Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KELOMPOK

KEBIJAKAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN


LINGKUNGAN

Hak Atas Kesehatan Dan Litigasi Kesehatan Lingkungan

KELOMPOK 2

JUFRI K062221006

YETRI ESTER ASTRYANI TANGEL K062221003

IZNIL ADZYMI K062222018

EVI APRIANTI RADJIMAN K062222016

PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. FAKTA MASALAH
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya
pencegahan penyakit dan atau gangguan kesehatan dari faktor risiko
lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Sedangkan menurut WHO,
kesehatan lingkungan meliputi seluruh faktor fisik, kimia, dan biologi dari
luar tubuh manusia dan segala faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
manusia. Kondisi dan kontrol dari kesehatan lingkungan berpotensial untuk
mempengaruhi kesehatan.
Lingkungan menjadi salah satu faktor yang berperan dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat yang optimal di samping faktor
kualitas pelayanan kesehatan, dan perilaku hidup bersih dan sehat
masyarakat. Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu
lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan
kewilayahan dalam menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan
kesehatan. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan ditetapkan pada media lingkungan yang meliputi: air, udara, tanah,
pangan, sarana dan bangunan, serta vektor dan binatang pembawa penyakit.
Adapun masalah lingkungan sendiri pada hakikatnya dapat di
definisikan secara mendasar sebagai “perubahan dalam lingkungan hidup
secara langsung maupun tidak langsung yang dapat menyebabkan akibat
negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia”. Lingkungan yang
tercemar secara langsung atau tidak langsung lambat laun, cepat atau lambat
akan mengakibatkan kerusakan lingkungan, perusakan lingkungan apabila
ditinjau dari peristiwa terjadinya dapat di bagi menjadi dua yakni kerusakan
yang terjadi dengan sendirinya, yang disebabkan oleh: alam dan perbuatan
manusia dan kerusakan yang disebabkan pencemaran, baik yang berasal dari
air, udara maupun tanah. UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang
dalam pasal 7 Bab 3 menegaskan “Setiap orang berhak untuk mendapatkan
informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung
jawab”.
Manusia dan lingkungan hidup merupakan dua unsur yang mempunyai
kedudukan yang sama dalam hukum lingkungan sebagai subjek hukum yang
menentukan bekerjanya sistem kehidupan. Kepentingan manusia tidaklah
berdiri sendiri, melainkan juga merupakan kepentingan lingkungan hidup dan
keduanya merupakan satu kesatuan yang membentuk sistem kehidupan
tersebut. Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan bagian
tak terpisahkan dari eksistensi kemartabatan manusia. Harus dipahami
munculnya pengakuan universal tentang hak atas lingkungan hidup
menyiratkan pandangan yang maju terhadap pemenuhan HAM yang holistik
dan integral. Dengan lingkungan hidup yang sehat, manusia dapat menikmati
hak-hak dasar lainnya. Dengan lingkungan hidup yang sehat, manusia dapat
mencapai standar kehidupan yang layak.
Terkait dengan isu kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup, hak
atas lingkungan hidup dalam perspektif hak asasi manusia menarik untuk
dicermati dan dikaji, guna mendeskripsikan konsepsi tentang hak asasi
manusia dan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak
asasi manusia, dan implementasinya harus dilaksanakan dalam kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup.
B. PERTANYAAN MASALAH
1. Bagaimana hasil jurnal terkait hak atas kesehatan?
2. Bagaimana hasil jurnal terkait hak lingkungan sehat?
3. Bagaimana hasil jurnal terkait hak universal kesehatan?
4. Bagaimana hasil jurnal terkait litigasi kesehatan lingkungan?
C. TUJUAN
1. Mengetahui hasil jurnal terkait hak atas kesehatan.
2. Mengetahui hasil jurnal terkait hak lingkungan sehat.
3. Mengetahui hasil jurnal terkait hak universal kesehatan.
4. Mengetahui hasil jurnal terkait litigasi kesehatan lingkungan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. TABEL REKAP HASIL JURNAL

