Anda di halaman 1dari 5

PENGAJUAN PROPOSAL TESIS

PENGARUH PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION & SPIRITUAL WELL BEING


TERHADAP PENURUNAN KUALITAS NYERI
PADA PASIEN POST OP BPH (BENIGN PROSTATE HIPERPLASIA)

Disusun oleh :
FERRY FAHMI
22090400008

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN JAKARTA
TAHUN 2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia, angka kejadian BPH meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Benign
prostatic hyperplasia merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi pada pria,
yaitu sekitar 8% pada pria usia 41-50 tahun, 50% pada pria usia 51-60, dan >90%
pada pria di atas 80 tahun. Pada usia 55 tahun, sekitar 25% pria mengalami gejala
obstruktif saluran kemih dan pada usia 75 tahun 50% pria mengalami pelemahan
pancaran urin, (Lokeshwar et al., 2019).
Di Amerika Serikat, rekam medis menunjukkan bahwa hampir 70% laki-laki berusia
60 hingga 69 tahun, dan hampir 80% dari mereka yang berusia ≥70 tahun, menderita
BPH (Benign Prostate Hiperplasia), yang sering dikaitkan dengan saluran kemih
bagian bawah yang kronis dan progresif, (Ohyama et al., 2022).
Epidemiologi hiperplasia prostat jinak di Indonesia kurang tercatat dengan baik. Salah
satu penelitian menunjukkan bahwa BPH mengenai hampir 50% laki-laki Indonesia di
atas usia 50 tahun dan sebanyak 20% laki-laki dengan lower urinary tract
symptoms (LUTS) dinyatakan menderita benign prostatic hyperplasia (Kemenkes,
2018).
Penyebab pasti terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar
prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan
BPH adalah proses penuaan (Lokeshwar et al., 2019). Tindakan yang sering dilakukan untuk
mengatasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah, Transurethral Resection of Prostate
(TURP). TURP merupakan tindakan operasi yang paling banyak dikerjakan diseluruh dunia,
(Boehm et al., 2015).
Pasien BPH yang menjalani operasi Transurethral Resection Prostate (TURP) pasti
akan mengalami nyeri pada area post operasi. Nyeri merupakan salah satu keluhan
tersering pada pasien setelah mengalami suatu tindakan pembedahan. Pembedahan
merupakan suatu penanganan medis secara invasif yang dilakukan untuk mendiagnosa
atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas tubuh yang akan mencederai jaringan
yang dapat menimbulkan perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh
lainnya, klien yang mengalami nyeri kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas
sehari-hari dan nyeri yang berat dapat menghambat gaya hidup seseorang apabila tidak
segera diatasi. Untuk mengatasi keluhan nyeri, menurut Potter & Perry (2006), teknik

2
relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik
relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri,
stress fisik dan emosi pada nyeri. Teknik relaksasi dapat digunakan saat individu
dalam
keadaan sehat atau sakit. Teknik relaksasi dan imajinasi salah satu teknik yang
digunakan dalam menurunkan nyeri pada pasien, dalam penelitian ini khususnya pada
pasien pasca bedah, teknik relaksasi meliputi meditasi, yoga, Zen, teknik imajinasi,
dan latihan relaksasi progresif.
Relaksasi otot progresif merupakan teknik relaksasi yang menggabungkan latihan
pernapasan dalam dan rangkaian kontraksi dan relaksasi otot tertentu (Setyoadi &
Kushariyadi, 2011 dalam (Handayani et al., 2019). Relaksasi otot progresif berguna
untuk menciptakan respon tenang, nyaman dan rileks serta secara signifikan
meningkatkan kualitas tidur lansia (Saulidah, Yami, Susanti, 2016). Izma (2016)
dalam penelitiannya menemukan bahwa masih ada 52,4% lansia yang memiliki
kualitas tidur yang buruk jika hanya diterapi dengan terapi relaksasi otot progresif.
Penerapan terapi relaksasi otot progresif dapat bekerja secara maksimal dapat
dikombinasikan dengan pendekatan spiritual. Beberapa teori terkait dengan kesehatan
spiritual, (Paloutzian et al., 1982) mengemukakan tentang teori spiritual well being
scale, dimana ada 20 item yang menilai persepsi kualitas hidup spiritual yang terbagi
menjadi dua subskala yaitu : kesejahteraan agama dan kesejahteraan eksistensial.
(Chia-Yu et al., 2021).
Dari uraian diatas, ada dua tema yang dipaparkan yaitu progresive muscle relaxation
dan spiritual well being scale. Pada penelitian ini, kedua konsep tersebut akan
dikombinasikan untuk diterapkan pada pasien dengan BPH (Benign Prostate
Hiperplasia).

