Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

EPIDEMIOLOGI DAN PENDUDUK

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1 :

Putri Mulia Ningsih (2114201001)


Adinda Salsabilla (2114201002)
Aisyah Rahmalia Putri ( 2114201003)
Anggun Desra Dinata (2114201004)
Annisa Gusfi Eka P (2114201006)
Azharia Lathifah (2114201009)
Azratul Fajar (2114201010)
Ayu Trinanda (2114201008)
Aulia Wulan (2114201007)

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Welly, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang,17 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................3
B. Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
BAB III PENUTUP........................................................................................................................9
A. Kesimpulan............................................................................................................................9
B. Saran.....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epidemiologi merupakan dasar dari ilmu kesehatan masyarakat. Bisa dikatakan “The master of
public health is epidemiology”. Masa sekarang ini, epidemiologi masih dianggap sebagai ilmu
yang relatif masih baru, tetapi sejarah epidemiologi tidak dapat dipisahkan dengan masa dimana
manusia mulai mengenal penyakit menular. Pengertian epidemiologi dari arti katanya yaitu epi :
pada/ tentang, demos : penduduk dan logos : ilmu. Dalam arti sempit, epidemiologi berarti ilmu
yang mempelajari tentang epidemi. Sedangkan dalam arti luas, epidemiologi berarti ilmu yang
mempelajari frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya yang kemudian digunakan untuk mengatasi masalah
kesehatan. Berbagai definisi dan pengertian telah dikemukakan oleh para ahli epidemiologi, yang
pada dasarnya memiliki persamaan pengertian yaitu epidemiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari, menganalisis, serta berusaha memecahkan berbagai masalah kesehatan maupun
masalah yang erat kaitannya dengan kesehatan pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Sedangkan metode epidemiologi merupakan cara pendekatan ilmiah dalam mencari faktor
penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya peristiwa tertentu pada suatu kelompok
penduduk tertentu. Oleh karena itu, dalam penggunaannya, epidemiologi berkaitan erat dengan
disiplin ilmu yang lain, baik bidang eksakta maupun non eksakta(sosial). Sifat dasar
epidemiologi yaitu lebih mengarahkan diri pada kelompok penduduk/masyarakat daripada
kesehatan perorangan, serta menilai peristiwa yang ada dalam masyarakat serta
kuantitatif(menggunakan rate atau semacamnya).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memahami tentang epidemiologi kependudukan.
2. Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui tentang pengertian epidemiologi
b. Dapat mengetahui tentang pengertian epidemilogi kependudukan
c. Dapat mengetahui manfaat dari epidemilogi kependudukan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Epidemiologi kependudukan


Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiolgi yang menggunakan system pendekatan
epidemiolgi dalam menganalisi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang demografi
serta faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang terjadi didalam
masyarakat. Sistem pendekatan epidemiologi kependudukan tidak hanya memberikan analisis
tentang sifat karakteristik penduduk secara demografis dalam hubungannya dengan masalah
kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tetapi juga sangat berperan dalam berbagai aspek
kependudukan serta keluarga berencana. Pelayanan melalui jasa, yang erat hubungannya dengan
masyarakat seperti pendidikan, kesejahteraan rakyat, kesempatan kepegawaian, sangat berkaitan
dengan keadaan serta sifat populasi yang dilayani. Dalam hal ini peranan epidemiologi
kependudukan sangat penting untuk digunakan sebagai dasar dalam/ mengambil kebijakn dan
dalam menyusun perencanaan yang baik. Juga sedang dikembangkan epidemiologi system
reproduksi yang erat kaitannya dengan gerakan keluarga berencana dn kependudukan.
Demografi dapat dianggap bersifat antar-disiplin karena erat hubungan-nya dengan
disiplin-disiplin lain seperti matematika, biologi, kedokteran, geografi, sosiologi dan ekonomi.
Dalam studi tentang keluarga dapat dilihat bagaimana demografi berhubungan dengan
disiplin-disiplin lainnya. Sebenarnya ahli demografi tertarik kepada besar dan susunan suatu
keluarga. Seorang sejarahwan, terutama seorang ahli demografi sejarah, tertarik kepada bentuk
keluarga pada masa lalu dan aspek-aspek seperti usia kawin, susunan dan besarnya keluarga.
Karena keluarga adalah kesatuan dasar kegiatan sosial, maka para ahli sosiologi dan
anthropologi juga tertarik misalnya kepada status, peranan dan pengambilan keputusan para
anggota keluarga. Mengapa orang mengingin-kan anak? Adalah suatu pertanyaan yang menarik
perhatian seorang ahli psikologi. Dalam beberapa masyarakat, suatu keluarga besar membawa
status tertentu bagi ibu dan keluarga. Para ahli ekonomi memandang keluarga sebagai satu
kesatuan ekonomi dan penelitianr.ya meliputi hal-hal seperti biaya hidup anak yang juga
menarik perhatian ahli demografi.