NAMA/NIM JUDISIAL REVIEW


1. 1. JUFRI K062221006
Hak Atas Kesehatan
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa berbagai
peraturan telah dikeluarkan untuk mengendalikan - UU No. 32 Tahun 2009
penyebaran Covid- 19, sedangkan pemenuhan hak tentang Perlindungan dan
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat harus Pengelolaan Lingkungan
dipahami sebagai satu kesatuan dengan menjamin Hidup. Tahun 1998 secara
terpenuhinya hak prosedural lainnya, yaitu hak eksplisit hak ini diakui
akses terhadap informasi, hak akses terhadap sebagai hak asasi manusia
partisipasi, dan hak akses terhadap keadilan. melalui Ketetapan MPR RI
No. XVII/MPR/1998 tentang
Hak Asasi Manusia.
2. YETRI ESTER ASTRYANI TANGEL
Tidak ada dokumen HAM maupun Konstitusi Hak Kesehatan Lingkungan
Negara-negara yang menentukan dengan tegas
- UU No. 32 tahun 2009
mengenai hak atas lingkungan yang sehat. Hal ini,
Tentang Perlindungan Dan
meskipun tidak ada yang secara tegas mengatakan
Pengelolaan Lingkungan
lingkungan sehat, tetapi setidaknya terdapat hak
Hidup dinyatakan sebagai
untuk mendapat kondisi kerja yang sehat atau untuk
berikut : Setiap orang berhak
mendapatkan kehidupan yang baik dan sehat pada
memperoleh lingkungan yang
lingkungan kerja. Jadi, hal ini menunjukkan bahwa
baik dan sehat sebagai bagian
setiap orang berhak untuk mendapatkan kehidupan
dari hak asasi manusia.
yang sehat. Dengan perlindungan terhadap
- UU No.39/1999 tentang
lingkungan hidup, pada akhirnya manusia juga akan
HAM, pasal 3 menyebutkan
menikmati lingkungan yang bersih, bebas dari
“Masyarakart berhak atas
polusi, baik pada lingkungan kerja maupun
lingkungan hidup yang
lingkungan rumah.
lebih baik dan sehat”.
3. EVI APRIANTI RADJIMAN K062222016 Hak Universal Kesehatan
Jaminan Pelayanan Kesehatan merupakan bagian Lingkungan
dari Universal Declaration of Human Rights dan
Keputusan Direktur Jenderal
juga telah diamanatkan dalam Konsitusi Republik
Pemasyarakatan Kementerian
Indonesia. Juga dalam Universal Declaration of
Hukum dan Hak Asasi Manusia
Human Rights (UDHR) tahun 1948, Pasal 25.
Republik Indonesia Nomor :
Namun. Berdasarkan hasil penelitian mengenai
PAS-14.OT.02.02 Tahun 2014
pemberian hak pelayanan kesehatan bagi
tentang Standar
narapidana dalam keadaan overcrowded di
pelayanan Pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang belum
berjalan optimal sehingga dilakukan upaya
optimalisasi terhadap upaya pelayanan kesehatan.

4. IZNIL ADZYMI K062222018 Litigasi Kesehatan Lingkungan


Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanggung
- Undang-Undang Nomur 40
jawaban hukum perusahaan tambang batubara
Tahun 2007 Tentang
terkait pencemaran lingkungan diatur dalam
Perseroan Terbatas.
Undang-Undang Nomur 40 Tahun 2007 Tentang
- Undang-Undang Nomur 32
Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomur 32
Tahun 2009 tentang
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, serta Undang-Undang Nomur 4
Lingkungan Hidup.
tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu
- Undang-Undang Nomur 4
bara. Perlindungan hukum preventif dalam kasus
tahun 2009 tentang
penambangan diberikan oleh negara dalam bentuk
pertambangan mineral dan
peraturan perundang-undangan. Peraturan
batu bara.
perundang-undangan yang dimaksud adalah
- Undang-Undang Nomur 32
Undang-Undang Nomur 32 Tahun 2009 Tentang
Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perlindungan Dan
(UUPPLH)
Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPPLH).
Kesimpulan Tabel:
Dari jurnal diatas, yang berkaitan dalam 4 topik jurnal meliputi hak atas
kesehatan, hak atas lingkungan sehat, hak universal, dan litigasi kesehatan
lingkungan. Didapatkan tidak adanya dokumen HAM dan konstitusi negara
mengenai hak atas lingkungan sehat namun terdapat hak untuk mendapat kondisi
dan kehidupan kerja yang sehat di lingkungan kerja, juga beberapa peraturan
pemerintah belum dilaksanakan dengan baik seperti adanya over kapasitas di
lembaga pemasyarakatan yang menyebabkan sumber penyakit untuk narapidanan
dan tidak memiliki standar pelayanan kesehatan yang baik, serta penambangan
batubara yang tidak sesuai dengan izin yang diberikan dan kurang mendapatkan
penegakan hukum,