B. Tujuan dan Manfaaat Penelitian


1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh Pengaruh progresive
muscle relaxation dan spiritual well being terhadap penurunan kualitas nyeri pada
pasien post op BPH (Benign Prostate Hiperplasia)

3
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui data demografi pasien dengan BPH (Benign Prostate
Hiperplasia)
b. Mengethaui pengaruh progresive muscle relaxation terhadap penurunan
kualitas nyeri pada pasien post op BPH (Benign Prostate Hiperplasia)
c. Mengetahui spiritual well being terhadap sleep quality pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisa
d. Mengimplementasikan penelitian ini pada saat pemberian asuhan keperawatan

4
DAFTAR PUSTAKA

Boehm, K., Valdivieso, R., Meskawi, M., Larcher, A., Sun, M., Sosa, J., Blanc-Lapierre, A., Weiss, D.,
Graefen, M., Saad, F., Parent, M. É., & Karakiewicz, P. I. (2015). BPH: a tell-tale sign of
prostate cancer? Results from the Prostate Cancer and Environment Study (PROtEuS). World
Journal of Urology, 33(12), 2063–2069. https://doi.org/10.1007/s00345-015-1546-z

Chia-Yu, L. I., Hsieh, C. J., Shih, Y. L., & Lin, Y. T. (2021). Spiritual well-being of patients with chronic
renal failure: A cross-sectional study. Nursing Open, 8(5), 2461–2469.
https://doi.org/10.1002/nop2.1004

Handayani, S., Swasana, A. E., Purnomo, R. T., & Agustina, N. W. (2019). The Improvement of
Sleep Quality through the Combination of Progressive Muscle Relaxation and Murottal
Therapy among Elderly. Journal of Physics: Conference Series, 1179(1), 1–7.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1179/1/012127

Kemenkes. (2018). Laporan Provinsi DKI Jakarta: Riskesdas 2018. In Laporan Provinsi DKI Jakarta.
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/

Lokeshwar, S. D., Harper, B. T., Webb, E., Jordan, A., Dykes, T. A., Neal, D. E., Terris, M. K., &
Klaassen, Z. (2019). Epidemiology and treatment modalities for the management of benign
prostatic hyperplasia. Translational Andrology and Urology, 8(5), 529–539.
https://doi.org/10.21037/tau.2019.10.01

Ohyama, T., Endo, F., Shimbo, M., & Hattori, K. (2022). Japanese giant benign prostatic
hyperplasia: Sibling cases. IJU Case Reports, 5(4), 312–314.
https://doi.org/10.1002/iju5.12467

Paloutzian, R. F., Ellison, C. W., Peplau, L. A., & Perman, D. (1982). Loneliness, spiritual well-being
and the quality of life. Loneliness: A Sourcebook of Current Theory, Research and Therapy.,
224–237. http://ezproxy.lib.utexas.edu/login?url=http://search.ebscohost.com/login.aspx?
direct=true&db=psyhref&AN=LSCTRT.PEPLAU.WILEY.AIHB.BBD

Anda mungkin juga menyukai