Sebuah contoh yang lebih khusus acalah hubungan antara demografi


dan epidemiologi. Kedua kata itu beiasal dari kata “demos” sebuah kata Yunani untuk
“penduduk”. Epidemi terjadi jika suatu penyakit menyerang sejumlah besar penduduk pada saat
yang sama. Meskipun demikian, epidemiologi tidak hanya mempelajari epidemi saja, tetapi kini
meliputi morbiditas (penelitian tentang penyakit) dan juga salah satu akibatnya, yaitu mortalitas.
Dalam demografi itu sendiri, ada perbedaan penting antara demografi formal (disebui
juga demografi matematika atau analisa) dan studi kependu-dukan. Seorang ahli demografi
formal biasanya seorang ahli matematika karena demografi formal menyangkut variabel-
variabel demografi dalam bentuk matematika.

B. Data Kependudukan
Ada tiga sumber pokok data kependudukan:
1. Sensus penduduk
2. Survai sampel demografi
3. Sistem registrasi
a. Registrasi vital (catatan peristiwa-peristiwa pcnting seperti kelahiran, kematian dan
perkawinan)
b. Registrasi penduduk
4. Statistik migrasi internasional.
Dahulu sensus sering dihubungkan dengan pemungutan pajak dan kata “sensus” berasal
dari kata Latin “censere” yang berarti menaksir atau memungut pajak. Selain itu, sensus juga
dihubungkan dengan kepentingan militer: orang Yunani kuno menghitung jumlah laki-laki
dewasa pada masa perang dan juga pada waktu persediaan pangan berkurang. Sekarang
informasi sensus bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk analisis statistik saja,
sedangkan data pribadi tidak diterbitkan. Yang menganggap sensus ada hubungannya dengan
pajak, relatif sedikit jumlahnya, tetapi di beberapa neqare. sensus masih diariggap mengganggu
kcleluasaan pribadi.
Di Amerika Serikat, suatu kemajuan penting terjadi dengan disusunnya Undang-Undang
Dasar tahun 1797 yang mengharuskan negara itu melaksa-nakan sensus setiap 10 tahun. Sensus
yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, biasanya 10 atau 5 tahun memudahkan

perbandingan. Ciri-c.in khas sensus modem Iainnya adalah universal dan serentak, artinya,
setiap individu dicacah pada waktu yang bersamaan.
a. Survai Sampe
Suatu survai sampel lebih murah karena hanya meliputi penduduk yang dipilih sebagai
wakil penduduk. Namun demikian, proses pemilihan ini dapat menimbulkan kesalahan sampel
(sampling error) yang tidak akan terjadi jika seluruh penduduk dicacah. Masalah lain yang
timbul adalah karena suatu sampel nasional secaia relatif jumlahnya tidak besar, ada
kemungkinan daerah atau unit yang kecil (misalnya suatu desa) tidak terwakili sehingga dengan
sendirinya sangat sukar menentukan karakteristik daerah ini.
Dari suatu sampel dapat diperoleh keterangan-keterangan yang lebih terperinci dan
berkualrtas’ lebih baik daripada suatu sensus, karena lebih banyak waktu dan tenaga dapat
dicurahkan untuk setiap wawancara. Sebuah Pertanyaan dalam sensus misalnya, dapat
menunjukkan berapa jumlah anak ri setiap wanita. Namun demikian, untuk memperoleh
perincian mengenai.
b. Registrasi Vital
Sensus dan survai menggambarkan keadaan penduduk pada suatu waktu tertentu.
Statistik vital merupakan sumber utama untuk mengetahui perubahan penduduk karena statistik
ini dikumpulkan secara kontinu dalam berbagai buku registrasi yang biasanya meliputi
kematian, kelahiran dan perkawinan. Catatan-catatan tentang hal ini telah disimpan oleh
beberapa gereja di Eropa sejak abad ke 14, tetapi sistem pencatatan sipil yang resmi baru
berkembang pada abad ke 19 dan 20. Jika registrasi dilaksanakan dengan cermot dan diwajibkan
seperti di Australia dan negara-negara maju lainnya, jumlah kelahiran dan kematian dapat
dianalisis bersama-sama dengan sensus terakhir dan statistik migrasi untuk memungkinkan
perhitungan tingkat kelahiran dan tingkat kematian, serta memperkirakan jumlah penduduk pada
setiap waktu.
Karena para petugas kesehatan masyarakat menekankan pentingnya mencegah penyakit
dan mengurangi kematian, maka analisis hal-hal tertentu dari data registrasi (sebab kematian,
umur waktu meninggal dan jenis pskerjaan almarhum/almarhumah) makin dibutuhkan.
Meskipun demikian, di banyak negara berkembang, sangat banyak biaya diperlukan untuk

