Anda di halaman 1dari 2

PT Unilever Indonesia, perusahaan besar yang bergerak di consumer product, diguncang masalah

dengan karyawanya. Sekitar 50 buruh bagian pabrik pembersih yang tergabung dalam Gabungan Serikat
Pekerja PT Unilever Indonesia, menggelar aksi mogok kerja di halaman pabrik, Surabaya Jawa Timur
(16/09/16)

Aksi mogok kerja ini terjadi di seluruh distributorUnilever Indonesia. Bahkan, buruh yang ada di daerah
mengirim ‘utusan’ ke Surabaya untuk memperkuat tuntutannya. Utusan itu bukan orang, namun berupa
spanduk dari Unilever Indonesia yang dikirim dari beberapa daerah.

Dalam aksinya di depan pabrik, para buruh yang terdiri dari perempuan dan laki-laki ini membentangkan
spanduk berisikan tuntutan kesejahteraan kepada manajemen perusahaan yang berbasis di Jakarta
Unilever Indonesia dan beroperasi di berbagai negara .Dengan mengenakan kaos putih dan ikat merah
di kepalanya. Buruh merentangkan belasan spanduk, di antaranya bertuliskan: “Kami bukan sapi
perahan, usir kapitalis”, “Rp 30 triliun, Bagian kami mana?”, “Jangan lupa karyawan bagian dari aset
perusahaan juga.” “Kami Minta 7 Paket”, “Perusahaan Unilever besar Besar Kok Ngasih Kesejahteraan
Kecil” juga tuntutan lain tentang kesejahteraan dan gaji yang rendah tidak sesuai dengan kebutuhan
kami para buruh kecil.

Spanduk juga terpasang di pagar pabrik Unilever Indonesia, juga ada sehelai kain berisi tanda tangan
para pekerja dan 20 poster yang mewakili suara masing-masing tim dari berbagai daerah, seperti
Jakarta, Banyuwangi, Medan, Makassar, Denpasar, Jember, Surabaya, Madiun, Kediri, Gorontalo,
Samarinda, Lombok dan Aceh dll.

Poster dari Surabaya GT tertera beberapa kalimat yang berbunyi: “Kami tidak akan berhenti mogok,
sebelum kalian penuhi tuntutan para buruh, penjahat aja tahu balas budi, kalian?” Juga poster dari Tim
Banyuwangi menyuarakan: “Kedatangan kami bukan untuk berdebat, kami datang untuk meminta hak
kami, jangan bersembunyi di belakang UU, dan jangan ambil jatah kami, ayo bicaralah untuk Indonesia.”

“Kami terpaksa mogok karena jalan berunding sudah buntu dari pertemuan tripartit antara manajemen
perusahaan dengan serikat pekerja. Banyak tuntutan yang kami ajukan mulai kesejahteraan,
peningkatan jumlah pesangon dan kompensasi dari manajemen,” ungkap seorang buruh wanita yang
enggan disebut namanya.

Buruh takut menyebut nama, sebab manajemen perusahaan akan terus melakukan intimidasi yang
menyakitkan. “Ini aksi dalam jumlah yang kecil, dan menggerakan lebih besar dan sering melancarkan
aksi, jika tuntutan kami tak dikabulkan,” sambungnya.

Perwakilan manajemen sempat mengimbau peserta aksi mogok untuk kembali bekerja melalui pengeras
suara, namun ditolak oleh pekerja. Hingga kini aksi buruh terus bertambah sebab karyawan dari
distributor Jakarta, Bogor, Tanggeran, Depok dan Bekasi satu persatu memperkuat aksinya itu.

Buruh lainnya mengatakan kasus ini bermula dari penjualan saham Unilever Indonesia dijual kepada
perusahaan besar. Ternyata, perusahaan baru itu Setelah enggan menerima karyawan lain, sehingga
nasib karyawan menjadi terkatung-katung. Bahkan, memutus hubungan kerja seenaknya saja. Buruh
pun aktif demo.
Unilever Indonesia merasa malu dengan aksi yang mencoreng perusahaan raksasa ini sehingga siap
melakukan perundingan tripartit. Sayangnya, hingga kini belum ada kesepakatan karena manajemen
perusahaan memberikan nilai pesangon yang sangat rendah, tak sesuai pengabdian karyawan.

Cara Penyelesaian :

Menurut saya, Manajemen PT. Unilever Indonesia harus berunding terlebih dahulu dengan para buruh
agar menemui suatu titik kesepakatan. Jika PT. Unilever Indonesia tidak memperoleh laba yang ia
targetkan, seharusnya ia dapat mengambil kebijaksanaan yang tidak membuat salah satu pihak rugi
akan hal ini. Perundingan secara kekeluargaan adalah satu-satunya solusi yang dapat meredam demo.
Jika demo terus terjadi, pihak Unilever Indonesia malah akan mengalami kerugian yang lebih besar lagi,
karena jika kegiatan operasional tidak berjalan seperti biasa, laba pun tidak akan didapatkan oleh
PT.Unilever Indonesia.

Solusi persoalan mikro perburuhan bisa diatasi dengan memperbaiki hubungan kontrak kerja antara
pengusaha dengan pekerja. Transaksi kontrak tersebut sah menurut, jika memenuhi persyaratan dan
ketentuan yang jelas mengenai :

a. Bentuk dan jenis pekerjaan

b. Masa kerja

c. Upah kerja

d. Tenaga yang dicurahkan saat bekerja

Jika ke empat masalah diatas sudah jelas dan disepakati maka kedua belah pihak terikat dan harus
memenuhi apa yang tercantum dalam kesepakatan tersebut.

Sedangkan aspek makro perburuan, prinsipnya setiap orang berhak mendapatkan kesejahteraan. Hal ini
bisa dilakukan dengan 2 cara :

a. Pemenuhan kebutuhan sandang , pangan dan papan , ditangguhkan kepada setiap individu
masyarakat (buruh)

b. Terkait kebutuhan biaya pendidikan, layanan kesehatan dan keamanan menjadi tanggung jawab
negara untuk menyediakannya bagi setiap warga negara. Selain itu negara juga memiliki tanggungjawab
menyediakan berbagai fasilitas yang memudahkan setiap orang untuk bekerja.

Anda mungkin juga menyukai