LP Abses Mamae
LP Abses Mamae
Disusun oleh :
Dhandi
Nim.201133015
VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat
Regional Tahun 2020"
MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan Kerjasama Baik Lokal maupun Regional.
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa,
Dhandi
NIM. 201133015
Mengetahui,
B. Etiologi
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum
ditemukan pada kulit normal (Staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya
pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak,
biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang
terinfeksi akan terisi dengan nanah
C. Klasifikasi
Berdasarkan tempatnya dapat dibedakan:
1. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae
2. Mastitis di tengah-tengah mamma yang menyebabkan abses di tempat itu.
3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mamma dan otot-otot di bawahnya.
E. Komplikasi
Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh
maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses (Irianto, 2015).
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) komplikasi dari abses payudara dapat
menyebabkan sepsis.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Lab darah
Pada peradangan dalam taraf permulaan ibu hanya merasa nyeri setempat, suhu
sedikit meningkat, dan pemeriksaan darah menunjukan ke arah radang
(Mitayani, 2009)
2. Kultur kuman
Untuk memastikan diagnosisnya perlu dilakukan aspirasi nanah, differensial
diagnosis galactoele, fibroadenoma, dan carcinoma. (Purwoastuti dan Walyani,
2015).
3. Mammografi
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan X-Ray khusus untuk menilai
jaringan payudara seseorang, proses pemeriksaan payudara menggunakan sinar-
X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7mSv). Mammografi digunakan untuk
melihat beberapatipe tumor dan kista.
4. USG payudara
Abses dapat didiagnosa secara ultrasound, yang terlihat sebagai sebuah kantong
berisi cairan.
G. Penatalaksaan
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), penatalaksanaan pada klien dengan abses
diantaranya adalah :
1. Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya diindikasikan
apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi
tahap pus yang lebih lunak. Apabila menimbulkan resiko tinggi, misalnya pada
area-area yang kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan
sebagai tindakan terakhir yang dilakukan.
2. Karena seringkali abses disebabkan oleh bakteri straphylococcus aureus,
antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering
digunakan. Dengan adanya kemunculan staphylococcuss aureus resisten
methicillin (MRSA) yang ddidapat melalui komunitas, antibiotic biasa tersebut
menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat melalui
komunitas, digunakan antibiotic lain seperti clindamycin, trimetroprim-
sulfamethoxazole, dan doxycycline.
BAB II
WOC
B. Diagnose
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis (D.00132).
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi (D.00004).
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit Post Op
(D.00146)
C. Intervensi
SDKI SIKI SLKI
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I. 08238)
Penyebab: keperawatan, diharapkan masalah Observasi
a. Agen pencidera fisiologis nyeri dan kenyamanan: nyeri akut Observasi tanda-tanda vital
(misalnya inflamasi, iskemia, dan dapat teratasi dengan kriteria hasil: Identifikasi lokasi, karakteristik,
neoplasma) Kemampuan menuntaskan durasi, frekuensi, kualitas, dan
b. Agen pencidera kimiawi (misalnya aktivitas meningkat intensitas nyeri.
terbakar dan bahan kimia iritan Keluhan nyeri menurun Identifikasi skala nyeri
c. Agen pencidera fisik (misalnya Meringis menurun Identifikasi respons nyeri non
abses, amputasi, terbakar, Sikap protektif menurun verbal
terpotong, mengangkat berat, Gelisah menurun Monitor efek samping penggunaan
prosedur operasi, trauma, dan analgesic
Kesulitan tidur menurun
latihan fisik terlalu berlebihan) Terapeutik
Menarik diri menurun
Berfokus pada diri sendiri Berikan teknik nonfarmakologis
menurun Kontrol lingkungan yang
Diaforesis menurun memperat rasa nyeri
Aaliya Ali, Prakrati Garg, Rohit Goyal, Gurjot Kaur, Xiangkai Li, Poonam Negi5, M.
V. K. K. and S. K. (2020). A Novel Herbal Hydrogel Formulation of Moringa
oleifera for Wound Healing. Surgical Clinics of North America, 56(4), 859–874.
https://doi.org/10.1016/S0039-6109(16)40983-7
Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association)
NIC-NOC. Mediaction Publishing.
Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Teori & Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Utama, H., & dkk. (2011). Buku Ajar Ongkologi klinis. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2017). Standar Diagnosisi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim
Prokja SDKI DPP PPNI..