Anda di halaman 1dari 4

CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Akreditasi PB IDI–2 SKP

Faktor-faktor Prognostik Bangkitan Neonatus


Scorpicanrus Tumpal Andreas, Ida Bagus Eka Utama
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, Indonesia

ABST AK
Bangkitan neonatus (neonatal seizures) sangat berhubungan dengan mortalitas dan morbiditas di ruang perawatan perinatologi. Mekanisme
penting bangkitan neonatus antara lain: peningkatan eksitabilitas, penurunan efektivitas inhibisi neurotransmiter pada otak imatur, konfigurasi
kanal ion, dan peranan neuropeptida. Penyebabnya merupakan faktor utama prognosis. Berat badan lahir, skor APGAR, pemeriksaan neurologis
saat bangkitan, ultrasonografi (USG) otak, terapi antikonvulsan, dan adanya status epileptikus juga mempengaruhi prognosis.

Kata kunci: Bangkitan neonatus, faktor prognosis

ABST ACT
Neonatal seizures were strongly associated with perinatal mortality and morbidity. Mechanisms of neonatal seizures include increased neonatal
excitability, reduced effectiveness of neurotransmitter inhibition in immature brain, ion channel configuration, and role of neuropeptides. The
etiology was a major factor in prognosis. Besides birth weight, APGAR score, neurological examination during seizures, brain ultrasonography
(USG), anticonvulsant therapy, and the presence of status epilepticus affect the prognosis. Scorpicanrus Tumpal Andreas Ida Bagus ka
tama. Contributing actors in rognosis o Neonatal Sei ures

Keywords: Neonatal seizure, prognostic factors

NDA AN Meskipun ada perbaikan perawatan eksitasi sinaps fisiologis dan sinaptogenesis.1,3,5
Bangkitan (seizure) merupakan manifestasi perinatologi, bangkitan neonatus masih erat
gangguan neurologi dan salah satu kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas, Neuron sistem saraf pusat mengalami
kedaruratan yang paling sering ditemukan sehingga perlu diketahui faktor-faktor depolarisasi sebagai hasil perpindahan
pada neonatus.1 Bangkitan pada neonatus yang berperan dalam prognosis bangkitan natrium ke dalam sel dan repolarisasi dengan
sering terkait dengan penyakit tertentu dan neonatus untuk merencanakan diagnostik, keluarnya kalium.3 Bangkitan terjadi apabila
dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan terapi, dan intervensi rehabilitasi.1 depolarisasi berlebihan sehingga terbentuk
cedera otak, sehingga membutuhkan gelombang listrik berlebihan. Hal-hal yang
tatalaksana sesuai penyakit yang De nisi Bangkitan memungkinkan terjadinya depolarisasi
mendasarinya, selain itu bangkitan dapat Bangkitan adalah perubahan fungsi otak berlebihan:3,5
membutuhkan dukungan alat-alat suportif secara mendadak dan sementara akibat 1. Kegagalan pompa natrium-kalium karena
misalnya alat bantu napas.1 aktivitas neuronal abnormal dan terjadinya terganggunya produksi energi misalnya
pelepasan listrik serebral abnormal secara pada keadaan hipoksemia, iskemia,
Angka kejadian bangkitan berkisar 1-5 per berlebihan.4,5 hipoglikemia.
1.000 kelahiran neonatus cukup bulan dan 2. Kelebihan relatif neurotransmiter eksitasi
kurang bulan.1 Kejadiannya lebih tinggi, yaitu ato siologi dibandingkan inhibisi misalnya pada
3,9% pada bayi kurang bulan dengan usia Perkembangan otak anak terjadi sangat cepat penggunaan piridoksin.
kehamilan kurang dari 30 minggu.2 Angka ini sejak baru lahir sampai 2 tahun yang disebut 3. Kekurangan relatif neurontransmiter
mungkin dapat lebih tinggi karena bangkitan sebagai periode emas.1 Pembentukan sinaps inhibisi
neonatus sering terdeteksi hanya dengan serta kepadatan dendrit di sumsum tulang 4. Perubahan permeabilitas membran
pemeriksaan EEG tanpa gejala klinis yang belakang sangat aktif pada kehamilan sampai neuron menyebabkan pergerakan
jelas.2 bulan pertama setelah kelahiran.3 Saat baru natrium yang mengakibatkan depolarisasi
lahir merupakan periode tertinggi aktivitas berlebihan misalnya pada keadaan
Alamat Korespondensi email: st.ndrew@gmail.com

