Anda di halaman 1dari 3

OPINI TERTULIS

Sudut Pandang Mahasiswa PGSD dalam Mempelajari Kurikulum

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu : Eri Subekti, S.S.,M.Pd.

Disusun oleh :

Seni Fajrina Aprillia / PGSD A02


41154030220038

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
BANDUNG
2023
Sudut Pandang Mahasiswa PGSD dalam Mempelajari Kurikulum

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan oleh Pak Anies Baswedan melalui
program Indonesia Morning Show (IMS) mengenai implementasi kurikulum terutama
problematika pada kurikulum 2013, jika dilihat dari sudut pandang saya sendiri sebagai
mahasiswa PGSD, saya cukup setuju dengan berbagai pernyataan Pak Anies salah satunya
yang membahas bahwa kurikulum itu meskipun berubah secara terus menerus, jika kualitas
Pendidikan nya bagus maka kurikulum yang berubah tersebut tetap akan berjalan tanpa ada
permasalahan, khususnya ditekankan pada tenaga pendidik yaitu guru yang akan
menjalankannya, dan memang kurikulum itu hubungannya antara pendidik (guru) dan peserta
didik. Oleh karena itu dalam kurikulum 2013 ini guru tidak lagi menjadi instruktur, akan tetapi
diharuskan menjadi fasilitator yang dapat memfasilitasi dan mempermudah kegiatan belajar
mengajar dengan peserta didik. Kurikulum berubah itu harus berdasarkan evaluasi bukan
merubah konsep atau memunculkan berbagai ide baru. Saya setuju dengan pernyataan tersebut,
pada dasarnya kurikulum itu bisa berubah karena respon perubahan sosial, maksudnya adalah
kurikulum berubah harus disesuaikan dengan perubahan atau perkembangan yang ada
dimasyarakat atau dapat dikatakan harus berorientasi pada kebutuhan pelanggan. Selain hal
tersebut, memang seharusnya kurikulum itu diperbaiki secara berkesinambungan agar guru
tetap bisa melayani kebutuhan peserta didik terutama dalam hal kenyamanan belajar. Peran
guru sebagai seorang pendidik harus mampu memahami berbagai karakter peserta didik agar
mengetahui beberapa hal yang harus dilakukan seperti, cara mengajar, pendekatan
pembelajaran, metode pengajaran, dan mengkreasikan media pembelajaran, sehingga peserta
didik dapat terfasilitasi kebutuhannya. Dengan adanya perubahan kurikulum juga dapat
mengefisiensikan serta mengefektifitaskan agar pendidikan berjalan optimal sehingga dapat
meningkatkan kualitas pendidikan. Jadi bukan berarti ganti Menteri ganti kurikulum, akan
tetapi lebih mengevaluasi atau memperbaiki permasahalan di kurikulum berikutnya.

Permasalahan selanjutnya dalam perubahan kurikulum adalah soal ketidaksiapan dari


tenaga pendidik (guru) . Pak Anies banyak beranggapan bahwa guru yang harus siap dan harus
berkualitas. Sudut pandang saya memang benar guru itu harus berkualitas agar siap dalam
menghadapi segala situasi. Akan tetapi sebelum guru yang siap bukankah pihak atasnya
terlebih dahulu yang harus mempersiapkan lebih matang ?. Sementara pada kenyataanya saat
kurikulum KTSP 2006 itu berubah ke kurikulum 2013 pihak atas justru belum siap, sedangkan
kurikulum sudah terlebih di implementasikan ke 208.000 sekolah, memang terdengar sangat
tidak efektif sekali. Dalam situasi ini guru dituntut harus siap dengan modal pelatihan Lecture
Class dengan jumlah guru sebanyak 1,3 juta dan itupun menurutnya tidak efektif karena guru
memiliki keterbatasan dalam memahami, jika dipaksakan maka akan terjadi permasalahan baru
lagi. Oleh karena itu Pak Anies mengembalikan kurikulum 2013 menjadi KTSP 2006 pada
sekolah yang baru menjalankan kurikulum 2013 selama 1 semester, sedangkan sekolah yang
sudah menerapkan selama 3 semester itu dilanjutkan dan dijadikan sebagai sekolah percobaan
yang kemudian hasilnya akan dievalusi untuk dijadikan bahan pertimbangan dan
meminimalisir permasalahan. Pandangan saya tindakan tersebut sudah benar akan tetapi ada
beberapa hal yang kurang efektif terkait pengimplementasiannya salah satunya kurang sarana
prasarana terkait buku yang belum terdistribusikan ke beberapa sekolah. Sehingga kegiatan
belajar mengajar menjadi sulit. Terlebih lagi ada beberapa sekolah yang belum
menandatangani kontrak pendistribusian buku, sehingga buku banyak yang tidak digunakan,
disini pihak percetakan tidak mengalami kerugian dan tetap mematok dengan harga jual yang
sudah ditentukan. Dalam soal buku juga mengalami berbagai masalah yaitu terkait korupsi,
banyak kasus yang meninggikan harga jual aslinya, sehingga disini Pak Anies lebih
memperkuat pengawasan dan perencanaan agar tidak terjadi korupsi sehingga nantinya korupsi
dapat dipastikan dalam posisi zero. Menurut pandangan saya, korupsi itu tidak akan bisa
menempati posisi zero karena pasti banyak modus modus diluar sana yang pasti akan terjadi,
manusia tidak luput dari kesalahan. Korupsi bukan hanya perihal uang akan tetapi bisa terkait
waktu, hak, jabatan, wewenang dan lain-lain. Solusi disini adalah masyarakat harus ikut
mengawasi dan menindaklanjuti bukan ikut berpartisipasi untuk melakukan korupsi. Saya
setuju dengan pernyataan Pak Anies bahwa kurikulum

Menurut pandangan saya, jika terjadi kembali perubahan kurikulum maka hal yang
harus diutamakan adalah pihak atasannya terlebih dahulu yang harus disiapkan. Pertama dalam
hal perencanaan yang matang karena dikatakan bahwa kurikulum itu berubah tidak semudah
memasang perangkat, butuh waktu yang sangat lama kurang lebih 7 tahun. Waktu yang lama
tersebut seharusnya memang digunakan untuk mempersiapkan berbagai hal, jadi tidak usah
mengejar waktu yang sangat singkat, sehingga jika semuanya sudah siap maka guru yang harus
beradaptasi dengan kurikulum baru dan melalui pelatihan yang efektif. Buku juga seharusnya
tidak dicetak terlebih dahulu sebelum, perencanaan benar-benar siap, sehingga meminimalisir
kerugian anggaran. Kurikulum memang bersifat dinamis dan harus berubah akan tetapi dalam
perubahannya harus tetap melihat kebutuhan pelanggan, agar mencegah berbagai
permasalahan yang akan terjadi kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai