Anda di halaman 1dari 80

PANDUAN PEMETAAN

SATUAN KREDIT KOMPETENSI KURIKULUM


2013
PENDIDIKAN KESETARAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN
PENDIDIKAN MASYARAKAT
BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN
PENDIDIKAN MASYARAKAT
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2019
PANDUAN PEMETAAN SATUAN KREDIT KOMPETENSI
KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN KESETARAAN

Penyusun : Drs. Fauzi Eko Pranyono


Bais Jajuli Sidiq, SP
Daliyah, S.Pd.

Narasumber Ahli : Dr. Iis Prasetyo

Narasumber Teknis : Eko Ady Saputra, S.Pd.

Editor : Maya Veri Oktavia, S.Pd

Ilustrator : Taufiq Ramadhan

Diterbitkan oleh : Balai Pengembangan Pendidikan Anak


Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun : 2019

ii
KATA PENGANTAR

Kurikulum pendidikan kesetaraan dikembangkan mengacu pada


Kurikulum 2013 pendidikan dasar dan menengah hasil revisi
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
24 Tahun 2016. Proses adaptasi kurikulum 2013 ke dalam kurikulum
pendidikan kesetaraan adalah melalui proses kontekstualisasi dan
fungsionalisasi dari masing-masing kompetensi dasar, sehingga
peserta didik memahami makna dari setiap kompetensi yang
dipelajari.
Kurikulum 2013 pendidikan kesetaraan masih menggunakan bobot
satuan kredit kompetensi (SKK) sebagai satuan untuk menghitung
beban belajar peserta didik. Pada kurikulum lama beban belajar
sudah didistribusi pada setiap tingkatan dan mata pelajaran, hal ini
berbeda dengan kurikulum 2013 yang belum didistribusikan. Jumlah
satuan kredit kompetensi dalam struktur kurikulum 2013 pendidikan
kesetaraan disajikan utuh pada kelompok umum dan kelompok
khusus.
Penyajian utuh ini diharapkan memberikan ruang dan peluang
kepada satuan pendidikan agar luwes dalam menerapkan
pembelajaran. Namun demikian pada prakteknya satuan pendidikan
mengalami kesulitan dalam memetakan satuan kredit kompetensi
pada setiap mata pelajaran dan tingkatan/setara kelas.
Oleh karena itulah disusun model pemetaan satuan kredit
kompetensi ini, dengan harapan dapat membantu satuan pendidikan
dalam menerapkan kurikulum 2013.
Yogyakarta, November 2019
Kepala BP PAUD dan Dikmas DIY,

Drs. Eko Sumardi, M.Pd.


NIP 196703091993031001

iii
iv
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………… iii

Daftar Isi …………………………………………………………………………….. v

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1

BAB II PEMETAAN SATUAN KREDIT KOMPETENSI ………………… 5

A. Persiapan Implementasi Kurikulum 2013 ………………. 5

B. Memetakan Satuan Kredit Kompetensi …………………… 9

BAB III RANCANGAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN


BERBASIS MODUL …………………………………………………………………. 29

A. Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka dan Tutorial 32

B. Pelaksanaan Pembelajaran Kombinasi Tatap


Muka/Tutorial dengan Belajar Mandiri ………………….. 33

C. Belajar Mandiri …………………………………………………………. 34

BAB IV MERANCANG PROGRAM KELOMPOK KHUSUS ……………. 39

A. Program Muatan Pemberdayaan 40

B. Program Muatan Keterampilan 43

C. Menyusun Program Mata Pelajaran Pemberdayaan 44

D. Menyusun Program Mata Pelajaran Keterampilan 51


Wajib

E. Menyusun Program Mata Pelajaran Keterampilan 56


Pilihan

v
BAB V PENUTUP 61

Bahan Rujukan 62

Lampiran 63

1. Contoh Pemetaan Satuan Kredit Kompetensi Tiap Paket 65


Kompetensi pada Paket A Setara SD

2. Contoh Pemetaan Satuan Kredit Kompetensi Tiap Paket 66


Kompetensi pada Paket B Setara SMP

3. Contoh Pemetaan Satuan Kredit Kompetensi Tiap Paket 67


Kompetensi pada Paket C Setara SMA

4. Contoh Konversi SKK ke dalam Jam Pelajaran Paket C 68


Setara SMA (Konversi ke Tatap Muka Semua)

5. Contoh Konversi SKK ke dalam Jam Pelajaran Paket C 69


Setara SMA (Konversi ke Tatap Muka dan Mandiri)

6. Contoh Konversi SKK ke dalam Jam Pelajaran Paket C 70


Setara SMA (Konversi ke Tatap Muka, Tutorial dan
Mandiri)

7. Contoh Jadwal Pembelajaran Paket C Setara SMA 71


Jadwal Pembelajaran Paket C Ilmu-ilmu Sosial
Tingkatan 5 Setara Kelas X Paket Kompetensi 5.1.
(Semua Tatap Muka)

8. Jadwal Pembelajaran Paket C Ilmu-ilmu Sosial 72


Tingkatan 5 Setara Kelas X Paket Kompetensi 5.1.
(Tatap Muka dan Mandiri, belajar mandiri tidak ada di
jadwal)

vi
BAB I
PENDAHULUAN

K
urikulum 2013 pendidikan kesetaraan tetap
mempertahankan bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)
sebagai satuan untuk menghitung beban belajar peserta
didik. Pada kurikulum lama pendidikan kesetaraan beban
belajar sudah didistribusi pada setiap tingkatan dan mata
pelajaran, sedangkan kurikulum 2013 belum terdistribusikan. Jumlah
satuan kredit kompetensi dalam struktur kurikulum 2013 pendidikan
kesetaraan disajikan utuh pada kelompok umum dan kelompok
khusus.

Gambar 1. Perbedaan Struktur Kurikulum Lama dan Kurikulum 2013


Paket B Setara SMP

Penyajian utuh ini diharapkan memberikan ruang dan peluang


kepada satuan pendidikan agar luwes dalam menerapkan
pembelajaran. Namun demikian pada prakteknya satuan pendidikan

1
mengalami kesulitan dalam memetakan satuan kredit kompetensi
pada setiap mata pelajaran dan tingkatan/setara kelas.

Kurikulum 2013 pendidikan kesetaraan belum bisa


dilaksanakan jika satuan pendidikan belum menetapkan beban
belajar setiap mata pelajaran pada setiap tingkatan, bahkan pada
setiap paket kompetensi (semester). Mengapa bisa terjadi demikian?
Karena belum tahu berapa beban belajar setiap mata pelajaran
sehingga satuan pendidikan belum bisa membuat jadwal
pembelajaran sesuai dengan beban belajar.

Perlu diketahui bahwa beban belajar pada pendidikan


kesetaraan berbeda dengan beban belajar pada sekolah. Beban
belajar pendidikan formal dinyatakan dalam satuan jam pelajaran
per minggu, sehingga lebih mudah dalam menyusun jadwal.
Sedangkan beban belajar pendidikan kesetaraan dinyatakan dalam
satuan kredit kompetensi yang belum menggambarkan langsung
dalam satuan jam pelajaran per minggu. Beban belajar pendidikan
kesetaraan dinyatakan dalam Satuan Kredit Kompetensi (SKK) yang
menunjukkan bobot kompetensi yang harus dicapai oleh peserta
didik dalam mengikuti program pembelajaran, baik melalui
pembelajaran tatap muka, tutorial, dan atau belajar mandiri.

Perlu pembaca ketahui bahwa pada kurikulum 2013


pendidikan kesetaraan, istilah semester diganti menjadi paket
kompetensi. Penjelasan penggunaan istilah paket kompetensi akan
dijelaskan lebih lanjut pada Bagian Dua, Rancangan Implementasi
Pembelajaran Berbasis Modul.

Panduan ini bermaksud membantu satuan pendidikan dalam


melakukan pemetaan satuan kredit kompetensi. Pemetaan satuan
kredit kompetensi menjadi penting karena akan membantu
mengetahui beban belajar setiap mata pelajaran sehingga satuan
pendidikan bisa menyusun jadwal pelajaran mingguan. Hasil

2
pemetaan satuan kredit kompetensi dan jadwal pelajaran akan
menjadi salah satu bagian atau lampiran dokumen 1 Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP dokumen I).

3
4
BAB II
PEMETAAN SATUAN KREDIT KOMPETENSI

A. Persiapan Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 pendidikan kesetaraan wajib segera


diimplementasikan mulai tahun pelajaran 2019/2020 karena
perangkat kurikulum sudah siap. Kewajiban mulai melaksanakan
kurikulum 2013 pada pendidikan kesetaraan sejalan dengan
Permendikbud Nomor 160 tahun 2014 tentang Pemberlakuan
Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013, pada pasal 4 dinyatakan bahwa
”Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dapat
melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 paling lama sampai dengan
tahun pelajaran 2019/2020.” Artinya seluruh satuan pendidikan
dasar dan pendidikan menengah, termasuk pada program pendidikan
kesetaraan, ada batas waktu paling lama melaksanakan kurikulum
2006, yaitu tahun 2019/2020. Oleh karena itu semua satuan
pendidikan penyelenggara pendidikan kesetaraan harus segera
melaksanakan kurikulum 2013.

Implementasi kurikulum 2013 dilaksanakan bertahap sejak


setara kelas awal yaitu Paket A setara kelas IV SD, Paket B setara
kelas VII SMP, dan Paket C setara kelas X SMA. Pemberlakuan
kurikulum dilakukan bertahap, tidak serentak untuk semua
rombongan belajar. Pada tahap awal satuan pendidikan
melaksanakan dua kurikulum secara bersamaan. Rombongan belajar
kelas awal melaksanakan kurikulum 2013 dan rombongan belajar
kelas di atasnya melaksanakan kurikulum lama. Misalnya pada tahun
pelajaran 2019/2020 Paket C Tingkatan 5 setara kelas X
menggunakan kurikulum 2013, setara kelas XI dan setara XII masih
menggunakan kurikulum lama. Sehingga selama tiga tahun secara
bertahap satuan pendidikan akan lengkap melaksanakan kurikulum

5
baru. Jadi implementasi kurikulum baru tidak serentak untuk semua
jenjang tingkatan atau setara kelas.

Bagaimana satuan pendidikan dan tutor melakukan persiapan


implementasi kurikulum 2013 pendidikan kesetaraan?

Pertama, implementasi kurikulum 2013 harus memiliki dasar


hukum yang jelas pada tingkat satuan pendidikan agar satuan
pendidikan memiliki legal standing. Oleh karena itu harus ada
penetapan atau keputusan satuan pendidikan berupa surat
keputusan berdasarkan hasil lokakarya peninjauan kurikulum.
Lokakarya peninjauan kurikulum dapat diselenggarakan pada masa
pergantian tahun pelajaran yang diikuti oleh seluruh tutor dan
pemangku kepentingan di satuan pendidikan. Salah satu keputusan
lokakarya adalah penggunaan kurikulum 2013 pada tahun pelajaran
mendatang. Keputusan tersebut dimuat dalam notulen lokakarya.

Untuk melengkapi hasil lokakarya kemudian disusun standar


kompetensi lulusan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Rumusan standar
kompetensi lulusan yang disusun merujuk pada permendikbud
tersebut dengan memilah sesuai dengan program yang
diselenggarakan (Paket A, Paket B, dan atau Paket C).

6
Gambar 2. Lokakarya Peninjauan Kurikulum PKBM Sebelum Dimulai
Tahun Pelajaran

Dalam lokakarya satuan pendidikan melakukan pemetaan


Satuan Kredit kompetensi (SKK) untuk menghitung beban belajar
setiap mata pelajaran. Hal ini harus dilakukan karena beban belajar
kurikulum 2013 pendidikan kesetaraan disajikan secara utuh, tidak
didistribusi per mata pelajaran. Menjadi tugas satuan pendidikan
untuk mendistribusi SKK tersebut. Hasil distribusi SKK tersebut
dimasukkan dalam dokumen 1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP Dokumen I).

Kedua, setiap tutor harus melakukan berbagai persiapan.


Persiapan yang dilakukan tutor yaitu menyiapkan perangkat
pembelajaran sebagai lampiran dokumen kurikulum tingkat satuan
pendidikan 2013 satuan pendidikan (KTSP Dokumen II). Perangkat
pembelajaran tersebut adalah silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Sebelum menyusun perangkat pembelajaran tersebut
tutor perlu memahami filosofi dan struktur kurikulum 2013

7
pendidikan kesetaraan. Berikutnya tutor wajib membaca silabus
mata pelajaran dan modul. Setelah itu tutor melakukan analisis
modul dengan tujuan agar dapat menetapkan materi pelajaran yang
akan dibelajarkan, bentuk pembelajaran (tatap muka, tutorial dan
atau mandiri) serta alokasi waktu yang diperlukan. Analisis modul ini
menjadi penting sebagai dasar untuk menyusun RPP agar sesuai
dengan pelaksanaan yang sesungguhnya. RPP yang disusun tidak
sekedar untuk kepentingan pemenuhan borang akreditasi, melainkan
benar-benar dilaksanakan dalam pembelajaran. Selanjutnya untuk
memahami penyusunan perangkat pembelajaran dapat dibaca
Panduan Penyusunan Perencanaan Pembelajaran yang disusun oleh
BP PAUD dan Dikmas DIY Tahun 2019.