B. PEMBAHASAN
1. Hak Atas Kesehatan
Di Indonesia hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat pertama kali
diakui dalam UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang kemudian diganti dengan UU No. 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan diganti lagi dengan UU
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tahun 1998 secara eksplisit hak ini diakui sebagai hak asasi manusia melalui
Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam
perkembangan berikutnya Presiden mengesahkan UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia, yang menempatkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat dalam Bab Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar Manusia, di
bawah bagian Hak Untuk Hidup.
Berkaitan dengan kondisi pandemi covid-19 saat ini, maka pemenuhan hak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat menjadi tidak optimal, karena
keadaan lingkungan hidup yang tidak seimbang sebagai akibat tindakan manusia
yang berdampak pada turunnya kualitas lingkungan hidup sebagai penopang
perikehidupan manusia. Turunnya kualitas lingkungan hidup tersebut terjadi
karena banyaknya perusakan hutan, perubahan iklim, pemanasan global,
berkurangnya keanekaragaman hayati, perdagangan ilegal satwa liar, perburuan
ilegal satwa liar, yang mengakibatkan rusaknya habitat satwa tersebut.
Kaitannya dengan covid-19 kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya
perpindahan penyakit dari satwa liar kepada manusia atau penyebaran penyakit
yang berasal dari hewan, yang disebut zoonosis.
Di sini, Pemerintahlah yang memiliki kewajiban terhadap pemenuhan hak
tersebut, namun karena kondisi pandemi menjadikan kurang atau bahkan tidak
terpenuhinya hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tersebut. Sebagai
contoh adalah kajian yang telah dilakukan oleh KOMNAS HAM RI 2020 terkait
pemenuhan hak atas kesehatan bagi kelompok rentan di masa pandemi, yaitu:
a. Ketersediaan dan keterjangkauan obat-obatan dalam masa pandemi:
orang dengan HIV/AIDS (ODHA), penyandang disabilitas mental,
dan lansia perlu obat-obatan yang dikonsumsi secara rutin, namun
dalam kondisi pandemi COVID-19 sebagian besar fokus layanan
kesehatan beralih kepada perawatan dan penanganan kasus positif
COVID-19. Hal ini menyebabkan layanan Kesehatan non COVID-19
lebih sulit diakses.
b. Prioritas sumber daya layanan kesehatan bagi kelompok rentan:
dalam kondisi kelangkaan yang terjadi pada sumber daya kesehatan
seperti fasilitas karantina, tes, obat-obatan, vaksin, kelompok rentan
berhak mendapatkan prioritas.
c. Layanan kesehatan jemput bola bagi kelompok disabilitas dan
lansia: kelompok ini memerlukan kebijakan afirmatif
seperti layanan homevisit/homecare dan telemedis yang sangat
sesuai dengan kondisi yang mengharuskan minimalisasi pertemuan
tatap muka.
Sementara itu kebijakan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) yang mengakibatkan masyarakat terpapar COVID-19
bahkan ada yang meninggal dunia menunjukkan Pemerintah belum sepenuhnya
berhasil melaksanakan kewajibannya melindungi kesehatan masyarakat yang
merupakan salah satu hak asasi manusia. Hal ini juga disebabkan masyarakat yang
tidak patuh pada protokol kesehatan, dan minimnya upaya penegakan hukum dari
Pemerintah terhadap masyarakat yang tidak mematuhi protokol Kesehatan.
(Winarni, 2022)

2. Hak Atas Lingkungan Sehat


Adanya jaminan semacam ini memberikemungkinan bagi setiap orang
untuk menuntut kepada pemerintah agar lingkungan yang baik dan sehat perlu
diperhatikan dan ditingkatkan terus dan oleh karenanya merupakan kewajiban
bagi negara untuk selalu menciptakan lingkungan hidup yang baik dan sehat bagi
warganya dan secara terus menerus melalui usaha- usaha perbaikan dan
penyehatan lingkungan hidup.Hak atas Lingkungan Yang Baik dan Sehat Dalam
UU No. 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup dinyatakan sebagai berikut :
a. Setiap orang berhak memperoleh lingkungan yang baik dan sehat
sebagai bagian dari hak asasi manusia.
b. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup,
akses informasi, akses partisipasi, dan akse keadilan dalam
memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
c. Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
d. Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
e. Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan.
f. Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
g. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengaduan
sebagaimana
dimaksud pada ayat 5 diatur dengan Peraturan Menteri.
Dalam UU PPLH Pasal 65 ayat 1 bahwa “Setiap orang berhak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat bagian dari hak asasi manusia”.

