Anda di halaman 1dari 45

Lembar Persetujuan Laporan Hasil Observasi Seni Tradisional

Siswa Orang Tua/Wali

Adrian H.P NIS. 101110154 Siswa

Maman Handiati

Orang Tua/Wali

Fika Apriandini NIS. 101110281 Siswa

Abik Basyiar

Orang Tua/Wali

Siti Maryam NIS. 101110263

Didin Hassanudin

Guru Pembimbing

Drs. Yosep Parjan

Peta Kabupaten Kuningan

Visi dan Misi Kabupaten Kuningan

V I S I * M I S I Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan memantapkan pembangunan * manusia melalui akselerasi peningkatan derajat pendidikan, kesehatan, dan daya beli. Meningkatkan pengembangan agropolitan dan kepariwisataan daerah melalui * penguatan sarana dan prasarana, sinergitas sektor dan wilayah, serta produktvitas dengan berorientasi pada pemberdayaan perekonomian rakyat. * Meningkatkan kehidupan masyarakat yang agamis, harmonis, dan bersatu. Meningkatkan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam * kerangka Kabupaten Konservasi dengan berorientasi pada perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari. Kuningan lebih Sejahtera Berbasis Pertanian dan Pariwisata yang Maju dalam Lingkungan Lestari dan Agamis Tahun 2013

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil Observasi tentang Seni

Budaya Tradisional di Kabupaten Kuningan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw. dan semoga sampai kepada umat ajarannya. Keberhasilan dalam penyusunan laporan hasi observasi ini tidak lepas dari berbagai kendala yang menjadi duri penghalang penulis dalam proses penyusunannya. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis banyak mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini, diantaranya kepada yang terhormat : 1. Kepala SMA Negeri 3 Kuningan, Drs. H. Agus Hakim, M.Pd. yang telah memberikan izin dan menyediakan sarana serta prasarana kepadapenulis dalam proses penyusunan laporan ini. 2. Guru pembimbing mata pelajaran Seni Budaya, Drs. Yosep Parjan yang telah membimbing dan memberi arahan dalam kriteria penyusunan laporan ini. 3. Wali kelas XI IPA 3, Sri Endah W., S.Si. yang telah memberi arahan dan motivasi dalam penyusunan laporan ini. 4. Orang tua penulis yang telah memberikan izin dan motivasi serta dukungan sehingga turut membantu dalam kelancaran penyusunan laporan ini. 5. Semua narasumber yang telah membantu dalam memperoleh keterangan serta informasi tentang seni tradisional kepada penulis. 6. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. 7. Dan kepada semua pihak yang berkaitan yang telah membantu dalam penyusunan observasi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui makalah ini, penulis berharap dapat membantu pemerintah dalam menjaga dan melestarikan budaya tradisional khususnya di Kabupaten Kuningan. Tiada makhluk yang sempurna, demikian pula dengan laporan ini, masih jauh dari kesempurnaan. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan laporan ini penulis memohon maaf.

Semoga laporan hasil observasi ini

dapat memberi manfaat yang dijadikan

sumber pembelajaran dan tambahan ilmu khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca, supaya mencintai dan melestarikan kebudayaan seni tradisional yang bersifat endemic di wilayah Kabupaten Kuningan sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Terima kasih atas perhatiannya. Mohon maaf atas segala kekurangannya.

Kuningan, Maret 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kaya akan suku bangsa yang sangat beraneka ragam sehingga menghasilkan seni dan budaya yang berbeda-beda pula. Namun pengaruh globalisasi dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menimbulkan dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Salah satu dampak negatifnya terhadap budaya yakni banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahkan kurang meminati budaya tradisional, salah satunya dikabupaten Kuningan, Jawa Barat, banyak generasi muda yang lebih menyukai budaya modern. Oleh karena itu, penulis melakukan observasi, minimalnya untuk mengetahui dan mempelajari meksimalnya melestarikannya agar seni budaya tradisional khususnya di kabupaten Kuningan tidak hilang tetap diminati oleh generasi muda sampai masa yang akan datang. 1.2 Landasan

1) Kurikulum ( KTSP ) Seni Budaya SMA negeri 3 Kuningan Tahun Pelajaran 2011/2012. 2) Program pembelajaran kelas XI semester genap tahun pelajaran 2011/2012. 3) Tugas mata pelajaran pendidikan seni Budaya SMA Negeri 3 Kuningan. 4) Surat tugas dari Kepala Sekolah tentang observasi Seni Budaya dalam masyarakat secara langsung. 5) Strategi proses pembelajaran dan sistem penilaian pendidikan di SMA Negeri 3 Kuningan.

1.3

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah hasil Observasi Seni Tradisional di Kabupaten Kuningan adalah sebagai berikut : 1) Turut serta menunjang program pemerintah dalam rangka melestarikan seni budaya tradisional khususnya di Kabupaten Kuningan.