menye-lenggarakan suatu sistem registrasi yang lengkap, sehingga dalam jangka waktu beberapa
dasawarsa mendatang, buku registrasi agaknya dapat diandalkan untuk memberikan data
demografi yang betul-betul dapat dipercaya.
c. Buku Registrasi Pendek
d. Statistik migrasi internasional.
e. Membandingkan data demografi.
C. Fertilitas
1. Berapa Perbedaan Fertilitas (Fertility Differential)
Semua variabel-antara langsung mempengaruhi fertilitas, sedangkan variabel lainnya
yaitu variabel pengaruh, hanya dapat mempengaruhi fertilitas secara tidak langsung. Jadi:
variabel pengaruh variabel antara — fertilitas.
Tentu saja, Gambar 4B sangat disederhanakan. Misalnya, sikap terhadap besarnya
keluarga ideal mungkin mempengaruhi fertilitas, tetapi mungkin juga sebaliknya. Variabel-
pengaruh (seperti pendidikan, penghasilan dan pekerjaan), mungkin ^ljng_berkaitjm_sehingga
pengaruh relatifnya terhadap • fertilitas jsukar cHtentukan. Pada masa lalu para peneliti
cenderung memusatkan perhatian kepada variabel-antara atau kepada variabel pengaruh.
Bagaimana pun juga, Survai Fertilitas Dunia mengharapkan agar keduanya “digunakan apabila
akan dibuat sesuatu analisis yang tajam tentang fertilitas.
2. Fertilitas dan Status Sosial Ekonomi
Wrong percaya bahwa norma yang menunjukkan penduduk dari golongan status
ekonomi yang Iebih rendah mempunyai fertilitas yang relatif lebih tinggi, hampir dapat
dikatakan sebagai suatu hukum sosial ekonomi. Ketika I survai di India dan di tempat lain
menunjukkan hasil yang sebaliknya, datanya antik dengan alasan bahwa wanita-wanita dari
kelas rendah cenderung lupa an jumlah anak yang pernah dilahirkannya. Hull and Hull (1977)
mampu menentang ‘hukum’ yang terkenal itu karena datanya dianalisis menurut variabel-
berpengngaruh dan juga rnenurut variabel-antara. Hasil studi mereka di sebuah desa. Tengah
menunjukkan bahwa kelompok isteri yang berpenghasilan tinggi jMaporkan jumlah anak yang
Iebih banyak. Apakah hal ini karena wanita yang h miskin kurang memperhatikan jumlah
kelahiran? Setelah menganalisis data piaasarkan variabel-antara 3, 4, dan 7, mereka menarik

kecimpulan bahwa perrbedaan-perbedaan itu memang tidak dibuat-buat. Perkawinan wanita