Gambar 3. Penyusunan Silabus dan RPP oleh Tutor Pendidikan


Kesetaraan

8
Jika langkah-langkah di atas dilakukan, maka penetapan
kurikulum 2013 memiliki dasar di tingkat satuan pendidikan, tidak
serta merta melaksanakan Kurikulum 2013 pendidikan kesetaraan
tanpa ada landasan. Jika dalam analisis modul, tutor mengalami
kesulitan dalam penyusunan perangkat pembelajaran (silabus, RPP
dan penilaian), satuan pendidikan secara mandiri atau bersama-
sama dengan satuan pendidikan lainnya dan forum tutor pendidikan
kesetaraan menfasilitasinya melalui kegiatan
workshop/lokakarya/pelatihan.

B. Memetakan Satuan Kredit Kompetensi

Beban belajar pendidikan kesetaraan dinyatakan dalam bobot


satuan kredit kompetensi bukan jam pelajaran seperti sekolah.
Seperti sudah dijelaskan di bagian pendahuluan bahwa bobot satuan
kredit kompetensi dalam struktur kurikulum pendidikan kesetaraan
masih disajikan secara utuh, belum diperinci pada setiap mata
pelajaran. Padahal untuk menentukan beban belajar tiap mata
pelajaran dan jadwal pembelajaran diperlukan informasi tentang
besaran bobot satuan kredit kompetensi setiap mata pelajaran.
Karena itulah kegiatan memetakan satuan kredit kompetensi penting
dilakukan untuk mengetahui jumlah bobot satuan kredit kompetensi
dan beban belajar dalam satuan waktu (jam pelajaran).

Masih banyak satuan pendidikan nonformal penyelenggara


pendidikan kesetaraan menyusun jadwal pembelajaran belum
menggunakan perhitungan beban belajar satuan waktu (jam
pelajaran) yang merupakan konversi dari satuan kredit kompetensi.
Sama halnya ketika SKK dicocokkan dengan alokasi waktu yang
dirancang dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), maka alokasi waktu yang dijadwalkan tidak sesuai. Oleh
karena itu pemetaan satuan kredit kompetensi serta konversi ke
satuan waktu (jam pelajaran) yang kemudian dituangkan dalam
jadwal pelajaran perlu dilakukan agar proses kegiatan belajar dapat

9
dirancang dengan pasti, menggunakan pembelajaran tatap muka,
tutorial dan atau mandiri.

Lebih dari itu informasi satuan kredit kompetensi setiap mata


pelajaran juga diperlukan untuk mengisi kolom SKK setiap mata
pelajaran pada laporan hasil belajar peserta didik (buku rapor). Jika
satuan pendidikan nonformal belum memetakan satuan kredit
kompetensi maka ia akan kesulitan untuk mengisi kolom SKK pada
laporan hasil belajar.

Bobot satuan kredit kompetensi disusun berdasarkan


pertimbangan beban belajar setiap mata pelajaran pada struktur
kurikulum pendidikan formal. Pada umumnya mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada struktur kurikulum
pendidikan formal memiliki beban belajar 2 jam pelajaran,
sedangkan pada pendidikan kesetaraan, mata pelajaran tersebut
dikonversi menjadi 1 satuan kredit kompetensi. Jika pada struktur
kurikulum sekolah mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki beban
belajar 4 jam pelajaran maka dikonversi menjadi 2 satuan kredit
kompetensi. Ketentuan tersebut dijadikan patokan untuk
memetakan satuan kredit kompetensi, walaupun pada kenyataan
tidak musti menghasilkan angka yang setara separohnya.

1. Pemetaan Satuan Kredit Kompetensi Paket C Setara SMA

Mari kita mulai memetakan satuan kredit kompetensi untuk


setiap program pendidikan kesetaraan. Kita mulai dari Paket C.
Program Paket C memiliki struktur kurikulum sebagaimana
ditampilkan dalam tabel berikut ini.

10
Tabel 1. Struktur Kurikulum Paket C Setara SMA

Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)


Mata Pelajaran Tingkatan 5 Setara Kelas Tingkatan 6 Setara Kelas
Jumlah
X-XI XII
Kelompok Umum
Pendidikan Agama dan Budi
1.
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2.
Kewarganegaraan
26 14 40
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Sejarah Indonesia
6. Bahasa Inggris
Peminatan Matematika dan
Ilmu Alam
7. Matematika
8. Biologi
30 15 45
9. Fisika
10. Kimia
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial
11. Geografi
12. Sejarah
30 15 45
13. Sosiologi
14. Ekonomi
Peminatan Ilmu Bahasa dan
Budaya
15. Bahasa dan Sastra Indonesia
16. Bahasa dan Sastra Inggris
Bahasa Asing Lain (Arab,
30 15 45
17. Mandarin, Jepang, Korea,
Jerman, Perancis)
18. Antropologi
Kelompok Khusus
19. Pemberdayaan
24 13 37
20. Keterampilan
Jumlah Bobot SKK Ditempuh 80 42 122

Tingkatan 5 Paket C memiliki muatan kurikulum setara Kelas


X dan XI pada pendidikan formal, dan dibagi ke dalam empat paket
kompetensi (PK) mulai dari Paket Kompetensi 5.1., 5.2., 5.3., dan
5.4. Sedangkan Tingkatan 6 memiliki muatan kurikulum setara kelas
XII yang terdiri dari dua paket kompetensi yaitu Paket Kompetensi

11
6.1 dan 6.2. Untuk mendistribusikan satuan kredit kompetensi yang
secara utuh ke dalam setiap mata pelajaran dan paket kompetensi
maka dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Langkah Pertama Memetakan Mata Pelajaran Kelompok Umum.

Tabel 2. Tingkatan 5 dan 6 Paket C Setara SMA

Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)

Mata Pelajaran Tingkatan 5 Setara Kelas X-XI Tingkatan 6 Setara Kelas XII
Setara Kelas X Setara Kelas XI Jumlah Setara Kelas XII Jumlah
PK 5.1 PK 5.2 PK 5.3 PK 5.4 Tingkatan 5 PK 6.1 PK 6.2 Tingkatan 6
Kelompok Umum 0 0 0 0 0 0 0 0
Pendidikan Agama dan Budi
1. 0 0
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2. 0 0
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 0 0
4. Matematika 0 0
5. Sejarah Indonesia 0 0
6. Bahasa Inggris 0 0

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa


Tingkatan 5 memiliki 24 sel yang harus didistribusikan SKK,
sedangkan kuota SKK yang tersedia dalam struktur kurikulum adalah
sebesar 26 SKK. Artinya ketika didistribusikan pada semua mata
pelajaran dan paket kompetensi akan tersisa dua SKK. Untuk
mendistribusikan sisa dua SKK tersebut bisa diperhatikan terlebih
dahulu struktur kurikulum SMA 2013 yang sudah direvisi
(Permendikbud Nomor 36 Tahun 2018).

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa terdapat dua mata


pelajaran yang memiliki beban belajar yang paling tinggi dari pada
yang lain, yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika
yang memiliki beban belajar 4 jam pelajaran setiap minggu. Sisa 2
SKK dapat didistribusikan pada kedua mata pelajaran tersebut.
Persoalannya hanya tersisa dua sehingga tidak bisa dibagi merata
pada semua paket kompetensi.

12
Pembelajaran pendidikan kesetaraan disajikan dalam sistem
modular. Pada penjelasan merancang implementasi pembelajaran
berbasis modul pada Bab berikutnya akan diketahui bahwa pada
paket kompetensi ganjil peserta didik mempelajari 3 modul,
sedangkan pada paket kompetensi genap mempelajari 2 modul.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka sisa 2 SKK didistribusikan
pada paket kompetensi ganjil, bisa di 5.1. atau 5.3. pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika.

Tabel 3. Struktur Kurikulum SMA

Pertimbangan memilih didistribusikan pada 5.1. atau 5.3.


diserahkan pada tutor yang bersangkutan mempertimbangkan
kedalaman materi pada modul paket kompetensi yang bersangkutan.
Misalnya pada distribusi kali ini dipetakan pada paket kompetensi
5.3.

13
Pemetaan pada Tingkatan 6 juga dilakukan dengan cara yang
sama. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa bobot SKK kelompok
umum pada tingkatan 6 memiliki bobot 14 SKK. Sedangkan jumlah
sel yang harus didistribukan sejumlah 12 sel, yaitu berasal dari 6
baris mata pelajaran dan dua kolom paket kompetensi. Dengan
demikian masih tersisa 2 SKK, sisa SKK tersebut didistribusikan pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika pada paket
kompetensi 6.1. Kenapa pada paket kompetensi 6.1.? Karena jumlah
modul pada paket kompetensi 6.1 adalah sejumlah 3 modul dan pada
paket kompetensi 6.2. peserta didik sudah persiapan Ujian Sekolah
Berstandar Nasional (USBN) dan Ujian Nasional (UN).

Berdasarkan penjelasan di atas maka diperoleh hasil


pemetaan sebagaimana disajikan dalam Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Hasil Pemetaan SKK Mata Kelompok Umum Paket C Setara


SMA

Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)

Mata Pelajaran Tingkatan 5 Setara Kelas X-XI Tingkatan 6 Setara Kelas XII
Setara Kelas X Setara Kelas XI Jumlah Setara Kelas XII Jumlah
PK 5.1 PK 5.2 PK 5.3 PK 5.4 Tingkatan 5 PK 6.1 PK 6.2 Tingkatan 6
Kelompok Umum 6 6 8 6 26 8 6 14
Pendidikan Agama dan Budi
1. 1 1 1 1 4 1 1 2
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2. 1 1 1 1 4 1 1 2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 1 1 2 1 5 2 1 3
4. Matematika 1 1 2 1 5 2 1 3
5. Sejarah Indonesia 1 1 1 1 4 1 1 2
6. Bahasa Inggris 1 1 1 1 4 1 1 2

14
b. Langkah Kedua Memetakan Mata Pelajaran Peminatan

Pada pembahasan ini diambil contoh kelompok peminatan


Ilmu-Ilmu Sosial (dulu jurusan IPS). Bobot SKK kelompok peminatan
Ilmu-ilmu Sosial (IIS) pada Tingkatan 5 sebesar 30 SKK dan Tingkatan
6 sebesar 15 SKK. Besarnya bobot SKK ini sama untuk kelompok
peminatan lainnya yaitu Matematika Ilmu Alam dan Ilmu Bahasa dan
Budaya. Sehingga satu contoh dapat diterapkan pada kelompok
peminatan lainnya.

Sebelumnya kita perhatikan jumlah sel yang harus didistribusi


SKK pada setiap tingkatan. Kelompok peminatan memiliki empat
mata pelajaran, sehingga pada Tingkatan 5 harus ada 16 sel yang
harus didistribusi SKK dan Tingkatan 6 terdapat 8 sel. Oleh karena
itu 30 SKK pada Tingkatan 5 didistribusikan ke dalam 16 sel tersebut.
Jika masing-masing sel mendapatkan alokasi 2 SKK akan terdapat
kekurangan 2 SKK, karena 16 X 2 = 32 sedangkan SKK tersedia 30 SKK.

Jika diperhatikan struktur kurikulum SMA (Tabel 5) semua


mata pelajaran memiliki beban belajar yang berimbang. Sehingga
untuk menentukan mata pelajaran mana yang dikurangi kuota SKK
dilakukan diskusi dengan tutor berdasarkan pertimbangan
kedalaman dan keluasan materi.

15
Tabel 5. Struktur Kurikulum Peminatan SMA

Berdasarkan hasil diskusi diperoleh, misalnya, pemetaan


sebagaimana disajikan dalam Tabel 6 berikut ini.