CDK-288/ vol. 47 no. 7 th. 2020 501


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

hipokalsemia dan hipomagnesemia. dengan otak matur, CRH diekskresi lebih A. N BAB BAN KITAN N NAT S:3 7 10
banyak pada 2 minggu awal kehidupan. 1. As ksia perinatal adalah penyebab paling
Perubahan fisiologis saat bangkitan berupa CRH juga meningkat pada keadaan stres, sering bangkitan neonatus; merupakan
penurunan tajam kadar glukosa otak sehingga bangkitan pada otak imatur kegawatan bayi baru lahir berupa kegagalan
dibandingkan kadar glukosa darah yang tetap dapat memicu bangkitan berulang. bernapas spontan dan teratur segera
normal atau meningkat disertai peningkatan setelah lahir.3 Keadaan ini disertai hipoksia,
laktat.5 Hal ini merupakan refleksi kebutuhan Bangkitan neonatus berbeda dari bangkitan hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis.3
otak yang tidak dapat dipenuhi secara pada bayi dan anak. Bangkitan neonatus Konsekuensi fisiologis yang terutama adalah
adekuat.5 Laktat terkumpul dan berakumulasi lebih bersifat fragmenter, kurang terorganisasi depresi susunan saraf pusat (SSP), sehingga
selama bangkitan, sehingga pH arteri turun dan hampir tidak pernah bersifat umum didapatkan gangguan neurologis berupa
cepat yang dapat menyebabkan tekanan tonik-klonik.1,4 Hal ini berkaitan dengan hypoxic ischaemic encephalopathy (HIE).4
darah sistemik meningkat dan aliran darah ke perkembangan neuroanatomi dan Proses kelahiran selalu menimbulkan asfiksia
otak menurun.5 neurofisiologi masa perinatal.1,3 ringan bersifat sementara, yang dianggap
perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat
Beberapa mekanisme penting terjadinya Organisasi korteks serebri pada neonatus pernapasan agar terjadi primary gasping yang
bangkitan neonates:5 belum sempurna, selain itu pembentukan kemudian berlanjut menjadi pernapasan
1. Peningkatan eksitabillitas. Jumlah dendrit, akson, sinaptogenesis, dan proses teratur.4 Asfiksia ini tidak mempunyai
neurotransmiter seperti glutamat, mielinisasi dalam sistem eferen korteks belum pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi.4,5
α -amino-3-hydroxy-5-methyl-4- selesai.3 Hal ini mengakibatkan bangkitan tidak
isoxazolepropionic acid (AMPA), dan dapat menyebar ke bagian otak lain, sehingga Kegagalan pernapasan mengganggu
N-methyl-D-aspartate (NMDA) meningkat tidak menyebabkan bangkitan umum.3 pertukaran oksigen dan karbondioksida,
tajam pada dua minggu awal kelahiran Pada neonatus daerah subkorteks seperti sehingga oksigen berkurang dan
untuk membantu pembentukan sinaps. sistem limbik berkembang lebih dahulu karbonmonoksida meningkat diikuti asidosis
Selain itu, pada periode ini neuron sangat dibandingkan korteks dan bagian ini sudah respiratorik.4 Apabila proses berlanjut,
sensitif terhadap magnesium. Magnesium terhubung dengan diensefalon dan batang metabolisme sel akan berlangsung dalam
merupakan inhibitor reseptor endogen otak, sehingga bangkitan pada neonatus lebih suasana anaerob berupa glikolisis glikogen,
alamiah, sehingga berdampak pada banyak bermanifestasi gerakan-gerakan oral- sehingga sumber glikogen utama di jantung
