Anda di halaman 1dari 18

SINEMA KOREA

카트 (CART, 2014)

Dosen Pengampu :

Dr. Hwang Who Young, M.A.

Disusun Oleh :

Anggita Lintang Herdiwan (22/497019/SA/21541)

Matthew Christian Aruan (22/497204/SA/21569)

Rifasya Nathania Ibrahim (22/497805/SA/21619)

Vira Ardiana Puspaningrum (22/493770/SA/21380)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA FAKULTAS ILMU


BUDAYA

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

2023
1. SINOPSIS FILM 카트 (CART, 2014)

Cart (카트) merupakan sebuah film berdasarkan kisah nyata yang rilis pada tahun
2014. Film ini disutradarai oleh Boo Jiyoung dan telah mendapatkan beberapa
penghargaan. Film Cart merupakan sebuah film yang bercerita tentang pemogokan kerja
karyawan di sebuah Supermarket beserta peristiwa unjuk rasa yang dilakukan oleh para
karyawan supermarket tersebut. Film ini dibuka dengan para karyawan di supermarket
bernama The Mart (더마트) yang sedang berbaris. Kemudian diperkenalkan seorang ibu
bersama Han Sunhee yang telah bekerja di The Mart selama 5 tahun dan merupakan salah
satu pekerja terbaik. Ia dijanjikan agar segera dipromosikan menjadi karyawan tetap.
Pertemuan tersebut berlangsung dengan bahagia dan ditutup oleh motto kerja para
karyawan “Pelanggan adalah raja, Layanan untuk kepuasan pelanggan. Jika perusahaan
bertahan, kita bertahan hidup. Kami mencintai pelanggan.”

Sunhee merupakan seorang ibu yang memiliki dua orang anak. Suaminya
bekerja di laut sehingga jarang pulang. Karena biaya anak-anaknya, Sunhee harus
bekerja dengan giat di The Mart. Namun, ia sangat senang begitu mengetahui bahwa ia
sebentar lagi akan dipromosikan menjadi karyawan tetap dan berjanji akan membelikan
anak tertua laki-lakinya bernama Taeyoung sebuah ponsel baru.

Hyemi, Seorang kasir pada saat itu mendapatkan perlakuan tidak mengenakan
dari pelanggan yang saat itu membawa barang-barang dari luar. Ia menegur pelanggan

1
tersebut sesuai dengan kebijakan The Mart yang berlaku, namun pelanggan tersebut
justru malah marah dan melaporkan perbuatan Hyemi yang menyebabkan Hyemi
dipaksa untuk meminta maaf dan berlutut kepada pelanggan tersebut. Hyemi adalah
seorang ibu yang membesarkan anak laki-lakinya yang masih kecil sendirian, jadi dia
tidak dapat melakukan pekerjaan tambahan karena perlu menjemput anaknya di sekolah.

Beberapa hari kemudian, The Mart digegerkan dengan sebuah papan


pengumuman yang menyatakan bahwa karyawan kontrak akan diberhentikan secara
sepihak dan tiba-tiba pada bulan depan padahal beberapa dari mereka kontraknya masih
belum habis. Perusahaan secara mendadak memutuskan untuk memberhentikan mereka
secara sepihak dengan alasan sebagai salah satu bentuk efisiensi kemajuan perusahaan.
Sunhee, karyawan yang dijanjikan akan menjadi karyawan tetap juga tidak luput dari
pemberhentian mendadak tersebut. Mereka Pun menuntut penjelasan dari pihak
perusahaan.

Kekesalan mereka memuncak sehingga mereka memutuskan untuk membuat


sebuah serikat yang dipimpin oleh Hyemi, Sunhee, dan seorang pekerja senior. Ketiga
orang tersebut mulanya menghadap perusahaan dan membicarakan masalah ini secara
baik-baik. Namun respon perusahaan justru tidak peduli dan keputusan mereka sudah
bulat. Oleh karena itu, mau tak mau serikat ini memikirkan cara lain. Cara awal yang
dilakukan adalah dengan melakukan mogok kerja dan menutup kemudian menginap di
the mart. Hal ini menyebabkan The Mart tidak dapat beroperasi secara normal dan
mengalami kerugian dengan jumlah yang sangat besar.

Para pekerja ini mayoritas adalah seorang ibu-ibu yang perlu menghidupi
keluarganya. Mereka menginginkan setidaknya mereka bisa bekerja hingga kontrak
mereka habis dan perusahaan memberikan hak yang mereka janjikan. Karena
mendapatkan pekerjaan adalah hal yang susah terutama 80% dari mereka adalah ibu-ibu
yang usianya tidak muda lagi tetapi harus tetap mencari uang untuk menghidupi
keluarganya.

