Makalah Upaya Hukum
Makalah Upaya Hukum
PEMBAHASAN
KUHAP membedakan upaya hukum kepada dua macam, Upaya hukum biasa
dan upaya hukum luar biasa (istimewa). Upaya hukum biasa terdiri dari dua
bagian, bagian kesatu tentang pemeriksaan tingkat banding, dan bagian kedua
adalah pemeriksaan kasasi. Sedangkan uapaya hukum luar biasa adalah
peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.
Banding merupakan lembaga yang tersedia bagi para pihak yang tidak
menerima atau menolak putusan pengadilan pada tingkat pertama, ketentuan
dimaksud diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1947 tentang Peraturan
Peradilan Ulangan di Jawa dan Madura yang mencabut ketentuan banding yang
terdapat pada Herziene Inlandsche Reglement (HIR) . Namun demikian, untuk
ketentuan banding bagi yurisdiksi pengadilan tingkat banding di luar Jawa dan
Madura ketentuan tersebut masih diatur dalam Pasal 199 sampai dengan Pasal
205 Rechtsglement Buitengewesten (RBg).
c. Dalam hal putusan yang kurang tepat, maka pengadilan tinggi akan
memperbaiki putusan sebelumnya.
3. Prosedur Pengajuan Banding
Putusan yang bisa dimintakan banding hanya putusan pengadilan negeri
mengenai perkara yang harga gugatnya hanya lebih dari Rp.100,- saja. Hal ini
sesuai pasal 6 UU 1947 no. 20 bahwasannya “dari putusan-putusan pengadilan
negeri di jawa dan madura tentang perkara perdata, yang diternyata bahwa
besarnya harga gugat ialah seratus rupiah atau kurang, oleh salah satu dari
pihak-pihak (partizen) yang berkepentingan dapat diminta, supaya pemeriksaan
pertama diulangi oleh pengadilan tinggi yang berkuasa dalam daerah hukum
masing-masing” (komentar HIR, 2005:170).
Jadi dapat dikatakan hampir semua putusan (bukan declaratoir)
Pengadilan Negeri dapat diajukan permohonan banding. Maksud pihak yang
berkepentingan adalah pihak yang oleh putusan pengadilan tingkat pertama
dikalahkan dan juga jika ada gugat asal dan gugat balik yang di dalamnya ada
pihak yang dikalahkan maka pihak tersebut dapat mengajukan permohonan
banding (Retnowulan Sutantio, Iskandar Oeripkartawinata, 2009:151).
2. KASASI
1. Pengertian dan Landasan Hukum Kasasi
Upaya hukum kasasi (cassatie/appeal in cassation) merupakan lembaga
hukum yang dilahirkan di prancis dengan istilah cassation dan berasal dari kata
kerja casser yang berarti membatalkan atau memecahkan adalah salah satu
tindakan Mahkamah Agung Repulik Indonesia (MA RI) sebagai pengawas
tertinggi atas putusan-putusan pengadilan-pengadilan lain, tetapi tidak berarti
merupakan pemeriksaan tingkat ke-3. Hal ini disebabkan dalam tingkat kasasi
tidak dilakukan suatu pemeriksaan kembali perkara tersebut, tetapi hanya
diperiksa masalah-masalah hukumnya/penerapan hukumnya. Sehingga yang
dapat mengajukan permohonan kasasi dalam perkara perdata adalah pihak-pihak
berperkara atau wakilnya yang khusus dikuasakan untuk itu (Pasal 44 ayat (1)
huruf a UU no 3 tahun 2009).
Pada asasnya, landasan hukum kewenangan kasasi diatur dalam ketentuan
pasal 24 A ayat (1) perubahan ke-3 UUD 1945, pasal 20 ayat (2) UU no. 48 tahun
2009, penjelasan umum angka 2, pasal 28 dan 30 UU no. 48 tahun 2009.
C. ANALISIS KASUS
POSISI KASUS
Kasus ini berawal dari peminjaman atas uang dan emas oleh Parlindungan
Harahap (selanjutnya disebut sebagai Tergugat I) ) dan Nuria br. Simatupang
(selanjutnya disebut Tergugat II) dari almarhum Imbalo Harahap pada tanggal 8
Juli 1978. Pinjaman tersebut diberikan dengan jaminan rumah dan pekarangan
milik kedua tergugat. Dalam perjanjian utang-piutang tersebut dinyatakan bahwa
Tergugat I dan Tergugat II akan melunasi utangnya pada tanggal 3 Januari 1979.
Jatuh tempo pinjaman tersebut kemudian diperpanjang hingga tanggal 1 Mei
1979.
KESIMPULAN
Dari kedua jenis upaya hukum yang telah dipaparkan di atas dengan
berbagai persamaan dan perbedaannya maka perlulah kita mengetahui tujuan dari
upaya hukum itu sendiri adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum dengan
mengadakan peradilan di tingkat yang berbeda. Transparansi hukum juga akan
terlihat, karena pada hakikatnya orang yang melakukan upaya hukum adalah
orang yang mempertahankan haknya untuk mendapatkan rasa keadilan yang
tentunya relatif dan subjektif. dan dalam kasusu yang di bahas oleh penulis
termasuk dalam pemberian upaya hukum biasa dengan hak – hak yang dimiliki
oleh para terguagat.
5. Prof. Dr. Soepomo, S.H. 1993, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri.
Jakarta: pradnya paramita.