Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada Desember 2019, kasus pneumonia misterius pertama kali dilaporkan di

Wuhan, Provinsi Hubei. Sumber penularan kasus ini masih belum diketahui pasti,

tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan (Rothan, 2020). 1

Tanggal 18 Desember hingga 29 Desember 2019, terdapat lima pasien yang dirawat

dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (Ren, 2020). Tanggal 30 Januari 2020,

telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi COVID-19 di China, dan 86 kasus lain

dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal,

Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India,

Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan Jerman24.

Sampel yang diteliti menunjukkan etiologi coronavirus baru. (Ren, 2020).

Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-

nCoV), kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu

Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute

Respiratory Syndrome Coronavirus-224. Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke

manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari 190 negara dan

teritori lainnya. Pada 12 Maret 2020, WHO mengumumkan COVID-19 sebagai

pandemik1.

Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh

dunia. Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi COVID-19, dengan

1
kasus dan kematian sudah melampaui China. Amerika Serikat menduduki peringkat

pertama dengan kasus COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru

sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan

6.549 kasus baru. Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu

11,3% (WHO,2020). COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2

Maret 2020 sejumlah dua kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang

terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian (Kemenkes, 2020).

Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang

tertinggi di Asia Tenggara24.

Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini

utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta.

Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat

menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63,

betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness

Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus

(MERS-CoV) (Rothan, 2020). Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19

termasuk dalam genus betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan

bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang

menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004

silam, yaitu Sarbecovirus (Zhu, 2019). Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari

manusia ke manusia menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi

lebih agresif. Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet

yang keluar saat batuk atau bersin25.

2
Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penyuluhan tentang pemahaman

COVID - 19 serta hidup bersih dan sehat. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan

tentang pemahaman COVID - 19 diperlukan penjelasan materi tentang penyebab

COVID - 19, tanda-tanda infeksi COVID - 19, penyebaran COVID – 19 serta

pencegahan dan penularan COVID – 19.

1.2 Masalah

a.) Penyuluhan perlu dilakukan karena adanya peningkatan jumlah OTG, ODP

dan PDP Covid-19 di wilayah Kecamatan Puri, Kab. Mojokerto. Kurangnya

pemahanan warga mengenai Covid-19 terutama mengenai bahaya dan

komplikasinya jika tidak dilaksanakan dengan baik. Kurangnya pemahaman

warga mengenai gejala, faktor resiko, penularan, dan cara mencegah

penularan Covid-19.

1.3 Tujuan

Tujuan dibuatnya Laporan Upaya Penyuluhan Covid-19 bagi Masyarakat

Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto yaitu :

1.3.1 Tujuan Umum

Melaksanakan penyuluhan pengetahuan tentang apa itu Covid-19, gejala,

dan cara pencegahan serta pengendalian Covid-19 di lingkungan

masyarakat Kecamatan Puri, Kab. Mojokerto

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Melaksanakan protokol Pencegahan COVID-19 di lingkungan

masyarakat Kecamatan Puri, Kab. Mojokerto

3
b)  Melaksanakan Langkah-langkah kewaspadaan dan pencegahan penyebaran

infeksi COVID-19 di lingkungan masyarakat Kecamatan Puri, Kab.

Mojokerto

c)  Melaksanakan komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat dalam

bentuk peran serta kepedulian kepada masyarakat berdampak COVID-19.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. Corona Virus

2.1 Virologi

4
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini

utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta.

Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat

menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63,

betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness

Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus

(MERS-CoV).7

Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus

betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk

dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah Severe

Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. 8

Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of Viruses mengajukan

nama SARS-CoV-2.9 Hasil pemodelan melalui komputer menunjukkan bahwa

SARS-CoV-2 memiliki struktur tiga dimensi pada protein spike domain receptor-

binding yang hampir identik dengan SARS-CoV. Pada SARS-CoV, protein ini

memiliki afinitas yang kuat terhadap angiotensin-converting-enzyme 2 (ACE2). 10

Pada SARS-CoV-2, data in vitro mendukung kemungkinan virus mampu masuk

ke dalam sel menggunakan reseptor ACE2.5 Studi tersebut juga menemukan

bahwa SARS-CoV-2 tidak menggunakan reseptor coronavirus lainnya seperti

Aminopeptidase N (APN) dan Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4).11

2.2 Transmisi

5
Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber

transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi SARS-

CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau

bersin.12 Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat viabel pada aerosol

(dihasilkan melalui nebulizer) selama setidaknya 3 jam. Kasus-kasus terkait

transmisi dari karier asimtomatis umumnya memiliki riwayat kontak erat dengan

pasien COVID-19.6 Beberapa peneliti melaporan infeksi SARS-CoV-2 pada

neonatus. Namun, transmisi secara vertikal dari ibu hamil kepada janin belum

terbukti pasti dapat terjadi. Bila memang dapat terjadi, data menunjukkan peluang

transmisi vertikal tergolong kecil.6 Pemeriksaan virologi cairan amnion, darah tali

pusat, dan air susu ibu pada ibu yang positif COVID-19 ditemukan negatif.12

SARS-CoV-2 telah terbukti menginfeksi saluran cerna berdasarkan hasil

biopsi pada sel epitel gaster, duodenum, dan rektum. Virus dapat terdeteksi di

feses, bahkan ada 23% pasien yang dilaporkan virusnya tetap terdeteksi dalam

feses walaupun sudah tak terdeteksi pada sampel saluran napas. Kedua fakta ini

menguatkan dugaan kemungkinan transmisi secara fekal-oral.13

Stabilitas SARS-CoV-2 pada benda mati tidak berbeda jauh dibandingkan

SARS-CoV. Eksperimen yang dilakukan van Doremalen, dkk.6 menunjukkan

SARS-CoV-2 lebih stabil pada bahan plastik dan stainless steel (>72 jam)

dibandingkan tembaga (4 jam) dan kardus (24 jam). Studi lain di Singapura

menemukan pencemaran lingkungan yang ekstensif pada kamar dan toilet pasien

COVID-19 dengan gejala ringan. Virus dapat dideteksi di gagang pintu, dudukan

toilet, tombol lampu, jendela, lemari, hingga kipas ventilasi, namun tidak pada

6
sampel udara.13 Persistensi berbagai jenis coronavirus lainnya dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Persistensi berbagai jenis coronavirus pada berbagai permukaan benda mati8

2. 3 Faktor Resiko

Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid hipertensi dan diabetes

melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan faktor risiko dari

infeksi SARS-CoV-2. Distribusi jenis kelamin yang lebih banyak pada laki-laki

diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi. Pada perokok,

hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada peningkatan ekspresi reseptor

ACE2.14

Pasien kanker dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi SARS-

CoV-2.14 Kanker diasosiasikan dengan reaksi imunosupresif, sitokin yang

7
berlebihan, supresi induksi agen proinflamasi, dan gangguan maturasi sel

dendritik.14 Pasien dengan sirosis atau penyakit hati kronik juga mengalami

penurunan respons imun, sehingga lebih mudah terjangkit COVID-19. Infeksi

saluran napas akut yang menyerang pasien HIV umumnya memiliki risiko

mortalitas yang lebih besar dibanding pasien yang tidak HIV. Namun, hingga saat

ini belum ada studi yang mengaitkan HIV dengan infeksi SARS-CoV-2. 14 Belum

ada studi yang menghubungkan riwayat penyakit asma dengan kemungkinan

terinfeksi SARS-CoV-2. Pasien COVID-19 dengan riwayat penyakit sistem

respirasi akan cenderung memiliki manifestasi klinis yang lebih parah.

Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease Control

and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu rumah dengan

pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit. Berada dalam satu

lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter) dianggap sebagai

risiko rendah.16 Tenaga medis merupakan salah satu populasi yang berisiko tinggi

tertular. Di Italia, sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga medis. 16 Di China,

lebih dari 3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas sebesar 0,6%.16

2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai dari

tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS,

sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau sedang,

8
13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan

kritis.

Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran napas

atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan atau

tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit

kepala. Pasien tidak membutuhkan suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus

pasien juga mengeluhkan diare dan muntah. Pasien COVID-19 dengan

pneumonia berat ditandai dengan demam, ditambah salah satu dari gejala: (1)

frekuensi pernapasan >30x/menit (2) distres pernapasan berat, atau (3) saturasi

oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-

gejala yang atipikal.17

Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan gejala-

gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak napas.12

Gejala tersering adalah demam, batuk kering, dan fatigue. Gejala lain yang dapat

ditemukan adalah batuk produktif, sesak napas, sakit tenggorokan, nyeri kepala,

mialgia/artralgia, menggigil, mual/muntah, kongesti nasal, diare, nyeri abdomen,

hemoptisis, dan kongesti konjungtiva.12 Lebih dari 40% demam pada pasien

COVID-19 memiliki suhu puncak antara 38,1-39°C, sementara 34% mengalami

demam suhu lebih dari 39°C.18

Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-14

hari (median 5 hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau

sedikit menurun dan pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal),

virus menyebar melalui aliran darah, diduga terutama pada jaringan yang

9
mengekspresi ACE2 seperti paru-paru, saluran cerna dan jantung. Gejala pada

fase ini umumnya ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari setelah

timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di

paru memburuk, limfosit menurun. Penanda inflamasi mulai meningkat dan mulai

terjadi hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak

terkontrol, terjadi badai sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan

komplikasi lainnya.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lain seperti hematologi rutin, hitung jenis, fungsi

ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan prokalsitonin dapat

dikerjakan sesuai dengan indikasi. Trombositopenia juga kadang dijumpai,

sehingga kadang diduga sebagai pasien dengue. Karena gejala awal COVID-

19 tidak khas, hal ini harus diwaspadai. Profil temuan laboratorium pada

pasien COVID-19 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Profil klinis dan laboratorium pasien COVID-19

10
B. Pencitraan

Modalitas pencitraan utama yang menjadi pilihan adalah foto toraks dan

Computed Tomography Scan (CT-scan) toraks. Pada foto toraks dapat ditemukan

gambaran seperti opasifikasi ground-glass, infiltrat, penebalan peribronkial,

konsolidasi fokal, efusi pleura, dan atelectasis. Temuan utama pada CT scan toraks

adalah opasifikasi ground-glass (88%), dengan atau tanpa konsolidasi, sesuai dengan

pneumonia viral. Keterlibatan paru cenderung bilateral (87,5%), multilobular

(78,8%), lebih sering pada lobus inferior dengan distribusi lebih perifer (76%).

Penebalan septum, penebalan pleura, bronkiektasis, dan keterlibatan pada subpleural

tidak banyak ditemukan. Gambaran CT scan yang lebih jarang ditemukan yaitu efusi

pleura, efusi perikardium, limfadenopati, kavitas, CT halo sign, dan pneumotoraks.

Walaupun gambaran-gambaran tersebut bersifat jarang, namun bisa saja ditemui

seiring dengan progresivitas penyakit. Studi ini juga melaporkan bahwa pasien di atas

50 tahun lebih sering memiliki gambaran konsolidasi.

11
Gambaran CT scan dipengaruhi oleh perjalanan klinis:19

1. Pasien asimtomatis: cenderung unilateral, multifokal, predominan gambaran

ground-glass. Penebalan septum interlobularis, efusi pleura, dan limfadenopati

jarang ditemukan.

2. Satu minggu sejak onset gejala: lesi bilateral dan difus, predominan gambaran

ground-glass. Efusi pleura 5%, limfadenopati 10%.

3. Dua minggu sejak onset gejala: masih predominan gambaran ground-glass,

namun mulai terdeteksi konsolidasi

4. Tiga minggu sejak onset gejala: predominan gambaran ground-glass dan pola

retikular. Dapat ditemukan bronkiektasis, penebalan pleura, efusi pleura, dan

limfadenopati.

Gambar 1. Gambaran foto toraks pada COVID-19.

12
Gambar 2. Gambaran CT Scan pada COVID-19. Tampak gambaran ground-glass

bilateral

C. Pemeriksaan Diagnostik SARS-CoV-2

1. Pemeriksaan Antigen-Antibodi

Salah satu kesulitan utama dalam melakukan uji diagnostik tes cepat yang sahih

adalah memastikan negatif palsu, karena angka deteksi virus pada rRT-PCR

sebagai baku emas tidak ideal. Selain itu, perlu mempertimbangkan onset paparan

dan durasi gejala sebelum memutuskan pemeriksaan serologi. IgM dan IgA

dilaporkan terdeteksi mulai hari 3-6 setelah onset gejala, sementara IgG mulai

hari 10-18 setelah onset gejala.

2. Pemeriksaan Virologi

Saat ini WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien

yang termasuk dalam kategori suspek. Pemeriksaan pada individu yang tidak

13
memenuhi kriteria suspek atau asimtomatis juga boleh dikerjakan dengan

mempertimbangkan aspek epidemiologi, protokol skrining setempat, dan

ketersediaan alat. Metode yang dianjurkan untuk deteksi virus adalah amplifikasi

asam nukleat dengan real-time reversetranscription polymerase chain reaction

(rRT-PCR) dan dengan sequencing. Sampel dikatakan positif (konfirmasi SARS-

CoV-2) bila rRT-PCR positif pada minimal dua target genom (N, E, S, atau

RdRP) yang spesifik SARS-CoV-2; ATAU rRT-PCR positif betacoronavirus,

ditunjang dengan hasil sequencing sebagian atau seluruh genom virus yang sesuai

dengan SARS-CoV-2.20 Hasil negatif palsu pada tes virologi dapat terjadi bila

kualitas pengambilan atau manajemen spesimen buruk, spesimen diambil saat

infeksi masih sangat dini, atau gangguan teknis di laboratorium. Oleh karena itu,

hasil negatif tidak menyingkirkan kemungkinan infeksi SARS-CoV-2, terutama

pada pasien dengan indeks kecurigaan yang tinggi.

2.5.1 Diagnosis

Definisi operasional pada kasus COVID-19 di Indonesia mengacu pada

panduan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang

mengadopsi dari WHO. Kasus probable didefinisikan sebagai PDP yang diperiksa

untuk COVID-19 tetapi hasil inkonklusif atau seseorang dengan dengan hasil

konfirmasi positif pancoronavirus atau betacoronavirus. Kasus terkonfirmasi

adalah bila hasil pemeriksaan laboratorium positif COVID-19, apapun temuan

klinisnya. Selain itu, dikenal juga istilah orang tanpa gejala (OTG), yaitu orang

14
yang tidak memiliki gejala tetapi memiliki risiko tertular atau ada kontak erat

dengan pasien COVID-19.21

Kontak erat didefinisikan sebagai individu dengan kontak langsung secara

fisik tanpa alat proteksi, berada dalam satu lingkungan (misalnya kantor, kelas,

atau rumah), atau bercakap-cakap dalam radius 1 meter dengan pasien dalam

pengawasan (kontak erat risiko rendah), probable atau konfirmasi (kontak erat

risiko tinggi).21 Kontak yang dimaksud terjadi dalam 2 hari sebelum kasus timbul

gejala hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Diagnosis komplikasi seperti

ARDS, sepsis, dan syok sepsis pada pasien COVID-19 dapat ditegakkan

menggunakan kriteria standar masing-masing yang sudah ditetapkan. Tidak

terdapat standar khusus penegakan diagnosis ARDS, sepsis, dan syok sepsis pada

pasien COVID-19.

2.5.2 Tatalaksana

A. Terapi Etiologi/Definitif

Biarpun belum ada obat yang terbukti meyakinkan efektif melalui uji klinis,

China telah membuat rekomendasi obat untuk penangan COVID-19 dan

pemberian tidak lebih dari 10 hari. Rincian dosis dan administrasi sebagai

berikut:22

IFN-alfa, 5 juta unit atau dosis ekuivalen, 2 kali/hari secara inhalasi; LPV/r,

200mg/50 mg/kapsul, 2 kali 2 kapsul/hari per oral; RBV 500 mg, 2-3 kali 500

mg/hari intravena dan dikombinasikan dengan IFN-alfa atau LPV/r; Klorokuin

15
fosfat 500 mg (300 mg jika klorokuin), 2 kali/ hari per oral; Arbidol

(umifenovir), 200 mg setiap minum, 3 kali/ hari per oral.

B. Manajemen Simtomatik dan Suportif

1. Oksigen

Pastikan patensi jalan napas sebelum memberikan oksigen. Indikasi

oksigen adalah distress pernapasan atau syok dengan desaturase, target

kadar saturasi oksigen >94%. Oksigen dimulai dari 5 liter per menit dan

dapat ditingkatkan secara perlahan sampai mencapai target. Pada kondisi

kritis, boleh langsung digunakan nonrebreathing mask.11

2. Antibiotik

Pemberian antibiotik hanya dibenarkan pada pasien yang dicurigai infeksi

bakteri dan bersifat sedini mungkin. Pada kondisi sepsis, antibiotik harus

diberikan dalam waktu 1 jam. Antibiotik yang dipilih adalah antibiotik

empirik berdasarkan dengan profil mikroba lokal.11

3. Kortikosteroid

Pemberian kortiksteroid penderita SARS yang diberikan kortiksteroid, di

antaranya termasuk kategori kritis. Hasil studi menunjukkan kortikosteroid

menurunkan mortalitas dan waktu perawatan pada SARS kritis. Dosis yang

diberikan adalah dosis rendah-sedang (≤0.5-1 mg/kgBB metilprednisolon

atau ekuivalen) selama kurang dari tujuh hari.

4. Plasma Konvalesen

Plasma dari pasien yang telah sembuh COVID-19 diduga memiliki efek

terapeutik karena memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2. Shen C, dkk.

16
melaporkan lima serial kasus pasien COVID-19 kritis yang mendapatkan

terapi plasma ini. Seluruh pasien mengalami perbaikan klinis, tiga

diantaranya telah dipulangkan.17 Biarpun studi masih skala kecil dan tanpa

control. plasma konvalesen telah disetujui FDA untuk terapi COVID-19

yang kritis. Donor plasma harus sudah bebas gejala selama 14 hari, negatif

pada tes deteksi SARS-CoV-2, dan tidak ada kontraindikasi donor darah.17

5. Imunoterapi

Identifikasi antibodi yang berpotensial sebagai vaksin dan antibodi

monoklonal. Mereka menggunakan ELISA untuk menemukan antibodi

yang sesuai, sampel berasal dari tikus percobaan. Hasil akhir menemukan

bahwa antibodi 47D11 memiliki potensi untuk menetralisir SARS-CoV-2

dengan berikatan pada protein S. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk

mempelajari perannya dalam COVID-19.17

2.6 Pencegahan

COVID-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena itu

pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Kunci pencegahan meliputi

pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan melakukan proteksi

dasar seperti :

a) Vaksin

b) Deteksi dini dan isolasi

c) Higiene, Cuci Tangan, dan Disinfeksi

d) Alat Pelindung Diri

17
e) Penggunaan Masker N95 dibandingkan Surgical Mask

f) Profilaksis Pasca pajanan

g) Penanganan Jenazah

2.7 Komplikasi

Komplikasi utama pada pasien COVID-19 adalah ARDS, tetapi menunjukkan

data dari 52 pasien kritis bahwa komplikasi tidak terbatas ARDS, melainkan juga

komplikasi lain seperti gangguan ginjal akut (29%), jejas kardiak (23%),

disfungsi hati (29%), dan pneumotoraks (2%). Komplikasi lain yang telah

dilaporkan adalah syok sepsis, koagulasi intravaskular diseminata (KID),

rabdomiolisis, hingga pneumomediastinum.23

2.8 Prognosis

Prognosis COVID-19 dipengaruhi banyak faktor. Tingkat mortalitas pasien

COVID-19 berat mencapai 38% dengan median lama perawatan ICU hingga

meninggal sebanyak 7 hari. Peningkatan kasus yang cepat dapat membuat rumah

sakit kewalahan dengan beban pasien yang tinggi. Hal ini meningkatkan laju

mortalitas di fasilitas tersebut.15 Laporan lain menyatakan perbaikan eosinofil

pada pasien yang awalnya eosinofil rendah diduga dapat menjadi prediktor

kesembuhan.15 Reinfeksi pasien yang sudah sembuh masih kontroversial. Studi

pada hewan menyatakan kera yang sembuh tidak dapat terkena COVID-19, tetapi

telah ada laporan yang menemukan pasien kembali positif rRT-PCR dalam 5-13

hari setelah negatif dua kali berturut-turut dan dipulangkan dari rumah sakit. Hal

18
ini kemungkinan karena reinfeksi atau hasil negatif palsu pada rRT-PCR saat

dipulangkan.15 Peneliti lain juga melaporkan deteksi SARS-CoV-2 di feses pada

pasien yang sudah negatif berdasarkan swab orofaring.

19
BAB 3

LAPORAN KEGIATAN

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai kasus Covid-19 di

masa pandemi ini, maka dilakukan metode penyuluhan dengan Bapak Lurah dan

Kepala Daerah sebagai perwakilan warga desa di Kecamatan Puri Kabupaten

Mojokerto. Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan paparan presentasi kepada

Bapak Lurah setempat dan kader perwakilan masyarakat yang hadir dan melakukan

siaran keliling di wilayah Desa Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto karena kondisi

pandemi yang meminimalisir pertemuan dengan banyak orang. Kegiatan penyuluhan

berupa materi tentang pandemi Covid-19 dan upaya pencegahan Covid-19 disertai

dengan sesi tanya jawab baik oleh perwakilan warga maupun lurah.

Penyuluhan berupa paparan materi dilakukan oleh 8 dokter internsip, 1 dokter

pembimbing puskesmas dan 4 tenaga kesehatan dari Puskesmas Puri, Kota

Mojokerto. Kegiatan penyuluhan dihadiri oleh 25 orang, yaitu 20 dokter intersip, 1

dokter pembimbing, 5 tenaga kesehatan, 1 lurah desa, 10 perwakilan warga desa.

Setelah penyuluhan dilakukan sesi tanya jawab dan berjalan dengan baik.

Penyuluhan berupa siaran keliling dilakukan oleh 8 dokter internsip secara

bergantian, 2 tenaga kesehatan dan 1 supir dari Puskesmas Puri, Kota Mojokerto.

Siaran keliling dilakukan di lingkup wilayah kecamatan Puri yang terdiri dari 16

wilayah yaitu Kenanten, Balongmojo, Banjargung, Brayung, Medali, Puri, Ketemas

Dungus, Kintelan, Plososari, Tampung, Kebon Agung, Mlaten, Tambak Agung,

20
Sumber Girang dan Sumolawang. Kegiatan siaran keliling juga diikuti edukasi

kepada warga dengan pemberian pamflet dengan Bahasa yang mudah dipahami dan

pembagian masker untul warga sekitar.

• Materi Covid-19 yang disampaikan dalam penyuluhan dalam bahasa yang

mudah dipahami masyarakat berupa

• Pengertian COVID-19, gejala, faktor resiko dan penularan

• Kontak erat, suspek, probabel dan terkonfirmasi Covid-19

• Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

• Pemulasaraan jenazah Covid-19 menurut protokol kesehatan

• Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau dapat menggunakan

pembersih tangan berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 sampai 30

detik

• Menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk menggunakan tisu dan

cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelahnya atau menggunakan

handsanitizer.

• Menggunakan masker kain ataupun medis Ketika keluar rumah dan

menerapkan 5M.

Akhir dari penyuluhan warga diharapkan dapat mengerti tentang Covid-19,

gejala, faktor resiko, penularan dan pencegahan penularan penyakit ini. Melalui

penyuluhan diharapkan tidak adanya kluster baru kasus terkonfirmasi Covid-19 pada

21
warga desa di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Secara keseluruhan kegiatan

penyuluhan ini berjalan dengan lancar.