Respon dari perusahaan justru mereka mengirimkan polisi untuk membubarkan


pekerja dengan kasar. Polisi malah menangkap, memukul dan melakukan kekerasan
lain. Hingga puncaknya adalah karyawan tetap juga mengalami imbas dan mengalami
ketidakadilan. Sehingga seorang manajer yang dari awal memihak karyawan

2
diberhentikan dan bergabung dengan serikat. Manajer Kang pun diangkat sebagai ketua
serikat.

Perlawanan dan pemogokan kerja pun terus berlangsung namun mereka masih
belum mendapatkan hak-hak mereka. Perusahaan justru melakukan cara-cara licik untuk
memberhentikan aksi mereka. Perjuangan mereka berlangsung untuk waktu yang lama.
Hingga akhirnya perusahaan setuju untuk mengembalikan karyawan ke posisi semula
dengan syarat ketua serikat setuju untuk menyerahkan posisinya.

3
2. ANALISIS FILM 카트 (CART, 2014)

2.1 Analisis Perburuhan

2.1.1 Komodifikasi Pekerja


Film ini merefleksikan dengan baik bagaimana perusahaan dapat semena-
mena memberhentikan karyawan dengan dalih penjualan yang menurun atau terdapat
kerugian. Pekerja pun diperlakukan hanya sebagai komoditas yang dapat dicabut dan
digantikan dan bukan sebagai manusia yang memiliki kehidupannya sendiri. Ironi
terbesar dapat kita lihat dari motto yang kita dengar di awal film “Jika perusahaan
bertahan, kita bertahan hidup.” Menurut kelompok kami, kalimat ini merupakan salah
satu bentuk foreshadowing dimana sebenarnya para pekerja takkan bertahan hidup
pada akhirnya jika hanya mengandalkan perusahaan yang terus mengeksploitasi
mereka dan tidak mempertahankan hak mereka sebagai pekerja karena atasan
perusahaan tidak akan segan untuk melakukan segala upaya untuk mencabut mereka
yang menentang keputusan pihak atas perusahaan.

2.1.2 Mitos Meritokrasi dan Eksploitasi


Meritokrasi adalah sebuah gagasan dimana orang yang berusaha paling
keraslah yang akan maju dan berdiri di atas. Seperti pada awal film dimana Han
Sunhee dipanggil ke tengah sebagai contoh seorang pekerja keras yang telah bekerja
selama 5 tahun dengan catatan yang bersih. Atasan para pekerja menjanjikan Sunhee
pekerjaan tetap setelah bekerja 3 bulan di pusat layanan pelanggan. Ia dijadikan
motivasi bagi pekerja lain agar terus bekerja keras, namun pada akhirnya, sang
teladan tersebut juga menerima pesan pemutusan kontrak kerja bersama pekerja-
pekerja lain. Hyemi juga menceritakan tentang bagaimana sebagai seorang pekerja
kecil, sebagaimana keras pun ia bekerja, ia akan terus melakukan kesalahan yang
akhirnya membuatnya diberhentikan dari posisinya sebagai karyawan tetap. Dalam
meritokrasi juga memandang pekerja yang rendah sebagai pekerja yang bodoh dan
terbelakang dan tidak memperhatikan permasalahan struktural seperti kemiskinan,
oleh karena itu baik pekerja swalayan maupun Taeyoung sebagai pekerja paruh waktu

4
sama-sama diperlakukan secara semena-mena oleh atasan mereka yang merasa
mereka berhak, atau lebih tepatnya merited untuk memperlakukan pekerja di bawah
mereka seperti itu.

2.1.3 Serikat Pekerja dan Demonstrasi


Kondisi pekerja yang dieksploitasi inilah yang menyebabkan pekerja
mengorganisir pembentukan serikat pekerja (노동 조합). Serikat pekerja adalah wadah
bagi para pekerja untuk mempertahankan atau bahkan memperbaiki kondisi kerja
mereka. Di film ini, karena atasan mereka yang memutuskan untuk melakukan
pemutusan hubungan kerja yang melanggar kontrak kerja yang sudah mereka setujui,
para pekerja baik yang terdampak maupun yang tidak, melakukan mogok kerja (파업)
dan pendudukan swalayan. Karena kondisi yang tidak iring membaik, para pekerja
melakukan demonstrasi dengan penyalaan lilin (촛불 문화제). Dalam film ini, para
pekerja serikat tidak ingin banyak. Mereka hanya ingin diperlakukan layaknya
manusia oleh perusahaan. Selama ini juga, para pekerja berdemonstrasi secara
damai dan tidak melakukan kekerasan, namun balasan yang mereka dapatkan
hanyalah union-busting dan brutalitas polisi yang dikirim oleh perusahaan.

