Tugas Kelompok 2 Kebijakan Perundang-Undangan Keslingg Hak Atas Kesehatan Dan Litigasi Kesling
Tugas Kelompok 2 Kebijakan Perundang-Undangan Keslingg Hak Atas Kesehatan Dan Litigasi Kesling
KELOMPOK 2
JUFRI K062221006
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. FAKTA MASALAH
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya
pencegahan penyakit dan atau gangguan kesehatan dari faktor risiko
lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Sedangkan menurut WHO,
kesehatan lingkungan meliputi seluruh faktor fisik, kimia, dan biologi dari
luar tubuh manusia dan segala faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
manusia. Kondisi dan kontrol dari kesehatan lingkungan berpotensial untuk
mempengaruhi kesehatan.
Lingkungan menjadi salah satu faktor yang berperan dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat yang optimal di samping faktor
kualitas pelayanan kesehatan, dan perilaku hidup bersih dan sehat
masyarakat. Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu
lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan
kewilayahan dalam menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan
kesehatan. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan ditetapkan pada media lingkungan yang meliputi: air, udara, tanah,
pangan, sarana dan bangunan, serta vektor dan binatang pembawa penyakit.
Adapun masalah lingkungan sendiri pada hakikatnya dapat di
definisikan secara mendasar sebagai “perubahan dalam lingkungan hidup
secara langsung maupun tidak langsung yang dapat menyebabkan akibat
negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia”. Lingkungan yang
tercemar secara langsung atau tidak langsung lambat laun, cepat atau lambat
akan mengakibatkan kerusakan lingkungan, perusakan lingkungan apabila
ditinjau dari peristiwa terjadinya dapat di bagi menjadi dua yakni kerusakan
yang terjadi dengan sendirinya, yang disebabkan oleh: alam dan perbuatan
manusia dan kerusakan yang disebabkan pencemaran, baik yang berasal dari
air, udara maupun tanah. UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang
dalam pasal 7 Bab 3 menegaskan “Setiap orang berhak untuk mendapatkan
informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung
jawab”.
Manusia dan lingkungan hidup merupakan dua unsur yang mempunyai
kedudukan yang sama dalam hukum lingkungan sebagai subjek hukum yang
menentukan bekerjanya sistem kehidupan. Kepentingan manusia tidaklah
berdiri sendiri, melainkan juga merupakan kepentingan lingkungan hidup dan
keduanya merupakan satu kesatuan yang membentuk sistem kehidupan
tersebut. Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan bagian
tak terpisahkan dari eksistensi kemartabatan manusia. Harus dipahami
munculnya pengakuan universal tentang hak atas lingkungan hidup
menyiratkan pandangan yang maju terhadap pemenuhan HAM yang holistik
dan integral. Dengan lingkungan hidup yang sehat, manusia dapat menikmati
hak-hak dasar lainnya. Dengan lingkungan hidup yang sehat, manusia dapat
mencapai standar kehidupan yang layak.
Terkait dengan isu kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup, hak
atas lingkungan hidup dalam perspektif hak asasi manusia menarik untuk
dicermati dan dikaji, guna mendeskripsikan konsepsi tentang hak asasi
manusia dan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak
asasi manusia, dan implementasinya harus dilaksanakan dalam kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup.
B. PERTANYAAN MASALAH
1. Bagaimana hasil jurnal terkait hak atas kesehatan?
2. Bagaimana hasil jurnal terkait hak lingkungan sehat?
3. Bagaimana hasil jurnal terkait hak universal kesehatan?
4. Bagaimana hasil jurnal terkait litigasi kesehatan lingkungan?
C. TUJUAN
1. Mengetahui hasil jurnal terkait hak atas kesehatan.
2. Mengetahui hasil jurnal terkait hak lingkungan sehat.
3. Mengetahui hasil jurnal terkait hak universal kesehatan.
4. Mengetahui hasil jurnal terkait litigasi kesehatan lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
B. PEMBAHASAN
1. Hak Atas Kesehatan
Di Indonesia hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat pertama kali
diakui dalam UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang kemudian diganti dengan UU No. 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan diganti lagi dengan UU
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tahun 1998 secara eksplisit hak ini diakui sebagai hak asasi manusia melalui
Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam
perkembangan berikutnya Presiden mengesahkan UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia, yang menempatkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat dalam Bab Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar Manusia, di
bawah bagian Hak Untuk Hidup.