meningkatnya eksitabilitas otak bayi. buccal lingual movements seperti mengisap, dan hati akan berkurang dan terjadi asidosis
2. Penurunan efektivitas neurotansmiter mengunyah, drooling, gerakan bola mata, dan metabolik.4,5 Pemakaian sumber glikogen
inhibisi pada otak imatur. Fungsi inhibisi apnea.3-5 untuk energi metabolisme sel anaerob
reseptor gamma-aminobutyric acid menyebabkan hipoglikemia.4,5 Asfiksia
(GABA) agonis terbentuk dan berkembang Hubungan antara sinaps eksitasi dan inhibisi berat menyebabkan kerusakan membran
perlahan-lahan. Fungsi pengikatan merupakan faktor penentu apakah bangkitan sel terutama sel susunan saraf pusat
reseptor GABA, pembentukan enzim dan akan menyebar ke daerah lain.3 Kecepatan menyebabkan gangguan elektrolit yang
ekspresi reseptor lebih rendah pada awal perkembangan aktivitas sinaps eksitasi berakibat hiperkalemia dan pembengkakan
kehidupan, sehingga sel saraf neonatus dan inhibisi otak manusia berbeda-beda.3 sel.4 Kerusakan sel otak terjadi setelah asfiksia
lebih mudah tereksitasi, dan lebih mudah Sinaps eksitasi berkembang lebih dahulu berlangsung selama 8-15 menit.4 Manifestasi
terjadi bangkitan. dibandingkan sinaps inhibisi terutama kerusakan sel otak dapat berupa HIE yang
3. Konfigurasi kanal ion lebih mengarah di daerah limbik dan korteks.3 Selain itu, terjadi setelah 24 jam pertama ditandai gejala
ke depolarisasi pada awal kehidupan. bangkitan lebih mudah terjadi di daerah seperti bangkitan subtle, multifokal, atau fokal
Regulasi kanal ion mengatur hipokampus dan neuron korteks yang masih klonik.5 Manifestasi ini dapat muncul sampai
eksitabilitas neuron dan seperti reseptor imatur dibandingkan di daerah yang telah hari ke-7 dan untuk diagnosis diperlukan
neurotransmiter, regulasi kanal ion matur.3,5 Belum berkembangnya sistem pemeriksaan penunjang seperti USG dan
terbentuk dan berkembang perlahan- inhibisi substansia nigra juga mempermudah EEG.6 Skor APGAR pada menit ke-1, 5, 10
lahan. Mutasi kanal ion K+(KCNQ2 timbulnya bangkitan.5 adalah untuk diagnosis dan klasifikasi derajat
dan KCNQ3) yang berhubungan asfiksia secara cepat.7 Skor APGAR merupakan
dengan bangkitan neonatus familial, AKT AKT AN B AN metode objektif untuk menilai kondisi bayi
menyebabkan hiperpolarisasi K+ yang Pisani, dkk. menyebutkan bahwa penyebab baru lahir dan berguna untuk memberikan
berakibat terjadinya potensial aksi yang bangkitan, berat lahir, skor APGAR, informasi keadaan bayi secara keseluruhan
berulang cepat. pemeriksaan neurologis saat bangkitan, dan keberhasilan tindakan resusitasi.4,5 Skor
4. Peranan neuropeptida saat terjadinya ultrasonografi (USG) otak, keberhasilan terapi APGAR rendah memerlukan resusitasi bayi
hipereksitabilitas pada otak imatur. Sistem antikonvulsan, dan adanya status epileptikus baru lahir lebih dari 5 menit, sehingga berisiko
neuropeptida berfluktuasi dinamis pada mempengaruhi prognosis bangkitan asfiksia yang menyebabkan bangkitan
periode perinatal. Contohnya corticotropin neonatus.6 Selain itu, penyebab bangkitan neonatus.7,10
releasing hormone (CRH), yang memicu merupakan faktor utama penentu prognosis.6
eksitasi neuron. Jika dibandingkan

502 CDK-288/ vol. 47 no. 7 th. 2020


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

2. erdarahan intrakranial3-5 „ Gangguan asam-amino. Bangkitan epileptikus menjadi faktor prognosis buruk.13
a. erdarahan subarakhnoid bervariasi disertai kelainan neurologi Penelitian di Denmark menyimpulkan bahwa
Perdarahan yang sering dijumpai pada lain; selain itu disertai peningkatan kadar neonatus kurang bulan, berat badan lahir
neonatus terutama akibat proses partus ammonia darah dan keadaan asidosis. rendah, dan pertumbuhan janin terhambat
lama.3,4 Awalnya bayi terlihat baik namun menjadi faktor risiko epilepsi.14
tiba-tiba timbul bangkitan pada hari pertama 1. In eksi intrakranial. Dapat disebabkan
dan kedua.3,4 Biasanya bayi tampak sakit berat bakteri ataupun non-bakteri; terjadi selama B. AKT IB
pada 1-2 hari pertama dan timbul tanda-tanda dalam kandungan, saat persalinan, atau 1. Status paritas ibu. Glass, dkk. mendapatkan
peningkatan tekanan intrakranial seperti periode perinatal 4,5 peningkatan risiko bangkitan neonatus pada
ubun-ubun besar membonjol dan tegang, „ Infeksi bakteri. Meningitis Streptococcus bayi dari ibu primipara dibandingkan bayi dari
muntah proyektil, dan bangkitan.3-5 group B, Escherichia coli, atau Listeria ibu multipara.15 Hal ini ditunjang oleh pendapat
monocytogenes ditandai bangkitan saat bahwa bayi yang lahir dari ibu primipara lebih
b. erdarahan subdural minggu pertama kehidupan. berisiko trauma dan perdarahan intrakranial
Perdarahan ini akibat robekan tentorium „ Infeksi non-bakteri. Penyebabnya: akibat partus lama, persalinan sulit oleh
dekat falks serebri;3,4 biasanya jika ada molase toksoplasma, herpes simpleks, kelainan kedudukan janin dalam rahim,
berlebihan di letak verteks, letak wajah, dan cytomegalovirus, rubella, virus coxsakie B. ataupun lahiran/ partus presipitatus.8 Bayi
partus lama.4 Manifestasi klinis biasanya sama lahir dari ibu primipara juga memiliki risiko
dengan HIE.5 Jika terjadi penekanan batang 2. utus obat. Obat yang menyebabkan gangguan pernapasan saat kelahiran akibat
otak dapat timbul pernapasan tidak teratur ketergantungan dan putus obat (terkadang persalinan lama.15 Gangguan napas jika tidak
disertai penurunan kesadaran, tangisan ditandai bangkitan) pada bayi, yaitu analgesik ditangani segera akan menyebabkan asfiksia
melengking, ubun-ubun besar membonjol seperti heroin, metadon, propoxyphene; yang berisiko ensefalopati hipoksik-iskemik;8
dan tegang.5 Mortalitas tinggi dan jika hidup hipnotik-sedatif seperti secobarbital, dan terjadi hipoksemia, iskemia, dan berkurangnya
biasanya dengan gejala sisa neurologis.5 alkohol.4 perfusi oksigen ke jaringan otak.15 Perdarahan
subarakhnoid sering akibat robekan vena
c. erdarahan periventrikular/ 3. Toksin. Pemberian anestesi lokal yang tidak superfisial pada partus lama; biasa disertai
intraventrikular tepat selama persalinan (anestesi paraservikal, ensefalopati hipoksik-iskemik ringan yang
Manifestasi klinis tergantung beratnya pudendal, lumbal) dapat menyebabkan akan menimbulkan manifestasi bangkitan
penyakit dan saat mulai perdarahan.3,4 Pada bangkitan umum tonik-klonik.4 pada hari pertama atau kedua meskipun