16
Tabel 6. Hasil Pemetaan Kelompok Peminatan Paket C Setara SMA

Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)

Mata Pelajaran Tingkatan 5 Setara Kelas X-XI Tingkatan 6 Setara Kelas XII
Setara Kelas X Setara Kelas XI Jumlah Setara Kelas XII Jumlah
PK 5.1 PK 5.2 PK 5.3 PK 5.4 Tingkatan 5 PK 6.1 PK 6.2 Tingkatan 6
Peminatan Matematika dan
6 8 8 8 30 8 7 15
Ilmu Alam
7. Matematika 2 2 2 2 8 2 2 4
8. Biologi 1 2 2 2 7 2 1 3
9. Fisika 2 2 2 2 8 2 2 4
10. Kimia 1 2 2 2 7 2 2 4
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial 8 6 8 8 30 8 7 15
7. Geografi 2 2 2 2 8 2 2 4
8. Sejarah 2 1 2 2 7 2 1 3
9. Sosiologi 2 1 2 2 7 2 2 4
10. Ekonomi 2 2 2 2 8 2 2 4
Peminatan Ilmu Bahasa dan
6 8 8 8 30 8 7 15
Budaya
7. Bahasa dan Sastra Indonesia 2 2 2 2 8 2 2 4
8. Bahasa dan Sastra Inggris 1 2 2 2 7 2 2 4
Bahasa Asing Lain (Arab,
9. Mandarin, Jepang, Korea, 1 2 2 2 7 2 1 3
Jerman, Perancis)
10. Antropologi 2 2 2 2 8 2 2 4

c. Langkah Ketiga Pemetaan Mata Pelajaran Kelompok Khusus

Perlu diperhatikan dalam memetakan kelompok khusus ini


pada mata pelajaran keterampilan harus dipilah lagi menjadi
keterampilan wajib dan keterampilan pilihan. Sehingga pada
kelompok khusus terdapat tiga mata pelajaran yang harus
didistribusikan pada setiap tingkatan, yaitu Pemberdayaan,
Keterampilan Wajib dan Keterampilan Pilihan.

Pada Tingkatan 5 memiliki bobot 24 SKK, sementara jumlah


sel yang harus didistribusikan adalah 12 sehingga setiap sel memiliki
bobot 2 SKK. Sementara itu pada Tingkatan 6 memiliki bobot 13 SKK
dengan jumlah sel 6 sehingga ada satu sel yang memiliki bobot 3 SKK
lainnya 2 SKK. Berdasarkan penjelasan tersebut maka pemetaan

17
satuan kredit kompetensi kelompok khusus dapat disajikan pada
Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Pemetaan Satuan Kredit Kompetensi Kelompok Khusus


Paket C Setara SMA

Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)

Mata Pelajaran Tingkatan 5 Setara Kelas X-XI Tingkatan 6 Setara Kelas XII
Setara Kelas X Setara Kelas XI Jumlah Setara Kelas XII Jumlah
PK 5.1 PK 5.2 PK 5.3 PK 5.4 Tingkatan 5 PK 6.1 PK 6.2 Tingkatan 6
Kelompok Khusus 6 6 6 6 24 7 6 13
11. Pemberdayaan 2 2 2 2 8 2 2 4
12. Keterampilan
a. Keterampilan Wajib 2 2 2 2 8 3 2 5
b. Keterampilan Pilihan 2 2 2 2 8 2 2 4
Jumlah Bobot SKK Ditempuh 18 20 22 20 80 23 19 42

Pemetaan satuan kredit kompetensi pada kelompok khusus


lebih fleksibel, artinya tidak harus seperti contoh di atas. Misalnya
beban belajar mata pelajaran Pemberdayaan tidak banyak bisa saja
dikurangi menjadi 1 SKK dan dialihkan pada keterampilan wajib atau
pilihan. Begitu juga sebaliknya. Berapa besar bobot SKK yang
diperlukan sangat tergantung dari hasil analisis dan kebutuhan setiap
satuan pendidikan yang memperhatikan kebutuhan peserta didik dan
muatan lokal.

2. Pemetaan Satuan Kredit Kompetensi Paket B Setara SMP

Pada dasarnya pemetaan satuan kredit kompetensi Paket B


Setara SMP tahapannya sama dengan Paket C Setara SMA.
Perbedaannya adalah tidak ada kelompok peminatan pada Paket C
Setara SMP dan perbandingan dengan struktur kurikulum SMP sangat
berperan karena distribusi sel akan lebih bervariasi. Isian bobot SKK
pada mata pelajaran untuk setiap paket kompetensi akan sangat
dipengaruhi oleh struktur kurikulum SMP. Kenapa begitu? Karena
muatan kurikulum Paket B sama dengan SMP sehingga beban belajar

18
harus didistribusikan seimbang dalam bobot SKK dengan beban
belajar satuan waktu (jam pelajaran) pada struktur kurikulum SMP.

Tabel 8. Struktur Kurikulum Paket B Setara SMP

Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)


Mata Pelajaran Tingkatan 3 Setara Tingkatan 4 Setara
Jumlah
Kelas VII - VIII Kelas IX
Kelompok Umum
Pendidikan Agama dan Budi
1.
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2.
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 56 27 83
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelompok Khusus
8. Pemberdayaan
24 11 35
9. Keterampilan
Jumlah 80 38 118

Pada tabel di atas disajikan struktur kurikulum Paket B Setara


SMP yang menunjukkan bahwa bobot satuan kredit kompetensi pada
setiap tingkatan belum terpetakan ke dalam setiap mata pelajaran.
Untuk memetakan mata pelajaran kelompok kita siapkan tabel
sebagai berikut ini.

19
a. Langkah Pertama Memetakan Mata Pelajaran Kelompok Umum

Tabel 9. Tingkatan 3 dan Tingkatan 4 Paket B Setara SMP

Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)

Mata Pelajaran Tingkatan 3 Setara Kelas VII-VIII Tingkatan 4 Setara Kelas IX


Setara Kelas VII Setara Kelas VIII Jumlah Setara Kelas IX Jumlah
PK 3.1 PK 3.2 PK 3.3 PK 3.4 Tingkatan 3 PK 4.1 PK 4.2 Tingkatan 4
Kelompok Umum 0 0 0 0 0 0 0 0
Pendidikan Agama dan Budi
1. 0 0
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2. 0 0
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 0 0
4. Bahasa Inggris 0 0
5. Matematika 0 0
6. Ilmu Pengetahuan Alam 0 0
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 0 0

Menurut tabel di atas dapat diketahui bahwa pada Tingkatan


3 terdapat tujuh mata pelajaran pada kelompok umum (baris) dan
empat paket kompetensi (kolom) sehingga jumlah sel terdapat 28
buah. Sementara itu bobot SKK yang disediakan adalah 56 SKK. Jika
bobot SKK pada Tingkatan 3 didistribusikan secara merata maka
setiap sel akan mendapatkan alokasi masing-masing sebesar 2 SKK.

Namun distribusi setiap mata pelajaran memperoleh 2 SKK ini


belum logis jika dibandingkan dengan kedalaman dan keluasan
materi setiap mata pelajaran. Untuk mendistribusikan secara
proporsional maka perlu dilakukan pencermatan struktur kurikulum
SMP. Mengapa harus dilakukan pencermatan dengan kurikulum SMP?
Karena Paket B adalah program pendidikan kesetaraan SMP yang
mana muatan kurikulum sama dengan SMP. Memperhatikan struktur
kurikulum SMP pada tabel 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
logis jika 56 SKK dibagi rata ke dalam 28 sel. Perlu dilakukan
pemetaan satuan kredit kompetensi Paket B dengan memperhatikan
struktur kurikulum SMP tersebut.

20
Tabel 10. Struktur Kurikulum SMP

Berdasarkan struktur kurikulum SMP tersebut dapat


disimpulkan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki beban
belajar tertinggi yaitu 6 jam pelajaran per minggu, disusul
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam masing-masing 5 jam
pelajaran per minggu, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bahasa Inggris
masing-masing 4 jam pelajaran per minggu, kemudian terakhir
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan masing-masing 3 jam pelajaran per minggu.

Pada pendistribusian satuan kredit kompetensi Paket B,


diberikan secara berimbang seperti perimbangan struktur kurikulum
SMP. Walaupun bobot satuan kredit kompetensi Paket tidak persis
proporsional seperti proporsi beban belajar struktur kurikulum SMP,
namun paling tidak mendekati sehingga implementasi pembelajaran
sesuai dengan beban belajar dan bobot SKK.

21
Cara yang sama dilakukan untuk memetakan satuan kredit
kompetensi mata pelajaran kelompok umum pada Tingkatan 4.
Setelah dilakukan pemetaan maka hasilnya seperti disajikan pada
Tabel 11 berikut ini.

Tabel 11. Pemetaan Satuan Kredit Kompetensi Paket B Setara SMP

Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)

Mata Pelajaran Tingkatan 3 Setara Kelas VII-VIII Tingkatan 4 Setara Kelas IX


Setara Kelas VII Setara Kelas VIII Jumlah Setara Kelas IX Jumlah
PK 3.1 PK 3.2 PK 3.3 PK 3.4 Tingkatan 3 PK 4.1 PK 4.2 Tingkatan 4
Kelompok Umum 15 13 15 13 56 15 12 27
Pendidikan Agama dan Budi
1. 1 1 1 1 4 1 1 2
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2. 1 1 1 1 4 1 1 2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 3 3 3 3 12 3 2 5
4. Bahasa Inggris 2 2 2 2 8 2 2 4
5. Matematika 3 2 3 2 10 3 2 5
6. Ilmu Pengetahuan Alam 3 2 3 2 10 3 2 5
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2 2 8 2 2 4
Kelompok Khusus 6 6 6 6 24 6 5 11
8. Pemberdayaan 2 2 2 2 8 2 2 4
9. Keterampilan
a. Keterampilan Wajib 2 2 2 2 8 2 1 3
b. Keterampilan Pilihan 2 2 2 2 8 2 2 4
Jumlah 21 19 21 19 80 21 17 38

b. Langkah Pertama Memetakan Mata Pelajaran Kelompok Khusus

Pemetaan satuan kredit kompetensi kelompok khusus


dilakukan dengan cara yang sama ketika melakukan pemetaan
kelompok khusus pada Paket C. Perbedaannya pada Paket B Setara
SMP bobot SKK pada tingkatan akhir yaitu Tingkatan 4 kurang 1 SKK
jika didistribusikan pada setiap sel. Penentuan pengurangan ataupun
pengalihan bobot SKK antar sel pada kelompok khusus sangat
bergantung pada keputusan satuan pendidikan sesuai dengan
program kelompok khusus yang akan diselenggarakan dengan
memperhatikan beban belajar masing-masing mata pelajaran.

22
3. Pemetaan Satuan Kredit Kompetensi Paket A Setara SD

Pemetaan pada program pendidikan kesetaraan Paket A Setara


SD tahapannya sama dengan Paket B di atas. Untuk mendistribusikan
beban belajar satuan kredit kompetensi ke setiap mata pelajaran
perlu memperhatikan struktur kurikulum Sekolah Dasar. Sebelumnya
dicermati terlebih dahulu struktur kurikulum Paket A Setara SD
sebagaimana bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 12. Struktur Kurikulum Paket A Setara SD


Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)
Mata Pelajaran Tingkatan 1 Setara Tingkatan 2 Setara
Jumlah
Kelas I - III Kelas IV-VI
Kelompok Umum
Pendidikan Agama dan Budi
1.
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2.
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 71 82 153
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelompok Khusus
7 Pemberdayaan
31 35 66
8 Keterampilan (okupasi)
Jumlah 102 117 219

Pemetaan satuan kredit kompetensi Paket A perlu lebih


cermat karena besaran SKK pada setiap tingkatan harus
didistribusikan ke tiga setara kelas di samping didistribusi ke setiap
mata pelajaran. Tingkatan 1 didistribusikan ke setara Kelas 1, Kelas
2 dan Kelas 3 sedangkan Tingkatan 2 didistribusikan ke setara Kelas
4, Kelas 5 dan Kelas 6. Berbeda dengan pendistribusian Paket B dan
Paket C yang mencapai empat paket kompetensi, Paket A dalam satu
tingkatan disitribusikan ke dalam enam paket kompetensi sehingga

23
jika memperhatikan struktur kurikulum Sekolah Dasar akan
memudahkan dalam mempertimbangkan besar satuan kredit
kompetensi setiap mata pelajaran pada setiap tingkatan.

Oleh karena itu sebelum melakukan pendistribusian satuan


kredit kompetensi dilakukan pencermatan struktur kurikulum
Sekolah Dasar sebagaimana disajikan dalam tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Struktur Kurikulum Sekolah Dasar

Berdasarkan struktur kurikulum Sekolah Dasar pada tabel di


atas diketahui bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan
Ilmu Pengetahuan Sosial belum diajarkan pada kelas I, II dan III.
Dengan demikian pada Paket A Tingkatan I, kedua mata pelajaran
tersebut juga tidak disajikan. Jika tidak melihat struktur kurikulum
Sekolah Dasar bisa jadi pada pemetaan satuan kredit kompetensi
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial
akan mendapatkan alokasi satuan kredit kompetensi. Inilah
pentingnya mencermati struktur kurikulum Sekolah Dasar agar

24
pemetaan satuan kredit kompetensi Paket A sesuai dengan
padanannya Sekolah Dasar.