Berkaitan dengan kondisi pandemi covid-19 saat ini, maka pemenuhan hak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat menjadi tidak optimal, karena
keadaan lingkungan hidup yang tidak seimbang sebagai akibat tindakan manusia
yang berdampak pada turunnya kualitas lingkungan hidup sebagai penopang
perikehidupan manusia. Turunnya kualitas lingkungan hidup tersebut terjadi
karena banyaknya perusakan hutan, perubahan iklim, pemanasan global,
berkurangnya keanekaragaman hayati, perdagangan ilegal satwa liar, perburuan
ilegal satwa liar, yang mengakibatkan rusaknya habitat satwa tersebut.
Kaitannya dengan covid-19 kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya
perpindahan penyakit dari satwa liar kepada manusia atau penyebaran penyakit
yang berasal dari hewan, yang disebut zoonosis.
Di sini, Pemerintahlah yang memiliki kewajiban terhadap pemenuhan hak
tersebut, namun karena kondisi pandemi menjadikan kurang atau bahkan tidak
terpenuhinya hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tersebut. Sebagai
contoh adalah kajian yang telah dilakukan oleh KOMNAS HAM RI 2020 terkait
pemenuhan hak atas kesehatan bagi kelompok rentan di masa pandemi, yaitu:
a. Ketersediaan dan keterjangkauan obat-obatan dalam masa pandemi:
orang dengan HIV/AIDS (ODHA), penyandang disabilitas mental,
dan lansia perlu obat-obatan yang dikonsumsi secara rutin, namun
dalam kondisi pandemi COVID-19 sebagian besar fokus layanan
kesehatan beralih kepada perawatan dan penanganan kasus positif
COVID-19. Hal ini menyebabkan layanan Kesehatan non COVID-19
lebih sulit diakses.
b. Prioritas sumber daya layanan kesehatan bagi kelompok rentan:
dalam kondisi kelangkaan yang terjadi pada sumber daya kesehatan
seperti fasilitas karantina, tes, obat-obatan, vaksin, kelompok rentan
berhak mendapatkan prioritas.
c. Layanan kesehatan jemput bola bagi kelompok disabilitas dan
lansia: kelompok ini memerlukan kebijakan afirmatif
seperti layanan homevisit/homecare dan telemedis yang sangat
sesuai dengan kondisi yang mengharuskan minimalisasi pertemuan
tatap muka.
Sementara itu kebijakan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) yang mengakibatkan masyarakat terpapar COVID-19
bahkan ada yang meninggal dunia menunjukkan Pemerintah belum sepenuhnya
berhasil melaksanakan kewajibannya melindungi kesehatan masyarakat yang
merupakan salah satu hak asasi manusia. Hal ini juga disebabkan masyarakat yang
tidak patuh pada protokol kesehatan, dan minimnya upaya penegakan hukum dari
Pemerintah terhadap masyarakat yang tidak mematuhi protokol Kesehatan.
(Winarni, 2022)
Mengacu pada isi pasal tersebut bahwa setiap warga negara tanpa
terkecuali berhak untuk memperoleh lingkungan yang baik dan sehat.
Kewajiban negara melindungi hak setiap warga negara tersebut untuk dapat
terwujud dalam sistem perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3. Hak Universal
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang mengalami overcrowded
seperti yang dialami Lembaga Pemasyarakatan pada umumnya. Berdasarkan
data Sistem Data Base Pemasyarakatan per tanggal 29 April 2020 Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Semarang yang berkapasitas 663 penghuni dihuni
oleh 1.780 narapidana dan tahanan sehingga mengalami over kapasitas sebesar
168%. Berdasarkan obervasi lapangan hal ini menimbulkan overcrowded yang
berdampak pada pemberian hak pelayanan kesehatan bagi narapidana.