Mengacu pada isi pasal tersebut bahwa setiap warga negara tanpa
terkecuali berhak untuk memperoleh lingkungan yang baik dan sehat.
Kewajiban negara melindungi hak setiap warga negara tersebut untuk dapat
terwujud dalam sistem perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Secara tegas juga tercantum dalam Pasal 3 (g) dan 65 ayat 1 UU


No.32/2009, tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, bahwa :
“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagian dari
hak asasi manusia”, demikian juga dalam UU No.39/1999 tentang HAM, pasal
3 menyebutkan “Masyarakart berhak atas lingkungan hidup yang lebih baik dan
sehat”. (Ginting, 2022)

3. Hak Universal
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang mengalami overcrowded
seperti yang dialami Lembaga Pemasyarakatan pada umumnya. Berdasarkan
data Sistem Data Base Pemasyarakatan per tanggal 29 April 2020 Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang yang berkapasitas 663 penghuni dihuni
oleh 1.780 narapidana dan tahanan sehingga mengalami over kapasitas sebesar
168%. Berdasarkan obervasi lapangan hal ini menimbulkan overcrowded yang
berdampak pada pemberian hak pelayanan kesehatan bagi narapidana.

Hal ini diperparah dengan terbatasnya jumlah tenaga medis yaitu dokter
umum sebanyak 3 orang, dokter gigi sebanyak 1 orang dan perawat hanya 1
orang. Kondisi tersebut tidak sebanding dengan jumlah penghuni. Adapun kasus
narapidana sakit pada bulan Maret 2020 sebanyak 613 orang yang didominasi
oleh penyakit scabies sebanyak 218 orang. Scabies merupakan penyakit yang
disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei menunjukkan kebersihan yang kurang
terjaga yang dapat disebabkan oleh over kapasitas penghuni Lembaga
Pemasyarakatan.

Pemasyarakatan Kelas I Semarang dilakukan berdasarkan Keputusan


Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor: PAS-14.OT.02.02 Tahun 2014 tentang Standar
pelayanan Pemasyarakatan. Pada ketentuan tersebut ditentukan bahwa
narapidana baru masuk Lembaga Pemasyarakatan dilakukan skrining
pemeriksaan kesehatan awal di poliklinik. Narapidana yang sakit dilayani
kesehatannya di poliklinik di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Apabila
narapidana dalam keadaan gawat darurat, segera diberikan pertolongan pertama
pada kegawatdaruratan dan penanganan medis lebih lanjut.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pemberian hak pelayanan


keseahatan bagi narapidana dalam keadaan overcrowded di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang belum berjalan optimal sehingga dilakukan
upaya optimalisasi terhadap upaya pelayanan kesehatan, salah satunya dalam
upaya Kesehatan lingkungan.

Upaya kesehatan lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Kelas I


Semarang bahwa kebersihan Blok dan kamar yang tidak terjaga
kebersihannya merupakan sumber penyakit bagi narapidana. Penyakit
yangumumnya diderita narapidana karena kebersihan yang kurang terjaga yaitu
scabies atau gatal-gatal merupakan penyakit yang paling umum diderita
narapidana.

Pada kondisi lain situasi keadaan sanitasi yang buruk berdampak pada
lingkungan yang tidak sehat. Pada Reposisidan Revitalisasi Pemasyarakatan
dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia, menyebutkan bahwa over
kapasitasmempunyai hubungan erat dengan tingkat kematian narapidana. Hal
tersebut disebabka adanya over kapasitas menyulitkan dalam pelaksanaan
fungsi pelayanan dan pembinaan sebagai fungsi yang diemban sistem
pemasyarakatan.