Sebagai acuan, seperti sudah dijelaskan juga pada bagian


sebelumnya, bahwa jika pada struktur kurikulum pendidikan formal
alokasi waktu satu minggu mata pelajaran Bahasa Indonesia misalnya
sebesar 8 JPL seminggu, maka dalam pemetaan satuan kredit
kompetensi menjadi sebesar 4 SKK. Acuannya bobot SKK mata
pelajaran pendidikan kesetaraan adalah sebesar setengah kali beban
belajar pada pendidikan formal.

Dengan acuan tersebut dan memperhatikan struktur kurikulum


Sekolah Dasar maka pemetaan satuan kredit kompetensi Paket A
dapat disajikan pada Tabel 14 berikut ini.

25
Tabel 14. Pemetaan Satuan Kredit Kompetensi Paket A Setara SD

Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)


Mata Pelajaran Tingkatan 1 Setara Kelas I-III Tingkatan 2 Setara Kelas IV-VI
Setara Kelas I Setara Kelas II Setara Kelas III Jumlah Setara Kelas IV Setara Kelas V Setara Kelas VI Jumlah
PK 1.1 PK 1.2 PK 1.3 PK 1.4 PK 1.5 PK 1.6 Tingkatan 1 PK 2.1 PK 2.2 PK 2.3 PK 2.4 PK 2.5 PK 2.6 Tingkatan 2
Kelompok Umum 11 11 11 12 13 13 71 15 13 15 13 14 12 82
Pendidikan Agama dan Budi
1. 2 2 2 2 2 2 12 2 2 2 2 2 2 12
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2. 2 2 2 3 3 3 15 2 2 2 2 2 2 12
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4 5 5 26 4 4 4 4 4 4 24
4. Matematika 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 2 17
5. Ilmu Pengetahuan Alam 0 2 1 2 1 1 1 8
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 0 2 1 2 1 2 1 9
Kelompok Khusus 5 5 5 5 6 5 31 6 6 6 6 6 5 35
7 Pemberdayaan 2 2 2 2 3 2 13 2 2 2 2 3 2 13
8 Keterampilan
a. Keterampilan Wajib 2 2 2 2 2 2 12 2 2 2 2 1 1 10
b. Keterampilan Pilihan 1 1 1 1 1 1 6 2 2 2 2 2 2 12
Jumlah 16 16 16 17 19 18 102 21 19 21 19 20 17 117

26
Strategi pembelajaran pada Paket A dapat dilakukan dengan
pendekatan tematik, terutama pada Tingkatan 1. Namun demikian
dalam pemetaan satuan kredit kompetensi setiap mata pelajaran
pada Tingkatan 1 tetap dialokasikan satuan kredit kompetensi,
demikian pula pada Tingkatan 2. Jika pembelajaran dilakukan
dengan pola tematik tidak akan berpengaruh pada pemetaan, karena
nilai hasil belajar tetap disajikan untuk setiap mata pelajaran, bukan
mata pelajaran tematik. Kemudian untuk menghitung beban belajar
digabungkan semua mata pelajaran yang dilakukan pembelajaran
tematik tersebut.

4. Konversi Bobot SKK Menjadi Jam Pelajaran

Bobot SKK belum menunjukkan beban belajar dalam satuan


jam pelajaran. Oleh karena itu hasil pemetaan SKK perlu dikonversi
ke dalam jam pelajaran sebelum digunakan untuk menyusun jadwal
pembelajaran.

Satu SKK jika dilakukan pembelajaran tatap muka dikonversi


menjadi satu jam pelajaran. Satu SKK jika dilakukan pembelajaran
tutorial dikonversi menjadi dua jam pelajaran. Pembelajaran tatap
muka dan tutorial dilaksanakan terjadwal dalam pertemuan di kelas.
Sedangkan satu SKK jika dilakukan belajar mandiri dikonversi
menjadi tiga jam pelajaran. Belajar mandiri tidak dijadwalkan
belajar di kelas, namun peserta didik belajar sendiri di mana pun ia
berada.

Ketentuan di atas dilakukan jika pilihan pembelajaran tatap


muka, tutorial dan mandiri dilaksanakan secara blok SKK untuk
setiap mata pelajaran. Namun demikian pembelajaran lebih sering
dilaksanakan secara kombinasi di antara ketiga pola pembelajaran
tersebut. Maka untuk menghitung konversi basis yang digunakan
adalah konversi berdasarkan pola pembelajaran tatap muka, yaitu
satu SKK dikonversi menjadi satu jam pelajaran.

27
Pada Panduan Penyusunan Perencanaan Pembelajaran
Kurikulum 2013 Pendidikan Kesetaraan disampaikan jika alokasi
waktu yang dibutuhkan berdasarkan analisi modul ternyata lebih
besar dari ketersediaan waktu yang ada maka beberapa langkah
pembelajaran dilakukan dengan belajar mandiri.

Misalnya berdasarkan analisis modul mata pelajaran PPKn


Paket C (1 SKK) membutuhkan waktu 10 jam pelajaran, sedangkan
pembelajaran satu modul tersedia selama 6 minggu efektif sehingga
alokasi waktu yang tersedia adalah 6 jam pelajaran. Maka harus ada
kegiatan pembelajaran yang dilakukan belajar mandiri sebesar 4 jam
pelajaran agar alokasi waktu sesuai dengan ketersediaan waktu.

Selanjutnya dalam menyusun jadwal perlu diperhatikan


ketentuan bahwa satu jam pelajaran Paket C dilaksanakan selama 45
menit, Paket B selama 40 menit, dan Paket A selama 35 menit.

28
BAB III
RANCANGAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
BERBASIS MODUL

P
embelajaran pendidikan kesetaraan pada kurikulum 2013
dilaksanakan berbasis modul. Modul sebagai delivery system
dapat dilakukan dengan cara belajar mandiri, karena modul
disusun agar peserta didik dapat belajar mandiri. Namun
demikian belajar mandiri tidak dilakukan secara penuh
karena pembelajaran modul tetap memerlukan kegiatan tatap muka
dan atau kegiatan tutorial. Artinya belajar mandiri menggunakan
modul tidak bisa dilakukan 100% mandiri. Kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh peserta didik menggunakan modul melalui
belajar mandiri, dan hanya datang saat ujian pendidikan kesetaraan
atau ujian nasional merupakan pemahaman yang salah dan tidak
dibenarkan.

Modul pendidikan kesetaraan sudah disusun oleh penulis yang


ditunjuk Direktorat Pembinaan PendidiKan Keaksaraan dan
Kesetaraan dengan penyelia dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Kemdikbud. Sejak tahun 2018 sudah tersedia modul untuk Paket A
setara kelas IV, Paket B setara kelas VII, dan Paket C setara kelas X.
Artinya mulai tahun ajaran 2019/2020 satuan pendidikan sudah bisa
mengimplementasikan K13 mulai kelas awal karena modul sudah
tersedia. Modul pendidikan kesetaraan dapat diunduh di laman
Rumah Belajar (https://belajar.kemdikbud.go.id/). Modul akan
disediakan secara bertahap untuk rombongan belajar atau kelas di
atasnya.

Setiap mata pelajaran pada satu tahun pelajaran tersedia


sejumlah 5 (lima) modul, kecuali mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Paket B memiliki 6 (enam) modul.

29
Modul-modul tersebut didistribusikan pada dua paket kompetensi.
Satu paket kompetensi setara dengan satu semester pada pendidikan
formal. Pada paket kompetensi atau semester ganjil melaksanakan
pembelajaran tiga modul dan paket kompetensi atau semester genap
dua modul. Mengapa pada paket kompetensi atau semester genap
diberikan beban dua modul? Karena pada semester genap satuan
pendidikan (PKBM/SKB) waktu efektif belajar berkurang karena
kegiatan USBN dan Ujian Nasional. PKBM/SKB biasanya tidak hanya
menyelenggarakan satu jenjang program pendidikan, tapi banyak
yang menyelenggarakan Paket C, Paket B dan Paket A sekaligus
sehingga kegiatan ujian akhir akan menyita waktu belajar efektif
kelas di bawahnya.

Gambar pada halaman berikut ini memberikan ilustrasi


pelaksanaan pembelajaran berbasis modul yang dilaksanakan pada
Paket C Setara SMA mulai Tingkatan 5 setara Kelas X sampai dengan
Tingkatan 6 setara Kelas XII.

30
Gambar 3. Alokasi Pembelajaran Modul ke dalam Paket Kompetensi
atau Semester dalam Satu Tahun.

Peserta didik dapat melanjutkan modul berikutnya jika sudah


memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang dilakukan melalui
proses penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar pendidikan
kesetaraan Kurikulum 2013 berbasis modul dilakukan melalui
penilaian proses dan penilaian akhir modul. Penilaian proses terdiri
dari penugasan dan atau latihan yang dapat diambil dari modul.
Sedangkan penilaian akhir modul berupa ujian modul. Soal ujian
modul disusun oleh tutor pengampu mata pelajaran.

Nilai yang dicantumkan dalam rapor adalah nilai modul. Nilai


modul untuk kompetensi dasar pengetahuan (KD 3.x) adalah nilai
gabungan dari penugasan, latihan dan ujian modul. Sedangkan nilai
modul kompetensi dasar keterampilan (KD 4.x) adalah hasil rerata
nilai penugasan.

Penilaian hasil belajar menggunakan basis modul, tidak perlu


melakukan ujian semester. Laporan hasil belajar (buku rapor) tidak
menyajikan nilai semester melainkan menyajikan nilai modul.
Laporan hasil belajar (rapor) pendidikan kesetaraan kurikulum 2013
menyajikan capaian hasil belajar sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan dan keterampilan. Capaian hasil belajar pengetahuan
dan keterampilan disajikan setiap modul, sedangkan capaian hasil
belajar sikap spiritual dan sikap sosial disajikan setiap paket
kompetensi (semester). Penyajian capaian hasil belajar pengetahuan
dan keterampilan khusus mata pelajaran Pemberdayaan,
Keterampilan Wajib dan Keterampilan Pilihan tidak disajikan setiap
modul namun setiap paket kompetensi.

Pada paket kompetensi atau semester ganjil minggu efektif


yang tersedia adalah 18 minggu efektif. Minggu efekif adalah minggu
pelaksanaan pembelajaran tidak termasuk libur semester, ujian dan
kegiatan lainnya di luar akademik/kurikuler. Karena pada semester

31
atau paket kompetensi ganjil terdapat 18 minggu efektif dan
melaksanakan pembelajaran tiga modul, maka setiap modul
memerlukan waktu belajar selama enam minggu efektif.

Pembelajaran berbasis modul dapat dilaksanakan melalui tiga


pola pembelajaran, yaitu pembelajaran tatap muka, pembelajaran
tutorial, dan belajar mandiri. Pola pembelajaran dapat dilakukan
secara kombinasi di antara ketiganya.

A. Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka dan Tutorial

Pelaksanaan pembelajaran tatap muka dan tutorial


dilaksanakan secara terjadwal regular, sehingga peserta didik hadir
di dalam kelas mengikuti pembelajaran. Pembelajaran tatap muka
lebih berorientasi menyampaikan materi dengan menyesuaikan
pendekatan saintifik yang menjadi ciri khas kurikulum 2013.
Sedangkan pembelajaran tutorial berorientasi pada pemecahan
masalah yang sulit dan atau pembahasan materi atau soal. Karena
itulah pembelajaran tutorial dalam konsep pendidikan kesetaraan
tetap hadir di kelas (regular maupun daring).

Gambar 4. Ilustrasi Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Modul


Pola Tatap Muka dan atau Tutorial

Misalnya mata pelajaran Bahasa Indonesia Paket C Setara SMA


Tingkatan 5 Setara Kelas X memiliki bobot satuan kredit kompetensi
sebesar 1 SKK, maka pelaksanaan pembelajaran tatap muka
disediakan alokasi waktu 1 jam pelajaran (JPL) setiap minggu.
Sehingga dalam satu paket modul tersedia alokasi waktu sebanyak 1

32
JPL X 6 minggu efektif, yaitu 6 JPL. Jika dalam perencanaan
pembelajaran ternyata dinyatakan bahwa pembelajaran modul
Bahasa Indonesia memerlukan alokasi waktu 12 JPL, maka harus ada
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara mandiri. Pemilihan
kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan secara mandiri dapat
dilihat dari silabus atau merubah kegiatan pembelajaran tertentu
menjadi kegiatan pembelajaran mandiri dengan merubah rumusan
kalimat dalam silabus yang mencirikan pembelajaran mandiri.