yang lebih miskin kurang stabil, masa abstinensinya setelah bersalin lebih lama dan mereka
lebih mungkin menjadi mandul.
3. Fertilitas dan Pendidikan
Menurut Holsinger dan Kasarda (1976: 154), meskipun kenaikan tingkat pendidikan
menghasilkan tingkat kelahiran yang lebih rendah, tetapi hubungan antara kedua variabel ini
belum benar-benar terbukti. Pendidikan jelas mempengaruhi usia kawin karena pelajar dan
mahasiswa pada umumnya berstatus bujangan. Lagi pula, jika pendidikan meningkat, maka
pemakaian alat-alal kontrasepsi juga meningkat. Hawthorn (1970: 42) menyatakan bahwa dalarr,
semua masyarakat, ‘kesadaran akan pembatasan kelahiran memang tergantung’ pada latar
belakang daerah kota atau tempat ‘tinggal pendidikan dan penghasiian’. Pendidikan yang kuat
pengaruhnya terhadap variabel-variabe! pengaruh lainnya seperti sikap terhadap bcsarnya
kcluarga ideal, dan nilai anak.
Menurut Bouge (1969: 676), pendidikan mcnunjukkan pengaruh yang lebih kuat
terhadap fcrtilitas daripada variabel-variabel yang lain. Muangthai meru-pakan salah satu contoh
di mana kedua variabel ini mcmpunyai hubungan yang berlawanan: pada 1960, wanita yang
berumur di atas 50 mempunyai rata-rata anak 5, 7 bagi yang tidak berpendidikan, 5, 2 bagi yang
berpendidikan tingkat pertama dan 3, 4 bagi yang berpendidikan tingkat menengah.
4. Ferbedaan Desa Kota
Di negara-negara maju, fertilitas di daerah pedesaan biasanya lebih tinggi daripada di
daerah kota. Di beberapa negara seperti Polandia dan Yugoslavia, perbedaan ini justru lebih dari
30% (United Nations, 1976: 48). Di Australia pada 1911, jumlah anak bagi wanita usia 45—49
tahun rata-rata adalah 4,2, sedangkan di pedesaan sebesar 4,8. Menjelang 1966, angka ini turun
menjadi 2,7 di kota, dan di daerah pedesaan menjadi 3,2.
5. Agama dan Fertilitas
Agama tentu saja merupakan salah satu variabel pengaruh yang penting. Orang Katolik
seringkali mempunyai fertilitas yang lebih tinggi daripada penganut fcjama Yahudi atau
Protestan. dan kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa |:ang Islam sering mempunyai

fertilitas yang lebih tinggi daripada yang bukan |iam. Masing-masing hipotesa di bawah ini
mencoba menerangkan bagaimana dapat mempengaruhi perbedaan fertilitas.
6. Fertilitas Orang Katolik
Doktrin Katolik Roma sebenarnya pro-natalis. karena mendukung keluarga besar dan
menolak cara-cara pembatasan kclahiran yang paling efisien. Meskipun demikian, banyak orang
Katolik menggunakan cara-cara tersebut dan beberapa negara yang mayoritas penduduknya
beragama Katolik seperti Perancis, Austria dan Luzemburg, mempunyai tingkat fertilitas yang
sangat rendah.
7. Fertilitas kaum Muslimin
Ada lebih dari 22 negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam dan penganut
agama ini yang disebut kaum Muslimin, barangkali ber-jumlah sekitar seperlima penduduk
dunia. Kirk (19b6: 567) telah mencatat bahwa fertilitas kaum Muslimin (1) pada umumnya
tinggi, (2) tidak nyata menunjukkan tren penting dari waktu ke waktu. (3) umumnya lebih tinggi
daripada negara-negara tetangganya yang mayoritas penduduknya beragama lain. Oleh karena
itu. Kirk menarik kesimpulan bahwa hubungan antara agama dan fertilitas itu lebih erat pada
kaum Muslimin dari pada agama yang lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiolgi yang menggunakan system pendekatan
epidemiolgi dalam menganalisi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang demografi
serta faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang terjadi didalam
masyarakat. Sistem pendekatan epidemiologi kependudukan tidak hanya memberikan analisis
tentang sifat karakteristik penduduk secara demografis dalam hubungannya dengan masalah
kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tetapi juga sangat berperan dalam berbagai aspek
kependudukan serta keluarga berencana. Pelayanan melalui jasa, yang erat hubungannya dengan
masyarakat seperti pendidikan, kesejahteraan rakyat, kesempatan kepegawaian, sangat berkaitan
dengan keadaan serta sifat populasi yang dilayani. Dalam hal ini peranan epidemiologi
kependudukan sangat penting untuk digunakan sebagai dasar dalam/ mengambil kebijakn dan
dalam menyusun perencanaan yang baik. Juga sedang dikembangkan epidemiologi system
reproduksi yang erat kaitannya dengan gerakan keluarga berencana dn kependudukan.

B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas maka, penulis mengajukan beberapa saran
yang ditujukan kepada diri saya sendiri dan mengajak kepada teman-teman maupun pembaca
lain untuk menjadi bahan pertimbangan dan masukan demi meningkatkan mutu dan kualitas kita
sebagai seorang perawat. Yaitu: Perlunya mempelajari secara mendalam tentang epidemiologi
kependudukan.

DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, eko.2003. Pengantar epidemiologi.jakarta: penerbit buku kedokteran egc
Bustan mn ( 2002 ). Pengantar epidemiologi, jakarta, rineka cipta
Nasry, nur dasar-dasar epidemiologi
Arsip mata kuliah fkm unhas 2006

Anda mungkin juga menyukai