2.1.4 Union-Busting
Perusahaan swalayan dalam film ini seringkali melakukan upaya agar pekerja
yang terikat dalam serikat pekerja tersebut mundur. Tindakan inilah yang disebut
dengan Union-Busting (노조 파괴). Mulai dari menggantikan pegawai kontrak dengan
pegawai paruh waktu secara ilegal saat pekerja kontrak melakukan mogok kerja,
memutus aliran listrik saat serikat menduduki swalayan, bahkan sampai mempolisikan
pekerja yang berdemonstrasi. Saat ada upaya kesepakatan, mereka tidak
mengembalikan semua pekerja pada posisi awal untuk keuntungan mereka sendiri.
Ketika para pekerja serikat tidak tunduk juga, bahkan membalas dengan mendirikan
tenda di depan swalayan, dan berdemonstrasi untuk kedua kalinya di dalam swalayan
secara damai, pihak perusahaan membawa polisi dengan perlindungan anti huru-hara
(anti-riot gear) untuk memadamkannya. Polisi dengan perlindungan tersebut yang
berusaha memecah demonstran dengan menggunakan selang air bertekanan tinggi,
dan pukulan yang merupakan bentuk brutalitas polisi. Di film ini, kedatangan polisi

5
hanya terjadi untuk pemecahan demonstrasi yang menentang kekuasaan perusahaan,
yang merupakan bentuk refleksi bahwa seringkali polisi bekerja untuk melindung
masyarakat kecil yang butuh perlindungan, namun untuk melindungi aset dan nama
baik korporasi.

2.1.5 Neo Kapitralisme dan Kapital


Film ini merefleksikan salah satu bagian besar kondisi sosio-ekonomi di Korea
kontemporer, yakni neo kapitalisme. Neo kapitalisme ditunjukkan dari indikator
terbesarnya yaitu kondisi dimana kapital menguasai masyarakat secara keseluruhan.
Semuanya yang berlangsung dijalankan oleh keberadaan kapital itu sendiri bukan
darah seperti dahulunya. Bahkan dapat dikatakan bahwa kapital memudarkan
kemanusiaan dari beberapa orang, yang dapat dibuktikan dari beberapa perlakuan
baik dari sisi perusahaan itu sendiri dan Ketua Choi.
Ketua Choi digambarkan sebagai seorang yang apatis. Ia tidak terlihat
memperdulikan nasib pegawai-pegawai tidak tetap yang bekerja di bawah
pimpinannya, bahkan Ia berkata bahwa ia tidak peduli apa yang akan ia lakukan
selama ia masih berada di posisinya. Hal ini membuktikan hilangnya rasa simpati
Ketua Choi terhadap bawahannya dan bagaimana ia bersedia untuk melindungi
posisinya sendiri.
Dari sisi perusahaan juga dapat dilihat dua contoh. Pertama adalah saat para
pekerja serikat ditangkap polisi, siaran televisi melakukan framing dimana para
pekerja serikat tersebut digambarkan sebagai orang-orang yang merugikan perusahaan
dan masyarakat secara umum karena melakukan demonstrasi. Namun pada
kenyataannya, para pekerja melakukan demonstrasi karena mereka ingin
mempertahankan hak mereka.
Hubungan vertikal atasan dan bawahan juga terjadi secara satu arah dimana
atasan memberikan perintah-perintah dan tidak memberikan imbalan setimpal
terhadap bawahan mereka seolah-olah terjadi hubungan memiliki-dimiliki layaknya
pemilik dan barang. Namun karena keberadaan kapital itu sendiri, beberapa pekerja
bekerja sekeras mungkin secara naif, tidak mengetahui bahwa bagi kapital itu, mereka
hanyalah komoditas sekaligus liabilitas perusahaan itu sendiri.

2.1.6 Penegakan Hukum dan Ketidakseimbangan Posisi

6
Film ini menggambarkan dengan baik bagaimana walaupun terdapat hukum
yang dibuat untuk melindungi hubungan pekerja dan perusahaan agar tidak terjadi
kondisi dimana salah satu sisi merugikan yang lain. Namun pada kenyataannya,
penegakannya tidak dilakukan dengan baik, dan seringkali perusahaan menggunakan
loophole untuk keuntungannya sendiri.
Pertama, terdapat bagian plot film dimana perusahaan menjanjikan pekerjaan
tetap bagi Sun-Hee dan Hye-Mi namun mereka dicabut sebelum mereka menerima
janji tersebut. Bagian film ini merefleksikan fenomena yang sering terjadi pada masa
ini. Dimana terdapat undang-undang yang melindungi pekerja tidak tetap agar
dijadikan pekerja tetap setelah jangka waktu tertentu agar mereka mendapatkan
benefit berupa asuransi dan tunjangan pensiun, dan untuk menghindari mengeluarkan
biaya, perusahaan mencabut karyawan sebelum waktu tersebut tiba.
Kedua tokoh ini juga digambarkan hanya menerima perlakuan yang mereka
dapatkan ini karena adanya ketidakseimbangan posisi. Mereka melakukan segala
kewajiban mereka sebagai pekerja namun tidak mendapatkan hak yang seharusnya
mereka dapatkan dari perusahaan. Mereka hanya dapat diam menerima perlakuan
tersebut karena mereka tidak memiliki kuasa atas perusahaan. Jika mereka mengeluh,
mereka dapat dipecat dan mereka digantikan pekerja lain. Perusahaan pun secara
semena-mena mempermainkan kontrak demi menjaga keuntungan perusahaan.
Contoh kedua dapat digambarkan dengan kondisi Tae-Young. Pada awalnya,
Tae-Young tidak menerima gaji sesuai dengan jumlah jam ia telah bekerja dengan
dalih ia tidak memenuhi kontraknya selama 2 bulan. Namun secara hukum, ia masih
berhak menerima gaji sesuai dengan jumlah waktu ia bekerja. Dengan adanya
ketidakseimbangan posisinya yang hanya seorang pekerja paruh waktu yang masih di
bawah umur jika dibandingkan dengan pemilik minimarket, ia hanya diam. Hal ini
juga menunjukkan kurangnya penegakan hukum dimana seharusnya ia sudah
menerima upah sesuai dari awal bersamaan.
Ketidakseimbangan posisi antara atasan dan pekerja menciptakan kondisi
tidak sehat dimana atasan dapat memanfaatkan ketidakberdayaan bawahan mereka
untuk keuntungan perusahaan ditambah dengan buruknya penegakan hukum dalam
aspek perlindungan hak pekerja yang seharusnya ditegakkan secara tegas.

2.2 Analisis Hubungan Antar Tokoh

7
2.2.1 Han Sunhee dan Anak-Anaknya
Figur Sunhee digambarkan sebagai ibu pekerja yang kurang memperhatikan
keadaan anak-anaknya. Hal ini ditunjukkan pada saat Sunhee ditelepon oleh
Taeyoung yang mengeluh karena ibunya lupa membayarkan uang makan siang
sehingga Taeyoung tidak bisa makan siang di sekolah. Kejadian lain yang
membuktikan kurangnya perhatian Sunhee terhadap anak-anaknya adalah pada saat
Sunhee harus menginap di supermarket dalam rangka protes terhadap rencana
pemecatan massal yang dilakukan oleh petinggi supermarket tempatnya bekerja.
Meski Sunhee sudah mengingatkan untuk tidak hanya makan ramyeon tetapi makan
nasi juga, dalam beberapa adegan kedepan diperlihatkan Taeyoung yang hanya
membuat mi instan karena tidak adanya beras di rumah. Sunhee yang berada di
supermarket tidak mengetahui bahwa persediaan beras untuk makan sudah habis.
Selain itu, adik Taeyoung juga menonton televisi seharian meski sudah dinasehati
Sunhee supaya tidak menonton televisi dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut
terjadi karena tidak adanya pengawasan orang tua secara langsung terhadap anak.
Anak-anak merasa orang tuanya tidak akan tahu apa yang mereka lakukan saat itu.
Hubungan kekeluargaan Sunhee dan Taeyoung semakin renggang setelah
Sunhee jarang berada di rumah. Pada saat Taeyoung mengunjungi ibunya di kantor
polisi diperlihatkan ekspresi datar Taeyoung kepada Sunhee dan ia yang hanya
mengucapkan kata-kata sekenannya pada Sunhee. Taeyoung pun tidak percaya ketika
ibunya bilang bahwa ia tidak bersalah. Hal ini membuktikan hubungan antara Sunhee
dan Taeyoung yang renggang karena kurangnya keterikatan di antara mereka.
Sedikitnya frekuensi untuk berkomunikasi menjadi penyebab kurangnya ikatan ibu-
anak di antara Sunhee dan Taeyoung. Renggangnya hubungan antara Sunhee dan
Taeyoung yang menimbulkan rasa tidak percaya satu sama lain juga ditunjukkan pada
adegan saat Taeyoung pulang malam selepas bekerja paruh waktu. Taeyoung tidak
ingin berkata jujur bahwa ia bekerja paruh waktu yang membuat ibunya salah paham
dan akhirnya mereka berdua bertengkar. Meski telah bertengkar hebat sampai
membuat Taeyoung kabur dari rumah, akhirnya Sunhee dan Taeyoung dapat
memperbaiki hubungan satu sama lain. Hal tersebut ditunjukkan pada adegan saat
Sunhee membela Taeyoung dari bos minimarket tempat Taeyoung bekerja dan ketika
Taeyoung menyerahkan upahnya untuk membantu ibunya membayar biaya listrik.
Adegan tersebut menunjukkan pentingnya komunikasi sebagai salah satu faktor
pembangun hubungan antar keluarga.