B. Pelaksanaan Pembelajaran Kombinasi Tatap Muka/Tutorial


dengan Belajar Mandiri

Pada contoh di atas pelaksanaan pembelajaran tatap muka


atau tutorial tetap dilaksanakan selama enam kali pertemuan dalam
satu modul walaupun dikombinasikan dengan belajar mandiri.
Kombinasi belajar mandiri dapat pula mengurangi jumlah jam
pertemuan dalam satu modul. Perhatikan gambar pada halaman
berikut ini.

Gambar 5. Ilustrasi Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Modul


Pola Tatap Muka dan atau Tutorial Kombinasi Belajar
Mandiri

Pada Gambar 4 pembelajaran dalam satu modul dilaksanakan


dalam enam kali pertemuan dan diakhiri dengan ujian modul pada
minggu ketujuh. Ketika belajar mandiri belum memenuhi disebabkan
kurangnya alokasi waktu, maka dilakukanlah kombinasi belajar
mandiri. Pada pola kombinasi sebagaimana diilustrasikan Gambar 5

33
jumlah pertemuan satu modul lebih sedikit dengan melakukan
kombinasi belajar mandiri, dan bukan menambah beban belajar
peserta didik di luar tatap muka atau tutorial. Model secama ini
memang dirancang untuk mengurangi jumlah jam pertemuan.
Meskipun demikian, kegiatan pertemuan dalam bentuk tatap muka
atau tutorial masih tetap dibutuhkan guna memberikan pemahaman
dan atau pengayaan jika peserta didik kurang memahami saat
melakukan belajar mandiri. Pola semacam inilah yang disebut
penerapan modul sebagai delivery system pembelajaran.

Pola ini biasa dilakukan untuk melaksanakan pembelajaran


secara bergantian. Misalnya, pada minggu pertama hari jam yang
sama jadwal digunakan untuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan pada minggu kedua hari jam yang sama
digunakan untuk mata pelajaran Sejarah Indonesia Paket C Tingkatan
5 Setara Kelas X. Pada minggu pertama mata pelajaran Sejarah
Indonesia belajar mandiri, dan pada minggu kedua mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan belajar mandiri. Begitu
seterusnya sampai habis waktu pembelajaran satu modul dan
diakhiri ujian modul.

Hal tersebut dapat dilakukan karena kurikulum 2013


pendidikan kesetaraan tidak lagi mengenal ketentuan minimal
prosentase pembelajaran tatap muka dan pembelajaran tutorial
serta ketentuan maksimal prosentase belajar mandiri.

C. Belajar Mandiri

Selanjutnya, bagaimana belajar mandiri berbasis modul


dilakukan? Pembelajaran pendidikan kesetaraan dengan
menggunakan modul dapat dilakukan secara konvensional maupun
dalam jaringan (daring) atau online. Belajar mandiri diawali dengan
kontrak belajar dan diakhiri dengan ujian modul. Secara
konvensional kontrak belajar dan ujian modul peserta didik datang

34
secara fisik ke satuan pendidikan. Secara daring peserta didik pada
kontrak belajar dan ujian modul dilakukan melalui media internet.
Di antara kontrak belajar dan ujian modul dapat dilakukan kegiatan
pembelajaran tatap muka dan atau tutorial. Pembelajaran tatap
muka dilakukan untuk menyampaikan materi, sedangkan
pembelajaran tutorial dilakukan untuk membahas materi yang sulit
atau latihan soal. Jumlah atau frekuensi pembelajaran tatap muka
dan tutorial disesuaikan dengan kebutuhan dan kesulitan yang
dihadapi peserta didik.

Artinya belajar mandiri menggunakan modul tidaklah mungkin


seratus persen mandiri atau sama sekali tidak ada pertemuan di
satuan pendidikan baik konvensional maupun daring. Kontrak belajar
dan ujian modul dilakukan dalam bentuk pertemuan. Bahkan, bisa
juga dimungkinkan melakukan kegiatan belajar tatap muka dan atau
tutorial di antara kontrak belajar dan ujian modul.

Gambar 6. Ilustrasi Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Modul


Pola Belajar Mandiri

Belajar mandiri pada setiap modul memerlukan kegiatan


pendahuluan berupa kontrak belajar antara peserta didik dan tutor.
Kegiatan kontrak belajar ini memerlukan kehadiran peserta didik di
satuan pendidikan untuk menerima penjelasan dari tutor tentang
apa yang harus dipelajari dan tugas atau tagihan yang harus
diselesaikan. Pada gilirannya peserta didik menandatangani kontrak

35
belajar yang berupa kesepakatan antara peserta didik dan tutor
untuk belajar modul dan menyelesaikan tugas dan atau tagihan.
Satuan pendidikan yang menerapkan pembelajaran daring, kontrak
belajar dapat dilakukan secara daring yaitu melakukan pembicaraan
daring dan peserta diminta untuk mengirim kembali form kontrak
belajar melalui email.

Pada saat kontrak belajar disepakati perlu tidaknya kegiatan


pembelajaran tatap muka dan atau tutorial sebelum dilaksanakan
ujian modul. Jika disepakati, langkah selanjutnya adalah
menentukan frekuensi dan jadwalnya. Kegiatan pembelajaran dan
atau tutorial antara kontrak belajar dan ujian modul bisa dilakukan
satu kali, dua kali, tiga kali sesuai dengan kebutuhan dan
kesepakatan. Pada setiap pertemuan tatap muka atau tutorial
mensyaratkan peserta didik untuk membaca modul sebagai wujud
pelaksanaan belajar mandiri. Artinya pertemuan tidak akan efektif
jika peserta didik tidak membaca modul terlebih dahulu. Dengan
demikian, sebenarnya pertemuan antara kontrak belajar dan ujian
modul cenderung berbentuk tutorial karena lebih berfungsi sebagai
pembahasan materi yang sulit dan latihan soal. Jika ada yang belum
dipahami maka tutor dapat melakukan kegiatan pembelajaran tatap
muka.

Setelah peserta didik selesai belajar mandiri maka pada waktu


yang telah ditentukan, mereka dapat mengikuti ujian modul. Jika
hasil ujian modul mencapai batas minimal ketuntasan maka peserta
didik diperbolehkan melanjutkan ke modul selanjutnya. Namun jika
belum memenuhi kriteria maka peserta didik melakukan remidi
secara mandiri atau dibawah bimbingan tutor, dan mengikuti ujian
modul ulang.

Berdasarkan uraian di atas, maka belajar mandiri berbasis


modul tetap dilakukan pertemuan di kelas atau satuan pendidikan,
serta dapat dilakukan pembelajaran tatap muka dan atau tutorial.

36
Jadwal pembelajaran tatap muka dan tutorial tidak dijadwal
mingguan namun menyesuaikan dengan kebutuhan.

Walaupun diilustrasikan satu modul diselesaikan dalam enam


minggu, namun sebenarnya penyelesaian satu modul akan
bergantung pada kecepatan setiap peserta didik. Implementasi ini
memerlukan kemampuan tutor dalam mengelola dan melayani
rombongan belajar karena kecepatan belajar tiap peserta didik tidak
sama.

37
38
BAB IV
MERANCANG PROGRAM KELOMPOK KHUSUS

S
alah satu ciri khas kurikulum 2013 pendidikan kesetaraan
adalah adanya program kelompok khusus yang dirancang
berisi muatan pemberdayaan dan muatan keterampilan.
Kedua muatan tersebut menjadi mata pelajaran
pemberdayaan serta mata pelajaran keterampilan wajib dan
mata pelajaran keterampilan pilihan. Muatan kelompok khusus
memiliki bobot beban belajar 30% SKK dari keseluruhan SKK tiap
tingkatan.

Gambar 7. Program Kelompok Khusus Pendidikan Kesetaraan

Program muatan pemberdayaan memuat kompetensi untuk


menumbuhkan keberdayaan, harga diri, percaya diri, sehingga
peserta didik mampu mandiri dan berkreasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Sedangkan keterampilan merupakan memuat

39
pengembangan keterampilan yang dibutuhkan peserta didik dalam
memasuki dunia kerja atau memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Ditinjau dari konsep kecakapan hidup (life skills) muatan
pemberdayaan berorientasi mengembangkan soft skills, sedangkan
muatan keterampilan berorientasi mengembangkan hard skills atau
vocational skills.

Gambar 8. Merancang Program Kelompok Khusus

A. Program Muatan Pemberdayaan

Pemberdayaan berarti memiliki daya atau kuasa untuk


bertindak. Adapun maksudnya seseorang yang berdaya adalah
memiliki kapasitas untuk bertindak dalam berhubungan dengan
orang lain, menjalankan kelembagaan dan atau bekerjasama untuk
mencapai sesuatu tujuan.

40
Program pemberdayaan memiliki dua arti strategis, yaitu
pertama, sebagai kepemilikan kuasa atau kapasitas bertindak dalam
diri subjek, kedua, sebagai subjek yang mandiri, berdaulat, dengan
segala potensi dan kekuatan dimiliki dalam bertindak yang
menentukan nasib hidup. Keberdayaan juga bisa diartikan secara
strategis sebagai kemampuan atau kapasitas bertindak secara
kolektif yang bersifat relasional dalam hubungan dan kerjasama
dengan pihak atau orang lain.

Strategi penyelenggaraan program pemberdayaan yang


mengedepankan keberdayaan peserta didik atau warga belajar
dalam mengatasi masalah dan menjawab tantangan hidup,
memasuki dunia kerja dan menumbuhkan kreativitas dan
produktivitas kehidupan publik. Kapasitas pemberdayaan akan
dikembangkan melalui proses pembelajaran dengan cara diskusi,
merumuskan masalah, mengatasi masalah, menyampaikan pendapat
dan pandangan yang bersifat menggerakkan dalam praktek
mengatasi masalah dan menjawab tantangan dalam hidup.

Gambar 9. Kegiatan Mata Pelajaran Pemberdayaan

Bentuk pemberdayaan pada pendidikan kesetaraan terdapat


tiga bentuk yaitu

1. Keberdayaan individual, dalam arti kapasitas individual dalam


bertindak diperlukan agar peserta didik mampu dan berdaya

41
mengembangkan diri sejalan dengan tingkat perkembangannya
dan kemajuan berlangsung di masyarakat. Muatan
pemberdayaan ini diberikan baik dalam bentuk penguatan
kapasitas diri maupun kemampuan mengenali struktur sekitar
yang menghambat pengembangan diri dan sekaligus yang
memberi peluang bagaimana menggunakannya, khususnya
menggunakan kelembagaan yang ada, bagi penguatan-penguatan
kapasitas dalam pengembangan diri.
2. Keberdayaan relasional, diperlukan untuk berkontribusi pada
masyarakat sekitar dan dunia kerja. Keberdayaan dalam arti
kapasitas bertindak secara relasional ini ditentukan bukan hanya
oleh pribadi atau individu peserta didik, tetapi secara kontigen
atau terbuka ditentukan oleh momentum berlangsungnya relasi
atau hubungan sosial sebagai hasil dari tindakan kolektif.
3. Keberdayaan kolektif, bisa diartikan sebagai kemampuan
membentuk keduanya, baik mengembangkan diri maupun secara
kolektif dalam artinya yang progresif. Dalam praktek
pemberdayaan ini ditekankan pembentukan diri sekaligus
struktur atau kelembagaan melalui proses emansipasi dalam
kepemimpinan kelompok.

Adapun tujuan pemberdayaan adalah:

1. Memiliki keberdayaan untuk mengatasi masalah


Peserta didik memiliki kemandirian dalam pengembangan diri
untuk mengatasi masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi
dalam kehidupannya.
2. Memiliki keberdayaan untuk pengembangan kreativitas
Peserta didik mampu menumbuhkan keberdayaan kreativitas
dalam mencipta solusi yang mendorong kemajuan masyarakat.
Memulihkan integritas kepribadian, mengembangkan identitas
kewargaan dan kewarganegaraan, dan menumbuhkan
nasionalisme sebagai warga negara Indonesia

42
B. Program Muatan Keterampilan

Seperti sudah dijelaskan di awal bab ini, bahwa muatan


keterampilan memuat pengembangan keterampilan yang dibutuhkan
peserta didik dalam memasuki dunia kerja atau memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Program muatan keterampilan terdiri
dari keterampilan wajib dan keterampilan pilihan. Muatan
keterampilan wajib berisi Seni dan Budaya, Pendidikan Olah Raga
dan Rekreasi, Prakarya. Sedangkan muatan keterampilan pilihan
berisi keterampilan vokasional yang dipilih peserta didik sesuai
potensi, kebutuhan, kearifan lokal dan karakteristik peserta didik.

Keterampilan wajib dimaksudkan untuk mengembangkan


keterampilan umum (generic skills) dan membentuk karakter
peserta didik memiliki rasa seni dan budaya, sehat jasmani dan
rohani, sportif, serta memiliki kecakapan okupasional dan vokasional
dalam memenuhi kebutuhan dan kemandirian, serta untuk mengatasi
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan keterampilan
pilihan merupakan pendalaman kompetensi yang menuntut
kemampuan intelektual dan keahlian (generic skills dan vokasional)
dengan persyaratan prosedur, standar dan kriteria tertentu atau
spesifik dalam melaksanakan suatu tugas, pekerjaan, atau profesi
dalam kehidupan sehari-hari maupun sebagai modal dasar memasuki
dunia usaha dan dunia industri.

Muatan keterampilan pada pendidikan kesetaraan merupakan


upaya dalam memberikan keterampilan vokasi, terutama pada
keterampilan pilihan. Oleh karena itulah pemilihan muatan
keterampilan memperhatikan variasi potensi sumber daya daerah
yang ada, kebutuhan peserta didik dan peluang kesempatan kerja
yang tersedia.

43
Pendidikan kesetaraan program Paket A dan Paket B, jenis
keterampilan pilihan yang dipilih diutamakan yang non sertifikasi
atau tidak harus dilakukan uji kompetensi, dan dilaksanakan oleh
penyelenggara secara mandiri untuk mendukung pekerjaan atau
profesi peserta didik sehari-hari. Sedangkan pada program Paket C,
peserta didik dapat memilih jenis keterampilan pilihan yang diuji
kompetensi ataupun keterampilan yang tidak dilakukan uji
kompetensi.

Tujuan program muatan keterampilan adalah agar peserta


didik, terutama usia produktif, memiliki keterampilan atau
kecakapan hidup untuk mandiri dan tampil sebagai warga yang aktif
dan berkonstribusi bagi masyarakatnya. Muatan keterampilan
berfungsi untuk menguatkan (reinforcement) kreativitas dan
produktivitas yang telah menyatu dan berkembang pada diri peserta
didik melalui pembelajaran kecakapan hidup. Lulusan pendidikan
kesetaraan diharapkan setelah lulus di samping memiliki ijazah
setara pendidikan formal juga memiliki keterampilan vokasi yang
dapat digunakan untuk bekerja atau memenuhi kehidupan sehari-
hari.

C. Menyusun Program Mata Pelajaran Pemberdayaan

Program muatan pemberdayaan pada struktur kurikulum dan


dokumen laporan hasil belajar menjadi bentuk mata pelajaran
pemberdayaan. Agar mata pelajaran pemberdayaan dilaksanakan
tidak secara sporadis tanpa perencanaan yang matang maka perlu
dilakukan penyusunan muatan pemberdayaan sejak tingkatan awal
sampai akhir. Misalnya pada program Paket C mata pelajaran
pemberdayaan sudah dirancang selama satu paket program
kurikulum sejak paket kompetensi 5.1, 5.2, 5.3, 5.4, 6.1, dan 6.2
atau keseluruhan enam paket kompetensi.

44
Langkah-langkah dalam menyusun mata pelajaran
pemberdayaan adalah sebagai berikut:

1. Langkah pertama adalah melakukan identifikasi potensi diri dan


lingkungan dengan mempertimbangkan permasalahan yang
dihadapi di masyarakat.
Kegiatan identifikasi potensi diri dan lingkungan dapat dilakukan
dengan melakukan diskusi potensi individu, kolektif dan
lingkungan yang dimiliki oleh satuan pendidikan dan
permasalahan peserta didik dan lingkungan masyakarat. Untuk
melakukan diskusi dapat dipandu dengan tabel berikut ini.

Tabel 15. Identifikasi Potensi Diri dan Lingkungan

NO ASPEK POTENSI

1. Peserta didik 1.
2.
3.
4.
2. Tutor 1.
2.
3.
4.
3. Lingkungan sosial 1.
budaya
2.
3.
4.
4. Lingkungan alam 1.
2.
3.
4.

45
Kesimpulan:
Potensi pemberdayaan yang dapat dikembangkan pada Program
Paket A/Paket B/Paket C:
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

2. Penyusunan muatan mata pelajaran pemberdayaan


memperhatikan karakter peserta didik (usia, kondisi psikologis,
minat belajar dll). Program pemberdayaan disusun untuk setiap
paket kompetensi dengan merumuskan kegiatan dan materi
pemberdayaan mulai dari paket kompetensi awal hingga paket
kompetensi akhir.

46
Tabel 16. Muatan Mata Pelajaran Pemberdayaan
Muatan Mata Pelajaran Pemberdayaan Program Paket A/B/C
(Pilih salah satu, dan dibuat semuanya jika ada)

NO. KEGIATAN TUJUAN INDIKATOR MATERI WAKTU PAKET


KOMPETENSI
1.
2.
3.

Keterangan isian kolom:


Kegiatan : Ditulis bentuk kegiatan muatan
pemberdayaan yang akan dilaksanakan
Tujuan : Ditulis rumusan tujuan yang akan dicapai.
Indikator : Ditulis rumusan indikator yang dijabarkan
dari rumusan tujuan. Perhatikan
penggunaan kata kerja operasional yang
dapat diukur.
Materi : Ditulis uraian pokok materi muatan
pemberdayaan sesuai dengan kegiatan
yang dilaksanakan.
Waktu : Ditulis alokasi waktu yang diperlukan
dalam satuan jam pelajaran.
Paket Kompetensi : Ditulis kode Paket Kompetensi pada saat
muatan pemberdayaan dilaksanakan.

3. Melakukan alokasi kegiatan dan materi muatan mata pelajaran


ke dalam paket kompetensi dengan memperhatikan jumlah
beban belajar setelah dikonversi ke dalam jam pelajaran.
Alokasi kegiatan dimasukkan ke dalam format rencana
pelaksanaan mata pelajaran Pemberdayaan untuk setiap paket
kompetensi.

47
Tabel 17. Contoh Format Rencana Pelaksanaan Mata Pelajaran Pemberdayaan
Rencana Pelaksanaan Mata Pelajaran Pemberdayaan Paket C Tingkatan 5
Nama PKBM/SKB: ……………………………………………………………….

JML
NO PK SKK MG EF KEGIATAN MATERI JPL
JPL

1 5.1 2 18 36

2 5.2 2 14 28

3 5.3 2 18 36

4 5.4 2 14 28

48
Keterangan kolom dan isian.
PK : Paket kompetensi, ditulis sesuai paket kompetensi
yang dilaksanakan.
SKK : Satuan kredit kompetensi, diisi sesuai hasil
pemetaan SKK pada paket kompetensi yang
bersangkutan.
MG EF : minggu efektif, diisi jumlah minggu efektif
pembelajaran pada paket kompetensi yang
bersangkutan. Sebagai contoh, pada paket
kompetensi ganjil (5.1 dan 5.3) jumlah minggu
efektif adalah 18 minggu. Sedangkan pada paket
kompetensi genap (5.2 dan 5.4) terdapat minggu
efektif 14 minggu, karena ada pelaksanaan USBN dan
ujian nasional sehingga minggu efektif lebih sedikit
daripada paket kompetensi ganjil.
JML JPL : jumlah jam pelajaran, adalah jumlah perkalian
antara SKK dan minggu efektif. Hasil perkalian,
misalnya 2 X 18 = 36 JPL, adalah jumlah alokasi
waktu pelaksanaan mata pelajaran Pemberdayaan
selama satu paket kompetensi.
KEGIATAN : uraian kegiatan diambilkan dari hasil identifikasi
pada tabel 2, yaitu kolom kegiatan.
MATERI : uraian materi diambilkan dari hasil identifikasi pada
tabel 2, yaitu kolom materi. Setiap kegiatan terdiri
dari beberapa materi. Setiap materi diberikan
alokasi waktu jam pelajaran. Jumlah keseluruhan
alokasi waktu harus sama dengan jumlah
ketersediaan jam pelajaran pada paket kompetensi
tersebut.

4. Pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan secara blok waktu


atau mingguan. Misalnya setelah dikonversi ke dalam jam

49
pelajaran ditemukan sebuah kegiatan pemberdayaan
memerlukan waktu 10 jam pelajaran. Kegiatan pemberdayaan,
misalnya latihan kepemimpinan pemuda, dilakukan blok waktu
jika dilakukan langsung selama 10 jam pelajaran dalam satu hari.
Kegiatan dilakukan secara mingguan jika setiap minggu
dilaksanakan 2 jam pelajaran pada hari tertentu.

Gambar 10. Merancang Program Pemberdayaan

Pada intinya program mata pelajaran pemberdayaan adalah


bersifat soft skills untuk menunjang keterampilan yang dikuasai.
Misalnya pada keterampilan pilihan ada program Tata Busana atau
Beternak Ikan Konsumsi, maka pada mata pelajaran pemberdayaan
diberikan materi kewirausahaan yang dimaksudkan untuk membekali
peserta didik agar mampu menjadi penjahit yang sukses, atau petani
ikan yang laris manis.

Dapat pula program pemberdayaan memberikan bekal agar


peserta didik dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan masyarakat,
misalnya diberikan bekal tentang keterampilan berbicara (public
speaking), pengembangan diri, dinamika kelompok, out bond, atau

50
kegiatan lainnya yang bersifat meningkatkan kapasitas diri agar lebih
berdaya di tengah masyarakat.

D. Menyusun Program Mata Pelajaran Keterampilan Wajib

Muatan keterampilan pada struktur kurikulum dan dokumen


laporan hasil belajar menjadi dua jenis mata pelajaran yaitu mata
pelajaran Keterampilan Wajib dan mata pelajaran Keterampilan
Pilihan.

Muatan mata pelajaran Keterampilan Wajib terdiri dari


muatan pendidikan olahraga dan rekreasi, seni budaya serta
prakarya. Dinamakan mata pelajaran Keterampilan Wajib karena
setiap muatan wajib disampaikan, artinya tidak boleh ada satu di
antara tiga muatan tersebut yang tidak disajikan dalam
pembelajaran. Namun ketiga muatan tersebut tidak berdiri sendiri
menjadi mata pelajaran, artinya mata pelajaran Keterampilan Wajib
merupakan kompilasi atau gabungan dari ketiga muatan (olah raga,
seni budaya, dan prakarya).

Tujuan dari mata pelajaran Keterampilan Wajib adalah untuk


mengembangkan keterampilan umum (generic skills) dan
membentuk karakter peserta didik memiliki rasa seni dan budaya,
sehat jasmani dan rohani, sportif, serta memiliki kecakapan
okupasional dan vokasional dalam memenuhi kebutuhan dan
kemandirian, serta untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Modul ketiga muatan yakni mata pelajaran Pendidikan
Olahraga dan Rekreasi, Seni Budaya serta Prakarya sudah disediakan
oleh pemerintah yang disusun menyesuaikan dengan tujuan
diselenggarakan mata pelajaran ini.

51
Gambar 11. Kegiatan Mata Pelajaran Keterampilan Wajib

Namun demikian tidak semua modul yang disediakan harus


disampaikan semua pada pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil
pemetaan SKK, mata pelajaran Keterampilan Wajib akan
memperoleh sekitar 2 SKK sehingga jika dilaksanakan dengan tatap
muka pada paket kompetensi ganjil akan tersedia 36 JPL. Jumlah
beban belajar 36 JPL jika harus memuat semua muatan materi jelas
tidak cukup waktunya. Oleh karena itu diperlukan pemilihan muatan
materi dari ketiga muatan mata pelajaran tersebut. Pemilihan
muatan materi tersebut menyesuaikan dengan hasil identifikasi
potensi diri dan lingkungan sebagaimana dicantumkan pada tabel 18.

Selanjutnya berdasarkan tabel 18 dapat disimpulkan


kebutuhan muatan materi mata pelajaran Keterampilan Wajib.

52
Tabel 18. Muatan Mata Pelajaran Keterampilan Wajib
Muatan Mata Pelajaran Keterampilan Wajib Program Paket A/B/C
Nama Satuan Pendidikan: ………………………………………………

NO. MUATAN KOMPETENSI INDIKATOR MATERI WAKTU PAKET


MATA DASAR KOMPETENSI
PELAJARAN

1.

2.

3.