trauma atau asfiksia biasanya timbul pada hari keadaan awalnya baik.8 Perdarahan subdural
pertama dan kedua.3,4 Gejalanya gangguan Penelitian di Pittsburgh mendapatkan dari akibat robekan tentorium di dekat falks
napas, bangkitan tonik umum, deserebrasi, 131 bangkitan neonatus, 50% lahir saat serebri disebabkan molase kepala berlebihan
stupor, atau koma.5 kehamilan < 37 minggu dan 28% saat pada letak verteks, letak muka, dan partus
kehamilan < 31 minggu.8 Studi Tekgul, dkk. lama yang sering dialami ibu primipara.15
3. Kelainan metabolik4 menunjukkan pada bayi lahir kurang bulan, Darah terkumpul di fossa posterior dan dapat
„ Hipoglikemia sering pada pertumbuhan 40% gangguan neurologis berhubungan menekan batang otak.15 Manifestasi klinis
janin terhambat dan dari ibu dengan dengan HIE, 5% disgenesis serebral, 17% hampir sama dengan ensefalopati hipoksik-
diabetes melitus (DM). perdarahan intrakranial, 3% infeksi, dan iskemik ringan sampai sedang yang bisa
„ Hipokalsemia sering pada bayi berat lahir 12% tidak diketahui.8 Penelitian retrospektif berkembang menjadi bangkitan neonatus.15
rendah, dari ibu penderita DM, asfiksia, selama 7 tahun di Connecticut pada 77
dari ibu penderita hiperparatiroid, bayi penderita bangkitan neonatus yang menjalani 2. In eksi intrauterin. Infeksi dapat terjadi
dengan sindrom DiGeorge. Sering disertai perawatan di ruang intensif, 59% neurologis di dalam rahim, selama persalinan, atau
hipomagnesemia. abnormal, 40% retardasi mental, dan 43% segera sesudah lahir.4 Infeksi dalam rahim
„ Hiponatremia terjadi jika tatalaksana palsi serebral.11 Penelitian Nemati, et al, untuk terjadi karena infeksi primer ibu seperti
cairan tidak tepat atau bagian dari mencari etiologi dan menilai perkembangan toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, dan
syndrome of inappropriate antidiuretic neurologi jangka panjang pada 89 bayi herpes.1,8,10 Selama persalinan atau segera
hormone (SIADH). cukup bulan yang mengalami bangkitan, sesudah lahir, bayi dapat terinfeksi virus
„ Hipernatremia umumnya saat dehidrasi menemukan 7% kematian, 28% gangguan herpes simpleks, virus Coxsackie, E. coli, dan
karena pemberian ASI tidak adekuat, neurologis jangka panjang.10 Hasil EEG dan Streptococcus B yang dapat menyebabkan
penggunaan natrium bikarbonat neuroimaging normal merupakan faktor ensefalitis dan meningitis.1 Meningitis
berlebihan, pemberian susu formula prognosis baik.12 Penelitian di Italia pada 51 bakterial dapat timbul dalam 48 jam pertama
dengan konsentrasi tidak tepat. neonatus kurang bulan dan 55 neonatus sesudah kelahiran, biasanya sesudah hari
„ Ketergantungan piridoksin umumnya cukup bulan dengan status epileptikus dan kelima tetapi manifestasi klasik jarang terlihat
pada bangkitan yang resisten terhadap diamati sampai usia 24 bulan, menjumpai pada bayi baru lahir.4,10,15 Gejala bangkitan
antikonvulsan. Bayi mengalami bangkitan 34% normal, 19% meninggal, 47% dengan biasanya terjadi pada separuh bayi baru lahir
intrauterin dan lahir dengan mekonium gangguan neurologis, dan menyimpulkan yang menderita meningitis.15 Tanda dan
berwarna hijau. bahwa berat lahir, USG otak abnormal, status gejala infeksi bakteri masa kehamilan, yaitu