8
2.2.2 Taeyoung dan Yoon Sookyung
Taeyoung dan Yoon Sookyung diceritakan memiliki latar belakang ekonomi
yang hampir mirip. Kemiripan latar belakang ekonomi antara Taeyoung dan
Sookyung menjadi faktor kedekatan hubungan antara mereka berdua. Rasa saling
mengerti keadaan satu sama lain membuat Taeyoung dan Sookyung beberapa kali
terlibat interaksi di dalam film. Kesamaan latar belakang yang menjadi dasar interaksi
Taeyoung dan Sookyung di dalam film ditunjukkan ketika Sookyung menunjukkan
ponsel lipatnya yang sama dengan milik Taeyoung. Di antara murid- murid lain yang
ada di sekolah, hanya Taeyoung dan Sookyung yang masih menggunakan ponsel lipat
dikarenakan keadaan ekonomi mereka yang tidak cukup untuk mengganti ponselnya
ke model terbaru. Interaksi kedua yang menunjukkan kemiripan antara Taeyoung dan
Sookyung ditunjukkan pada saat Taeyoung membeli ramyeon di minimarket. Di sana
ia melihat Sookyung yang tengah bekerja paruh waktu sebagai penjaga kasir.
Taeyoung menunjukan ketertarikannya untuk bekerja paruh waktu seperti Sookyung
demi mendapatkan penghasilan. Tak beberapa lama, ia pun bekerja paruh waktu di
minimarket seperti Sookyung.
Pada adegan lain diceritakan Taeyoung yang tidak diberi upah sesuai jam
kerjanya. Sookyung yang sama-sama mengalami bagaimana rasanya bekerja paruh
waktu di minimarket masuk dan membela Taeyoung. Ia juga menyebutkan nominal
upah yang seharusnya diterima oleh Taeyoung. Tak hanya itu, Sookyung tak segan-
segan melempar batu ke kaca minimarket sebagai bentuk protesnya. Tetapi meski
Sookyung merupakan pelempar batu sebenarnya, Taeyoung menyembunyikan fakta
tersebut dari ibunya. Adegan-adegan tersebut membuktikan bahwa hubungan tokoh
Taeyoung dan Sookyung terbentuk melalui rasa saling mengerti di antara mereka
berdua.

2.2.3 Lee Hyemi dan Han Sunhee


Tokoh Sunhee dan Hyemi merupakan sesama pegawai supermarket yang
terancam akan dipecat. Seperti hubungan tokoh Taeyoung dan Sookyung, Sunhee dan
Hyemi menjadi akrab karena perasaan senasib yang menimpa mereka. Selain itu,
mereka berdua juga merupakan perwakilan dari pergerakan Serikat Buruh dan
seorang ibu di luar pekerjaan mereka.

9
Sunhee dan Hyemi sama-sama menghadapi ancaman pemecatan massal dari
“The Mart”, supermarket tempat mereka bekerja. Oleh karena hal itu, para pegawai
supermarket membentuk Serikat Buruh dan Hyemi merupakan pencetusnya. Sunhee
pun ikut ditarik menjadi perwakilan Serikat Buruh. Bersama-sama, mereka
memperjuangkan hak para buruh di antaranya dengan mogok kerja. Mulai dari sinilah
relasi antara Sunhee dan Hyemi berkembang.
Di tengah-tengah perjuangan melawan petinggi supermarket yang semena-
mena, anak Hyemi, yaitu Minsoo terluka akibat penggusuran dari pihak supermarket
sehingga harus dirawat di rumah sakit. Pada saat itu Sunhee memberikan uang
pinjamannya kepada Hyemi untuk membayar biaya perawatan Minsoo. Adegan ini
menunjukkan rasa empati Sunhee yang besar terhadap keadaan Hyemi. Di satu sisi ia
sangat membutuhkan uang pinjaman itu, tetapi disisi lain ia juga mengerti rasanya
menjadi seorang ibu sehingga ia rela memberikan uang tersebut pada Hyemi. Dari sini
dapat terlihat bahwa hubungan Sunhee dan Hyemi bukan hanya sekadar rekan kerja,
tetapi juga sebagai sesama ibu yang membesarkan anak.
Mendekati akhir cerita setelah terjadinya penggusuran, Hyemi memutuskan
untuk kembali bekerja di supermarket. Berbeda dengan Hyemi, Sunhee kembali
membujuk para pegawai yang tersisa untuk melanjutkan perjuangan mereka
menegakkan keadilan bagi hak-hak pegawai. Di depan para pelanggan dan Hyemi,
Sunhee menceritakan dan menegaskan kembali ketidakadilan yang didapatkannya
dari petinggi supermarket. Pidato Sunhee berhasil mengobarkan kembali semangat
Hyemi dan karyawan yang lain untuk berjuang. Hyemi menghampiri Sunhee dan
bersama-sama melawan polisi yang menghalangi mereka. Adegan tersebut
menggambarkan hubungan persahabatan yang dalam antara Sunhee dan Hyemi.