Foto Penyuluhan oleh dr. Marischa Tita Thiono

22
Foto dr. Tiffany Wongsodiharjo bersama Bapak Lurah dan Kader Desa

Foto Penyuluhan Covid-19 berupa paparan materi oleh dr. Fildza Lovelia

Pribadi

23
Foto dr. Ayu Fionna Rizqa dan dr. Arif Fahmi Syaifudin bersama Bapak

Lurah dan warga setempat

Foto dr. Michael Wendy Susanto dan dr. dr. Marischa Tita Thiono bersama

kader

24
Foto Siaran Keliling oleh dr. Izzuddin Asy Syadid disertai pembagian masker

kepada warga setempat

Foto Siaran Keliling oleh dr. Tiffany Wongsodiharjo disertai pembagian

pamflet kepada warga setempat

25
Foto Siaran Keliling oleh dr. Mohammad Syaifuddin Fahmi disertai

pembagian masker kepada warga setempat

Foto Siaran Keliling oleh dr. Fildza Lovelia Pribadi disertai pembagian

masker kepada warga setempat

26
Foto bersama dokter internsip dengan dokter pembimbing Puskesmas Puri

beserta sebagian staff

27
BAB IV

KESIMPULAN

Pada Desember 2019, kasus pneumonia misterius pertama kali dilaporkan di

Wuhan, Provinsi Hubei. Sampel yang diteliti menunjukkan etiologi coronavirus baru.

Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-

nCoV), kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu

Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute

Respiratory Syndrome Coronavirus-2. Pada 12 Maret 2020, WHO mengumumkan

COVID-19 sebagai pandemik. Penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia

menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif.

Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar

saat batuk atau bersin.

Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penyuluhan tentang pemahaman

COVID-19 serta hidup bersih dan sehat. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan

tentang pemahaman COVID-19 diperlukan penjelasan materi tentang penyebab

COVID-19, tanda-tanda infeksi COVID-19, penyebaran COVID–19 serta

pencegahan dan penularan COVID–19.

Penyuluhan dilakukan oleh 20 dokter internsip, dokter pembimbing

puskesmas dan tenaga kesehatan dari Puskesmas Puri, Kota Mojokerto berjalan

28
dengan baik dan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat Desa Puri,

Mojokerto tentang COVID-19.

Saran

1. Kegiatan penyuluhan tentang COVID-19 sebaiknya dilakukan secara berkala

dalam kurun waktu tertentu, untuk meningkatkan pengetahuan tentang COVID-

19 kepada setiap warga desa Puri, Mojokerto.

2. Bekerjasama dengan pihak yang memberikan dukungan kebijakan untuk

membentuk satgas COVID-19 di setiap desa di kecamatan Puri, Mojokerto untuk

meningkatkan pelaksanaan protokol kesehatan sebagai langkah pencegahan

terjadinya COVID-19 di masyarakat.

29
DAFTAR PUSTAKA

Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and pathogenesis of coronavirus

disease (COVID-19) outbreak. J Autoimmun. 2020; published online March 3.

DOI: 10.1016/j.jaut.2020.102433.

Ren L-L, Wang Y-M, Wu Z-Q, Xiang Z-C, Guo L, Xu T, et al. Identification of a

novel coronavirus causing severe pneumonia in human: a descriptive study. Chin

Med J. 2020; published online February 11. DOI:

10.1097/CM9.0000000000000722.

World Health Organization. WHO Director-General’s opening remarks at the

media briefing on COVID-19 - 02 December 2020 [Internet]. 2020 [updated

2020 December 02]. Available from:

https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-general-s-opening-

remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19---02-december-2020.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Info Infeksi Emerging Kementerian

Kesehatan RI [Internet]. 2020 [updated 2020 March 30; cited 2020

December 02]. Available from: https:// infeksiemerging.kemkes.go.id/.

Zhu N, Zhang D, Wang W, Li X, Yang B, Song J, et al. A Novel Coronavirus

from Patients with Pneumonia in China, 2019. N Engl J Med.

2020;382(8):727-33.

Han Y, Yang H. The transmission and diagnosis of 2019 novel coronavirus

infection disease (COVID-19): A Chinese perspective. J Med Virol. 2020;

published online March 6. DOI: 10.1002/ jmv.2574

30
Riedel S, Morse S, Mietzner T, Miller S. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical

Microbiology. 28th ed. New York: McGrawHill Education/Medical; 2019.

p.617-22.

Zhu N, Zhang D, Wang W, Li X, Yang B, Song J, et al. A Novel Coronavirus

from Patients with Pneumonia in China, 2019. N Engl J Med.

2020;382(8):727-33.

Gorbalenya AE, Baker SC, Baric RS, de Groot RJ, Drosten C, Gulyaeva AA, et

al. The species Severe acute respiratory syndrome-related coronavirus:

classifying 2019-nCoV and naming it SARS-CoV-2. Nat Microbiol. 2020;

published online March 2. DOI: 10.1038/s41564-020-0695-z

Zhang H, Penninger JM, Li Y, Zhong N, Slutsky AS. Angiotensinconverting

enzyme 2 (ACE2) as a SARS-CoV-2 receptor: molecular mechanisms and

potential therapeutic target. Intensive Care Med. 2020

Zhou P, Yang X-L, Wang X-G, Hu B, Zhang L, Zhang W, et al. A pneumonia

outbreak associated with a new coronavirus of probable bat origin. Nature.

2020;579(7798):270-3.

Van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A,

Williamson BN, et al. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as

Compared with SARS-CoV-1. N Engl J Med. 20

Ong SWX, Tan YK, Chia PY, Lee TH, Ng OT, Wong MSY, et al. Air, Surface

Environmental, and Personal Protective Equipment Contamination by Severe

Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) From a

31
Symptomatic Patient. JAMA. 2020; published online March 4. DOI:

10.1001/jama.2020.3227

Kampf G, Todt D, Pfaender S, Steinmann E. Persistence of coronaviruses on

inanimate surfaces and their inactivation with biocidal agents. J Hosp Infect.

2020;104(3):246-51.

Fang L, Karakiulakis G, Roth M. Are patients with hypertension and diabetes

mellitus at increased risk for COVID-19 infection? Lancet Respir Med. 2020;

published online March 11. DOI: 10.1016/S2213-2600(20)30116-8.

Yang J, Zheng Y, Gou X, Pu K, Chen Z, Guo Q, et al. Prevalence of

comorbidities in the novel Wuhan coronavirus (COVID-19) infection: a

systematic review and meta-analysis. Int J Infect Dis. 2020; published online

March 12. DOI: 10.1016/j.ijid.2020.03.017.

World Health Organization. Clinical management of severe acute respiratory

infection when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected. Geneva:

World Health Organization; 2020.

Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical features of patients

infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet.

2020;395(10223):497-506.

Shi H, Han X, Jiang N, Cao Y, Alwalid O, Gu J, et al. Radiological findings from

81 patients with COVID-19 pneumonia in Wuhan, China: a descriptive study.

Lancet Infect Dis. 2020; published online February 24. DOI: 10.1016/S1473-

3099(20)30086-4.

32
Wang W, Xu Y, Gao R, Lu R, Han K, Wu G, et al. Detection of SARSCoV-2 in

Different Types of Clinical Specimens. JAMA. 2020; published online March

11. DOI: 10.1001/jama.2020.3786.

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoman

Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus Disease (COVID-19) Maret 2020.

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2020.

Dong L, Hu S, Gao J. Discovering drugs to treat coronavirus disease 2019

(COVID-19). Drug Discov Ther. 2020;14(1):58-60.

Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical features of patients

infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet.

2020;395(10223):497-506.

https://covid19.kemkes.go.id/

https://www.kemkes.go.id/article/view/20030400008/FAQ-Coronavirus.html

33

Anda mungkin juga menyukai