Anda di halaman 1dari 14

Disampaikan dalam Bara Risk Forum

tanggal 9 Juni 2022

Key Points & Challenges dalam Pelaporan ATMR Risiko Operasional dengan Pendekatan Standar
1
The content of the material is restrictedly intended for specified recipient only
Basel III reforms bertujuan untuk menjaga stabilitas keuangan, membatasi penggunaan
model internal, meningkatkan sensitivitas, serta meningkatkan transparansi dan
comparability

Meningkatkan ketahanan dan sensitivitas pendekatan standar untuk risiko


01 kredit dan risiko operasional, meningkatkan komparabilitas rasio permodalan
antar Bank

02 Membatasi penggunaan pendekatan perhitungan yang dimodelkan secara internal


Bank for
International
Settlement Melengkapi Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan leverage ratio dan capital floor
03 yang robust
Basel III Reforms

Menerapkan rasio leverage yang lebih tinggi untuk G-SIBs untuk mengurangi
04 risiko sistemik di pasar keuangan global jika terjadi krisis

05 Meningkatkan pengungkapan atas modal dan informasi keuangan lainnya


untuk meningkatkan transparansi dan comparability.

Source : PWC - Risk & Regulatory Outlook 2021, Key Developments in Southeast Asia – Basel III finalisation 2
Implementasi perhitungan ATMR risiko operasional dengan pendekatan standar
yang disertai dengan pengelolaan data kerugian yang memadai dapat berdampak
positif bagi bisnis Bank

• Perubahan perhitungan metode perhitungan ATMR


(Menurunkan/Meningkatkan ATMR?)

Pengelolaan data
European Banks kerugian yang
Assessment atas Basel III reforms pada European Banks: memadai
CAR tier 1 menurun sebesar 1.2% dengan kontribusi efisiensi dari perhitungan ATMR
dengan Standardized Approach Risiko Operasional sebesar 0.3%
Source : McKinsey - Basel III : The final regulatory standard (assessment based on 132 EU Banks)
Capital Saving
(ATMR ↓, CAR ↑)
Bank Mandiri
Berdasarkan hasil uji coba perhitungan ATMR dengan pendekatan standar tahun
2021 dan 2022, ATMR menurun > 50% dengan peningkatan CAR sekitar 1-2%
Potensi Ekspansi
Bisnis Bank

• Meningkatkan penyediaan loss database untuk memastikan akurasi data kerugian historis
sampai dengan 10 tahun

3 3
Key Points ATMR Risiko Operasional Standardized Approached

4
Key Points ATMR Risiko Operasional Standardized Approach: Pelaporan

Sesuai SE OJK no. 06/SEOJK.03/2020, terdapat dua jenis laporan yang perlu disampaikan dalam rangka perhitungan ATMR
risiko operasional yaitu Laporan Penerapan Manajemen Risiko Operasional (LMRO) dan Laporan Perhitungan Risiko
Operasional (LPRO)

Laporan Penerapan Manajemen Risiko Operasional Laporan Perhitungan Risiko Operasional


(LMRO) (LPRO)

• Berupa analisa kualitatif yang mencakup: • Laporan perhitungan ATMR Risiko Operasional meliputi :
1. Peraturan, kebijakan dan/ atau pedoman terkait MRO 1. Data kerugian historis
2. Struktur dan organisasi atas manajemen dan fungsi 2. Rincian Indikator Bisnis (IB)
control terkait risiko operasional 3. Perhitungan ATMR untuk risiko operasional
3. Sistem pengukuran untuk Risiko Operasional
• Disampaikan secara tahunan dengan batas waktu pelaporan
4. Ruang lingkup dan cakupan utama dari kerangka laporan
setiap tanggal 31 Januari di tahun yang sama
untuk pejabat eksekutif dan direksi Bank
5. Mitigasi risiko dan transfer risiko yang digunakan dalam • Dalam hal terdapat koreksi yang mempengaruhi besarnya KIB
manajemen risiko operasional dan FPKI (contoh : laporan keuangan telah diaudit), Bank
menyampaikan laporan perhitungan paling lambat akhir bulan
• Disampaikan ke OJK sebagai bagian dari self assessment
berikutnya
tingkat kesehatan Bank
• Pertama kali disampaikan ke OJK untuk posisi akhir bulan
Desember 2022

5
Key Points ATMR Risiko Operasional Standardized Approach: Risk Sensitive

BASIC INDICATOR APPROACH

▪ Pendekatan paling sederhana dan tidak sensitif terhadap risiko


MMRO = Gross Income x 15% ▪ Perhitungan MMRO menggunakan rata-rata gross income tahunan
yang mempunyai nilai positif pada 3 tahun terakhir dikalikan 15%

STANDARDIZED APPROACH

Faktor Pengali Kerugian


▪ Pendekatan standar yang lebih dapat diperbandingkan, dan lebih
Komponen Indikator
MMRO =
Bisnis (KIB)A
x
Intern (FPKI)B sensitif terhadap risiko
▪ Perhitungan MMRO menggunakan komponen indikator bisnis yang
lebih luas dan mempertimbangkan nilai kerugian historis sebagai
A) KIB: komponen bunga, sewa dan dividen; komponen jasa; komponen keuangan selama 3 tahun faktor pengukur potensi kerugian risiko operasional
B) FPKI: factor pengali dengan metodologi spesifik yang bergantung besar kerugian risiko operasional
selama 10 tahun

Perhitungan ATMR dengan metode Standardized Approach sangat bergantung pada kualitas pencatatan data insiden. Jika data insiden tidak
berkualitas, maka faktor pengali yang digunakan lebih besar dan berdampak pada perhitungan modal minimum risiko operasional Bank.
6
Key Points ATMR Risiko Operasional Standardized Approach: Loss Data Integrity

