Anda di halaman 1dari 2

HKUM4101-1

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2021/22.2 (2022.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : HKUM4101/Bahasa dan Terminologi Hukum
Tugas :3

No. Soal
Tanpa banyak disadari orang bahwa dalam perundang-undangan resmi (hukum positif) mengandung
kalimat-kalimat atau kosa-kata yang tidak tepat dalam penggunaannya sebagai bahasa formal. Hal yang
demikian ini tentu bagi banyak orang awam tidak dirasakan dampak negatif permasalahannya. Olehkarena
penggunaan kalimat-kalimat ataupun kosa kata yang tidak tepat ke dalam rumusan norma hukum positif
dapat menimbulkan permasalahan serius dalam hal penafsirannya, baik oleh para yurists maupun para
pejabat pemerintahan. Penggunaan kata sambung, kata ganti orang/tempat, kata ulang yang tidak tepat
dapat menyebabkan rumusan kalimat dalam norma-norma hukum positif menjadi misleading, tidak efisien
bahkan keliru dari apa yang sebenarnya yang dimaksudkan itu. Dari hasil identifikasi para pakar bahasa
dan hukum, tidak kurang ada enam ketidaktepatan penerapan kaidah bahasa yang ditemukan dalam
peraturan-perundangan di Indonesia. Seperti pemakaian huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian
tanda baca, pemilihan kata, pemakaian ungkapan penghubung, dan perincian yang tidak sejajar. Padahal
apabila merujuk pada UU 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, disebutkan
bahwa bahasa peraturan perundang-undangan pada dasarnya tunduk pada kaidah tata bahasa Indonesia.
Baik pembentukan kata, penyusunan kalimat, teknik penulisan, maupun pengejaannya. Olehkarenanya,
penerapan tata bahasa Indonesia berdasarkan pedoman umum EYD menjadi mutlak diperlukan untuk
diterapkan.
Sebagai non-contoh, rumusan Pasal 282 ayat 2 Bab XIV KUHP apabila disimak ternyata mengandung
penulisan gabungan kata yang keliru dan penggunaan kosa-kata tidak formal menurut ketentuan pedoman
EYD. Demikian pula pada Pasal 99a Bab IV dan Pasal 135 Bab VI KUHPer juga mengandung kekeliruan
pemakaian kosa-kata maupun kata gabungan yang tidak sesuai konteksnya

Pertanyaan
1 Uraikan manfaat dari hasil mempelajari cara pemakaian kalimat dan/atau kosa-kata yang benar dan baik
dalam merumuskan norma hukum!

2 Tunjukkan rumusan kalimat/kosa-kata dalam norma pada pasal-pasal yang mengandung kekeliruan
sebagai identifier, yaitu: 1) pemakaian huruf kapital, 2) penulisan kata, 3) pemakaian tanda baca, 4)
pemilihan kata, 5) pemakaian ungkapan penghubung, dan 6) perincian yang tidak sejajar. Beri
penjelasan pada tanda huruf tebal, miring dan garis bawah pada kalimat/kosa kata hasil identifikasi anda.
a. pemakaian huruf kapital
b. penulisan kata/Syntax error
c. pemakaian tanda baca
d. pemilihan kata
e. pemakaian ungkapan penghubung
f. perincian yang tidak sejajar

Non-contoh:
Pasal 282 ayat 2 Bab XIV KUHP
“Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran
atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan,
dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin, memasukkan ke dalam negeri,
meneruskan mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barangsiapa
secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan, atau menunjuk
sebagai bisa diperoleh, diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga bahwa tulisan,
gambazan atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”
1 dari 2
HKUM4101-1

Hasil identifkasi:
1) Kekeliruan pemilihan kata melalui gabungan kata “barangsiapa” semestinya “barang siapa”;
2) Keliruan pemilihan kata melalui kata tidak formal “membikin” semestinya “membuat”;
3) Kekeliruan tanda baca “meneruskan” tanpa tanda baca “koma” (,) semestinya kalimat pasif
“meneruskan,”;
4) Kekeliruan perincian yang tidak sejajar “mengeluarkannya” dengan kata ganti “nya” semestinya
“mengeluarkan”;
5) Kekeliruan tanda baca “persediaan,” tanpa tanda baca “titi-koma” semestinya “persediaan;”
6) Kekeliruan pemilihan kata “menduga” melalui kalimat aktif semestinya kalimat pasif “diduga”;
7) Kekeliruan penulisan kata/Syntax error “gambazan” semestinya “gambaran”; dst.

Temukan dalam pasal-pasal lainnya (pilihan pasal-pasal adalah bebas) yang melengkapi ke 6 identifier
kekeliruan tersebut!

2 dari 2

Anda mungkin juga menyukai