Beberapa dampak negatif yang sering timbul karena


kelebihan/kepadatan hunian (overload) yakni, Meningkatnya angka kesakitan
pada beberapa penyakit infeksi dan menular; Penanggulangan penyakit yang
kurang optimal karena keterbatasan sarana dan prasarana; Pelayanan dan
pemenuhan hak-hak tidak dapat optimal; Permasalahan psiko sosial
sepertiseringnya terjadi ketegangan hubungan antara sesama penghuni yang
dapat menimbulkan terjadinya konflik; dan Permasalahan keamanan yang
sering mengganggu ketenangan(BalitbangKementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, 2018:10).

Optimalisasi pemberian hak pelayanan kesehatan bagi narapidana pada


prinsipnya merupakan bagian dari upaya pemenuhan hak asasi manusia bagi
narapidana yang merupakan hak dasar dalam menjalankan kehidupannya.
Optimlisasi pemberiaan hak pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya
pembangunan kesehatan dalam mewujudkan upaya peningkatan kualitas hidup
narapidana khususnya dan manusia pada umumnya. Jaminan Pelayanan
Kesehatan merupakan bagian dari Universal Declaration of Human Rights dan
juga telah diamanatkan dalam Konsitusi Republik Indonesia. (Suryadi &
Anwar, 2022)

4. Litigasi Kesehatan Lingkungan


Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak
asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut
diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak
yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah
berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum
untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan
dan berbagai ancaman dari pihak manapun.
Usaha pertambangan merupakan usaha eksplorasi yang
mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat. Oleh
sebab itu diperlukan adanya tanggung jawab yang dibebankan kepada
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan sebagai usaha terhadap
pelindungan hukum kepada masyarakat.
Dalam UU N0. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 74
ayat (1) menyatakan Persero. Sama halnya dengan Peraturan pemerintah No.
78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pascatambang menyebutkan dalam
pasalnnya yang ke-50 (1) : Pemegang IUP, IUPK, atau IPR yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau ayat (2), Pasal
3 ayat (1) atau ayat (2), Pasal 4 ayat (4), Pasal 5 ayat (I), Pasal 14 ayat (I),
Pasal 17 ayat (I), Pasal 20 ayat (I), Pasal 21, Pasal 22 ayat (I), Pasal 25 ayat
(I), ayat (2), atau ayat (3), Pasal 26 ayat (I), Pasal 29 ayat (I), Pasal 41,
Pasal 45 ayat (2), Pasal 47 ayat (I), atau Pasal 48 dikenai sanksi
administrative.
Pasal 50 (2): Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan;
dan/atau c. pencabutan IUP, IUPK, atau IPR. Dilihat dari perkembangannya
pada dasarnya setelah di keluarkan PP diatas, ternyata masih banyak pakar
hukum yang menilai bahwa sanksi yang berupa sanksi administratif dalam
PP ini masih lemah, karena jika di lihat pada kenyataannya masih banyak
perusahaan tambang dan para pejabat yang berwenang untuk memberikan
izin yang tidak mengindahkan aturan tersebut dan masih saja melakukan
hal pelanggaran - pelanggaran, dan hanya dikenakan sanksi administratif
saja.
Dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup bagian keempat mengenai Pemulihan pada pasalnya
yang ke-54 (1) : Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan
hidup ; pasal 54 (2) : Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tahapan a. Penghentian sumber
pencemaran dan pembersihan unsur pencemar; b. Remediasi; c. Rehabilitasi;
d. Restorasi; e. Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan Pasal 54 (3) : ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Dalam hal ini reklamasi dan pascatambang adalah tanggung jawab
yang sangat besar bagi perusahaan tambang yang merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk memulihkan kembali fungsi lingkungan sesuai dengan
peruntukannya jadi jelas hal tersebut berkaitan dengan pemulihan
lingkungan yang rusak akibat kegiatan tambang.
Dan apabila hal di atas tidak dilakukan maka perusahaan yang
menjalankan usaha atau kegiatan tersebut harus dikenakan sanksi pidana
yang bertujuan untuk memberikan efek jerah, untuk memperbaiki pribadi
terpidana, dan membuat terpidana tidak berdaya. Akan tetapi setelah
ditelusuri hal ini dikarenakan masih lemahnya peraturan yang dibuat
dimana di dalam Peraturan Pemerintah No. 78 tentang Reklamasi dan
Pascatambang serta UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batu bara tidak memasukan sanksi tindak pidana tentang
tidak dijalankannya tanggung jawab reklamasi pascatambang oleh
perusahaan pertambangan atau pemegang IUP, IUPK dan IPR di dalamnya.
Tidak lepas dari pemahaman diatas akan tetapi sanksi pidana dapat
diberikan kepada perusahaan pertambangan yang mengakibatkan rusaknya
lingkungan hidup. Perlindungan hukum terhadap masyarakat merupakan
wujud nyata dari pengakuan Negara dan Pemerintah terhadap hak-hak
asasi manusia sehingga diharapkan memberikan karakteristik tersendiri
terhadap setiap produk hukum dan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perlindungan masyarakat. (Maya et al., 2023)