Data kerugian yang berkualitas tinggi serta kehandalan control dan validasi data merupakan poin penting dalam perhitungan ATMR
Risiko Operasional

Pencatatan Kerugian Data dan detail informasi insiden risiko operasional Perhitungan KKRO sesuai Requirement OJK :

Berdasarkan Basel Event Type & KKRO = 15 x rata-rata data nilai Kerugian Risiko
SEOJK No. 34/SEOJK.03/2016 Operasional tahunan yang berkualitas tinggi selama
• Internal Fraud
• External Fraud
✓ Tanggal terjadinya insiden/ date of occurrence 10 tahun sebelumnya
• Employment Practices & Workplace Safety
• Clients, Products & Business Practices ✓ Tanggal insiden teridentifikasi/ date of discovery
• Damage to Physical Asset
• Business Disruption & System Failure
• Execution, Delivery & Process
✓ Tanggal pencatatan pada pembukuan bank/ date of Contoh bentuk kontrol dan validasi data:
accounting
Management
Berdasarkan Karakteristik ✓ Potensi dampak finansial (meliputi gross loss,
Kelengkapan setiap komponen data losses, termasuk
• Potential loss recovery, serta net loss) dan/ atau non finansial kesesuaian klasifikasi insiden risiko operasional.
• Actual loss
• Near miss ✓ Kronologis
Berdasarkan Threshold
Kesesuaian pencatatan insiden risiko operasional
• Financial (individual, multiple, bulk)
✓ Penyebab terjadinya insiden dengan pembukuan di GL Pos Kerugian Risiko
• Non-Financial Operasional
✓ Action plan, due date, status & Group in Charge (GIC)
Berdasarkan Boundary
• Market Risk Analisa trend kewajaran pertumbuhan ATMR SA
• Compliance Risk
• Credit Risk
7

7
LED Data Integrity is important, as its integrity will affect historical-data based risk assessment, capital requirement and regulatory needs
Key Points ATMR Risiko Operasional Standardized Approach: Kecukupan ORM
System dan Framework MRO yang robust

Ketersediaan ORM system yang memadai serta Framework MRO yang robust diperlukan untuk mendukung perhitungan ATMR risiko
operasional dengan pendekatan standar

8
Notes : contoh penerapan framework MRO dan ORM system di Bank Mandiri
Challenges Implementasi ATMR Risiko Operasional
Standardized Approached

9
Perlu diwaspadai potensi timbulnya kerugian risiko operasional akibat emerging risk
yang terus berevolusi dan berkembang

Source : KPMG – COVID19 insight, Emerging Risk 10


Apa dampak dari beragam dan berkembangnya emerging risk khususnya dalam
konteks pencatatan dan perhitungan ATMR?

Bank perlu memiliki risk events reporting yang handal, agar pencatatan risiko yang beragam
akurat (kesesuaian tipe risiko), dan memadai (kelengkapan informasi yang diperlukan).

Bank perlu memiliki standard pengelolaan risiko operasional meliputi


governance hingga sistem pendukung yang handal

Penerapan control yang memadai dalam menjaga integritas data dan terdapat periodic
control untuk menguji control yg diterapkan

11
Penerapan ATMR risiko operasional dengan pendekatan standar secara konsolidasi
juga memiliki tantangan tersendiri bagi Bank yang memiliki subsidiaries

1 Integritas Data Standar Penerapan MRO


Memastikan integritas (kelengkapan 2 Memastikan kesamaan standar dalam
dan akurasi), terutama untuk pencatatan risk events, kesiapan sistem
perhitungan secara konsolidasi pendukung, dsb adalah bagian dari
mengingat adanya batasan dalam ketersediaan dan maturitas sistem manajamen
memastikan integritas data detil di risiko di setiap perusahaan anak
setiap perusahaan anak

4 Sistem Pendukung Ketentuan Terkait


3
Kecukupan sistem pendukung Adanya perbedaan ketentuan untuk bank
di perusahaan anak untuk syariah maupun perusahaan non-bank
memastikan data historis 10
tahun yang berkualitas tersedia

12
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Bank dalam menjawab tantangan dalam
perhitungan ATMR risiko operasional baik secara Bank only maupun konsolidasi

Diperlukan framework manajemen risiko yang robust serta perangkat pendukung pengelolaan risikonya seperti RCSA, KI, IAM, LED, Risk Awareness
Program dan lain sebagainya

Framework MRO & Perangkat Pendukung

RCSA KI IAM LED Risk Awareness


Governance
(Risk Control & Self Assessment) (Key Indicator) (Issue & Action Management) (Loss Event Database) Program

Untuk Bank yang memiliki subsidiaries, perlu dilakukan alignment implementasi framework MRO diantaranya meliputi
kecukupan guidance dari Group atas penerapan tools pendukung serta standar template yang digunakan
Framework MRO
PA 1 PA 2 PA 3 PA 4 PA 5 PA 6 PA 7 PA 8 PA 9 PA 10 PA 11 PA 12 PA 13 Perangkat pendukung
(Key Area)
yang terkait langsung
Ketentuan MRO dengan pencatatan insiden
RCSA risiko operasional
KI memerlukan perhatian
IAM khusus dalam perhitungan
LED capital modeling
Implementasi MRO tools
(RCSA, KI, IAM, LED) Postur
RCSA Ketentuan lengkap dan aligned
KI Sebagian besar ketentuan aligned
IAM Sebagian besar diatur namun perlu
LED alignment
Risk Awareness Program Sebagian besar belum diatur ketentuan

13
Thank You

14

Anda mungkin juga menyukai