2.2.4 Pak Choi dan Para Buruh


Pak Choi merupakan salah satu tokoh pekerja tetap di supermarket The Mart.
Ia digambarkan sebagai tokoh dengan posisi yang terbilang cukup tinggi di The Mart,
namun egois, main aman, dan mempunyai kesetiaan yang rendah terhadap rekan
kerjanya. Sebagai pekerja dengan posisi yang terbilang baik di supermarket, Pak Choi
terkesan tidak terlalu peduli dengan rekan kerjanya yang lain, utamanya dengan para
buruh pekerja tidak tetap di supermarket. Pak Choi tidak ingin ikut campur dengan
demonstrasi para pegawai tidak tetap yang memperjuangkan hak-haknya. Ia lebih
memilih diam dan melakukan apa yang diperintahkan atasannya. Hal ini

10
dilatarbelakangi oleh keadaan Pak Choi yang memiliki keluarga besar yang harus
dihidupi di rumah dan takut apabila terlibat dalam demonstrasi pegawai tidak tetap, ia
akan mendapat masalah yang mempengaruhi sumber penghasilannya. Sikap Pak Choi
ini ditunjukkan pada adegan saat ia berdialog dengan Kang Dongjoon. Dari adegan
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa selama mereka tidak terlibat masalah
apapun yang sampai berisiko pada pemecatan, Pak Choi tidak peduli dengan nasib
pekerja yang lain.

2.2.5 Pekerja Tidak Tetap dan Pekerja Tetap


Film Cart menunjukkan adanya hubungan yang kurang baik antara pegawai
tidak tetap dan pegawai tetap. Permasalahan tersebut diakibatkan oleh adanya
sentimen dari pekerja tidak tetap terhadap pekerja tetap. Sentimen yang mendasari
perlakuan pekerja tidak tetap kepada pekerja tetap didasari oleh sikap kebanyakan
pekerja tetap dalam film yang selalu memihak perusahaan. Salah satu tokoh, Kang
Dongjoon pun mengakui bahwa pekerja tetap tidak akan bergerak sebelum mereka
dirugikan oleh perusahaan. Hal tersebut memunculkan rasa tidak percaya dan curiga
dari pegawai tidak tetap kepada pegawai tetap. Terlihat dalam film, Hyemi yang
tampak skeptis terhadap ide Kang Dongjoon yang ingin menggabungkan serikat
pekerja tetap dan tidak tetap. Ia beranggapan bahwa Kang Dongjoon ingin
menggunakan pegawai tidak tetap sebagai tameng mereka dan demi kepentingan
pegawai tetap sendiri.

2.3 Analisis Fenomena lainnya di Korea

2.3.1. Diskriminasi status sosial


Korea Selatan merupakan salah satu negara maju di Asia. Namun, dibalik
kemajuan tersebut, terdapat fenomena kesenjangan sosial yang sangat signifikan yang
biasa disebut (빈부 격차) atau kesenjangan antara si miskin dan si kaya. Kesenjangan
tersebut selaras dengan adanya sistem status sosial. (신분제도/계급제도) yang pertama
kali ada sejak zaman kerajaan 고조선 yang tertuang dalam 8 조법. Pada masa kerajaan
신라 pun sistem status sosial secara resmi diatur dalam 골품제.
Meskipun saat ini status sosial tidak dijadikan suatu sistem resmi yang tertulis
secara hukum, namun status sosial tersebut masih melekat dalam masyarakat modern.

11
Terbukti dengan adanya diskriminasi terhadap masyarakat kelas bawah seperti buruh.
Dalam film ini para buruh yang bekerja sebagai kasir mayoritas ibu-ibu bahkan lansia.
Meskipun kita tahu bahwa negara Korea Selatan ini sangat menjunjung tinggi tingkat
kesopanan. Namun karena pekerjaan mereka, para lansia ini harus tunduk dan hormat
kepada pelanggan yang lebih muda. Selain itu, terdapat adegan saat seorang
pelanggan yang membawa barang di tasnya yang bisa dicugai sebagai pencuri.
Meskipun kasir sudah sopan dan menjalankan kebijakan perusahaan yang berlaku,
kasir tetap disalahkan bahkan dituntut untuk berlutut dan meminta maaf. Selain itu,
ruangan istirahat untuk para buruh sangatlah sempit dan tidak layak, tidak cukup
dengan banyaknya buruh. Ruangan hanya disekat dengan papan blok dari ruangan
pemanas, ventilasi yang tidak bekerja dengan baik, serta hanya terdapat dua buah
kipas angin saat musim panas.
Tidak hanya dari perusahaan dan pelanggan, para buruh tersebut juga
mendapatkan perlakuan diskriminasi dari para pegawai tetap, terutama Pak Choi yang
meremehkan mereka dengan langsung masuk ke ruang istirahat para karyawan wanita
yang saat itu sedang berganti pakaian. Selain para buruh, di film ini diskriminasi
sosial terlihat saat adegan Taeyoung bekerja paruh waktu di sebuah 편의점 yang mana
pemilik usaha tersebut bertindak semena-mena terhadap Taeyoung yang masih
sekolah dengan memberikan bayaran yang tidak sepadan.

