah sebagai dasar kerohanian negar, dikehendaki oleh bangsa Indonesia karena
sebenarnya ia telah tertanam dalam kalbunya rakyat. Oleh karena itu, ia juga merupakan
dasar yang mamapu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapatlah kita temukan
dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan negara Indonesia
seperti di bawah ini :

a. Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.


b. Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang kemudian
dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal dengan sebutan Piagam
Jakarta).
c. Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.
d. Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 27 Desember
1945, alinea IV.
e. Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI) tanggal 17
Agustus 1950.
f. Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli
1959.
lOMoAR cPSD| 25260552

IV. PENUTUP

IV. I. SIMPULAN
Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis tarik
kesimpulan sebagai berikut:

a. Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa


Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-
norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan
paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
b. Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia yaitu:
i. Filasafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
ii. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
iii. Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia
c. Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, hal tersebut dapat
dibuktikan dengan ditemukannya dalam beberapa dokumen historis dan di dalam
perundang-undangan negara Indonesia seperti di bawah ini :

• Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.


• Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang
kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal dengan
sebutan Piagam Jakarta).
• Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.
• Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 27
Desember 1945, alinea IV.
• Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI) tanggal 17
Agustus 1950.
• Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli
1959.

IV. II. SARAN


Sebagai warga negara Indonesia kita harus mengamalkan, meyakini atau
mempercayai, menghormati, menjaga, memahami serta melaksanakan kehidupan
bermasyarakat sesuai filsafat negara Indonesia yaitu Pancasila. Karena Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa Indonesia, dasar negara Republik Indonesia, dan jiwa serta
kepribadian bangsa Indonesia.
lOMoAR cPSD| 25260552

10

V. DAFTAR PUSTAKA
• Dewantara, Agustinus W. 2017. Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.
Yogyakarta: PT Kanisius.
• Lasiyo, Sri Soeprapto, dan Reno Wikandaru. 2019. Pancasila. Banten:
Universitas Terbuka.

• Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila. Jakarta:Pancoran


Tujuh.
• Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila.
Jakarta: Pantjoran Tujuh.
• Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai