Rusyda Amran Hamid - Bab 1-6
Rusyda Amran Hamid - Bab 1-6
TESIS
BAB 1..............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
BAB 2............................................................................................................................................10
TINJAUAN LITERATUR..........................................................................................................10
BAB 3............................................................................................................................................19
METODE PENELITIAN............................................................................................................19
BAB 4............................................................................................................................................23
PROFIL ORGANISASI..............................................................................................................23
ii
4.1 PROFIL PERUSAHAAN...................................................................................................23
4.1 ASPEK TEKNIK OPERASIONAL.....................................................................................24
4.1.1 Manajemen Kebisingan dan Getaran......................................................................24
BAB 5............................................................................................................................................25
BAB VI..........................................................................................................................................32
6.1 KESIMPULAN.................................................................................................................32
6.2 SARAN............................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................34
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Bandara adalah tempat aktivitas penumpang dimulai dan akhiri perjalanannya dengan
penerbangan. Bandara dirancang senyaman dan seaman mungkin agar penumpang udara dapat
menggunakan kembali pesawat sebagai alat transportasi (Septian, 2022). Bandar udara sebagai
prasarana penerbangan penunjang kegiatan suatu wilayah perlu ditata secara terpadu untuk
mencapai tingkat pelayanan bandar udara yang dibutuhkan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
diperlukan fokus pada penataan ruang, pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan,
keselamatan dan keamanan penerbangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 39 Tahun
2019, bandar udara adalah suatu wilayah tertentu di darat atau di air tempat pesawat udara dapat
mendarat, lepas landas, memuat penumpang, menurunkan barang, dan menemukan tempat
berlindung untuk transportasi intra dan antar mode. dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan penerbangan serta infrastruktur dasar dan pendukung. Ada 367 bandara yang kini
dibuka dan beroperasi di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik sekitar 3,5% dari semua
radiasi yang disebabkan oleh manusia dipancarkan oleh industri penerbangan. Pembakaran
mesin pesawat dapat menghasilkan emisi gas buang yang meliputi karbon dioksida (CO2), uap
air (H2O), nitrogen oksida (NOx), karbon (HC), karbon monoksida (CO), sulfur oksida (SOx),
dan partikel lainnya. Emisi ini akan berdampak pada kualitas udara bandara secara lokal dan
pada iklim global, yang keduanya akan berdampak pada kesehatan masyarakat. Sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2012 tentang Pengembangan dan Pelestarian
Lingkungan bandara udara, hal ini mendorong penerapan eco airports di Indonesia (Pastika &
Suardana, 2021).
Sektor penerbangan terdiri dari infrastruktur (pesawat) dan infrastruktur (bandara) yang
saling berinteraksi melalui manajemen modern dengan pendekatan Quality, Cost and Delivery
(QCD). Subsektor ini membantu dan berperan penting dalam pergerakan penumpang dan barang,
karena selain memiliki keunggulan dalam hal kecepatan, kenyamanan, keamanan dan
kehandalan, subsektor ini juga berperan penting dalam pembangunan sosial dan lingkungan.
3
Dimulai dengan kebutuhan pengiriman cepat, keamanan dan kualitas peralatan dan tujuan untuk
meningkatkan kecepatan barang dan orang, penting untuk mendapat dukungan dari berbagai
aspek. Agar pelaksanaan pelayanan bandar udara menjadi efisien dan efektif, pertimbangan
teknis, ekonomis dan lingkungan menjadi penting. Fitur tersebut antara lain; prakiraan kondisi
saat ini dan masa depan dari sistem bandara bersifat teknis dan operasional; Indikator dampak
lingkungan saat ini dan yang akan datang di sekitar bandara. Serta kebutuhan masyarakat akan
transportasi yang cepat, aman dan baik, maka timbul kebutuhan akan organisasi transportasi
yang dapat mendukung dan beradaptasi dengan layanan tersebut. Salah satu cara untuk fokus
pada kelestarian lingkungan adalah dengan membangun bandara yang berdampak pada
lingkungan atau eco airport (Raffah, 2021).
Bandara harus cocok dengan lingkungannya. Rencana bandara harus menjadi bagian dari
rencana regional secara keseluruhan. Lokasi, ukuran dan struktur pembangunan perumahan yang
ada dan yang direncanakan harus disesuaikan dengan dampak terhadap lingkungan dan
menyetujui Dokumen Lingkungan Hidup (Amdal) sebagai pedoman pengelolaan lingkungan
terkait pembangunan dan pengoperasian bandar udara (Raffah, 2021).
Pengoperasian bandara tidak terbatas pada pergerakan penumpang dan barang, sistem
manajemen kualitas lingkungan seperti pengelolaan limbah, dan kegiatan ramah lingkungan
harus diperkenalkan. Dampak pembangunan bandara terhadap lembaga publik dan lingkungan
kurang mendapat perhatian. Keluhan lingkungan jarang terjadi, tetapi baru akhir-akhir ini orang
menjadi khawatir tentang dampak operasi bandara terhadap lingkungan. Ini mungkin karena
masalah lingkungan yang memburuk dan peningkatan lalu lintas udara. Peningkatan lalu lintas
udara yang diharapkan dan perbaikan infrastruktur bandara yang diperlukan menambah dampak
lingkungan dari pengembangan dan pengoperasian bandara (Greer, Rakas, & Horvath, 2020).
Konsep eco-airport adalah suatu konsep dimana suatu bandar udara direncanakan,
dikembangkan dan dioperasikan dengan tujuan untuk menciptakan industri pariwisata dan
lingkungan serta infrastruktur di dalam bandar udara itu sendiri dan lingkungan. Bandara Negara
Narita Jepang menerapkan konsep eco-airport) – bandara ini menerapkan konsep bandara yang
ramah lingkungan dan mengurangi laju pencemaran lingkungan di sekitar bandara yang dapat
mempengaruhi operasional bandara. Pengelolaan berbagai aspek kebandarudaraan secara terpadu
penting dilakukan untuk mencapai terselenggaranya pelayanan kebandarudaraan sesuai standar
dan standar yang berlaku. Pengoperasian bandar udara berdampak pada kerusakan lingkungan,
4
kerusakan ini disebabkan oleh pencemaran udara yang diangkut serta pengelolaan energi dan
limbah yang tidak baik di lingkungan di kawasan bandar udara. Beberapa konsep telah
diterapkan untuk menciptakan bandara ramah lingkungan yang direncanakan, dikembangkan dan
dioperasikan untuk menciptakan fasilitas dan kinerja lingkungan (Piao, Purwanto, & Purnaweni,
2021).
Pesatnya perkembangan perjalanan udara adalah meningkatnya penerbangan udara antar
bandara di Indonesia. Namun, selain aspek positifnya, perjalanan udara juga menghasilkan gas
rumah kaca (GRK) yang diyakini dapat menyebabkan pemanasan global. Penerbangan (polusi
udara) harus memperhatikan dampak negatif terhadap lingkungan, meskipun hanya
menyumbang sekitar 3% dari total GRK global, namun dengan meningkatnya jumlah pesawat
komersial yang beroperasi, dan persentase emisi tersebut diperkirakan terus meningkat.
Timbulnya emisi GRK global diyakini sebagai kekuatan pendorong di balik efek rumah kaca
yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim (Indriatmoko & Purwanta, 2017).
Setiap perusahaan menghadapi risiko saat menjalankan operasional sehari-hari, dan risiko
ini mungkin memiliki probabilitas dan dampak yang berbeda-beda. Terjadinya risiko akan
mempengaruhi kehidupan banyak orang yang berbeda serta tingkat perusahaan dan sosial
(Abisay & Nurhadi, 2014) . Pengaruh ketidakpastian sasaran dalam disiplin ilmu pengetahuan,
teknologi, transportasi dan perdagangan. Meskipun dampak ini menimpang dari prediksi yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan. Aspek-aspek seperti keuangan, Kesehatan,
keselamatan, iklim dan lingkungan termasuk di antara targetnya. Dengan kata lain, risiko adalah
skenario atau situasi potensial yang dapat membahayakan kemampuan seseorang atau organisasi
untuk memenuhi tujuan dan sasarannya.