CDK-288/ vol. 47 no. 7 th. 2020 503


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

demam pada ibu dengan suhu lebih dari C. AKT BA I dan menjadi penyebab tersering ensefalopati
37,9°C sebelum dan saat persalinan, pecahnya 1. Tindakan resusitasi. Bayi baru lahir hipoksik-iskemik.4,15 Keadaan ini merupakan
ketuban lebih dari 24 jam sebelum kelahiran memerlukan adaptasi untuk dapat bertahan penyebab tersering bangkitan neonatus.15
janin, cairan ketuban berbau busuk, tanda hidup di luar rahim, terutama pada menit-
ikterik pada ibu, distensi berat abdomen ibu, menit awal kehidupan.4,10,15 Setelah penjepitan 3. asa gestasi. Bayi yang dilahirkan pada
dan tanda-tanda lokal lainnya, seperti nyeri tali pusat yang menghentikan penyaluran usia kehamilan sampai 37 minggu disebut
sendi, pembengkakan sendi, keterbatasan oksigen dari plasenta, bayi akan beradaptasi bayi prematur.4 Bayi prematur belum memiliki
bergerak ibu, dan iritabilitas.8 Infeksi intrauterin untuk bernapas spontan.4 Bila bayi depresi dan organ-organ yang tumbuh dan berkembang
dapat didiagnosis dengan adanya demam tidak mampu memulai napas spontan yang lengkap, sehingga akan lebih sulit hidup
pada ibu, nyeri rahim, cairan ketuban berbau memadai, bayi akan mengalami hipoksia yang normal; makin pendek usia kehamilan,
busuk, atau visualisasi nanah saat pemeriksaan akan menjadi asfiksia.10,15 Tujuan resusitasi makin kurang sempurna pertumbuhan
spekulum, dan denyut jantung ibu ≥100 kali adalah memberikan ventilasi adekuat, dan perkembangan organ tubuh bayi,
per menit atau denyut jantung janin ≥160 oksigen, dan curah jantung yang cukup untuk sehingga mortalitas serta komplikasi setelah
kali per menit.15 Infeksi intrauterin dapat menyalurkan oksigen ke otak, jantung, dan lahir meningkat.15 Perdarahan intrakranial,
menyebabkan persalinan preterm dengan alat vital lainnya.4 Asfiksia adalah penyebab asfiksia, dan gangguan keseimbangan
tanda leukositosis darah tepi ibu.15 Persalinan tersering bangkitan pada neonates;4,10 asam basa dapat mengakibatkan bangkitan
preterm mengakibatkan organ-organ bayi asfiksia akan menyebabkan ensefalopati neonatus.15 Perdarahan intrakranial pada bayi
belum tumbuh sempurna mengakibatkan hipoksik-iskemik yang merupakan masalah prematur dan berat badan lahir rendah akan
rentan terkena penyakit, salah satunya neurologis penting pada masa neonatal dan menimbulkan gejala dalam beberapa menit
adalah bangkitan neonatus.10 Lieberman menimbulkan gejala sisa neurologis.4 Pada sampai beberapa jam sebagai gangguan
menyebutkan bahwa ibu dengan demam ensefalopati hipoksik-iskemik kadar oksigen respirasi, bangkitan tonik umum, pupil
di atas 101°F sebelum dan saat persalinan menuju otak dan perfusi jaringan ke otak terfiksasi, kuadriparesis flaksid, deserebrasi,
berkaitan dengan risiko bangkitan neonatus.15 berkurang, sehingga dapat terjadi bangkitan dan stupor atau koma dalam.15
neonatus.15
3. Cara persalinan. Cara persalinan dengan IN KASAN
sectio caesarea dapat meningkatkan risiko 2. awat janin. Gawat janin adalah keadaan Penyebab bangkitan merupakan faktor utama
trauma kepala dan perdarahan intrakranial janin tidak memperoleh cukup pasokan prognosis. Selain itu, status paritas ibu, infeksi
yang dapat berakibat bangkitan neonatus.15 oksigen.4,15 Ciri-ciri janin dengan kegawatan intrauterin, cara persalinan, tindakan resusitasi,
Perdarahan subarakhnoid sering dijumpai adalah frekuensi denyut jantung janin kurang berat lahir, skor APGAR, masa gestasi, status
akibat robekan vena superfisial akibat dari 120 kali per menit atau lebih dari 160 kali neurologis saat bangkitan, ultrasonografi otak
komplikasi persalinan sectio cesarea.10,15 per menit, berkurangnya gerakan janin, dan air (USG), keberhasilan terapi antikonvulsan dan
Keadaan ini biasa disertai ensefalopati ketuban bercampur mekonium dan berwarna adanya status epileptikus juga mempengaruhi
hipoksik-iskemik ringan yang akan kehijauan.4 Janin yang mengalami kegawatan prognosis.
menimbulkan bangkitan pada hari pertama karena berkurangnya pasokan oksigen ke
atau kedua meskipun keadaan awalnya baik.15 jaringan otak dapat terkena asfiksia intrauterin

DA TA STAKA
1. Glass HC. Neonatal seizures: Advances in mechanisms and management. Clin Perinatol. 2014;41:177-90
2. Bangkitan pada neonatus. Paket pelatihan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK).Departemen Kesehatan RI. 2008. p. 273-9
3. Kang SK, Kadam SD. Neonatal seizures: Impact on neurodevelopmental outcomes. Frontiers in Pediatrics. 2015;3:1-9
4. Gomella TL. Seizures in neonate. In: Gomella TL. Neonatology: Management, procedures, on call problems, disease, and drug. Mc Graw Hill Co. 6th Ed. 2009. p.
659-65
5. Frances E, Jensen, Faye S, Silverstein. Neonatal seizures. In: Swaiman KF, Ashwal, Ferriero DM, eds. Pediatric neurology. 5th Ed. 2012. p. 33-46.
6. Pisani F, Sisti L, Seri F. A scoring system for early prognostic assessment after neonatal seizures. Pediatrics. 2009; 124:580-7
7. Nunes ML, Martins MP, Barea BM, Wainberg RC, da Costa JC. Neurological outcome of newborns with neonatal seizures. Arq Neuropsiquiatr. 2008;66(2):168-74
8. Spagnoli C, Falsaperla R, Deolmi M, Corsello G, Pisani F. Symptomatic seizures in preterm newborns: A review on clinical features and prognosis. Italian J Pediatr.
2018;44(115):1-7
9. Ronen GM, Buckley D, Penney S, Streiner DL. Long-term prognosis in children with neonatalseizures. Neurology. 2007;69(19):1816–22
10. Nemati H, Karimzadeh P, Fallahi M. Causes and factors associated with neonatal seizures and its short-term outcome: a retrospective prognostic cohort study. Iran
J Child Neurol. 2018;12(3):59-68
11. Brunquell PJ, Glennon CM, DiMario FJ Jr, Lerer T, Eisenfeld L. Prediction of outcome based onclinical seizures type in newborn infants. J Pediatr. 2002;140(6):707–12
12. Tekgul H, Gauvreau K, Soul G, Murphy L, Robertson R, Stewart J, et al. The current etiologic profile and neurodevelopmental outcomeof seizures in term newborn
infants. Pediatrics. 2006;117(4):1270 –80
13. Pisani F, Cerminara C, Fusco C, Sisti L. Neonatal status epilepticus vs recurrent neonatal seizures:clinical findings and outcome. Neurology.2007;69(23):2177–85
14. Sun Y, Vestergaard M, Pedersen CB, Christensen J, Basso O, Olsen J. Gestational age, birth weight,intrauterine growth, and the risk of epilepsy. Am J Epidemiol.
2008;167(3):262–70

504 CDK-288/ vol. 47 no. 7 th. 2020

Anda mungkin juga menyukai