C. SOLUSI

Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya


memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan
terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah
antara lain:

a. Menanggulangi kasus pencemaran.


b. Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
c. Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
2. Hak atas lingkungan yang baik dan sehat adalah merupakan hak
asasi manusia.
3. Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat, mengandung makna
lingkungan yang dapat memungkinkan manusia berkembang secara
optimal, secara selaras, serasi, dan seimbang. Adanya jaminan
semacam ini merupakan kewajiban bagi negara untuk selalu
menciptakan lingkungan hidup yang baik dan sehat bagi warganya
dan secara terus menerus melakukan usaha-usaha perbaikan dan
penyehatan lingkungan hidup.
4. Hubungan hak dan lingkungan hidup yang baik dan sehat sudah
sangat jelas, juga diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, pasal 28 H ayat (1) menyatakan: “Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
5. Upaya yang dapat dilakukan apabila hak atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat tidak terpenuhi adalah setiap orang dapat menggugat ke
pengadilan dengan alasan Pemerintah telah lalai menunaikan
kewajibannya.
B. SARAN
1. Diharapkan pemerintah lebih aktif dalam mengawasi kegiatan
dalam pemenuhan hak masyarakat atas kesehatan dan lebih
selektif dalam memberikan izin pertambangan, Lembaga, ataupun
dalam bidang indutri lain agar tidak terjadi pencemaran
linngkungan hidup.
2. Dikarenakan masih lemahnya undang-undang dan Peraturan
pemerintah yang di buat dalam hal ini terkait pencemaran
lingkungan akibat pertambangan ataupun ulah manusia, maka
sebaiknya pemerintah membuat sanksi yang lebih tegas lagi dan
kalau perlu memberikan sanksi berlapis kepada perusahaan
ataupun lebaga yang lalai dalam menjalankan tanggung jawabnya.
3. Agar segala aturan yang di keluarkan baik berupa UU, PP maupun
peraturan menteri agar di monitoring pelaksanaannya.
4. Menyediakan media bagi masyarakat umum untuk memberikan
masukan maupun laporan yang sifatnya cepat tanggap.
5. Masyarakat dihimbau agar lebih sadar dan memahami akan
pentingnya menjaga lingkungan hidup. Hal tersebut agar terhindar
dari hal-hal yang dapat merugikan
6. Adapun yang dapat dilakukan masyarakat yaitu tertib membuang
sampah pada tempatnya, memelihara tanaman dan dapat mengelola
sampahnya
DAFTAR PUSTAKA

Ginting, J. (2022). Hak Atas Lingkungan Yang Baik dan Sehat. Jurnal Hukum Al-
Hikmah: Media Komunikasi Dan Informasi Hukum Dan Masyarakat, 3(1),
83–91. https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/alhikmah/article/view/5051
Maya, W. E., Anwar, S. M., & Asri, E. (2023). Pertanggungjawaban Hukum
Perusahaan Tambang Batubara Terkait Pencemaran Lingkungan. Jurnal
Lex Suprema, 5, 154–171.
Suryadi, A. R., & Anwar, U. (2022). Optimalisasi Pemberian Hak
Pelayanankesehatan Bagi Narapidana Dalam Keadaan Overcrowded Di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Dan Sosiak, 11(2), 168–178.
Winarni, F. (2022). Pengaturan Pengendalian Covid-19 Dalam Perspektif Hak
Atas Lingkungan Hidup Yang Baik Dan Sehat. Jurnal Hukum Ius Quia
Iustum, 29(2), 392–414. https://doi.org/10.20885/iustum.vol29.iss2.art8

Anda mungkin juga menyukai