2.3.2. Anak-anak yang terkena dampak dari orang tua


Para karyawan yang bekerja di supermarket tersebut sebagian besar adalah ibu
- ibu yang menghidupi keluarga, terutama anak-anak mereka. Sehingga kehidupan
anak-anak bergantung pada ibu mereka. Salah satunya Taeyoung dan Minyoung yang
merupakan anak dari Han Sunhee. Han Sunhee yang hanya bekerja sebagai buruh
berdampak pada Taeyoung tidak mendapatkan fasilitas yang memadai dari orang
tuanya, seperti handphone yang sudah kemakan zaman, tidak ikutnya dia dalam ujian
masuk perguruan tinggi dan acara berwisata ke jeju. Bahkan, dia sendiri harus part
time untuk membantu perekonomian keluarganya. Minyoung pun tidak mendapat
perhatian dari ibunya yang jarang pulang ke rumah. Hal tersebut dibuktikan dengan
dirinya yang selalu makan rumput laut dan menonton televisi.
Minsoo yang merupakan anak Lee Hyemi juga demikian. Dia yang seharusnya
bersekolah, malah ikut berunjuk rasa dengan ibunya. Alhasil, dia tidak bisa bermain

12
dengan teman sebayanya, bahkan turut ikut menjadi korban unjuk rasa dan dilarikan
ke rumah sakit. Jika saja Hyemi tidak bercerai dengan suaminya, mungkin sekarang
Minsoo sudah bermain bersama dengan ayahnya dan tidak terluka karena ikut
berunjuk rasa.
Yoon Sookyung juga merupakan anak yang terkena dampak dari orang
tuanya. Kedua orang tuanya yang bercerai membuat dia hanya tinggal bersama
dengan neneknya. Sehingga selain harus bersekolah, dia harus menjadi kepala
keluarga sekaligus dengan bekerja paruh waktu di 편의점. Akibat kondisi tersebut, dia
menjadi berbeda dengan teman-temannya karena tidak memiliki ponsel yang canggih,
tidak mampu membayar uang makan siang, dan tidak bisa mengikuti studi wisata ke
Jeju.

2.3.3. Kelebihan dan kekurangan sistem konsumsi (급식) di sekolah Korea


Korea Selatan merupakan salah satu negara dengan pendidikan terbaik di
dunia. Tidak heran jika para murid menghabiskan sebagian besar waktunya di
sekolah.Sehingga pihak sekolah sangat memperhatikan kesehatan muridnya dalam
aspek konsumsi (급식). Mereka menerapkan sistem makan siang yang disediakan oleh
sekolah yang juga diawasi oleh ahli nutrisi. Biaya yang dibutuhkan untuk satu
nampannya adalah 2.500 won (sekitar Rp 29.000) di sekolah dan 3.000 won (sekitar
Rp. 35.700) di tingkat universitas. Mereka melakukan pembayaran dengan kartu yang
harus di scan sebelum mengambil makanan. Namun pada realisasinya, seperti yang
terlihat dalam film ini bahwa keamanan dari sistem kartu ini masih kurang karena
masih banyak murid yang kurang jujur. Mereka tidak berhasil scan kartu, namun tetap
ikut makan di kantin.

2.3.4. Peraturan pihak sekolah yang memberatkan murid golongan bawah


Sama seperti di Indonesia, Sekolah di Korea pun juga mengadakan studi
wisata ke luar kota. Namun dalam film ini pihak sekolah mewajibkan kegiatan kepada
seluruh siswa tanpa terkecuali. Bagi siswa yang tidak mengikuti akan dianggap bolos
sekolah dan harus tetap datang ke sekolah untuk belajar sendiri (자율학습). Peraturan
tersebut sangatlah memberatkan siswa dari golongan bawah karena biaya yang
diperlukan tidaklah sedikit. Berbeda dengan di Indonesia yang sangat memperhatikan

13
seluruh kalangan siswa, terutama siswa dari golongan bawah. Contohnya, sekolah
saya dulu yang memberi bantuan berupa keringan biaya studi wisata bagi siswa yang
kurang mampu.

2.3.5. Sistem informasi pemberitahuan kerja


Kemajuan teknologi sangat memudahkan kehidupan kita sehari-hari. Salah
satunya dalam aspek sistem informasi. Zaman dahulu, suatu informasi biasanya
disampaikan secara langsung melalui mulut ke mulut dan hanya menggunakan 안내판
atau papan pengumuman. Seiring berkembangnya zaman, informasi dengan
mudahnya disebarluaskan melalui telepon genggam. Sehingga, kita bisa mendapatkan
informasi dengan cepat, meskipun terhalang dengan jarak jauh. Seperti dalam film
ini, informasi terkait sistem kelolosan lamaran pekerjaan melalui telepon dan
pemberitahuan informasi melalui sms.