Materi mata pelajaran Keterampilan Wajib selanjutnya dituangkan


dalam tabel rencana pelaksanaan mata pelajaran Keterampilan
Wajib sebagaimana dapat diperiksa pada tabel 19 berikut ini.
Keterangan kolom dan isian.
PK : Paket kompetensi, ditulis sesuai paket kompetensi
yang dilaksanakan.
SKK : Satuan kredit kompetensi, diisi sesuai hasil pemetaan
SKK pada paket kompetensi yang bersangkutan.
MG EF : minggu efektif, diisi jumlah minggu efektif
pembelajaran pada paket kompetensi yang
bersangkutan.
JML JPL : jumlah jam pelajaran, adalah jumlah perkalian antara
SKK dan minggu efektif.
MATERI : uraian materi diambilkan dari hasil identifikasi pada
tabel 4, yaitu kolom materi. Setiap materi diberikan
alokasi waktu jam pelajaran. Jumlah keseluruhan
alokasi waktu harus sama dengan jumlah ketersediaan
jam pelajaran pada paket kompetensi tersebut.
Kesimpulan:
Muatan materi mata pelajaran Keterampilan Wajib yang dapat
dikembangkan pada Program Paket A/Paket B/Paket C:

53
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………

Selanjutnya disusun rencana materi yang akan dipelajari selama satu


program pendidikan kesetaraan.

54
Tabel 19. Contoh Format Rencana Pelaksanaan Mata Pelajaran Keterampilan Wajib
Rencana Pelaksanaan Mata Pelajaran Keterampilan Wajib
Program Paket C Setara SMA Tingkatan 5

NO PK SKK MG EF JML JPL MUATAN MATA PELAJARAN MATERI JPL


Pendidikan OR dan Rekreasi
1 5.1 2 18 36 Seni Budaya

Prakarya

Pendidikan OR dan Rekreasi


2 5.2 2 14 28 Seni Budaya

Prakarya

Pendidikan OR dan Rekreasi


3 5.3 2 18 36 Seni Budaya

Prakarya

Pendidikan OR dan Rekreasi


4 5.4 2 14 28 Seni Budaya

Prakarya

55
E. Menyusun Program Mata Pelajaran Keterampilan Pilihan

Sebelum menyusun program mata pelajaran Keterampilan


Pilihan perlu dilakukan analisis konteks untuk mengidentifikasi
potensi, kebutuhan dan kapasitas peserta didik dan penyelenggara.
Penelaahan analisis konteks yang ada pada suatu lembaga dalam
rangka memperoleh pemahaman kondisi dan profil lembaga secara
objektif (sumberdaya seperti pendidik, tenaga kependidikan,
peserta didik, kurikulum, sarana prasarana, proses pembelajaran
dan hasil kegiatan pembelajaran).

Gambar 12. Mata Pelajaran Keterampilan Pilihan

Dalam melakukan analisis konteks untuk mata pelajaran


Keterampilan Pilihan digunakan rumus 5W+1H, yaitu:

1. What: Apa tujuannya?


2. Who: Siapa profil pesertanya?
3. Where: Dimana akan dilakukan?
4. When: Kapan program akan dilaksanakan? (musiman/berkala/
berkelanjutan)
5. Why: Mengapa diperlukan? (melihat situasi pasar,
keterampilan yang dimiliki dan kebermanfaatan)

56
6. How: Bagaimana sumberdaya disiapkan baik internal dan
eksternal?
Untuk menjawab pertanyaan di atas perlu analisis mendalam
dan dituangkan ke dalam format berikut ini.

Tabel 20. Analisis Konteks Mata Pelajaran Keterampilan Pilihan

No Jenis/Kegiatan Tujuan Materi Tempat Waktu Sumber


Keterampilan Pelaksana Daya
an (internal/
eksternal

Berdasarkan analisis di atas maka diperoleh informasi


keterampilan pilihan yang akan diselenggarakan sejak paket
kompetensi awal hingga paket kompetensi akhir setiap program
pendidikan kesetaraan. Perlu diperhatikan bahwa setiap paket
kompetensi bisa disajikan lebih dari satu jenis keterampilan pilihan.
Hal tersebut untuk mengakomodasi pilihan keterampilan yang
berbeda dalam satu rombongan belajar.

Jika keterampilan pilihan disajikan lebih dari satu jenis, maka


jumlah beban belajar total dihitung untuk setiap jenis keterampilan
bukan jumlah beban belajar keduanya. Namun jika keterampilan
pilihan satu jenis untuk satu rombongan belajar, maka jumlah total
beban belajar adalah jumlah beban belajar jenis keterampilan
pilihan tersebut. Jumlah total beban belajar adalah jumlah perkalian
dari bobot SKK dan minggu efektif.

57
Selanjutnya untuk membagi beban belajar ke dalam paket
kompetensi maka dituangkan dalam format rencana pelaksanaan
Keterampilan Pilihan sebagaimana tabel 21 berikut ini.

58
Tabel 21. Contoh Format Rencana Pelaksanaan Mata Pelajaran Keterampilan Pilihan

Rencana Pelaksanaan Mata Pelajaran Keterampilan Pilihan


Program Paket C Setara SMA Tingkatan 5

NO PK SKK MG EF JML JPL KEGIATAN MATERI JPL


Tata Boga 36
1 5.1 2 18 36
Komputer 36

2 5.2 2 14 28

3 5.3 2 18 36

4 5.4 2 14 28

Keterangan:
• Jenis/kegiatan keterampilam dituliskan dari kolom jenis/kegiatan keterampilan hasil analisis konteks
tabel 6.
• Materi dituliskan dari kolom materi hasil analisis konteks tabel 6.

59
60
BAB V
PENUTUP

P
emetaan satuan kredit kompetensi sangat penting
dilakukan untuk menentukan beban belajar peserta didik
pendidikan kesetaraan. Langkah pemetaan ini sangat
penting dilakukan karena pada kurikulum 2013 pendidikan
kesetaraan, bobot satuan kredit kompetensi yang disajikan
untuk setiap tingkatan serta kelompok umum dan kelompok khusus
belum didistribusikan pada setiap mata pelajaran. Di samping itu
rancangan program kelompok khusus yaitu mata pelajaran
Pemberdayaan dan mata pelajaran Keterampilan Wajib serta
Keterampilan Pilihan perlu dipahami dalam rangkaian pemetaan
satuan kredit kompetensi agar dapat menyajikan pembelajaran
pendidikan kesetaraan yang utuh.

Jika pembaca masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut


terkait dengan pemetaan satuan kredit kompetensi dapat
menghubungi kontak di bawah ini.

Balai Pengembangan PAUD dan Pendidikan Masyarakat


Daerah Istimewa Yogyakarta
Jalan Sorowajan Baru 1 Yogyakarta 55198
Telp 0274 484367

61
BAHAN RUJUKAN

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan


Ditjen PAUD dan Dikmas Kemdikbud. 2017. Kurikulum 2013
Pendidikan Kesetaraan Paket A. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

____________. 2017. Kurikulum 2013 Pendidikan Kesetaraan


Paket B. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

____________. 2017. Kurikulum 2013 Pendidikan Kesetaraan


Paket C. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

____________. 2017. Panduan Penyelenggaraan Muatan


Keterampilan Pendidikan Kesetaraan. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

____________. 2017. Panduan Penyelenggaraan Muatan


Pemberdayaan Pendidikan Kesetaraan. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun


2014 tentang Pemberlakukan Kurikulum 2006 dan Kurikulum
2013

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun


2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun


2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah

62
LAMPIRAN

63
64
Lampiran 1. Contoh Pemetaan Satuan Kredit Kompetensi Tiap Paket Kompetensi pada Paket A Setara SD

Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)


Mata Pelajaran Tingkatan 1 Setara Kelas I-III Tingkatan 2 Setara Kelas IV-VI
Setara Kelas I Setara Kelas II Setara Kelas III Jumlah Setara Kelas IV Setara Kelas V Setara Kelas VI Jumlah
PK 1.1 PK 1.2 PK 1.3 PK 1.4 PK 1.5 PK 1.6 Tingkatan 1 PK 2.1 PK 2.2 PK 2.3 PK 2.4 PK 2.5 PK 2.6 Tingkatan 2
Kelompok Umum 11 11 11 12 13 13 71 15 13 15 13 14 12 82
Pendidikan Agama dan Budi
1. 2 2 2 2 2 2 12 2 2 2 2 2 2 12
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2. 2 2 2 3 3 3 15 2 2 2 2 2 2 12
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4 5 5 26 4 4 4 4 4 4 24
4. Matematika 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 2 17
5. Ilmu Pengetahuan Alam 0 2 1 2 1 1 1 8
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 0 2 1 2 1 2 1 9
Kelompok Khusus 5 5 5 5 6 5 31 6 6 6 6 6 5 35
7 Pemberdayaan 2 2 2 2 3 2 13 2 2 2 2 3 2 13
8 Keterampilan
a. Keterampilan Wajib 2 2 2 2 2 2 12 2 2 2 2 1 1 10
b. Keterampilan Pilihan 1 1 1 1 1 1 6 2 2 2 2 2 2 12
Jumlah 16 16 16 17 19 18 102 21 19 21 19 20 17 117

65
Lampiran 2. Contoh Pemetaan Satuan Kredit Kompetensi Tiap Paket Kompetensi pada Paket B Setara SMP

Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)

Mata Pelajaran Tingkatan 3 Setara Kelas VII-VIII Tingkatan 4 Setara Kelas IX


Setara Kelas VII Setara Kelas VIII Jumlah Setara Kelas IX Jumlah
PK 3.1 PK 3.2 PK 3.3 PK 3.4 Tingkatan 3 PK 4.1 PK 4.2 Tingkatan 4
Kelompok Umum 15 13 15 13 56 15 12 27
Pendidikan Agama dan Budi
1. 1 1 1 1 4 1 1 2
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2. 1 1 1 1 4 1 1 2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 3 3 3 3 12 3 2 5
4. Bahasa Inggris 2 2 2 2 8 2 2 4
5. Matematika 3 2 3 2 10 3 2 5
6. Ilmu Pengetahuan Alam 3 2 3 2 10 3 2 5
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2 2 8 2 2 4
Kelompok Khusus 6 6 6 6 24 6 5 11
8. Pemberdayaan 2 2 2 2 8 2 2 4
9. Keterampilan
a. Keterampilan Wajib 2 2 2 2 8 2 1 3
b. Keterampilan Pilihan 2 2 2 2 8 2 2 4
Jumlah 21 19 21 19 80 21 17 38

66
Lampiran 3. Contoh Pemetaan Satuan Kredit Kompetensi Tiap Paket Kompetensi pada Paket C Setara SMA
Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)

Mata Pelajaran Tingkatan 5 Setara Kelas X-XI Tingkatan 6 Setara Kelas XII
Setara Kelas X Setara Kelas XI Jumlah Setara Kelas XII Jumlah
PK 5.1 PK 5.2 PK 5.3 PK 5.4 Tingkatan 5 PK 6.1 PK 6.2 Tingkatan 6
Kelompok Umum 6 6 8 6 26 8 6 14
Pendidikan Agama dan Budi
1. 1 1 1 1 4 1 1 2
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2. 1 1 1 1 4 1 1 2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 1 1 2 1 5 2 1 3
4. Matematika 1 1 2 1 5 2 1 3
5. Sejarah Indonesia 1 1 1 1 4 1 1 2
6. Bahasa Inggris 1 1 1 1 4 1 1 2
Peminatan Matematika dan
6 8 8 8 30 8 7 15
Ilmu Alam
7. Matematika 2 2 2 2 8 2 2 4
8. Biologi 1 2 2 2 7 2 1 3
9. Fisika 2 2 2 2 8 2 2 4
10. Kimia 1 2 2 2 7 2 2 4
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial 8 6 8 8 30 8 7 15
7. Geografi 2 2 2 2 8 2 2 4
8. Sejarah 2 1 2 2 7 2 1 3
9. Sosiologi 2 1 2 2 7 2 2 4
10. Ekonomi 2 2 2 2 8 2 2 4
Peminatan Ilmu Bahasa dan
6 8 8 8 30 8 7 15
Budaya
7. Bahasa dan Sastra Indonesia 2 2 2 2 8 2 2 4
8. Bahasa dan Sastra Inggris 1 2 2 2 7 2 2 4
Bahasa Asing Lain (Arab,
9. Mandarin, Jepang, Korea, 1 2 2 2 7 2 1 3
Jerman, Perancis)
10. Antropologi 2 2 2 2 8 2 2 4
Kelompok Khusus 6 6 6 6 24 7 6 13
11. Pemberdayaan 2 2 2 2 8 2 2 4
12. Keterampilan
a. Keterampilan Wajib 2 2 2 2 8 3 2 5
b. Keterampilan Pilihan 2 2 2 2 8 2 2 4
Jumlah Bobot SKK Ditempuh 18 20 22 20 80 23 19 42