Industri transportasi dihadapkan pada risiko yang lebih rumit di era globalisasi. Salah
satu yang memiliki tingkat kompleksitas tugas yang tinggi dan melibatkan banyak pemangku
kepentingan adalah sektor transportasi udara. Karena reputasinya sebagai sektor berisiko tinggi,
industri penerbangan sering menggunakan teknik manajemen risiko. Pengoperasian bandara
tidak terbatas pada pergerakan penumpang dan barang, sistem manajemen kualitas lingkungan
seperti pengelolaan limbah dan kegiatan ramah lingkungan harus diperkenalkan. Dampak
pembangunan bandara terhadap lembaga publik dan lingkungan kurang mendapat perhatian.
Keluhan lingkungan jarang terjadi, tetapi baru akhir-akhir ini menjadi khawatir tentang dampak
5
operasi bandara terhadap lingkungan. Ini mungkin karena masalah lingkungan yang memburuk
dan peningkatan lalu lintas udara.
Menurut (Anugrah Ramadhani & Rachmawati, 2021) Metode ilmiah manajemen risiko
melibatkan perkiraan potensi kerugian dan menerapkan langkah-langkah yang dapat mengurangi
kerugian tersebut atau kerugian keuangan yang terkait. Pengertian manajemen risiko adalah
strategi yang rasional dan sistematis untuk menemukan, menilai, memutuskan solusi, serta
memantau dan melaporkan risiko yang terjadi pada setiap aktifitas atau proses. Sama halnya
dengan sektor industri lainnya, transportasi udara menghadapi sejumlah tantangan. Risiko
operasional bandara merupakan salah satu isu yang harus dihadapi oleh sektor penerbangan.
Risiko operasional bandara adalah perangkaian peristiwa hipotetis yang, jika terwujud mungkin
berdampak baik atau negatif pada berbagai bidang, termasuk ekonomi, kesehatan, keselamatan
masyarakat, dan lingkungan. Dengan kata lain, risiko adalah skenario atau situasi potensial yang
mungkin membahayakan.
Sebagai penyedia jasa dan pengelola bandara, dalam kondisi seperti ini. Unit
Penyelenggara Bandara Udara (UPBU) kelas 2 ketapang tidak hanya perlu memberikan
pelayanan yang nyaman kepada penumpang, tetapi juga perlu meningkatkan fasilitas pendukung
operasional bandara lainnya, seperti take-off pesawat dan fasilitas Landing, visual aid, operation
building dan mampu mendukung kelancaran operasional penerbangan sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP), sehingga penumpang juga puas dengan pelayanan yang diberikan
oleh Unit Penyelenggara Bandara Udara (UPBU) kelas 2 ketapang. Untuk mendukung dan
meningkatkan kualitas pelayanan penerbangan, bandara udara menghasilkan pendapatan dari
pendapatan aeronautika dan non-aeronautika untuk memenuhi kebutuhan operasional. Sebagai
salah satu sumber pendapatan utama bandara udara Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara
(PJP2U) berasal dari biaya yang dibebankan oleh pengelola bandara udara kepada penumpang
pesawat yang menggunakan bandara udara yang bersangkutan atas keikutsertaannya dalam
pelayanan dan penggunaan fasilitas bandara udara. Industri penerbangan tidak optimal
beroperasional karena dihadapkan pada isu perubahan iklim, beberapa negara di dunia termaksud
Indonesia (Septian, 2022). Peningkatan suhu global yang disebabkan oleh perubahan iklim
berkontribusi pada bencana hidrometeorologis seperti naiknya permukaan laut. Kondisi iklim
memiliki dampak yang signifikan terhadap industri penerbangan (transportasi udara). Untuk take
6
off dan landing selama penerbangan cuaca dalam penerbangan sangat penting bagi pilot. Pilot
akan menilai kondisi cuaca yang dikumpulkan dari badan meteorologi setempat, bandara
keberangkatan sepanjang rute, atau bandara tujuan penerbangan setiap kali memulai
penerbangan terlepas dari berapa lama atau seberapa pendek rute tersebut. Informasi cuaca yang
dikumpulkan di bandara keberangkatan, selama penerbangan, dan saat mendarat terdiri dari
sejumlah faktor terkait cuaca seperti angin, suhu, tekanan, awan, dan jarang pandang.
Pengaruh perubahan iklim juga mempengaruhi industri transportasi, khususnya
perjalanan udara (penerbangan). Perdebatan tentang bagaimana perubahan iklim akan
mempengaruhi industri penerbangan menjelaskan bagaimana hal itu akan mempengaruhi
fasilitas, infrastruktur, dan operasi penerbangan. Perubahan iklim berdampak langsung terhadap
operasional bandara, terutama berupa cuaca ekstrem yang mengalami peningkatan baik kualitas
maupun kuantitas. Suhu udara yang tinggi, suhu udara yang sangat rendah, angin kencang, hujan
lebat, dan kelembapan udara yang tinggi adalah contoh cuaca ekstrem yang secara langsung
dapat mempengaruhi penerbangan. Bandara terletak di daerah pesisir di beberapa negara dan
Indonesia. faktor-faktor tersebut erosi pantai, banjir, dan intrusi air laut infrastruktur bandara
sangat rentan terkena dampak kenaikan muka air laut (Purwanta, 2014). Lingkungan membawa
dampak negatif pada operasional bandara salah satu dampaknya adalah gelombang panas yang
kerap melanda Ketapang (Kalimantan barat) saat musim panas yang mempengaruhi pada
pesawat terbang sehingga menganggu penerbangan. Sejumlah penerbangan dibatalkan akibat
gelombang panas, yang mencatat rekor suhu dan menciptakan bencana kebakaran hutan pada
tahun 21 september 2019. Banjir akibat naiknya permukaan air laut terjadi dibandara rahadi
oesman ketapng pada April 2011. Ketika permukaan laut di wilayah pesisir didorong ke daratan
oleh badai, terjadi peningkatan permukaan laut dan air pasang. Bandara rahadi oesman terpaksa
berhenti beroperasi karena landasan pacu terendam banjir akibat kejadian tersebut berdampak
pada operasional penerbangan mengakibatkan penurunan jumlah penumpang pesawat udara dan
berdampak juga pada pendapatan Pelayanan Jasa penumpang Pesawat Udara (PJP2U) yang
mengalami penurunan (Septian, 2022).
Selain ingin memberikan layanan terbaik kepada kliennya, bisnis di industri transportasi
juga ingin mendapatkan keuntungan agar dapat terus beroperasi dan memberikan layanan.
Pendapatan ini kemudian digunakan untuk mendukung keberlanjutan perusahaan. Berapa banyak
pendapatan yang masuk sekaligus mungkin berdampak pada margin keuntungan perusahaan.
7
Arus kas kotor dari keuntungan ekonomi yang dihasilkan dari operasional perusahaan yang
sedang berlangsung selama periode tertentu dikenal sebagai pendapatan atau revenue.
Pendapatan penting bagi perusahaan dengan menggunakan laporan tersebut untuk membuat
keputusan bagi perusahaan. Apabila nominal pendapatan tidak lebih besar dari nominal
pengeluaran maka perusahaan mengalami kerugian yang menghambat operasional perusahaan.
Bandara yang dikenal dengan nama Bandara Rahadi Oesman ini terletak di kota
Ketapang, provinsi Kalimantan barat. Landasan aspalnya berukuran 1400 x 30 meter. Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara bertugas mengelola Bandara Rahadi Oesman yang berstatus
Bandara kelas II yang bergerak dalam bidang transportasi udara, penelitian ini akan melakukan
evaluasi risiko lingkungan terkait dengan operasional bandara. Secara umum operasional
bandara adalah semua kegiatan operasional di bandara. (Resky & Simarmata, 2014) Pada
umumnya unit-unit operasi bandara bertanggung jawab mulai dari penumpang turun dari
kendaraan menuju terminal untuk lapor diri, masuk ruang tunggu, naik pesawat dan terakhir
sampai pesawat berangkat. Bandara Udara Rahadi Usman yang dimaksud dengan operasional
bandara adalah kegiatan operasional di darat, baik di terminal dan daerah sisi udara. Kegiatan
Operasional bandara dibagi dalam tiga bagian yakni Pelayanan Bandara (Airport Services),
Pengamanan Bandara (Airport Security) dan Keselamatan Bandara (Airport Safety).
1.2 Rumusan Masalah
Bandara sebagai pintu gerbang kabupaten ketapang membutuhkan pengelolaan
lingkungan bandara yang baik. Transformasi Bandara Rahadi Oesman menyebabkan
peningkatan operasional dan pelayanan di bandara tersebut. Saat aktivitas ini meningkat,
efeknya akan meningkat. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan bandara ramah lingkungan maka
analisis peran kawasan eco-airport menjadi penting. Dari uraian di atas, dapat dirumuskan
beberapa masalah dalam pengelolaan bandar udara yang berpengaruh terhadap lingkungan di
Bandar Udara Rahadi Oesman Ketapang, yaitu:
1. Bagaimana melakukan identifikasi risiko operasional terkait dengan lingkungan?
2 Bagaimana pelaksanaan operasional bandara terkait dengan lingkungan?
1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai:
8
1. Tujuan Umum adalah untu mengkaji manajemen pengelolaan lingkungan di Bandara
Udara Rahadi Oesman
2. Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi aspek teknik operasional dalam
pelaksanaan manajemen pengelolaan lingkungan di Bandara Udara Rahadi Oesman.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus yang di dalamnya terdapat Analisa yang
berkaitan dengan sebuah kondisi dalam suatu perusahaan guna membentuk suatu pemahaman
terkait dengan sebuah kejadian dan selanjutnya membentuk kesimpulan dan saran berdasarkan
pada kejadian tersebut. Penelitian ini melakukan evaluasi terhadap aktivitas manajemen risiko
pada operasional bandara udara rahadi oesman dan kemudian memberikan rekomendasi untuk
pengelolaan pengendalian tersebut.
Penelitian ini menggunakan data kualitatif yakni data tersebut berwujud kalimat dan
gambar. Data diperoleh secara langsung dari sumbernya atau biaya disebut data primer, yaitu
dengan observasi dan wawancara. Sumber data bersumber dari data internal yaitu data prosedur-
prosedur, laporan-laporan yang terkait pembangunan operasional bandara udara Rahadi oesman
dan pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan bandara udara Rahadi oesman
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian tersebut tentunya penelitian ini dilakukan sebagai
media evaluasi bagi operasional bandara dengan harapan bahwa setelah penelitian ini selesai,
operasional bandara dapat beroperasional dengan baik dari sisi biaya, mutu, waktu dan safety
serta meningkatkan kegiatan manajemen risikonya dengan lebih baik lagi. Di samping hal
tersebut, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan analisis dari sudut pandang penelitian
dan diharapkan pembaca lainnya dapat memahami aktivitas Manajemen Risiko terhadap
pengaruh lingkungan dan perubahan iklim terhadap operasional bandara
1.6 Sistematika Penulisan
Bab 1 :Pendahuluan
Bagian ini menguraikan terkait latar belakang pemilihan topik pembahasan perumusan
masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab 2 :Landasan Teori
9
Bagian ini menjelaskan teori yang menjadi landasan pembahasan dan pemecahan
masalah penelitian, menguraikan terkait sejumlah teori yang diperoleh dari studi Pustaka
dari sejumlah literatur yang berhubungan terhadap masalah yang terdapat pada penelitian.
Bab 3 :Metode Penelitian
Bagian ini memaparkan gambaran umum perusahaan yang menjadi objek penelitian,
metode penelitian serta analisis data penelitian.
Bab 4 :Profil Umum Pada Operasional Bandara Udara Rahadi Usman
Bagian ini memaparkan gambaran umum perusahaan, yang terdiri dari profil singkat
perusahaan, struktur organisasi perusahaan, strategi pada operasional Bandara Udara
Rahadi Usman
Bab 5 :Hasil Analisa dan Pembahasan
Bagian ini membahas aktivitas manajemen risiko dalam operasional Bandara Udara
Rahadi Usman dan masalah serta risiko di dalamnya
Bab 6 :Kesimpulan dan Saran
Bagian ini merupakan kesimpulan dari semua pembahasan dan saran yang diharapkan
bermanfaat untuk memperbaiki aktivitas manajemen risiko operasional Bandara Udara
Rahadi Usman.
10
BAB 2
TINJAUAN LITERATUR
Bab ini membahas mengenai penelitian terdahulu, landasan teori, kerangka pemikiran. Pada
penelitian ini menggunakan teori sustainability management strategy dan sustainable
development goals (SDGs).
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Sustainability Management Strategy
Dengan total luas 1,9 juta kilometer, Indonesia adalah salah satu negara terbesar di dunia.
Karena letak geografis Indonesia yang terdiri dari ratusan pulau, kebutuhan perjalan udara
merupakan “conditio sine quanon” atau kebutuhan mutlak dan tak terelakkan (Raffah, 2021).
Mengingat negara ini merupakan negara kepulauan yang luas dan kebutuhan masyarakatnya
untuk bergerak dengan cepat, aman dan nyaman, maka dibutuhkan perusahaan transportasi yang
dapat mengakomodir kegiatan tersebut. Untuk menggunakan jasa angkutan udara, yaitu dengan
menggunakan pesawat terbang. Pemerintah akan sangat berkepentingan untuk mendukung
pembangunan bandara karena akan berdampak signifikan terhadap peningkatan perekonomian
local dan nasional. Akan tetapi pertumbuhan dan pembangunan suatu bandar udara secara tidak
sengajak akan menimbulkan dampak lain yang merugikan bagi lingkungan. Kelestarian
lingkungan harus dipertimbangkan saat memiliki lokasi bandara dan merencanakan perluasan
bandara.
Keberlanjutan bandara didefinisikan sebagai tindakan yang diambil oleh pengelola
bandara untuk melestarikan lingkungan, termasuk melindungi sumber daya alam, pengembangan
sosial yang dibutuhkan oleh masing-masing pihak (stakeholder) dan mempertahankan laju
pertumbuhan ekonomi dan karyawan (Nahar, 2013). Tindakan ini berkisar dari perencanaan
hingga konstruksi hingga pengoperasian fasilitas bandara. Ada beberapa tujuan dan keuntungan
penerapan airport sustainability bandara udara. Skep/124/VI/2009 menjelaskan eco airport
dilaksanakan dengan sebagai tujuan, antar lain mewujudkan bandara udara yang berkawasan
lingkungan dunia, pengelolaan bandara udara yang terpadu, harmonis, dan selaras dengan
lingkungan sekitar. Menciptakan infrastruktur bandara yang dapat membantu tercapainya
pembangunan berkelanjutan.
11
Diperlukan untuk mengadopsi sejumlah rencana untuk operasi bandara karena gagasan
pembangunan berkelanjutan sedang diterapkan dalam sistem bandara. Untuk memaksimalkan
keuntungan dan mengurangi efek yang tidak menguntungkan pada operasi bandara, strategi yang
paling efektif dibuat. Dalam konteks layanan penerbangan dapat dikaitkan dengan keuntungan
financial dan kepercayaan pengguna. Untuk mencapai keuntungan terbesar ini dengan kerugian
paling sedikit, pembangunan berkelanjutan digunakan (M.Si, 2022) :
1. Penggunaan bahan bakar dan energi yang berlebihan selama operasional bandara dan
penerbangan.
2. Pembangunan infrastruktur fisik seperti bandara dan landasan pacu memberi tekanan pada
lahan yang tersedia.
3. Polusi terkait penerbangan dari hal-hal seperti kebisingan dan emisi gas.
4. Limbah dari fasilitas pelayanan bandara udara, seperti penggunaan air, sampah, dan bahan
kimia dalam pesawat udara.
5. Konflik sosial yang dapat timbul sebagai akibat dari serangan langsung seperti terorisme dan
sabotase, maupun konflik sosial dengan penduduk setempat akibat kurangnya kerja sama
antara terkait penerbangan dan masyarakat setempat.
Strategi pembangunan berkelanjutan perlu mencakup 4 kajian aspek yaitu (M.Si, 2022):
1. Faktor lingkungan yang berkaitan dengan ekologi fisik Kawasan di dalam dan sekitar
bandara udara.
2. Pengelolaan dan strategi penyelenggara penerbangan yang ditujukan untuk menghasilkan
keuntungan usaha dan devisa termasuk dalam komponen ekonomi.
3. Faktor sosial yang mempengaruhi bagaimana penyedia jasa penerbangan terhubung dengan
masyarakat sekitar bandara dan bagaimana mereka saling bergantung untuk meningkatkan
tarif ekonomi sejalan dengan tujuan pembangunan Indonesia.
4. Unsur hanpam berkaitan dengan upaya mempertahankan keamanan sekaligus
mempraktikkan rencana dari ketiga unsur sebelumnya.
2.1.2 Sustainable Development Goals (SDGs)
Menurut konsepnya Rachel Carson mempopulerkan frase“ Pembangunan Berkelanjutan”
melalui bukunya Silent Spring yang dirilis pada tahun 1962 (Mahardika, 2022). Menurut
gagasan pembangunan berkelanjutan, proses pertumbuhan harus memperhatikan kebutuhan
masa kini tanpa membahayakan lingkungan. Kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
12
kebutuhannya sendiri dengan memanfaatkan sepenuhnya potensi sumber daya alam yang
tersedia. Ada beberapa konsep yang harus ditekankan untuk mengimplementasikan tujuan
pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), antara lain:
1. Dedikasi terhadap keadilan dan kesetaraan, di mana hak-hak generasi mendatang harus
diperhitungkan saat membuat keputusan dan prioritas harus diberikan kepada yang kurang
mampu dalam finansial
2. Menurut perspektif tradisional yang menekankan prinsip kehati-hatian Ketika ada bahaya
besar atau tidak dapat dikurangi, Kurangnya informasi yang terbukti tidak dapat digunakan
sebagai alasan untuk menunda upaya hemat biaya untuk mencegah kerusakan lingkungan
3. Mengintegrasikan, memahami, dan berpartisipasi dalam lingkungan, ekonomi, dan
masyarakat adalah semua aspek pembangunan berkelanjutan. Dengan kata lain, 2 pilang
tujuan berkelanjutan adalah lingkungan hidup, pembangunan ekonomi, dan keadilan sosial.
Inovasi dalam penggunaan sumber daya dan taktik tanggung jawab perusahaan adalah 2
metrik paling signifikan yang mungkin memengaruhi kinerja lingkungan perusahaan. Tujuan
pembangunan berkelanjutan (SDGs), sebuah rencana aksi yang diadopsi oleh para pemimpin
internasional, termasuk Indonesia, untuk mengentaskan kemiskinan sekaligus melestarikan
lingkungan, merupakan salah satu inisiatif yang mempromosikan kepedulian lingkungan.
Penyusunan program pembangunan berdasarkan SDGs digolong menjadi 4 pilar utama
(M.Si, 2022) :
1. Bertujuan untuk mewujudkan hak asasi manusia secara adil dan merata merupakan bagian
dari pembangunan social
2. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan merupakan tujuan
pembangunan lingkungan
3. Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkualitas merupakan tujuan pembangunan
ekonomi
4. Pengembangan sistem hukum dan pemerintahan dengan tujuan mencapai sistem yang
terbuka, efisien, akun tabel, dan demokratis.
Prinsip dasar yang terdapat pada tiap elemen SDGs:
1. Pemerataan Pembangunan Dan Keadilan sosial
13
Pemerataan kesempatan dan peran bagi perempuan, pemerataan kesejahteraan dengan
peningkatan kualitas ekonomis, dan pemerataan komponen produksi dan sumber daya
lahan semuanya harus menjadi dasar penyesuaian pemerataan dan keadilan sosial.
2. Menghargai Keanekaragaman
Untuk mempertahankan cadangan sumber daya dan memastikan ketersediaannya di masa
depan, pembangunan harus dipertahankan.
3. Pendekatan Yang Integratif
Penting untuk mempertimbangkan bagaimana orang berinteraksi satu sama lain dan
dengan lingkungan tempat mereka tinggal. Karena kebiasaan dan gaya hidup mereka yang
merusak, manusia memiliki dampak yang berbahaya bagi ekosistem
4. Perspektif Jangka Panjang
Opini masyarakat masih cenderung disibukkan dengan masa kini dibandingkan masa
depan, yang akan menghambat implementasi SDGs. Cara berpikir yang berbeda dan
menghasilkan asumsi tentang keputusan diperlukan saat mempertimbangkan jangka
Panjang.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang risiko operasional dan pengaruh terhadap lingkungan dalam konteks
bandara udara telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Berikut ini beberapa penelitian tentang
risiko operasional dan pengaruh terhadap lingkungan pada bandara udara.
2.2.1 Risiko
Risiko adalah keraguan dengan hasil yang buruk. Risiko di definisikan oleh Bandara
Udara Rahadi Oesman sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang akan berdampak
kurang baik terhadap tujuan yang telah ditetapkan dalam tujuan, strategi, target, dan rencana
hasil kegiatan. (Abisay & Nurhadi, 2014) keraguan dalam operasi bisnis dapat muncul baik dari
lingkungan internal maupun eksternal organisasi. Risiko dan bisnis tidak dapat dipisahkan seperti
dua sisi mata uang. Risiko mencakup sejumlah fitur, termasuk kecenderungan untuk sering
muncul kembali, kemungkinan bahaya baru yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan saling
ketergantungan beberapa risiko dengan risiko lainnya. (Hidayat, Triatmodjo, & Utomo, 2022)
Dengan mewawancarai kepala bandara dan melakukan percakapan terfokus dengan cara terbaik
untuk mengidentifikasi risiko dalam pengeoperasian bandara. 4 faktor risiko; faktor pilot/faktor
manusia, faktor pesawat, faktor lingkungan, dan faktor manajemen dapa digunakan untuk
mengklasifikasikan sumber risiko ini.
14
Membagi risiko yang sering terjadi dalam lingkungan yang mempengaruhi operasional
bandara sebagai berikut (Purwanta, 2014):
a. Angin
Aspek arah angin diperlukan untuk mengidentifikasi dari mana pesawat take off dan dari
mana pesawat landing dengan mempertimbangkan kecepatan angin
b. Suhu
Saat dalam penerbangan, suhu udara dan pemuaian udara berkorelasi erat, jika suhu udara
tinggi udara akan memuai, dan sebaliknya
c. Tekanan
Salah satu faktor meteorologi terpenting untuk transportasi udara adalah tekanan, yang
terkait erat dengan suhu dan berbanding terbalik dengannya. Oleh karena itu, jika suhunya
tinggi, tekanan akan rendah, dan jika suhu rendah maka tekanannya akan tinggi
d. Jarak Pandang
Jarak pandang informasi sangat diperlukan dalam hal pendaratan baik jarak pandang vertikal
maupun horizontal
e. Jenis Awan
Berdasarkan ketinggian, ada 3 jenis awan: rendah, sedang, dan tinggi. Jenis awan rendah
seperti Cumolonimbus (cb) dan awan Towering Cumulus (Tcu) tetapi umumnya awan Cb.
Informasi awan ini diperlukan sebelum landing dan take-off
Membagi risiko yang sering terjadi dalam pengaruh lingkungan perubahan iklim yang
mempengaruhi operasional bandara sebagai berikut (Purwanta, 2014):
a. Temperatur Udara Yang Semakin Tinggi
b. Temperatur Yang Ekstrem Dingin
c. Peningkatan Kelembaban Udara
Membagi reaksi manajemen dalam menghadapi risiko ke dalam golongan (Dahlan, Leksono,
& Fathoni, 2021) :
a. Mengurangi risiko (Risk Avoidance) ini adalah taktik untuk sepenuhnya menghilangkan
risiko dengan menahan diri dari terlibat dalam kegiatan yang diyakini menimbulkan bahaya
b. Pembagian risiko atau transfer risiko ke pihak lain adalah Langkah taktis yang digunakan
untuk mengalihkan sebagian risiko kepada orang, bisnis, atau organisasi lain.
c. Mengurangi kemungkinan atau efek risiko (mitigasi risiko)
15
d. Merangkul bahaya (penerima risiko) jika tidak ada tindakan pencegahan atau tindakan
pengurangan risiko lain yang tersedia, Teknik ini digunakan, atau dianggap lebih hemat
biaya untuk melakukannya.
2.2.2 Environmental Risk
Menurut (Slotnick et al., 2014) Antara 2 dan 3% emisi gas rumah kaca manusia dikaitkan
dengan penerbangan komersial, bagian penting dari infrastruktur ekonomi dunia. Dalam analisis
baru-baru ini yang ditulis bersama oleh Departemen Perhubungan AS, diperkirakan bahwa
penerbangan komersial akan bertanggung jawab atas 1,5 miliar ton emisi CO2 tahunan di seluruh
dunia pada tahun 2025, atau hampir sama dengan yang diantisipasi oleh Panel Internasional
tentang Perubahan Iklim pada tahun 1999.
Analisis menunjukkan bahwa, meskipun kemajuan teknologi yang sedang berlangsung di
sektor penerbangan dan pengenalan pesawat yang lebih efisien, peningkatan tingkat efisiensi
secara historis belum cukup untuk menghentikan tren emisi CO2 secara keseluruhan. Analisis
menunjukkan bahwa meskipun mesin jet dan pesawat generasi berikutnya yang kebisingan terus
diproduksi, jumlah orang yang terpapar kebisingan penerbangan yang tidak menyenangkan akan
meningkat. Efisiensi bahan bakar telah memainkan peran penting dalam keberhasilan ekonomi
sektor penerbangan komersial. Menanggapi tantangan ini, sektor penerbangan telah
berkomitmen untuk mengurangi dampak lingkungannya, dengan tujuan utama mencapai
pertumbuhan netral karbon pada tahun 2020 dan pengurangan bersih emisi CO2 sebesar 50%
relatif terhadap tahun 2005 pada tahun 2050.
Perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global adalah salah satu tantangan
lingkungan terbesar abad ini. Kenaikan permukaan laut dan potensi tenggelamnya pulau adalah
dua dampak perubahan iklim yang menimbulkan bahaya serius mengingat keadaan geografis
Indonesia. Sasaran adaptasi perubahan iklim adalah untuk meningkatkan kapasitas di semua aset
Pethagon manusia, sosial, fisik, alam, dan keuangan sambil mengurangi paparan terhadap
ancaman. Naiknya suhu permukaan, perubahan pola curah hujan, peningkatan kejadian cuaca
ekstrem, dan naiknya permukaan laut akan berdampak pada industri penerbangan khususnya
(Purwanta, 2014). Bencana ini tentunya akan berdampak pada segala hal mulai dari kerusakan
infrastruktur bandara hingga terganggunya jadwal penerbangan, peningkatan keamanan
penerbangan, gangguan navigasi, dan standar kenyamanan bandara.
16
Sumber daya lingkungan semakin sering digunakan sebagai akibat dari laju percepatan
ekspansi ekonomi. Karena ketidakmampuan mereka untuk memasukkan kepedulian lingkungan
ke dalam operasi bisnis reguler mereka, bisnis mengalami bahaya lingkungan yang sama seperti
perusahaan internasional. Dalam konteks bisnis, risiko lingkungan diklasifikasikan sebagai risiko
non-finansial, dan melibatkan kemungkinan kerugian finansial akibat ketidakmampuan
mengelola sumber daya perusahaan. Deklarasi para ahli bahwa pemanasan global telah menjadi
tantangan bagi semua pihak memperkuat bukti yang berkembang dari eksternalitas negatif yang
dimiliki aktivitas manusia terhadap lingkungan alam. Akibatnya, pelaku pasar dan pemerintah
mulai fokus pada operasi bisnis dan mendorong perusahaan untuk menerapkan langkah-langkah
lingkungan yang akan mengurangi pengaruhnya terhadap lingkungan di masa depan (Nuzula,
Damayanti, & Sulasmiyati, 2019).
Ketidakpastian dalam lingkungan dipandang sebagai faktor risiko yang signifikan. Fokus
penelitian lingkungan organisasi kini lebih terfokus pada lingkungan industri dari pada
lingkungan makro. Keterkaitan antara sistem manajemen risiko dan pencapaian kinerja
perusahaan akan dipengaruhi oleh seberapa besar ketidakpastian lingkungan yang dihadapi
bisnis. Salah satu elemen kunci yang mungkin berdampak pada efektivitas organisasi adalah
lingkungan, menurut teori tertentu. Ketidakpastian lingkungan itu rumit, terdiri dari banyak
elemen lingkungan berbeda yang berdampak pada kinerja organisasi, terutama yang berkaitan
dengan seberapa cepat faktor lingkungan ini berubah dan seberapa dinamis mereka berubah
(Tjahjadi, 2011).
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Tentang Risiko Bandara udara
No. Tahun Judul Peneliti Fokus Penelitian
1 2021 Analisis Penerapan Affre Penelitian Ini Bertujuan
Konsep Eco Green Airport Muchizharof Untuk Mengetahui
Dalam Menangani Raffah Penerapan Konsep Eco
Pencemaran Air Limbah Airport Dalam Penanganan
Di Bandara Internasional Pencemaran Air Limbah Di
Husein Sastranegara Bandara Husein
Bandung Sastranegara
2 2011 Hubungan Sistem Bambang Penelitian ini bertujuan
Manajemen Risiko Tjahjadi untuk mengetahui risiko
17
Dengan Ketidakpastian juga dipengaruhi oleh
Lingkungan Dan Strategi tingkat ketidakpastian
Serta Dampaknya lingkungan yang dihadapi
Terhadap Kinerja oleh masing-masing
Organisasi organisasi.
3. 2014 Enabling the Jeffrey P. Penelitian ini bertujuan
environmentally clean air Slotnick, untuk terus meningkatkan
transportation of the Abdollah efisiensi transportasi udara
future: a vision of Khodadoust, Juan guna mengurangi emisi
computational fluid J. Alonso, David karbonnya dan mengatasi
dynamics in 2030 L. Darmofal, kekhawatiran tentang
William D. perubahan iklim.
Gropp, Elizabeth
A. Lurie, Dimitri
J. Mavriplis and
Venkat
Venkatakrishn
18
Identifikasi
Risiko
Mitigasi Analisis
Risiko Risiko
Penanganan Evaluasi
Risiko Risiko
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab ini menjabarkan metodologi penelitian untuk menjawab permasalahan penelitian
mengenai pengungkapan risiko lingkungan terkait dengan operasional bandara pada bandara
udara rahadi oesman, penelitian ini juga membahas bagaimana strategi yang dilakukan.
3.1 Strategi Penelitian
Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk penelitian studi kasus.
Studi kasus adalah pendekatan penelitian yang digunakan dalam banyak disiplin ilmu, termasuk
penilaian. Dalam studi kasus peneliti menghasilkan pemeriksaan mendalam terhadap suatu
kasus. Yang biasana berupa program, peristiwa, aktivitas, proses. Peneliti menggunakan berbagai
Teknik pengumpulan data dalam jangka waktu yang lama untuk mendapatkan informasi
menyeluruh tentang kasus yang dibatasi oleh waktu dan aktivitas (Creswell & Creswell, 2013).
Studi kasus akan menjadi strategi yang digunakan dalam penelitian ini. Metode studi kasus
digunakan karena ingin mempelajari lebih spesifik tentang kapasitas bandara udara rahadi
oesman dalam mengelola risiko operasional yang terkait dengan faktor lingkungan. Jenis
pertama adalah studi kasus tentang pemecahan masalah, yang meneliti suatu masalah dan
mengembangkan solusi. Studi kasus pengambilan keputusan termasuk dalam kategori kedua dan
memberiksa hasil potensial yang terkait dengan objek penelitian berdasarkan faktor-faktor yang
relevan. Studi kasus peniliaian yang menilia suatu fenomena adalah jenis ketiga. Kategori
keempat adalah studi kasus tentang bagaimana ide-ide yang disajikan dalam penelitian
diterapkan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pendekatan studi kasus yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi kasus evaluasi. Untuk menilai kapasitas bandara udara rahadi
oesman dalam mengelola risiko operasional dari faktor lingkungan.
3.2 Pendekatan Penelitian
Pendekatan kualitatif memanfaatkan teks dan data visual, teknik analisis data khusus, dan
berbagai desain. Mendidik pembaca tentang tujuan penelitian kualitatif, mempertimbangkan
peran penelitian secara mendalam, memanfaatkan sumber data yang terus berkembang,
mengikuti protocol untuk perekaman data, menggunakan data untuk beberapa Langkah analisis,
dan menyebutkan pendekatan untuk dokumentasi metodologi semuanya diperlukan saat menulis
bagian metode untuk proposal atau studi untuk penelitian kualitatif (Creswell & Creswell, 2013).
20
Rancangan penelitian kualitatif dengan teknik studi kasus digunakan untuk menggali risiko
operasional dari faktor lingkungan. Penelitian yang menggunakan berbagai sumber data,
kejadian dalam setting naturalistik, dan tujuan penerapan teori ke dunia nyata adalah studi kasus.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang penyebab masalah, keputusan yang dibuat dari risiko
operasional pengaruh faktor lingkungan, metode kualitatif diterapkan. Baik penelitian lapangan
maupun penelitian kepustakaan digunakan sebagai metodologi penelitian dalam penelitian ini.
Proses melakukan penelitian kepustakaan melibatkan pengumpulan dan penelaahan berbagai
bahan, antara lain buku, jurnal, dan artikel tentang bahaya dampak lingkungan dan perubahan
iklim. Hal ini sering terjadi saat menggunakan pendekatan studi. Sedangkan wawancara
digunakan dalam penelitian lapangan (Field Research) untuk mengidentifikasi akar penyebab
bahaya operasional bandara dan melakukan wawancara tatap muka untuk menciptakan solusi
atas risiko tersebut.
3.3 Pengumpulan Data
Tinjauan literatur, wawancara dan observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data
untuk penelitian ini. Tinjauan literatur akan mencari tulisan-tulisan yang kredibel telah
diterbitkan dan relevan dengan masalah yang dihadapi. Wawancara terkait risiko operasional
dengan kepala bandara dan perwakilan staf dari setiap area akan dilakukan. Penelitian ini
bermaksud untuk mengetahui tingkat kesiapan bandara udara rahadi oesman dalam mengelola
risiko operasional bandara terhadap dampak lingkungan guna mengumpulkan informasi melalui
wawancara. Untuk penelitian ini dilakukan observasi disamping wawancara untuk melihat secara
langsung keadaan bandara yang dijadikan objek penelitian.
Sumber data primer dan sekunder digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan
informasi yang relevan. Wawancara langsung dan wawancara tertulis dengan informan
merupakan data primer, sedangkan data sekunder berupa kebijkan-kebijakan bandara udara
rahadi oesman dan dokumen yang digunakan selama pengoperasian bandara rahadi oesman.
3.3.1 Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan informasi untuk penelitian dengan
mendiskusikan pemikiran, perspektif, dan pengamatan seseorang dengan responden atas
narasumber sambal berbicara tatap muka. Untuk mengumpulkan peristiwa risiko yang akurat dan
tindakan pencegahan, pendekatan wawancara memungkinkan narasumber yang memiliki
wawasan tentang risiko untuk berbicara lebih banyak tentang pengalaman mereka saat dibandara.
21
Wawancara dengan mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanaan operasional bandara
dilakukan. Wawancara dilakukan kepada perwakilan karyawan dari masing-masing bagian yang
ada pada perusahaan, tingkat kasi tok dan pelayanan darurat, sampai dengan kepala bandara pada
bandara udara sesuai dengan kebutuhan dan dilakukan pada bandara udara rahadi oesman.
Dalam prosesnya, total orang yang diwawancara adalah 2 orang dari 52 pegawai negri yang
bekerja di bandara udara rahadi oesman. Rincianna adalah 1 kepala bandara dan 1 kasi tok dan
pelayanan darurat.
3.3.2 Observasi
Proses pengamatan secara sistematis dan pendokumentasian komponen -komponen suatu
resiko atau risiko obyek kajian disebut observasi . Obsevasi dilakukan terhadap risiko
operasional bandara udara rahadi oesman.
3.3.3 Tinjauan Literatur
Tinjauan literatur dilakukan dengan melihat karya-karya yang diterbitkan sebelumna,
antara lain laporan tahunan, profil risiko, peraturan Rahadi Oesman, buku teks, makalah, dan
publiskasi ilmiah. Adalah layak untuk menemukan peristiwa risiko Rahadi Oesman yang
diketahui dan yang belum ditemukan dengan membandingkan profil risikonya dengan
membandingkan profil risikonya dengan literatur ilmiah dan buku teks
3.4 Analisis Data
Analisis data berusaha untuk memahami dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan
melalui wawancara atau laporan bisnis perusahaan sehingga masalah dapat dipecahkan. Dimulai
dengan mengidentifikasi masalah manajemen risiko berdasarkan factor lingkungan dan iklim,
tahapan dalam analisis data dimulai dengan pemeriksaan data. Ungkapan masalah juga subjek
prosedur, tinjauan literatur. Melakukan wawancara dan membuat bahan pendukung yang
menjadi dasar proses pelaksanaan penelitian merupakan tahapan selanjutnya. Penelitian
kemudian melakukan analisis data, mengkategorikan data wawancara ke dalam tema dan menilai
kesimpulan penelitian dalam kaitannya dengan manajemen risiko. Temuan penelitian juga
berbentuk rekomendasi dan strategi untuk mengurangi risiko terkait lingkungan dan iklim bagi
perusahaan. Untuk memberikan hasil penelitian yang terpercaya, penulisan melakukan tahap
penelitian secara objekrif.
22
23
Selesai
Memvalidasi Keakuratan
Tema Deskripsi
Informasi
Pengelolaan Data
wawancara
Mulai
24
BAB 4
PROFIL ORGANISASI
4.1 Profil Perusahaan
Bandar Udara Rahadi Oesman Ketapang secara administrasi terletak di Kecamatan Delta
Pawan, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat dan Bejarak sekitar 3,3 Km barat laut
dari pusat kota Ketapang secara geografis terletak pada koordinat 01 ° 48,5,8 Lintang Selatan
109 ° 57 ' 4,3 Bujur Timur, dengan elevasi lebih kurang 15 m dibawah permukaan laut rata-rata
(MSL). Secara keseluruhan luas lahan Bandara Udara yang dimiliki.
Bandara Udara Rahadi Oesman Ketapang beroperasi mulai pukul 7.00 WIB sampai dengan
14.00 setiap harinya, dengan total pergerakan perharinya 17 pergerakan, dan jumlah penumpang
± 168 orang perharinya. Type pesawat yang masuk di Bandara Rahadi Oesman Ketapang adalah
type ATR- 43 300 dari maskapai penerbangan wings air.
Pegawai Bandara Udara Rahadi Oesman Ketapang berjumlah 52 PNS, 72 Honorer total
pegawai 123 orang dan penempatannya disesuaikan dengan klasifikasi kemampuan,
keterampilan, serta berdasarkan job description yang dimiliki dengan am kerja operasional pukul
05.00 – 17.00 WIB untuk hari senin s/d kamis, sedangkan hari jumat pukul 05.00 – 16.30 WIB
untuk hari sabtu dan minggu libur.
Dalam operasional Bandara Udara Rahadi Oesman Ketapang didukung beberapa fasilitas
meliputi:
1. Landasa/ Runway
Berdimensi 1.400m x 30m yang mampu didarati ATR
2. Apron
Luas Apron 180 m 2
3. Terminal
Terminal penumpang 571.38 m2
4. Parkiran Kendaraan
Luas parkir kendaraan 341 m2
5. Telekomunikasi
ATIS ( Automatic Terminal Information Service), Telekomunikasi radio VHF duaset
(ADC, APP), Navigasi udara/ rambu udara DVOR ( Doppler Veryhight Frekwensi),
25
Navigasi udara / rambu udara DME ( Distance Misworing Frekwens), Navigasi udara /
rambu udara NDB ( Non Direktional Biacon
6. Listrik
7. Air
8. Fasilitas Pengamanan
9. PKP PK ( Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran)
CAT V Jumlah Armada 4
4.1 Aspek Teknik Operasional
Sistem pengoperasian meliputi pengelolaan lingkungan di Bandara Rahadi Oesman
Ketapang yang didasarkan pada 7 (tujuh) zona lingkungan.
