Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yasmin Annissa Prameswari

NPM : 2106712681
Kelas : MPK Agama 1

Islam dan Kebangsaan


Dr. Imdadun Rahmat

Bagaimana menempatkan Islam dalam sistem negara yang diatur dalam konstitusi negara
masing-masing? Quran sendiri hanya memanfaatkan satu konsep yang umum saja yakni
Syura dan ulil amri tanpa ada penjelasan detail operasionalnya, sehingga
perbedaan-perbedaan ini menjadi wajar.

Untuk saat ini setidaknya terdapat empat tipe negara-negara muslim menurut pengakuan
terhadap konstitusinya, posisi agama itu ada. Jenis yang pertama negara-negara yang
menyatakan diri sebagai negara Islam seperti Saudi Arabia, Iran, Afghanistan, Pakistan,
Brunei, Maladewa, Mauritania dan Yaman. Dalam konstitusinya Islam disebut sebagai
bentuk negara.

Yang kedua, negara-negara yang menyatakan Islam sebagai agama resmi, yaitu Mesir,
Bangladesh, dan Malaysia. Ia tidak menyebut diri negara Islam tetapi Islam adalah agama
resmi.

Ketiga, negara-negara yang tidak memiliki penegasan konstitusi tentang agama negara.
Tidak ada satu pasal pun yang menjelaskan mengenai posisi agama itu sebagai apa,
sebagai agama negara atau tidak. Contohnya Indonesia, Syria, dan Uzbekistan.

Keempat adalah negara-negara yang negara muslim tetapi menyatakan dirinya sebagai
negara sekuler seperti, Turki, Senegal, dan Arbejaizan.

Al-qur'an sendiri tidak menjelaskan masalah kenegaraan secara jelas dan rinci jadi Quran
hanya memuat petunjuk umum saja tentang prinsip-prinsip, nilai-nilai, dan norma
pelaksanaan pemerintahan. Hadits, tentang sunnah rasulillah, juga tidak menyediakan
penjelasan dan rincian tentang sistem negara dan bagaimana pelaksanaannya. Bahkan
untuk hal-hal yang krusial, yang penting di dalam bahasan politik seperti suksesi kekuasaan
juga tidak diatur sehingga kita dalam sejarah Islam, suksesi kekuasaan setelah rasulullah
wafat tidak diatur. Rasulullah tidak menentukan dengan pasti siapa yang menggantikan
beliau. Rasul tidak menjelaskan secara jelas pergantian jabatan kepemimpinan, bagaimana
beliau tidak memberikan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai pengganti beliau. Inilah
yang kemudian menjadi sebab kenapa para sahabat Nabi zaman Khulafaurrasyidin
mempraktekkan cara pengangkatan imam yang berbeda-beda.
Nama : Yasmin Annissa Prameswari
NPM : 2106712681
Kelas : MPK Agama 1

Allah membiarkan masalah politik tidak diatur detail dalam Qur'an maupun sunnah maupun
pernyataan ditekan dalam wahyu. Allah tidak memberikan penjelasan yang detail, menurut
seorang intelektual yang cukup ternama, mengatakan “Ini mengandung Hikmah.” Beberapa
hikmah yang pertama; dengan tidak diaturnya secara detail, ada kewenangan luas bagi
umat Islam untuk menentukan format dan detail-detail sistem pemerintahan sesuai. Dengan
demikian terbuka ruang kepada para ulama untuk berijtihad dan memberikan ruang bagi
aspirasi masyarakat umat Islam.

Yang kedua; terbukanya lapangan Ijtihad yang luas bagi para ulama untuk menjawab
perkembangan yang terus terjadi dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.

Yang ketiga; umat Islam menjadi bisa menggunakan alat dan pikirannya untuk menciptakan
sendiri sistem politik dan kemasyarakatannya sesuai perubahan kebutuhan dan
kemaslahatannya. Saat ini situasi terus berubah oleh karenanya peran nalar dan pikiran
umat Islam menjadi semakin penting untuk terus mengadaptasi dengan
perubahan-perubahan.

Persoalan bentuk tatanan politik dan pemerintahan di dalam konteks negara bangsa,
misalnya tentang hubungan antar wilayah politik Islam yang ternyata tidak tunggal,
banyaknya kepemimpinan politik Islam yang tidak tunggal itu realitas.

Apakah ada kewajiban hukum bahwa entitas politik umat Islam itu hanya satu? Apakah
wajib bahwa umat Islam itu harus tunduk kepada satu otoritas negara dan otoritas
kepemimpinan? Kalau kita melihat kitab-kitab klasik yang biasa memang ada perbedaan
pendapat. Sebagian pendapat mengatakan bahwa kepemimpinan-kepemimpinan umat
Islam haruslah tunggal. Ulama yang lain mengatakan boleh membuat Imamah yang
berbeda gitu untuk wilayah yang berbeda. Ini juga mengacu kepada sunnah sahabat pada
masa era Khilafah Ali bin Abi Tholib.

Mengacu kepada konsep kenabian di dalam Islam, ada fakta bahwa Allah mengutus nabi
dengan otoritasnya masing-masing pada waktu yang sama untuk wilayah yang berbeda.
Jadi, jika nabi bisa lebih dari satu kenapa pimpinan tidak? Keberadaan Nabi di satu wilayah
atau umat tertentu tidak membatalkan misi dakwah nabi yang lain. Ini sama saja dengan
munculnya ke-imam-an di satu wilayah tidak membatalkan ke-imam-an di wilayah yang lain.

Pemerintah penguasa itu harus melindungi keselamatan rakyat bukan menjadi sumber
ancaman bagi rakyat. Memperjuangkan kepentingan rakyat bukan mahabbah (penghisap),
dan memenuhi atau memunculkan kemaslahatan kesejahteraan kemakmuran bagi rakyat.
Nama : Yasmin Annissa Prameswari
NPM : 2106712681
Kelas : MPK Agama 1

Pancasila sebagai dasar negara adalah prinsip-prinsip pokok di dalam hubungan


berbangsa dan bernegara. Dengan dasar lima sila lainnya, Indonesia adalah negara yang
religius. Negara bangsa, negara yang berdasarkan pada Nation. Bukan pada satu kultur,
satu budaya, satu agama,dan menjunjung tinggi kemanusiaan jadi humanisme.

Humanisme kemanusiaan adalah dasar negara sama seperti persatuan kebangsaan.


Religiusitas juga prinsip demokrasi musyawarah. Indonesia adalah negara demokrasi,
negara bermusyawarah, dan adil secara sosial. Pancasila juga bisa dimaknai sebagai
kesepakatan sebagai kontrak sosial. Pancasila merupakan norma-norma yang menjadi titik
temu yang disepakati sebagai dasar kehidupan sosial dan kenegaraan.
Bukti sejarah memperlihatkan bahwa umat Islam terlibat aktif dalam lahirnya Pancasila
sebagai dasar negara. Membuktikan bahwa umat Islam sejak dulu sudah terbiasa hidup
bersama dengan komponen bangsa lain yang berbeda-beda. Siap dan sudah terbukti bisa
mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok Islam sendiri.
Pancasila itu sudah menjadi keputusan bersama yang telah disepakati untuk mengakhiri
perdebatan dan berlomba-lomba untuk mengisi substansi.

Anda mungkin juga menyukai