Hal ini diperparah dengan terbatasnya jumlah tenaga medis yaitu dokter
umum sebanyak 3 orang, dokter gigi sebanyak 1 orang dan perawat hanya 1
orang. Kondisi tersebut tidak sebanding dengan jumlah penghuni. Adapun kasus
narapidana sakit pada bulan Maret 2020 sebanyak 613 orang yang didominasi
oleh penyakit scabies sebanyak 218 orang. Scabies merupakan penyakit yang
disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei menunjukkan kebersihan yang kurang
terjaga yang dapat disebabkan oleh over kapasitas penghuni Lembaga
Pemasyarakatan.
Pada kondisi lain situasi keadaan sanitasi yang buruk berdampak pada
lingkungan yang tidak sehat. Pada Reposisidan Revitalisasi Pemasyarakatan
dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia, menyebutkan bahwa over
kapasitasmempunyai hubungan erat dengan tingkat kematian narapidana. Hal
tersebut disebabka adanya over kapasitas menyulitkan dalam pelaksanaan
fungsi pelayanan dan pembinaan sebagai fungsi yang diemban sistem
pemasyarakatan.
C. SOLUSI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
2. Hak atas lingkungan yang baik dan sehat adalah merupakan hak
asasi manusia.
3. Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat, mengandung makna
lingkungan yang dapat memungkinkan manusia berkembang secara
optimal, secara selaras, serasi, dan seimbang. Adanya jaminan
semacam ini merupakan kewajiban bagi negara untuk selalu
menciptakan lingkungan hidup yang baik dan sehat bagi warganya
dan secara terus menerus melakukan usaha-usaha perbaikan dan
penyehatan lingkungan hidup.
4. Hubungan hak dan lingkungan hidup yang baik dan sehat sudah
sangat jelas, juga diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, pasal 28 H ayat (1) menyatakan: “Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
5. Upaya yang dapat dilakukan apabila hak atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat tidak terpenuhi adalah setiap orang dapat menggugat ke
pengadilan dengan alasan Pemerintah telah lalai menunaikan
kewajibannya.
B. SARAN
1. Diharapkan pemerintah lebih aktif dalam mengawasi kegiatan
dalam pemenuhan hak masyarakat atas kesehatan dan lebih
selektif dalam memberikan izin pertambangan, Lembaga, ataupun
dalam bidang indutri lain agar tidak terjadi pencemaran
linngkungan hidup.
2. Dikarenakan masih lemahnya undang-undang dan Peraturan
pemerintah yang di buat dalam hal ini terkait pencemaran
lingkungan akibat pertambangan ataupun ulah manusia, maka
sebaiknya pemerintah membuat sanksi yang lebih tegas lagi dan
kalau perlu memberikan sanksi berlapis kepada perusahaan
ataupun lebaga yang lalai dalam menjalankan tanggung jawabnya.
3. Agar segala aturan yang di keluarkan baik berupa UU, PP maupun
peraturan menteri agar di monitoring pelaksanaannya.
4. Menyediakan media bagi masyarakat umum untuk memberikan
masukan maupun laporan yang sifatnya cepat tanggap.
5. Masyarakat dihimbau agar lebih sadar dan memahami akan
pentingnya menjaga lingkungan hidup. Hal tersebut agar terhindar
dari hal-hal yang dapat merugikan
6. Adapun yang dapat dilakukan masyarakat yaitu tertib membuang
sampah pada tempatnya, memelihara tanaman dan dapat mengelola
sampahnya
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, J. (2022). Hak Atas Lingkungan Yang Baik dan Sehat. Jurnal Hukum Al-
Hikmah: Media Komunikasi Dan Informasi Hukum Dan Masyarakat, 3(1),
83–91. https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/alhikmah/article/view/5051
Maya, W. E., Anwar, S. M., & Asri, E. (2023). Pertanggungjawaban Hukum
Perusahaan Tambang Batubara Terkait Pencemaran Lingkungan. Jurnal
Lex Suprema, 5, 154–171.
Suryadi, A. R., & Anwar, U. (2022). Optimalisasi Pemberian Hak
Pelayanankesehatan Bagi Narapidana Dalam Keadaan Overcrowded Di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Dan Sosiak, 11(2), 168–178.
Winarni, F. (2022). Pengaturan Pengendalian Covid-19 Dalam Perspektif Hak
Atas Lingkungan Hidup Yang Baik Dan Sehat. Jurnal Hukum Ius Quia
Iustum, 29(2), 392–414. https://doi.org/10.20885/iustum.vol29.iss2.art8