4.1.1 Manajemen Kebisingan dan Getaran
26
BAB 5
27
Membagi risiko yang sering terjadi dalam lingkungan yang mempengaruhi operasional
bandara sebagai berikut (Purwanta, 2014): Angin, Suhu, Tekanan, Jarak Pandang, Jenis Awan.
Sedangkan berdasarkan ketinggian, ada 3 jenis awan: rendah, sedang, dan tinggi. Jenis awan
rendag seperti Cumolonimbus (cb) dan awan Towering Cumulus (Tcu) tetapi umumnya awan Cb.
Informasi awan ini diperlukan sebelum landing dan take-off.
5.3 Dampak Risiko Pada Kegiatan Oprasional Bandara
Pada wawancara yang telah dilakukan oleh Hamir, S.Mn. sebagai Kepala Seksi Teknik,
Oprasi, Keamanan dan Pelayanan darurat mengemukakan bahwa Resiko yang ada dapat
menyebabkan terganggunya Jadwal Penerbangan yaitu berupa mengalami keterlambatan atau
pembatalan atau bahkan lebih buruk lagi dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan /accident
jika tetap melaksanakan penerbangan.
5.4 Pengendalian Yang Telah Dilakukan Kegiatan Bandara
Pada wawancara yang telah dilakukan oleh Hamir, S.Mn. sebagai Kepala Seksi Teknik,
Oprasi, Keamanan dan Pelayanan darurat mengemukakan bahwa Terhadap peralatan kita
lakukan maintenance secara periodik dan melakukan penggantian Spare part yang sudah layak
pakai tidak dengan yang baru kemudian melakukan sertifikasi dan Kalibrasi terhadap semua
peralatan yang dipergunakan. Pengendalian yang dapat dilakukan pada Manusia/petugas yaitu
dengan memberikan pelatihan dan pendidikan terhadap perseonil/petugas dan membuat jadwal
tugas yang sesuai dengan beban kerja agar tidak terjadi keletihan Sedangkan untuk factor alam
selalu berkoordinasi dangan pihak terkait yaitu Badan Meteorologi dan geofisika (BMG) terkait
kondisi cuaca terkini dan perkiraan cuaca hari berikutnya. Adapun pengendalian yang telah
dilakukan yaitu:
a) Komunikasi dan konsultasi yaitu Komunikasi digunakan untuk berbagi informasi
mengenai kondisi sisi udara saat ini dan persiapan penanganan yang akan dilakukan jika
terjadi risiko, kejadian, atau kecelakaan.
b) Memeriksa seberapa bahaya yaitu Pada titik ini dilakukan identifikasi risiko, khususnya
dengan pemeriksaan area dekat dan di permukaan landasan pacu untuk melihat apakah
terdapat Foreign Object Debris (FOD), tumpukan karet atau ban pesawat, endapan karet,
atau bahaya lain yang dapat merusak pesawat terbang, peralatan, atau bahkan melukai staf
dan penumpang.
28
c) Pengendalian risiko yaitu tahap pengendalian risiko pra-desain yang melibatkan eksekusi.
Kontrol digunakan untuk meramalkan bahaya di masa depan dan meminimalkan,
mengurangi, atau bahkan menghilangkan risiko saat ini.
d) Penanganan risiko yaitu Upaya pengelolaan risiko dilakukan melalui manajemen risiko.
Penanganan ini memerlukan beberapa unit terkait saling berkoordinasi dan bekerja sama
untuk mengurangi risiko, seperti menginstruksikan Satuan Penanggulangan Kecelakaan
Pesawat Udara dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) untuk waspada atau siaga di area
runway jika Satgas mengeluarkan status “Standby”. Status, pemberian fasilitas bagi
penumpang yang mengalami keterlambatan, menyusun kronologi jika ada kejadian dan
meminta tambahan klarifikasi atas kejadian tersebut, membersihkan area setelah kejadian,
dan lain sebagainya.
e) Pemantauan dan kaji ulang yaitu Untuk memastikan bahwa upaya yang dilakukan untuk
menghasilkan hasil yang terbaik dan sesuai dengan tujuan, serta untuk meningkatkan
kualitas dan efektivitas proses yang telah dibuat, dilakukan pemantauan dan peninjauan
proses risiko.
f) Pencatatan dan laporan yaitu mengkomunikasikan hasil keseluruhan dari proses
manajemen risiko kepada pemangku kepentingan sebagai informasi tambahan untuk
pengambilan keputusan, meningkatkan aktivitas manajemen risiko, memfasilitasi interaksi
dengan pihak yang bertanggung jawab, dan membantu komunikasi manajemen risiko. Itu
dinilai selama tahap manajemen risiko, dan saran dibuat untuk meningkatkan kualitas
proses manajemen risiko itu sendiri.
30
penggunaan air ini diterapkan di toilet yaitu dengan system toilet kering dengan memasang
beberapa utiliytas toilet yang berbasis hemat air. Sedangkan untuk penerangan dengan membuat
ruangan yang terbuka yang dapat menyerap sinar maksimal sehingga penggunaan lampu di siang
hari tidak dibutuhkan. Untuk kegiatan groung handling mengingat jarak angkut yang dekat
cukup menggunakan gerobak dorong menggunakan tenaga manusia.
Pada wawancara yang telah dilakukan oleh Budiman sebagai Kelapa Pemrosesan Bahan
Kerjasama dan Pengembangan Usaha Jasa Kebandarudaraan mengemukakan bahwa kegiatan
oprasionala yang telah dilakukan oleh Bandara Rahadi Oesman sudah sesuai dengan SOP yang
telah berlaku di bandara yaitu: Pre flight service; In flight service, Post flight service. Menurut
keke yulianti dan primadi candra susanto (2019) mengenai kegiatan oprasional bandara yaitu:
1) Pre flight service
Kegiatan penanganan terhadap penumpang dan pesawat sebelum keberangkatan
(dibandara udara/ origin station) yaitu Setelah dipastikan memiliki tiket, penumpang
yang akan berangkat melanjutkan ke ruang konter check-in untuk mendaftarkan diri,
yang dibuktikan dengan dikeluarkannya boarding pass. Selain itu, penumpang yang
sudah memiliki boarding pass melewati tempat pemeriksaan penumpang (disebut juga
security check point) untuk memasuki ruang tunggu keberangkatan. menunggu panggilan
naik pesawat sebelum naik.
2) In flight service
Kegiatan pelayanan terhadap penumpang selama di dalam pesawat yaitu Pramugari akan
menginstruksikan penumpang untuk duduk sesuai dengan nomor kursi yang diberikan
boarding pass saat mereka naik ke pesawat. Kompartemen di atas kepala penumpang
adalah tempat penumpang meletakkan barang-barangnya. Mengenakan sabuk pengaman
diperlukan setiap saat selama penerbangan, terutama saat lepas landas dan mendarat.
Makanan akan disajikan kepada penumpang dalam kategori layanan penuh, namun
minuman atau makanan tidak akan ditawarkan kepada penumpang dalam kategori embel-
embel minimal.
3) Post flight service
Kegiatan penanganan terhadap penumpang, kargo, dan pesawat setelah penerbangan atau
kedatangan (dibandara tujuan/destination) yaitu ketika penumpang turun dari pesawat di
tujuan akhir mereka, petugas mengarahkan mereka ke ruang tunggu kedatangan di mana
31
mereka dapat mengambil bagasi mereka. Pelancong dapat meninggalkan aula kedatangan
dan melanjutkan ke area ganti lobi untuk penerbangan berikutnya setelah memverifikasi
bahwa nomor bagasi sesuai dengan tanda pengenal yang dimiliki oleh penumpang yang
sama. Serta semua kargo dikirim ke gudang kargo untuk diperiksa sambil menunggu
pemilik mengambil kargo.
5.7 Pembahasan
Identifikasi bahaya dan manajemen risiko keselamatan. Risiko dalam kegiatan
operasional yaitu: Cuaca yang sering berubah menjadi buruk; Jarak dua pesawat yang melampaui
batas minimal (Redu ced Separation Minimal); Obyek asing yang berpotensi menimbulkan
kerusakan pada pesawat udara (Foreign Object Damage); Issue keamanan (security Issues);
Kehidupan liar di area bandar udara (Wild life). bahwa Resiko yang ada dapat menyebabkan
terganggunya Jadwal Penerbangan yaitu berupa mengalami keterlambatan atau pembatalan atau
bahkan lebih buruk lagi dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan /accident jika tetap
melaksanakan penerbangan.
