Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4102/Hukum dan Masyarakat
Kode/Nama UPBJJ : 50/SAMARINDA
Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA 1 . Berdasarkan Pasal 15 berbunyi “Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14”. Saya sepakat dalam pasal ini, namun dari keterangan media tersebut diatas, berisikan bahwa Pegawai BRI tersebut hanya mengarahkan, bisa jadi si Nasabah tersebut bingun mau dagang apa setelah menerima dana KUR yang dalam media tersebut tidak dijelaskan berapa besaran dana KUR yang nasabah tersebut terima, ditambah lagi nasabah di suruh membeli motor bekas di Showroom yang juga belum jelas berapa unit motor yang hendak dibelikan, di media tersebut hanya menjelaskan kerugian negara. Maka media tersebut seyogianya tidak memuatkan beritanya terlebih dahulu sebelum adanya persetujuan dari pihak yang akan di muat, jika tetap dilakukan pihak media bisa dijatuhkan hukuman berupa Perbuatan Tidak menyenangkan dan bisa jadi melanggar kode etik sebagai jurnalis. Yang saya sesalkan disini adalah kenapa Pegawai BRI tersebut yang notabennya adalah Petugas Peneliti Kelayakan Calon Penerima KUR tidak memeriksa lebih bijak terhadap nasabah yang akan menerima bantuan dana KUR, Pegawai BRI tersebut bisa dikenakan pasal yang berlapis karena dengan sengaja tidak meneliti lebih baik lagi yang Nasabah tersebut dapat dikategorikan adalah Nasabah Fiktif. Menurut analisis saya berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 3 Undang- undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi memiliki unsur-unsur yang sama yaitu samasama melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara dan negara hanya bedanya Pasal 3 jika perbuatan tersebut dilakukan dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukannya. Perbedaan antara kedua Pasal ini terletak pada kualitas dan kedudukan pelakunya. Pasal 3 lebih ditujukan pada pelaku senagai penyelenggara negara/Pegawai Negeri yang memiliki kewenangan dan kedudukan tertentu. Kualitas pelaku ini akan menentukan cara melakukan perbuatannnya uaitu dengan menyalahgunakan kewenangan atau jabatan yang melekat padanya. Jadi, apabila dicermati maka Pasal 3 merupakan kekhususan dari Pasal 2 sebagaimana dirumuskan berikut ini: Pasal 2: (1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya dirisendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonornian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.00.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan. Pasal 3: Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 dua puluh) tahun dan ataudenda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Sebagai Pasal yang merupakan kehususan dari Pasal yang lain maka seharusnya dalam penerapannya sesuai dengan asas Lex Specialist derogat Lex Generalist makaseharusnya Pasal 3 memiliki kekhususan pula. Seharusnya ancaman pidana pada pasal 3 lebih berat dari pada Pasal 2 dan pada pasal 3 tidak ada pemberatan sebagaimana Pasal 2 ayat (2).
2 . Pengertian perubahan sosial menurut Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi adalah
suatu proses perubahan, modifikasi, atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam pola hidup masyarakat, yang mencakup nilai-nilai budaya, pola perilaku kelompok masyarakat, hubungan-hubungan sosial ekonomi, serta kelembagaan-kelembagaan masyarakat, baik dalam aspek kehidupan material maupun nonmateri. Dari pandangan Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi dapat saya simpulkan bahwa adanya hubungan yang sering terjalin atau komunikasi yang baik antara Petugas BRI dengan Nasabah penerima KUR yang secara iseng iseng mengungkapkan kata kata “mengarahkan” pembelian motor bekas kepada Nasabah yang juga dapat diartikan tidak adanya niat atau iktikad serius dari seorang Petugas BRI tersebut.
3 . Kesadaran hukum dapat diartikan sebagai kesadaran seseorang atau
suatu kelompok masyarakat kepada aturan-aturan atau hukum yang berlaku.Kesadaran hukum sangat diperlukan oleh suatu masyarakat. Hal ini bertujuan agar ketertiban, kedamaian, ketenteraman, dan keadilan dapat diwujudkan dalam pergaulan antar sesama. Seyogianya sebagai seorang Petugas Peneliti Kelayakan Calon Penerima KUR harus lebih memperhatikan aturan aturan dan tidak dibenarkan berbicara walaupun dapat diartikan bicara iseng kepada Nasabah karena bisa menjadi rekam jejak. Nasabah juga tidak bisa melakukan perbuatan tersebut yang dapat diartikan Nasabah Fiktif dan dapat merugikan negara atas perbuatan yang dimohonkan ke pada BRI Unit Leces tersebut.