67
Lampiran 4. Contoh Konversi SKK ke dalam Jam Pelajaran Paket C Setara SMA (Konversi ke Tatap Muka
Semua)
Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK) dan Konversi Jam Pelajaran
Tingkatan 5 Setara Kelas X-XI Tingkatan 6 Setara Kelas XII
Setara Kelas X Setara Kelas XI Jumlah Setara Kelas XII Jumlah
Mata Pelajaran
Paket Kompetensi 5.1 Paket Kompetensi 5.2 Paket Kompetensi 5.3 Paket Kompetensi 5.4 SKK Paket Kompetensi 6.1 Paket Kompetensi 6.2 SKK
Jam Jam Jam Jam Tingkatan Jam Jam Tingkatan
SKK SKK SKK SKK SKK SKK
TM TT M TM TT M TM TT M TM TT M 5 TM TT M TM TT M 6
Kelompok Umum 6 6 0 0 6 6 0 0 8 7 0 0 6 6 0 0 26 8 7 0 0 6 6 0 0 14
Pendidikan Agama dan Budi
1. 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 2
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2. 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 2
4. Matematika 1 1 1 1 2 2 1 1 5 2 2 1 1 3
5. Sejarah Indonesia 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 2
6. Bahasa Inggris 1 1 1 1 2 1 1 1 5 2 1 1 1 3
Peminatan Matematika dan
6 6 0 0 8 8 0 0 8 8 0 0 8 8 0 0 30 8 8 0 0 7 6 0 0 15
Ilmu Alam
7. Matematika 2 2 2 2 2 2 2 2 8 2 2 2 2 4
8. Biologi 1 1 2 2 2 2 2 2 7 2 2 1 1 3
9. Fisika 2 2 2 2 2 2 2 2 8 2 2 2 2 4
10. Kimia 1 1 2 2 2 2 2 2 7 2 2 2 1 4
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial 8 8 0 0 6 6 0 0 8 8 0 0 8 8 0 6 30 8 8 0 0 7 7 0 0 15
7. Geografi 2 2 2 2 2 2 2 2 8 2 2 2 2 4
8. Sejarah 2 2 1 1 2 2 2 2 7 2 2 1 1 3
9. Sosiologi 2 2 1 1 2 2 2 2 3 7 2 2 2 2 4
10. Ekonomi 2 2 2 2 2 2 2 2 3 8 2 2 2 2 4
Peminatan Ilmu Bahasa dan
6 2 0 0 8 8 0 0 8 8 0 0 8 8 0 0 30 8 8 0 0 7 7 0 0 15
Budaya
7. Bahasa dan Sastra Indonesia 2 2 2 2 2 2 2 2 8 2 2 2 2 4
8. Bahasa dan Sastra Inggris 1 1 2 2 2 2 2 2 7 2 2 2 2 4
Bahasa Asing Lain (Arab,
9. Mandarin, Jepang, Korea, 1 1 2 2 2 2 2 2 7 2 2 1 1 3
Jerman, Perancis)
10. Antropologi 2 2 2 2 2 2 2 2 8 2 2 2 2 4
Kelompok Khusus 4 4 0 0 4 4 0 0 4 4 0 0 4 4 0 0 16 4 4 0 0 4 4 0 0 8
11. Pemberdayaan 2 2 2 2 2 2 2 2 8 2 2 2 2 4
12. Keterampilan
a. Keterampilan Wajib 2 2 2 2 2 2 2 2 8 3 3 2 2 5
a. Keterampilan Pilihan 2 2 2 2 2 2 2 2 8 2 2 2 2 4
Jumlah Bobot SKK Ditempuh 16 18 20 18 72 20 17 37

Jumlah JPL MIA per minggu 16 0 0 18 0 0 19 0 0 18 0 0 19 0 0 16 0 0


Jumlah JPL IIS per minggu 18 0 0 16 0 0 19 0 0 18 0 6 19 0 0 17 0 0
Jumlah JPL IBB per minggu 12 0 0 18 0 0 19 0 0 18 0 0 19 0 0 17 0 0

68
Lampiran 5. Contoh Konversi SKK ke dalam Jam Pelajaran Paket C Setara SMA (Konversi ke Tatap Muka dan
Mandiri)
Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK) dan Konversi Jam Pelajaran
Tingkatan 5 Setara Kelas X-XI Tingkatan 6 Setara Kelas XII
Setara Kelas X Setara Kelas XI Jumlah Setara Kelas XII Jumlah
Mata Pelajaran
Paket Kompetensi 5.1 Paket Kompetensi 5.2 Paket Kompetensi 5.3 Paket Kompetensi 5.4 SKK Paket Kompetensi 6.1 Paket Kompetensi 6.2 SKK
Jam Jam Jam Jam Tingkatan Jam Jam Tingkatan
SKK SKK SKK SKK SKK SKK
TM TT M TM TT M TM TT M TM TT M 5 TM TT M TM TT M 6
Kelompok Umum 6 6 0 0 6 6 0 0 8 7 0 0 6 6 0 0 26 8 7 0 0 6 6 0 0 14
Pendidikan Agama dan Budi
1. 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 2
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2. 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 2
4. Matematika 1 1 1 1 2 2 1 1 5 2 2 1 1 3
5. Sejarah Indonesia 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 2
6. Bahasa Inggris 1 1 1 1 2 1 1 1 5 2 1 1 1 3
Peminatan Matematika dan
6 5 0 3 8 8 0 0 8 8 0 0 8 8 0 0 30 8 8 0 0 7 6 0 0 15
Ilmu Alam
7. Matematika 2 2 2 2 2 2 2 2 8 2 2 2 2 4
8. Biologi 1 1 2 2 2 2 2 2 7 2 2 1 1 3
9. Fisika 2 1 3 2 2 2 2 2 2 8 2 2 2 2 4
10. Kimia 1 1 2 2 2 2 2 2 7 2 2 2 1 4
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial 8 5 0 9 6 4 0 6 8 5 0 9 8 5 0 9 30 8 5 0 9 7 7 0 0 15
7. Geografi 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 8 2 1 3 2 2 4
8. Sejarah 2 1 3 1 1 2 1 3 2 1 3 7 2 1 3 1 1 3
9. Sosiologi 2 1 3 1 1 2 1 3 2 1 3 7 2 1 3 2 2 4
10. Ekonomi 2 2 2 1 3 2 2 2 2 8 2 2 2 2 4
Peminatan Ilmu Bahasa dan
6 2 0 6 8 5 0 9 8 5 0 9 8 5 0 9 30 8 5 0 9 7 7 0 0 15
Budaya
7. Bahasa dan Sastra Indonesia 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 8 2 1 3 2 2 4
8. Bahasa dan Sastra Inggris 1 1 2 2 2 2 2 2 7 2 2 2 2 4
Bahasa Asing Lain (Arab,
9. Mandarin, Jepang, Korea, 1 1 2 1 3 2 1 3 2 1 3 7 2 1 3 1 1 3
Jerman, Perancis)
10. Antropologi 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 8 2 1 3 2 2 4
Kelompok Khusus 4 4 0 0 4 4 0 0 4 4 0 0 4 4 0 0 16 4 4 0 0 4 4 0 0 8
11. Pemberdayaan 2 2 2 2 2 2 2 2 8 2 2 2 2 4
12. Keterampilan
a. Keterampilan Wajib 2 2 2 2 2 2 2 2 8 3 3 2 2 5
a. Keterampilan Pilihan 2 2 2 2 2 2 2 2 8 2 2 2 2 4
Jumlah Bobot SKK Ditempuh 16 18 20 18 72 20 17 37

Jumlah JPL MIA per minggu 15 0 3 18 0 0 19 0 0 18 0 0 19 0 0 16 0 0


Jumlah JPL IIS per minggu 15 0 9 14 0 6 16 0 9 15 0 9 16 0 9 17 0 0
Jumlah JPL IBB per minggu 12 0 6 15 0 9 16 0 9 15 0 9 16 0 9 17 0 0

69
Lampiran 6. Contoh Konversi SKK ke dalam Jam Pelajaran Paket C Setara SMA (Konversi ke Tatap Muka,
Tutorial dan Mandiri)
Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK) dan Konversi Jam Pelajaran
Tingkatan 5 Setara Kelas X-XI Tingkatan 6 Setara Kelas XII
Setara Kelas X Setara Kelas XI Jumlah Setara Kelas XII Jumlah
Mata Pelajaran
Paket Kompetensi 5.1 Paket Kompetensi 5.2 Paket Kompetensi 5.3 Paket Kompetensi 5.4 SKK Paket Kompetensi 6.1 Paket Kompetensi 6.2 SKK
Jam Jam Jam Jam Tingkatan Jam Jam Tingkatan
SKK SKK SKK SKK SKK SKK
TM TT M TM TT M TM TT M TM TT M 5 TM TT M TM TT M 6
Kelompok Umum 6 6 0 0 6 6 0 0 8 7 0 0 6 6 0 0 26 8 7 0 0 6 1 10 0 14
Pendidikan Agama dan Budi
1. 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 2
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2. 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 2 2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 1 1 1 1 2 1 1 1 5 1 1 1 2 2
4. Matematika 1 1 1 1 2 2 1 1 5 2 2 1 2 3
5. Sejarah Indonesia 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 2 2
6. Bahasa Inggris 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 1 2 3
Peminatan Matematika dan
6 5 2 0 8 4 8 0 8 8 0 0 8 8 0 0 30 8 8 0 0 7 2 8 0 15
Ilmu Alam
7. Matematika 2 2 2 1 2 2 2 2 2 8 2 2 2 1 2 4
8. Biologi 1 1 2 1 2 2 2 2 2 7 2 2 1 2 3
9. Fisika 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 8 2 2 2 1 2 4
10. Kimia 1 1 2 1 2 2 2 2 2 7 2 2 2 2 4
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial 8 5 6 0 6 4 4 0 8 5 6 0 8 5 6 0 30 8 5 6 0 7 3 8 0 15
7. Geografi 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 8 2 1 2 2 1 2 4
8. Sejarah 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 7 2 1 2 1 2 3
9. Sosiologi 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 7 2 1 2 2 1 2 4
10. Ekonomi 2 2 2 1 2 2 2 2 2 8 2 2 2 1 2 4
Peminatan Ilmu Bahasa dan
6 2 4 0 8 5 6 0 8 5 6 0 8 5 6 0 30 8 5 6 0 7 4 6 0 15
Budaya
7. Bahasa dan Sastra Indonesia 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 8 2 1 2 2 1 2 4
8. Bahasa dan Sastra Inggris 1 1 2 2 2 2 2 2 7 2 2 2 1 2 4
Bahasa Asing Lain (Arab,
9. Mandarin, Jepang, Korea, 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 7 2 1 2 1 1 3
Jerman, Perancis)
10. Antropologi 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 8 2 1 2 2 1 2 4
Kelompok Khusus 4 4 0 0 4 4 0 0 4 4 0 0 4 4 0 0 16 4 4 0 0 4 2 4 0 8
11. Pemberdayaan 2 2 2 2 2 2 2 2 8 2 2 2 1 2 4
12. Keterampilan
a. Keterampilan Wajib 2 2 2 2 2 2 2 2 8 3 3 2 1 2 5
a. Keterampilan Pilihan 2 2 2 2 2 2 2 2 8 2 2 2 1 2 4
Jumlah Bobot SKK Ditempuh 16 18 20 18 72 20 17 37

Jumlah JPL MIA per minggu 15 2 0 14 8 0 19 0 0 18 0 0 19 0 0 5 22 0


Jumlah JPL IIS per minggu 15 6 0 14 4 0 16 6 0 15 6 0 16 6 0 6 22 0
Jumlah JPL IBB per minggu 12 4 0 15 6 0 16 6 0 15 6 0 16 6 0 7 20 0

70
Lampiran 7. Contoh Jadwal Pembelajaran Paket C Setara SMA Jadwal Pembelajaran Paket C Ilmu-ilmu
Sosial Tingkatan 5 Setara Kelas X Paket Kompetensi 5.1. (Semua Tatap Muka)

Hari
Waktu
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

15.00-15.45 Pendidikan Agama PPKn Sejarah Indonesia Sejarah


15.45-16.30 Matematika Bahasa Inggris Geografi Sosiologi Ekonomi
16.30-17.15 Bahasa Indonesia Sejarah Geografi Sosiologi Ekonomi

71
Lampiran 8. Jadwal Pembelajaran Paket C Ilmu-ilmu Sosial Tingkatan 5 Setara Kelas X Paket Kompetensi
5.1. (Tatap Muka dan Mandiri, belajar mandiri tidak ada di jadwal)

Hari
Waktu
Senin Selasa Rabu Kamis

15.00-15.45 Pendidikan Agama PPKn Sejarah Indonesia Ekonomi


15.45-16.30 Matematika Bahasa Inggris Geografi Ekonomi
16.30-17.15 Bahasa Indonesia Sejarah Sosiologi

Catatan: Dalam kedua contoh di atas, mata pelajaran Pemberdayaan, Keterampilan Wajib, dan
Keterampilan Pilihan dilakukan secara blok waktu. Jika disajikan secara reguler maka dicantumkan dalam
jadwal.

72

Anda mungkin juga menyukai