Pengaruh perubahan iklim juga mempengaruhi industry transportasi, khususnya
perjalanan udara (penerbangan). Perdebatan tentang bagaimana perubahan iklim akan
mempengaruhi indstri penerbangan menjelaskan bagaimana hal itu akan mempengaruhi fasilitas,
infrastruktur, dan operasi penerbangan. Perubahan iklim berdampak langsung terhadap
operasional bandara, terutama berupa cuaca ekstrim yang mengalami peningkatan baik kualitas
maupun kuantitas. Suhu udara yang tinggi, suhu udara yang sangat rendah, angin kencang, hujan
lebat, dan kelembapan udara yang tinggi adalah contoh cuaca ekstrim yang secara langsung
dapat mempengaruhi penerbangan. Bandara terletak di daerah pesisir di beberapa negara dan
Indonesia. factor-faktor tersebut erosi pantai, banjir, dan intrusi air laut infrastruktur bandara
sangat rentan terkena dampak kenaikan muka air laut (Purwanta, 2014).
Pengendalian yang dapat dilakukan pada Manusia/petugas yaitu dengan memberikan
pelatihan dan pendidikan terhadap perseonil/petugas dan membuat jadwal tugas yang sesuai
dengan beban kerja agar tidak terjadi keletihan Sedangkan untuk factor alam selalu berkoordinasi
dangan pihak terkait yaitu Badan Meteorologi dan geofisika (BMG) terkait kondisi cuaca terkini
dan perkiraan cuaca hari berikutnya. Dapun pengendalian yang telah dilakukan yaitu:
Komunikasi dan konsultasi; Memeriksa seberapa bahaya; Pengendalian risiko; Penanganan
32
risiko; Pemantauan dan kaji ulang; Pencatatan dan laporan itu dinilai selama tahap manajemen
risiko, dan saran dibuat untuk meningkatkan kualitas proses manajemen risiko itu sendiri.
Menurut (Anugrah Ramadhani & Rachmawati, 2021) Metode ilmiah manajemen risiko
melibatkan perkiraan potensi kerugian dan menerapkan langkah-langkah yang dapat mengurangi
kerugian tersebut atau kerugian keuangan yang terkait. Pengertian manajemen risiko adalah
strategi yang rasional dan sistematis untuk menemukan, menilai, memutuskan solusi, serta
memantau dan melaporkan risiko yang terjadi pada setiap aktifitas atau proses. Sama halnya
dengan sektor industri lainnya, transportasi udara menghadapi sejumlah tantangan. Risiko
operasional bandara merupakan salah satu isu yang harus dihadapi oleh sektor penerbangan.
Risiko operasional bandara adalah serangkaian peristiwa hipotetis yang, jika terwujud mungkin
berdampak baik atau negative pada berbagai bidang, termasuk ekonomi, kesehatan, keselamatan
masyarakat, dan lingkungan. Dengan kata lain, risiko adalah skenario atau situasi potensial yang
mungkin membahayakan.
33
BAB VI
34
6.2 Saran
2. Bagi bandara udara rahadi oesman perlu adanya teguran keras bagi semua karyawan
khusunya pekerja lapangan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan SOP agar
risiko dapat di kendalikan dalam kegiatan oprasional.
3. Bagi peneliti selanjutnya lebih mengacu kepada beberapa variabel dengan menambah alat
analisis data menggunakan kuesioner yang tersebar baik pada pimpinan, staf, dan
pengunjung.
35
Daftar Pustaka
Abisay, T. G., & Nurhadi. (2014). Manajemen Risiko Pada Bandara Soekarno Hatta Berbasis
ISO 31000. Jurnal Teknik Industri, 14(2), 116–130.
https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol14.no2.116-130
Anindita. (2019). Pengaturan Penerimaan Negara Bukan Pajak Sebagai Wadah Perlindungan
Hukum Keuangan Negara. Widya Pranata Hukum : Jurnal Kajian Dan Penelitian Hukum,
1(1), 19–35. https://doi.org/10.37631/widyapranata.v1i1.254
Anugrah Ramadhani, D., & Rachmawati, D. (2021). Analisis Implementasi Manajemen Risiko
Operasional Runway Pt Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya Jawa
Timur. Jurnal Flight Attendant Kedirgantaraan, 4(1), 132–138.
https://doi.org/10.56521/attendant-dirgantara.v4i1.544
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2013). Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. In david c. Felts (Ed.), Paper Knowledge . Toward a Media History
of Documents (Fisth Edit).
Dahlan, A., Leksono, E. B., & Fathoni, M. Z. (2021). Identifikasi Dan Analisis Risiko
Operasional Pada Divisi Produksi Perusahaan Vulkanisir Ban Menggunakan Metode Risk
Management Dengan Pendekatan Fmea Dan Fta. JUSTI (Jurnal Sistem Dan Teknik
Industri), 2(1), 44. https://doi.org/10.30587/justicb.v2i1.3183
Hidayat, R. W., Triatmodjo, B., & Utomo, S. H. T. (2022). Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Pengoperasian Pesawat Udara Apung (Seaplane) Di Bandara Udara Perairan. 27(2).
Indriatmoko, R. H., & Purwanta, W. (2017). Perubahan Lingkungan dan Strategi Adaptasi
Dampak Perubahan iklim di Bandar Udara Hasanuddin , Makassar. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 18(1), 80–87.
36
Jessica, S., & Ilfandi, A. (2018). Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II dalam Menangani
Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan
Masyarakat (Profesi Humas), 2(2), 119–135.
Muliasari, A. (2010). Identifikasi Bahaya Dan Manajemen Resiko Sebagai Implementasi Safety
Management System Di Bandar Udara Domine Eduard Osok. 22(10), 1003–1011.
Nuzula, N. F., Damayanti, C. R., & Sulasmiyati, S. (2019). Pengaruh Environmental Risk
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ( Studi Pada Perusahaan- Perusahaan Di Indonesia,
Singapura, Malaysia, Thailandm Filipina Dan Vietnam). Jurnal Profit, 13(2), 12–22.
Purwanta, W. (2014). Analisis Resiko Dan Peluang Dalam Penyusunan Rencana Adaptasi
Perubahan Iklim Kasus: Sektor Transportasi Udara. 15(2).
Raffah, A. M. (2021). Analisis Penerapan Konsep Eco Green Airport Dalam Menangani
Pencemaran Air Limbah Di Bandara Internasional Husein Sastranegara Bandung. Manners,
4(1), 11–28.
Resky, M., & Simarmata, J. (2014). Fungsi Dan Kelemahan Unit Operasi Pelayanan Di Bandara.
Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan Logistik, 1(1), 224–232.
37
Septian, A. D. (2022). Analisis Pengaruh Pendapatan Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara
( Pjp2U ) Pada Masa Pandemi Covid-19 Terhadap Operasional Bandara Udara Kalimarau
Berau. Jurnal Ground Handling Dirgantara, 4(2), 253–260.
Slotnick, J. P., Khodadoust, A., Alonso, J. J., Darmofal, D. L., Gropp, W. D., Lurie, E. A., …
Venkatakrishnan, V. (2014). Enabling the environmentally clean air transportation of the
future: A vision of computational fluid dynamics in 2030. Philosophical Transactions of
the Royal Society A: Mathematical, Physical and Engineering Sciences, 372(2022).
https://doi.org/10.1098/rsta.2013.0317
Sutikno, S., Kurniawan, Y., Hartono, D. D., & Purba, H. H. (2021). Identifikasi Risiko
Keselamatan Pada Proyek Konstruksi: Kajian Literatur. Jurnal Teknologi Dan Manajemen,
19(2), 13–22. https://doi.org/10.52330/jtm.v19i2.28
Yulita, S., Sandhyavitri, A., & Malik, A. (2017). Evaluasi Risiko Keterlambatan Pekerjaan
Pembangunan Apron Baru Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. Jom FTEKNIK
Volume, 4(2).
38