2.3.6. Kepercayaan adanya dewa penjaga anak-anak (어린이들의 수호신)


Meskipun mayoritas penduduk Korea Selatan tidak beragama, namun
kepercayaan yang diwariskan sejak zaman kerajaan yaitu konfusianisme ( 유교) masih
sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Korea. Contohnya, dalam film ini
terdapat adegan saat Kang Soonrye menyuruh Lee Hyemi agar tidak perlu khawatir
dengan anaknya, karena sudah ada dewa yang menjaga anak-anak. Kepercayaan
tersebut berasal dari mitologi Tiongkok (중국 신화) bahwa ada seorang dewa bernama
장선 (張仙, Zhang Xian) yang melindungi anak-anak dari 천구 (天狗, Tiangou) hewan
mitologi seperti anjing yang menyebabkan terjadinya gerhana matahari dan bulan.
Dalam gambar kuno, 장선 digambarkan seperti sedang membidik anak panah ke arah
langit untuk mengenai 천구.

2.3.7. Filosofi Origami Burung


Saat para buruh melakukan pendudukan supermarket, mereka menghias
supermarket mereka dengan menggantungkan origami yang berbentuk burung
bangau. Hal ini merupakan suatu filosofi dari Jepang yang bernama Senbazuru,
legenda seribu bangau kertas yang dipercaya membawa keberuntungan. Konon, orang
yang mampu membuat seribu origami ini, semua keinginannya akan terwujud.
Sehingga dalam film ini, kami dapat menyimpulkan bahwa para buruh membuat

14
origami burung bangau tersebut karena agar keinginan mereka untuk mendapatkan
hak bisa terwujud.

2.3.8. Isu-Isu Kesetaraan Gender


2.3.8.1. Pekerja tidak tetap (비정규직) kebanyakan adalah seorang perempuan yang
bekerja di bidang pelayanan (서비스업). Sementara itu, Pekerja tetap (정규직)
kebanyakan adalah seorang laki-laki di bidang industri barang ( 제조업). Hal ini dipicu
berdasarkan stereotip bahwa laki-laki lebih kuat dibanding perempuan.
2.3.8.2. Dalam suatu adegan, Hyemi bercerita bahwa ia tidak mendapatkan toleransi
saat bekerja. Padahal, pada saat itu Hyemi sedang hamil. Fakta tersebut menyebabkan
Hyemi keguguran. Apabila kita melihat keadaan populasi dan angka kelahiran di
Korea Selatan menurun. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya peraturan pekerjaan
yang melindungi ibu hamil. Oleh karena itu, para perempuan memutuskan untuk tidak
memiliki anak atau bahkan tidak menikah.
Suami Hyemi yang telah bercerai dengan Hyemi juga tidak menafkahi Hyemi dengan
baik. Sehingga Hyemi harus banting tulang menghidupi dirinya sendiri juga anaknya.
2.3.8.3. Para pekerja terutama pekerja wanita hanya dianggap sebagai ‘barang’ bukan
manusia. Mereka diperlakukan semena-mena hingga bagaimana penampilannya pun
ditentukan. Para pekerja hanya dijadikan objek perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat
pada adegan saat para pekerja ditarik, didorong, atau dipukul. Hingga warna lipstik
mereka ditentukan oleh perusahaan.

15
AMANAT

Film Cart menunjukkan bagaimana setiap pekerja supermarket memiliki masalah


berbeda-beda. Ada yang harus bekerja sembari menjadi ibu bagi anak-anaknya, ada yang
lamaran kerjanya berulang kali ditolak, dan ada pula pegawai yang terancam dipecat massal
oleh pihak supermarket dengan alasan pengurangan karyawan. Meski begitu, hal tersebut
tidak menghalangi para karyawan untuk membela haknya dalam mencari nafkah demi
keluarga mereka.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dreamers.id. 4 April 2017. Selain Lezat & Bergizi, Ini Fakta Menarik Lainnya dari
Menu Kantin di Sekolah Korea. Diakses pada 2 April
2023, dari https://gayahidup.dreamers.id/article/61716/selain-lezat-amp-bergizi-ini-
fakta- menarik-lainnya-dari-menu-kantin-di-sekolah-korea

Yeogangyeoho.tistory.com. 5 Mei 2018. 어린이들의 수호신, 장선을 아시나요.Diakses


pada 2 April 2023, dari https://yeogangyeoho.tistory.com/m/1148

Kumparan.com. 3 Juli 2020. Senbazuru, Legenda Seribu Bangau Kertas di Jepang yang
Membawa Keberuntungan. Diakses pada 8 April 2023, dari
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/kumparantravel/senbazuru-
legenda-seribu-bangau-kertas-di-jepang-yang-membawa-keberu

17

Anda mungkin juga menyukai