Anda di halaman 1dari 19

Dinamika Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani

Khasanah di Desa Jarit Tahun 1991-2021


As’ad Syamsul Arifin1, Mohamad Naim 2, Kayan Swastika3
Pendidikan Sejarah, Universitas Jember
Email: asadsyam28@gmail.com
Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah merupakan kesenian tradisional
yang berada di Dusun Cabean, Desa Jarit Kecamatan Candipuro, Kabupaten
Lumajang. Kesenian tradisional awalnya didirikan oleh Kyai Buyah (1918)
kemudian di lanjutkan oleh Bapak Sardi (1991-2016), dan sekarang oleh Bapak
Atok Nur Wahid (2017-2021). Kesenian ini lahir dilatarbelakangi oleh kondisi
geografis dan demografis Desa Jarit serta pejalanan Haji Kyai Buyah. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian sejarah. Kesenian Glipang ini mengalami
perubahan, serta perkembangan yang bersifat fluktuatif pada masing–masing
periodesasi. Kesenian ini mengalami kemajuan yang lumayan pada masa
kepemimpinan Bapak Sardi (1991-2016) tercermin dari minat masyarakat,
inovasi, frekuensi pemanggungan serta jumlah seniman dan peralatannya.
Meskipun pada ahir kepemimpinanya mengalami kemunduran. Pada masa Bapak
Atok Nur Wahid (2017-2021) kesenian ini banyak mengalami perubahan terutama
pada minat masyarakat, fungsi, jumlah seniman, jumlah pemanggungan yang
mulai jarang akibat persaingan dengan kesenian lain dan pandemi Covid 2019.
Keywords: Dinamika, Kesenian Tradisional, Glipang Rodhat

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
PENDAHULUAN
Kebudayaan adalah gagasan yang pasti digunakan oleh manusia untuk
menjalankan hidup, seperti dalam menyesuaikan diri dan mempertahankan diri
dalam menguasai lingkungannya. Kebudayaan mempunyai wujud seperti benda
fisik atau artefak, dan tingkah laku. Adapun macam kebudayaan terdiri dari
aktivitas sosial, benda kebudayaan dan adat istiadat (Koentjaraningrat 2003:74).
Jawa timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kebudayaan
yang sangat beragam yang didalamnya terdiri atas banyak diantaranya yakni suku
Suku Jawa dan Suku Madura. Kabupaten Lumajang adalah daerah yang terdapat
budaya campuran atau Pandhalungan artinya masyarakat terdiri dari masyarakat
Jawa dan Madura yang pada umumnya kebudayaan Pandhalungan itu tinggalnya
di wilayah kota meskipun ada juga masyarakat Pandhalungan tinggal di Desa tapi
tidak banyak.
Salah satu kebudayaan yang lahir di wilayah Kabupaten Lumajang adalah
Kesenian Glipang. Kesenian Glipang tersebar hampir di semua wilayah
Kabupaten Lumajang salah satunya yakni di Dusun Cabean, Desa Jarit,
Kecamatan Candipuro. kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah antara lain latar belakang umum yang dipengaruhi oleh gambaran
umum wilayah Desa Jarit yang mencakup topografi dan demografinya. Latar
belakang khususnya ialah cerita perjalanan Kyai Buyah saat menunaikan ibadah
haji. Hariyati (dalam Wuryansari & Purwaningsih, 2017:34) mengatakan bahwa
tari Rodhat berdiri sekitar tahun 1918 waktu itu bernama Glipang Rodhat Seni
Rebana yang didirikan oleh Kyai Buyah. Kesenian Glipang Rodhat Timur Tengah
serta adanya difusi tari Terbang Kalipang yang dibawa oleh Bapak Kandar yang
asalnya dari Pasuruan dengan tari Rodhat Seni Rebana yang dibawah oleh Kyai
Buyah yang akhirnya menjadi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah karya Bapak
Sardi. Mengalami perkembangan, perubahan dan kesinambungan dalam segi
sajian, seniman, masyarakat (penonton), tata ruang (panggung), suara (alat
musik), gerak tari, busana (kostum) dan fungsi di jelaskan dalam 2 generasi masa
kepemimpinan Bapak Sardi (1991-2016) dan masa kepemimpinan Bapak Atok
Nur Wahid (2017-2021). Tari Glipang ini mengalami puncak kejayaan pada masa

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
Bapak Sardi dan mulai menurun saat kepemimpinan Bapak Atok Nur Wahid
karena menurunnya minat masyarakat untuk menonton kesenian ini. Kesenian ini
mulai ditinggalkan karena mulai munculnya kesenian baru yakni Jaran Kencak
sejak tahun 2017. Meskipun begitu kesenian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
ini tetap eksis dan bertahan hingga sekarang.
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dikaji adalah 1)
Bagaimana latar belakang munculnya kesenian tradisional tari Glipang Rodhat
Nur Bani khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang ?,
(2) Bagaimana perkembangan, perubahan dan kesinambungan kesenian
tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan
Candipuro Kabupaten Lumajang tahun 1991-2021 ?

METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode
penelitian sejarah dengan menggunakan pendekatan antropologi budaya. Metode
sejarah merupakan proses menyidik, analisis dan menguji secara mendalam baik
peninggalan benda maupun rekaman yang ada di masa lampau, untuk
menganalisis kejadian peristiwa yang tentunya yang benar-benar valid dan bisa
dipertanggungjawabkan (Gottschalk, 1985:32). Terdiri atas empat tahapan yakni
Heuristik, Kritik, Interpetasi dan Historiografi.
Heuristik merupakan langkah awal dalam kegiatan penelitian yakni
mengumpulkan maupun mencari sumber sejarah yang berhubungan dengan inti
permasalahan objek yang diteliti. Sumber sejarah sendiri dibedakan menjadi 3
yakni (1) sumber benda (2) sumber tulisan/dokumen (3) sumber lisan/wawancara
(Notosusanto, 1971:17). Peneliti ini menggunakan sumber primer dan sekunder.
Sumber primer merupakan sumber yang informasi yang didapat dari orang
yang menyaksikan secara langsung sejarah tersebut atau orang yang sezaman
dengan sejarah tersebut. Sedangkan sumber sekunder adalah informasi yang
didapat sumbernya tidak secara langsung dengan waktu kejadian atau peristiwa
tersebut. Sumber primer tertulis dalam penelitian ini adalah dokumen yang
diperoleh dari lembaga pemerintah yaitu foto dan data niok kesenian Kabupaten

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
Lumajang. Sedangkan sumber sekunder tertulis yakni buku, jurnal, dan artikel
yang relevan Selain sumber dokumen peneliti juga menggunakan sumber lisan
dari hasil wawancara dengan 7 narasumber yang terdiri dari saksi sejarah, pelaku
sejarah serta masyarakat yang berhubungan langsung dengan Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah. Sumber primer lisan diperoleh dari 3 narasumber yakni Ibu
Mariyam selaku Juragan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah, Bapak Jombadi
selaku seniman Glipang dan Bapak Atok Nur Wahid. Sumber sekunder lisan
lainnya diperoleh dari narasumber yang mengetahui informasi terkait kesenian
tradisional Glipang.
Tahap selanjutnya yakni kritik sumber yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengecek dan menguji keaslian dari sumber yang didapat sehingga bisa
dipertanggungjawabkan (Hariyono, 1995:5). Kritik yang dilakukan yakni kritik
intern dan ekstern. Setelah kritik sumber langkah selanjutnya adalah intepretasi
(penafsiran) dari fakta–fakta yang didapatkan dan kemudian di satukan menjadi
satu kesatuan. Langkah terakhir yakni Historiografi yang menjelaskan mengenai
hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan memperhatikan aspek
kronologi yang penting dalam penulisan sejarah.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi Geografis dan Demografis Desa Jarit
Desa Jarit dilihat dari letak geografisnya berada di ketinggian 1.300 mdpl,
dengan luas wilayah 1600 Ha dan curah hujan 1829 mm/tahun yang berada di
wilayah Kecamatan Candipuro. Batas wilayah Desa Jarit yakni : Sebelah Utara
Desa Nguter,Sebelah Selatan Desa Jugosari, Sebelah Barat Desa Candipuro dan
Sebelah Timur Desa Pasirian-Desa Kalibendo.Masyarakat Desa Jarit didominasi
oleh masyarakat yang beragama islam sehingga dalam kehidupannya tidak lepas
dari selamatan salah satunya adalah munculnya kesenian tradisional Glipang
Rodhat.Fungsi kesenian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah ialah sarana hiburan
pada saat selamatan seperti acara khitan,

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
Perjalanan Kyai Buyah
Kyai Buyah saat menunaikan ibadah haji mengalami kendala keuangan
sehingga beliau tidak bisa pulang ke Indonesia. Kyai Buyah kemudian bekerja
pada salah satu pedagang dan ditugaskan melakukan distribusi dagang ke Turki.
Disana Kyai Buyah melihat pertunjukan perayaan Maulid Nabi dengan
menampilkan atraksi gerakan pencak silat dan diiringi dengan musik Islami yaitu
hadroh. Kyai Buyah merasa tertarik dan mempelajari tarian tersebut sebagai
sarana syiar Islam di daerahnya bernama nama Glipang Rodhat Seni Rebana.yang
terinspirasi dari wilayah Timur Tengah

Masa Kepemimpinan Bapak Sardi 1991-2016


Persiapan sajian
Tahun 1991-2001 persiapan dari segi latihan mereka sangat antusias
latihan jauh-jauh hari tetapi mulai tahun 2002 sampai 2016 mereka hanya
melakukan latihan satu hari sebelum jadwal tiba. Dari segi peralatan dan
kendaraan tahun 1991-2001 mereka para seniman menyiapkan sendiri tetapi untuk
tahun 2002-2016 mereka sudah ada petugas yang menyiapkannya. Dari segi
dekorasi di lokasi panggung tahun 1991-2001 seniman menyiapkan sendiri segala
properti tetapi tahun 2002-2016 segala properti sudah ada petugas yang
menyiapkannya. b. struktur sajian: Tahun 1991-2001 Jalan Hormat,
Penghormatan, Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang Tarikan, dan ada
satu yang beda penutupnya tanpa mengucapkan salam. Tahun 2002-2016 pola
gerakan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah juga sama yaitu Jalan Hormat,
Penghormatan, Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang Tarikan dan ada
tambahan sekitar tahun 2005 yaitu salam atau penutup dan juga ditambahi gerak
variasi yaitu Jengkeng. c. setelah pertunjukan: Tahun 1991-2001 mereka biasa
berkumpul untuk membereskan sendiri peralatan dan makan sesudah pertunjukan
selesai tetapi tahun 2002-2016 sudah ada petugas tersendiri untuk membereskan
peralatan dan cukup langsung pulang dan membawa berkat makanan.

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
Struktur Sajian
a. Bagian Pembuka (Awal) tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah diawali
dengan gerak jalan di tempat lalu pementasan selanjutnya melakukan Gerakan
Hormat. Hal ini bertujuan untuk menyambut penonton dan yang punya hajat
ucapan selamat datang dan selamat menikmati pertunjukan.
b. Bagian Inti (tengah)
Pada bagian ini, Gerakan yang dilakukan adalah Gerakan pusing yang
mempunyai gerak dari pada Gerak Angkatan. Gerak pusing ialah gerak berputar
balik arah ke belakang maupun ke depan yang dilakukan secaran bergantian
diiringi dengan Gerak Angkatan. Di bagian inti pertunjukan Gerakan ini
dilakukan berulang-ulang.
c. Bagian Penutup (Akhir)
Gerak penutup (akhir) disebut dengan gerak salam penari mohon undur
diri kepada penonton dan yang punya hajat, sambil mengucap salam bertujuan
bisa diundang lagi, untuk bertemu lagi. Gerak salam dilakukan dengan melakukan
gerak hormat secara berulang ke 4 arah dengan posisi menyerong. Gerakan ini
juga diiringi dengan syair yang dilantunkan oleh vokalis dalam iringan Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah dengan diakhiri kata assalamualaikum
Setelah Pertunjukan
Tahun 1991–2001 setelah pertunjukan selesai para seniman berkumpul
untuk mengucap syukur atas kelancaran pertunjukan, dan dilanjutkan dengan
makan bersama dan pulang ke paguyuban atau rumah masing–masing. Tahun
2002–2016 setelah berkumpul dan mengucap syukur atas kelancaran pertunjukan
para seniman langsung pulang tanpa acara makan bersama karena mereka sudah
diberikan berkat masing–masing (Wawancara dengan Mariyam, 2 Maret 2022).
Seniman
Perkumpulan seniman kesenian tradisional tari Glipang Rodhat di Desa
Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang terbentuk sejak tahun 1991
dibawah pimpinan Bapak Sardi. Tujuan perkumpulan ini untuk melestarikan
kesenian tradisional tari Glipang Rodhat di kalangan generasi muda. Seiring
dengan menurun nya eksistensi tari Glipang Rodhat membuat Pak Sardi

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
membentuk paguyuban tari Glipang sendiri pada tahun yang sama bernama
Paguyuban Nur Bani Khasanah. Paguyuban ini beranggotakan 5 penari laki–laki
yang kemudian pada ahir tahun 1991 dirubah menjadi penari perempuan karena
respon masyarakat yang kurang baik. Jumlah penari ini meningkat seiring dengan
respon baik masyarakat. Tahun 1991–1996 para seniman (penabuh dan penari)
Tari Glipang Rodhat Nur Khasanah terdiri atas keluarga dan tetangga terdekat Pak
Sardi dengan jumlah seniman 10 orang. Tahun 1997-2002 masyarakat umum
mulai masuk dan menjadi seniman Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah berjumlah
30 orang terbagi dalam dua pleton. Tahun 2003–2008 jumlah seniman meningkat
hingga 40 orang yang terbagi dalam beberapa pleton. Tahun 2009–2016 terjadi
penurunan jumlah dan pergantian seniman dari orang remaja hingga dewasa
menjadi anak sekolah berjumlah 30 orang.
Masyarakat (Penonton)
Masyarakat (penonton) kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah bersifat fluktuatif (naik–turun). Tahun 1991-1996 tari Glipang Rodhat
sangat disukai masyarakat dan menjadi salah satu kesenian yang tiap tahun
menjadi peserta karnaval di Desa Jarit pada acara Karnaval HUT RI (Wawancara
dengan Jombadi, 4 Maret 2022). Tahun 1997-2002 banyak masyarakat
berpastisipasi dan bergabung menjadi dan penabuh Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah. Tahun 2003-2008 Kesenian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
mengalami perkembangan yang pesat dan terkenal ke seluruh wilayah Candipuro.
Tahun 2009-2016 banyak masyarakat di luar wilayah Candipuro yang menyewa
peralatan Glipang. Selain itu terdapat Sanggar tari Sekar Arum mulai menyewa
seniman Glipang untuk mengajar tari di Sanggarnya.
Tata Ruang (Panggung)
Pada tahun 1991 paguyuban Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah hanya
tampil dalam lingkup lokalitas saja yakni di wilayah Desa Jarit Kecamatan
Candipuro. Tahun 1991-1996 terdapat dua pertunjukan tahunan yang rutin yakni
pada acara Hiburan dan acara HUT Kemerdekaan R1. Tahun 1997-2002 mulai
melakukan pertunjukan di acara pernikahan, khitanan, sedekah desa dan HUT
kemerdekaan RI. Kemajuan yang signifikan terjadi pada tahun 2003-2008 karena

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah ini dikenal oleh masyarakat luas dan
mulai tampil di Alun–alun kota Lumajang. Kegiatan pemanggungan Paguyuban
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah sejak tahun 1991–2008 dipaparkan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 5.1.4 Data Frekuensi Pemanggungan Paguyuban Glipang Rodhat di
Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang dari Tahun 1991-2008.
Tahun Nama Grup /Primpinan Alamat Kegiatan/Kali
Grup
1991-1992 Nur Bani Khasanah Dusun Cabean 8
1993-1994 Nur Bani Khasanah Desa Jarit 9
1995-1996 Nur Bani Khasanah Kecamatan 10
1997-1998 Nur Bani Khasanah Candipuro 11
1999-2000 Nur Bani Khasanah 9
2001-2002 Nur Bani Khasanah 11
2003-2004 Nur Bani Khasanah 10
2005-2006 Nur Bani Khasanah 6
2007-2008 Nur Bani Khasanah 7
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang
Tahun 2009-2016 kegiatan pemanggungan yang dilakukan bersifat
konstan tampil pada acara hajatan khitanan dan sedekah desa namun jarang
mengikuti karnaval HUT kemerdekaan RI. Namun pada tahun 2010, 2011 dan
2014 Paguyuban Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah mengikuti acara yang lomba
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.1.5 Data Frekuensi Pemanggungan Paguyuban Glipang Rodhat di
Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang dari Tahun 2009-2021.
Tahun Nama Grup/Pimpinan Grup Alamat Kegiatan/Kali
2009-2010 Nur Bani Khasanah Dusun Cabean 12
2010-2011 Nur Bani Khasanah ,Desa Jarit 9
2012-2013 Nur Bani Khasanah Kecamatan, 10
2014-2015 Nur Bani Khasanah Candipuro 7
2016-2017 Nur Bani Khasanah 5
2018 Nur Bani Khasanah 6
2019-2020 Nur Bani Khasanah 0
2021 Nur Bani Khasanah 5
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
Alat Musik
Secara umum peralatan musik yang digunakan tari Glipang terdiri atas 1
Jidor, 2 buah ketipung (wedhok, lanang), 5 buah terbang (3 wedhok, 2 lanang)
dan 1 kecrek. Peralatan yang dimiliki oleh Paguyuban Nur Bani Khasanah sendiri
mengalami penurunan. Tahun 1991-2001 alat musik yang dimiliki adalah 1 Jidor,
2 buah ketipung (wedhok, lanang) 5 buah terbang (3 wedhok, 2 lanang). Tahun
2001-2011 alat musik yang di gunakan sama namun pada tahun 2002 terjadi
penambahan jumlah alat menjadi 3 jidor, 6 buah ketipung (wedhok dan lanang) 15
buah terbang (7 wedhok dan 8 lanang). Tahun 2012-2016 jenis alat musik yang
digunakan juga masih belum ada penambahan. Jumlah alat musik mengalami
pengurangan sejak tahun, tetapi jumlah alat musik mulai dikurangi pada tahun
2013–2016 karena dijual dan alat musik yang dimiliki sekarang ialah 1 Jidor, 2
Ketipung (1 wedhok, 1 lanang), dan 5 terbang (Wawancara dengan Jombadi, 4
Maret 2022).
Gerak Tari
Hariyati (2016:8) berkata Gerak tari Glipang Rodhat memppunyai banyak
gerakan dinataranya: Jalan Hormat, Penghormatan, Angkatan, Gonjor, Bapangan,
Pusing, Goyang Tarikan, dan penutup ucap salam. Tahun 1991-2001 Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah untuk gerakannya juga sama dengan Glipang Rodhat
pada umumnya seperti Jalan Hormat, Penghormatan, Angkatan, Gonjor,
Bapangan, Pusing, Goyang Tarikan, dan ada satu yang beda penutupnya tanpa
mengucapkan salam (Wawancara dengan Rupikat, 9 April 2022).
Tahun 2002-2016 gerakan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah juga sama
yaitu Jalan Hormat, Penghormatan, Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang
Tarikan. Hal ini terjadi penambahan dari tahun 2005 dalam Gerakan penutup atau
salam karena sebelumnya, hal ini terjadi karena pada saat pertunjukan telah
diprotes masyarakat karena masyarakat masih bingung pertunjukan ini sudah
selesai apa belum. tahun 2005 akhir adanya penambahan Gerakan jengkeng yaitu
Gerakan yang dilakukan dengan kaki kanan ke depan dengan ditekuk sementara
untuk kaki kiri bagian tungkak dijinjit dengan kondisi kaki ditekuk. Pergerakan
tersebut dibarengi dengan lengan kiri ditekuk seperti malangkerik, sementara

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
lengan tangan kanan dengan posisi lurus selaras kaki bagian kanan kemudian
disambung motif gerak sebelumnya. Gerakan ini di praktekkan secara berulang-
ulang hingga posisi kembali membentuk barisan dua berjajar dan sampai musik
tarian sudah di lantunkan. Jadi untuk Gerakan menjadi Jalan Hormat,
Penghormatan, Jengkeng, Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang Tarikan,
dan penutup Ucap Salam (Wawancara dengan Rupikat, 9 April 2022).
Kostum
Tata busana (kostum) Glipang Rodhat menurut Hariyati (2016:9) adalah
Topi Polisi, Kaca Mata Hitam, Pangkat, Baju/Hem Lengan Panjang, Selempang,
Sabuk, Jarik Jawa Liris, Celana Hitam dan Sepatu. Kostum Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah pada tahun 1991-2001 yaitu seperti baju atau hem lengan panjang,
jarik Jawa varian batik, celana hitam, sabuk, sepatu, selempang, pangkat dan
kopyah. Tahun 2002 Busana tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah mendapat
perubahan dan tambahan yaitu pada bagian kopyah itu diganti dengan topi polisi.
Tahun 2002–2016 busana (kostum) kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah memakai hem lengan panjang, jarik Jawa varian batik, celana
hitam, sabuk, sepatu, selempang, pangkat, topi polisi dan kacamata hitam
(Wawancara dengan Rupikat, 9 April 2022).
Fungsi
Fungsi kesinian tradisional seni tari Glipang Rodhat pada tahun 1991-
2001 merupakan sarana tradisi hiburan dan hajatan. Fungsi ini mulai berkembang
menjadi sarana hiburan pada acara perlombaan pada tahun 2001–2006.
Selanjutnya fungsinya semakin berkembang pada tahun 2007-2016 untuk
memeriahkan acara yang diadakan oleh Pemerintah yakni acara HARJALU
(Wawancara dengan Rupikat, 9 April 2022)

Masa Kepemimpinan Bapak Atok Nur Wahid Tahun 2017-2021


Persiapan Sajian
Persiapan sajian yang dilakukan sebelum acara pementasan pada masa
Bapak Atok Nur Wahid sama dengan Bapak Sardi pada tahun 2002–2016.
Kegiatan latihan yang dilakukan pada masa Bapak Atok Nur Wahid tahun 2007-

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
2021 dilakukan sebelum acara dimulai dan persiapan peralatan serta kendaraan
dipersiapkan oleh orang sewaan.Para seniman hanya perlu menyiapkan busana
saja dan sebelum pementasan mereka makan terlebih dahulu di tempat hajat.
(Wawancara dengan Atok Nur Wahid, 15 April 2022).
Struktur Sajian
a. Bagian Pembuka (Awal)
Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah diawali dengan gerak jalan di
tempat lalu pementasan selanjutnya melakukan Gerakan Hormat. Hal ini
bertujuan untuk menyambut penonton dan yang punya hajat ucapan selamat
datang dan selamat menikmati pertunjukan.
b. Bagian Inti (tengah)
Pada bagian ini, Gerakan yang dilakukan adalah Gerakan pusing yang
mempunyai gerak dari pada Gerak Angkatan. Gerak pusing ialah gerak berputar
balik arah ke belakang maupun ke depan yang dilakukan secaran bergantian
diiringi dengan Gerak Angkatan. Di bagian inti pertunjukan Gerakan ini
dilakukan berulang-ulang.
c. Bagian Penutup (Akhir)
Gerak penutup ialah Gerakan akhir yang disebut gerak salam maksudnya penari
melakukan Gerakan untuk mohon undur diri kepada penonton dan yang punya
hajat, sambal mengucap salam dengan tujuan bisa diundang lagi, untuk bertemu
lagi. Gerak salam dilakukan dengan melakukan gerak hormat secara berulang ke 4
arah dengan posisi menyerong. Gerakan ini juga diiringi dengan syair yang
dilantunkan oleh vokalis dalam iringan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
dengan diakhiri kata assalamualaikum
Setelah Pertunjukan
Tahun 2017-2021 masih sama dengan masa Bapak Sardi periode tahun
2002-2016 sebelumnya yaitu setelah pertunjukan tidak perlu makan terlebih
dahulu karena sebelum pertunjukan sudah makan dan membawa berkat lalu di
makan dirumah masing-masing. Untuk evaluasi pertunjukan dari tahun ke tahun
masih sama yaitu diadakan hari berikutnya pada latihan rutin Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah (Wawancara dengan Atok Nur Wahid , 15 April 2022).

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
Seniman
Tahun 2017-2021 jumlah seniman Glipang Rodhat mengalami penurunan.
Kesenian tradisional pada periode ini masih didominasi oleh seniman penari anak
sekolahan, tetapi jumlah nya sudah mulai menurun karena sudah berkurang minat
dari masyarakat. Penabuh Glipang tetap seperti dahulu yaitu Bapak Jombadi
ketipung lanang, Bapak Sunaryadi ketipung wedok, (Bapak Rupikat, Bapak
Kabul, Bapak Jum, Bapak Jakram dan Bapak Mujiono) penerbang, dan Bapak
Twi jidor. Pada periode ini jumlah seniman Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
berjumlah 25 orang dan didalam latihannya hanya dibentuk 1 pleton dan mereka
terus konsisten latihan.(Wawancara dengan Atok Nur Wahid, 15 April 2022).
Masyarakat (Penonton)
Tahun 2017 kesenian Glipang Rodhat Nur Khasanah sudah terkenal ke
seluruh masyarakat Lumajang karena tarian ini sudah tampil di event HARJALU
kota Lumajang mendapatkan juara 2 dan dikenal luas oleh sebagian besar seluruh
paguyuban Glipang di Lumajang. Pada 2 taun kedepan paguyuban ini mengalami
kemunduranan dan mulai tergeser oleh kesenian Jaran Kencak. Tahun 2019-2021
sudah jarang dan masyarakat yang melihat kesenian ini dan kegiatannnya
dipindahkan ke rumah Bapak Jombadi namun tidak ada perubahan yang berarti
(Wawancara dengan Atok Nur Wahid, 15 April 2022).
Tata Ruang (Panggung)
Tahun 2017-2021 terjadi penurunan pemanggunan yang dilakukan oleh
kesenian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah namun kesenian ini masih tampil di
hajatan khitanan. Kegiatan pemangungan seiring berjalannya waktu makin
menurun. Tahun 2017 Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah mendapatkan juara 2
dalam event HARJALU. Tahun 2018 - 2019 sudah jarang mengikuti event
HARJALU tetapi rutin menghadiri pada acara hajatan khitanan. Semenjak adanya
virus corona April 2019 – 2020 kesenian ini sudah tidak boleh tampil lagi oleh
Pemerintah setempat, dan mulai pada akhir 2020 dan. Tahun 2021 juga demikian
masih rutin berlangsung panggilan job untuk acara khitanan dan biasanya Bapak

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
Atok Nur Wahid rutin latihan di komplek rumah Bapak Jombadi, karena semua
alat musik berada dirumah Bapak Jombadi.
Suara (Alat Musik)
Pada tahun 2017 Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah memiliki beberapa
alat musik yang terdiri dari 1 Jidor, 2 Ketipung (1 wedhok, 1 lanang), dan 5
terbang. Pada akhir tahun 2017 Bapak Atok Nur Wahid menambahi alat musik
kecrek modern dikarenakan kecrek pada terbang dianggapnya kurang keras.
Sehingga tahun 2017-2021 alat musiknya ialah 1 Jidor, 2 Ketipung (1 wedhok, 1
lanang), 5 terbang dan 2 kecrek (Wawancara dengan Atok Nur Wahid, 15 April
2022).
Gerak Tari
Setelah pergantian kepemimpinan dalam jangka waktu 2017-2021 terjadi
perubahan, gerakan tarian kembali seperti pada gerakan Glipang Rodhat pada
umumnya yaitu Jalan Hormat, Penghormatan, Angkatan, Gonjor, Bapangan,
Pusing, Goyang Tarikan, dan Penutup dengan ucap salam, hal ini merupakan
gerakan Glipang Rodhat secara umum. Gerakan yang di hilangkan adalah gerakan
variasi yang di tambah sendiri oleh Bapak Sardi beserta seniman lainnya yaitu
gerakan jengkeng yang dihilangkan pada pertengahan tahun 2017 (Wawancara
dengan Atok Nur Wahid, 15 April 2022).
Busana (Kostum)
Busana (kostum) yang digunakan untuk tari Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah pada tahun 2017-2021 tetap sama dengan periode antara 2002-2016..
Busana (kostum) yaitu memakai Hem Lengan Panjang, Jarik Jawa varian Batik
Celana Hitam, Sabuk, Sepatu, Selempang, Pangkat, Topi Polisi, dan Kacamata
HitaM. Pada periode ini tidak ada penambahan busana (kostum) tetapi ada
perubahan pada hem lengan panjangnya tidak harus berwarna putih.. Pada tahun
2017 mulai menggunakan hem berwarna biru dan tahun 2018 hem berwarna
orange untuk variasi kostum (Wawancara dengan Atok Nur Wahid, 15 April
2022).

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
Fungsi
Pada tahun 2017-2021 fungsi Kesenian Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah mulai berubah dan kembali seperti semula yaitu hanya sebagai hiburan
dan acara hajatan saja. Kembalinya fungsi ini terjadi karena menurunnya minat
masyarakat karena beralih ke kesenian lain seperti Jaran Kencak. Selain itun juga
kurangnya pasrtisipasi Pemerintah Kabupaten Lumajang mulai jarang
mengadakan event Glipang Rodhat dikarenakan minimnya minat masyarakat
untuk menonton kesenian ini. (Wawancara dengan Atok Nur Wahid, 9 April
2022).

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah merupakan salah
satu kesenian tradisional Lumajang yang awalnya dari Desa Jarit, Kecamatan
Candipuro yang lambat laun menyebar dan di kenal masyarakat Lumajang.
Terdapat dua latar belakang munculnya kesenian tradisional tari Glipang Rodhat
Nur Bani Khasanah antara lain latar belakang umum yang dipengaruhi oleh
gambaran umum wilayah Desa Jarit yang mencakup topografi dan demografinya.
Latar belakang khususnya ialah cerita perjalanan Kyai Buyah saat menunaikan
ibadah haji hingga membentuk Tari Glipang Seni Rebana yang terinspirasi dari
wilayah Timur Tengah serta adanya difusi Tari Terbang Kalipang yang dibawa
oleh Bapak Kandar yang asalnya dari Pasuruan dengan tari Rodhat Seni Rebana
yang dibawah oleh Kyai Buyah dan akhirnya dibentuklah kesenian tradisional tari
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah oleh Bapak Sardi. Yang mengalami
perkembangan, perubahan dan kesinambungan dalam segi sajian, seniman,
masyarakat (penonton), tata ruang (panggung), suara (alat musik), gerak tari,
busana (kostum) dan fungsi yang dijelaskan dalam 2 generasi dari yaitu masa
kepemimpinan Bapak Sardi (1991-2016) dan masa kepemimpinan Bapak Atok
Nur Wahid (2017-2021). Tari Glipang ini mengalami puncak kejayaan pada masa
Bapak Sardi dan mulai menurun saat kepemimpinan Bapak Atok namun masih
tetap eksis hingga sekarang.

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah terbentuk pada tahun 1991
dilatarbelakangi oleh menurunnya minat masyarakat dalam menonton tari Glipang
Rodhat sehingga dibentuklah paguyuban yang melestarikan tari Glipang dengan
inovasi baru agar kembali menarik minat masyarakat untuk menonton
Dinamika kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah tahun
1991-2021 mencakup perkembangan, perubahan, kesinambungan: (1) sajian (2)
seniman, (3) masyarakat (penonton), (4) tata ruang (panggung), (5) suara (musik),
(6) gerak tari, (7) busana (kostum) dan (8) fungsi kesenian tradisional Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah.
Masa kepemimpinan Bapak Sardi periode tahun (1991-2016) dari segi
sajian terbagi menjadi 3 yaitu a. persiapan sajian, b. struktur sajian dan c. setelah
pertunjukan. a. persiapan sajian: Tahun 1991-2001 persiapan dari segi latihan
mereka sangat antusias latihan jauh-jauh hari tetapi mulai tahun 2002 sampai 2016
mereka hanya melakukan latihan satu hari sebelum jadwal tiba. Dari segi
peralatan dan kendaraan tahun 1991-2001 mereka para seniman menyiapkan
sendiri tetapi untuk tahun 2002-2016 mereka sudah ada petugas yang
menyiapkannya. Dari segi dekorasi di lokasi panggung tahun 1991-2001 seniman
menyiapkan sendiri segala properti tetapi tahun 2002-2016 segala property sudah
ada petugas yang menyiapkannya. b. struktur sajian: Tahun 1991-2001 Jalan
Hormat, Penghormatan, Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang Tarikan,
dan ada satu yang beda penutupnya tanpa mengucapkan salam. Tahun 2002-2016
pola gerakan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah juga sama yaitu Jalan Hormat,
Penghormatan, Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang Tarikan dan ada
tambahan sekitar tahun 2005 yaitu salam atau penutup dan juga ditambahi gerak
variasi yaitu Jengkeng. c. setelah pertunjukan: Tahun 1991-2001 mereka biasa
berkumpul untuk membereskan sendiri peralatan dan makan sesudah pertunjukan
selesai tetapi tahun 2002-2016 sudah ada petugas tersendiri untuk membereskan
peralatan dan cukup langsung pulang dan membawa berkat makanan.
Seniman tahun 1991-1996 masih dari anggota keluarga pemimpin Glipang
Rodhat Nur Bani khasanah yaitu Bapak Sardi berjumlah sekitar 10 orang. Tahun
1997-2002 seniman berasal dari keluarga dan tetangga terdekat berjumlah sekitar

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
30 orang. Tahun 2003-2008 seniman berasal dari berbagai Desa Kecamatan
Candipuro berjumlah 40 orang. Dan tahun 2009-2016 mengalami penurunan
berjumlah sekitar 30 orang.
Masyarakat (penonton) tahun 1991-1996 masih sebatas warga sekitar yang
melihat saat acara karnaval di Desa Jarit. Tahun 1997-2002 semakin menyebar
masyarakat yg melihat dan tesebar ke seluruh Desa Jarit itu dibuktikan sebelum
acara karnaval banyak yang ikut. Tahun 2003-2008 masyarakat yang mengenal
mulai tersebar ke sebagian besar desa di seluruh Kecamatan Candipuro. Tahun
2009-2016 bukan hanya masyarakat Kecamatan Candipuro tapi menyebar ke
Kecamatan lain seperti pasirian.
Frekuensi panggung (tata ruang) tahun 1991-2016 memang kesenian ini
mengalami peningkatan perkembangan pada awal dan semakin maju, lalu
mengalami fluktuatif setiap tahunnya dan juga dibantu pemerintah dengan
mengadakan event tari Glipang Rodhat untuk rutin melaksanakan pementasan dan
sebagai wadah untuk otomatis bisa dikenal masyarakat.
Suara (alat musik) pertama kali alat musiknya tahun 1991-2001 berupa 1
Jidor, 2 buah ketipung (wedhok, lanang) 5 buah terbang (3 Wedhok, 2 lanang) dan
1 kecrek, memang alat musiknya sama sampai saat ini hanya mengalami
penambahan jumlah untuk kebutuhan seniman. Tahun 2002-2011 3 Jidor, 6 buah
Ketipung (wedhok dan lanang) 15 buah terbang (7 wedhok dan 8 lanang) 3
kecrek. Tahun 2012-2016 mengalami penurunan jumlah alat musik karena dijual
akhirnya tahun 2016 berjumlah 1 Jidor, 2 Ketipung (1 wedhok, 1 lanang), dan 5
terbang.
Gerak tari tahun awal 1991 yaitu jalan hormat, penghormatan, Angkatan,
Gonjor, Bapangan, Pusing, dan Goyang Tarikan lalu ada penambahan gerakan
mulai tahun 2005 dan itu berlaku sampai 2016 yaitu pada akhir ditambahi gerakan
penutup atau salam sebagai tanda kalau acara akan selesai.
Kostum (busana) awal tahun 1991 hem berwarna putih, celana warna
hitam, jarik dengan sarung, kopyah hitam lalu diganti bertepatan tahun 1991 juga
menjadi baju atau hem lengan panjang, jarik jawa varian batik, celana hitam,
sabuk, sepatu, selempang, pangkat dan kopyah lalu untuk tahun 2002 busana

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
(kostum) mendapat perubahan maupun tambahan pada bagian kopyah diganti
dengan topi polisi yang merupakan hasil pertemuan seluruh paguyuban di
Lumajang dan paguyuban Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah menurutinya.
Adapun tambahannya yaitu kacamata hitam dan itu berlangsung sampai 2016
adapun busana (kostum) ialah memakai hem lengan panjang, jarik jawa varian
batik, celana hitam, sabuk, sepatu, selempang, pangkat dan topi polisi.
Fungsi pementasan kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah, tahun 1991 Khasanah sebagai acara hajatan seperti syukuran, khitanan,
walimatul urusy. Tahun 2001-2014 mulai diadakan event yang diselenggarakan
oleh pemerintah Kabupaten Lumajang untuk memeriahkan acara HARJALU. Lalu
tahun 2015-2016 terjadi perubahan fungsi lagi dan kembali ke awal yaitu hanya
sebagai acara hajatan seperti khitanan, syukuran, walimatul urusy.
Masa Kepemimpinan Bapak Atok Nur Wahid periode tahun (2017-2021)
sajian pementasan untuk persiapan sajian mereka masih sama dengan tahun
sebelumnya dari masa pak Sardi yaitu antara lain sudah ada petugas tersendiri
untuk properti dan makan dahulu sebelum tampil dan pulang membawa berkat
makanan. Struktur sajian juga sama seperti masa Pak Sardi seperti Tahun 2017-
2021 pola gerakan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah yaitu Jalan Hormat,
Penghormatan, Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang Tarikan, dan
Penutup ucap salam tetapi ada yang dihilangkan pada tahun 2017 yaitu gerakan
variasi Jengkeng karena dianggap terlalu rumit dan mengganggu.
Seniman tahun 2017-2021 mengalami penurunan yaitu berjumlah 25 orang
dan untuk penarinya didominasi oleh anak sekolah SMP. Pada tahun 2017
kesenian ini mendapat juara 2 dalam event HARJALU yang dilihat oleh seluruh
masyarakat kota Lumajang lalu Namun 2 tahun kemudian kesenian tradisional
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah mulai tergeser oleh kesenian Jaran Kencak.
Tahun 2019-2021 Latihan sudah jarang dan masyarakat yang melihat hanya
dilingkungan tetangga Bapak Atok Nur Wahid, lalu alat-alatnya dipindah
kerumah Bapak Jombadi sehingga latihan di laksanakan di komplek Bapak
Jombadi. Dan yang melihat hanya tetangga Bapak Jombadi.

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
Tata Ruang (panggung) tahun 2017-2021 untuk event HARJALU terjadi
pada tahun 2017 dan mendapat peringkat 2. Tahun 2018 - 2019 pemanggungan
kesenian tradisional ini sudah jarang mengikuti acara harjalu tetapi rutin
menghadiri acara hajatan, dan vakum tidak tampil sejak April 2019-2020 karena
korona. 2021 mulai ada job dan itu untuk acara hajatan saja.
Suara (alat musik) tahun 2017-2021 1 Jidor, 2 Ketipung (1 wedhok, 1
lanang), 5 Terbang dan 2 Kecrek. Gerak tari tahun 2017-2021 Jalan Hormat,
Penghormatan, Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang Tarikan, dan
penutup ucap salam. Busana (kostum) tahun 2017-2021 yaitu hem lengan
panjang, Jarik Jawa varian Batik, celana Hitam, Sabuk, Sepatu, Selempang,
pangkat, topi polisi dan kaca mata hitam. Tahun 2017-2021 fungsi kesenian ini
sebagai hiburan dan acara hajatan saja turunya minat masyarakat.
Berdasarkan kesimpulan serta hasil, penelitian ini memiliki banyak
kekurangan, sehingga peneliti berharap saran dan masukan dari pembaca. Untuk
peneliti selanjutnya harap melengkapi sumber data yang akan digunakan untuk
meneliti topik yang sama. Kesenian merupakan salah satu bentuk warisan budaya
yang sangat berharga bagi suatu masyarakan, hendaknya kita sebagai generasi
penerus ikut melestatikan agar tidak punah.

UCAPAN TERIMA KASIH


Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Dr. Mohamad Naim, M.Pd dan
Drs. Kayan Swastika, M.Si selaku dosen pembimbing utama dan anggota yang
telah memberikan saran dan arahan dalam penulisan jurnal ini. Kepada Ibu
Mariyam selaku Juragan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah, Para Seniman
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah, Pihak Desa Jarit serta pihak lainnya yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA
Gottschalk, L.1985. Mengerti Sejarah. Jakarta: UIP

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020
Hariyati, M. 2016. “Tari Glipang Rodhat Di Desa Jarit Kecamatan Candipuro
Kabupaten Lumajang”. Jurnal Pendidikan Seni, Drama, Tari dan Musik.
Vol.1 (9): 3-7
Hariyono.1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta: PT.Dunia Pustaka
Jaya
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UIP
Notosusanto, N. 1971. Norma-norma Dasar Penelitian dan Penulisan Sedjarah.
Djakarta: Yayasan Kanisius

Sumber Lisan
Ibu Mariyam, (tanggal 2 Maret 2022)
Bapak Jombadi, (tanggal 4 Maret 2022)
Bapak Rupikat, (tanggal 9 April 2022)
Bapak Atok Nur Wahid, (tanggal 15 April 2022)

ISSN No. 2252-4673


Volume 1, Issue 3
April 2020

Anda mungkin juga menyukai