2) Meningkatkan daya apresiasi siswa terhadap seni budaya tradisional sebagai warisan leluhur Bangsa. 3) Meningkatkan dan mengembangkan wawasan pengetahuan tentang seni budaya tradisional di Kabupaten Kuningan. 4) Melaksanakan proses pembelajaran khususnya seni budaya tradisional di luar kampus. 5) Mengenal secara langsung tentang kehidupan seni budaya tradisional dalam masyarakat. 6) Memenuhi salah satu sistem penilaian dalam proses pembelajaran khususnya seni budaya di SMA Negeri 3 Kuningan. 1.4 Manfaat Penulisan 1) Siswa dapat memiliki minat dan keinginan untuk mempelajari seni tradisional lebih dalam 2) Masyarakat akan lebih mengenal tentang seni dan budaya tradisional mereka sendiri 3) Lembaga pendidikan dan pemerintah dapat memiliki pembendaharaan mengenai seni tradisional, untuk membantu melestarikan kesenian tradisional 1.5 Permasalahan Permasalahan yang diambil dari hasil observasi Seni Tradisional di Kabupaten Kuningan adalah sebagai berikut : 1) Rendahnya perkembangan seni tradisional di Kabupaten Kuningan? 2) Kurangnya penunjang pemerintah dalam melestarikan seni tradisional ? 3) Rendahnya perhatian masyarakat terhadap seni tradisional di Kbupaten Kuningan ? 1.6 Teknik Observasi 1) Pengumpulan data melalui wawancara kepada para narasumber . 2) Mengolah data melalui diskusi kelompok. 3) Penyusunan laporan hasil observasi. 4) Penyerahan hasil observasi berbentuk laporan kepada guru pengajar

BAB II PEMBAHASAN Hasil Observasi Seni Tradisional Di Kabupaten Kuningan 2.1 2.1.1 TEMBANG SUNDA
Riwayat Tembang Sunda Cianjuran

Asal mulanya tembang sunda cianjuran tumbuh dan berkembang di lingkungan ningrat yang ada di sekeliling pedalaman cianjur. Menurut catatan sejarah, sebelum resmi pedalaman Cianjur. Seni tembang sunda sudah di mulai dan dikenal di masyarakat Cianjur. Terutama sesepuh pemimpin masyarakat Cianjur pada waktu itu yang bernama Raden Aria Wiratanu 1 yang mempunyai julukan Dalem Cikundul.(1677). Pada masa pemerintahan Wisatanu 2 yang mempunyai julukan Dalem Trikolot atau Dalem Pamoyanan, sudah terlihat muncul seorang seniman keturunann padaleman putra Aria Cikondang yang bernama Raden Candramannggala. Menurut catatan sejarah, pada saat itu sudah bisa berpantun erta beliau di jadikan juru pantun di Cianjur. Pada masa pemerintahan wiratanu VI yang mempunyai julukan dalem enoh (1776-1813),perkembangan seni pantun lebih pesat,terutama pada masa pemerintahan raden wasitadirejja yaitu putra dalem enoh.sehingga raden wasitareja.di beri julukan dalem seni. Waktu Cianjur di perintah oleh dalem R.A Prawirarderaja 1(1813-1833) seni tembang rancang buhun sudah bisa di padukan dengan seni beluk dan seterusnya berkembang menjadi seni tembang belut. Tahta dalem R.A Prawiradireja 1 tahun ke putranya, Aom Kancra atau Tumenggung Wiranegara. Dikarenakan pada masa itu daerah Cianjur di jajah oleh Belanda menganggap bahwa Aom Kancra tidak mampu dalam memimpin dalam kedaleman Cianjur. Pada akhirnya Aom Kancra hanya bisa memimpin pedaleman Cianjur kurang lebih satu tahun(1833-1834). Seterusnya tahta padaleman di serahkan kepada Dalem Prawireja 1 yang lain,yaitu Aom Hasan atau R.A.A. Kuswaningrat yang mempunyai julukan Pancanitii (1834-1864) dan pada masa puncak kejayaan lagu-lagu seni tembang cianjuran mencapai klimaks dan jaman

keemasan. Kemudian nyambung ke jaman kanjeng prawideraja 2(1863-1910). Selanjutnya menyebar ke luar tembok pendopo Kab.Cianjur,bertambah mekar di tatar priangan. Pada masa Tumenggung Wiranatakusumah (1912-1920) sampai sekarang tembang seni cianjran telah dikenal. Bukan saja ditatar pasundan tetapi sampai ke mancanegara. 2.1.2 Daerah penyebaran Pada masa pemerintahan sebelum Dalem Pancaniti seni tembang sunda cianjuran hanyya berkembang di sekiling Padaleman Cianjur saja dan hannya untuk kalangan ningrat dan para priyai. Akan tetapi pada masa pemerintahan Dalem Pancaniti dan sesudahnya seni tembang sunda berkembang di tatar priangan bahkan terkenal sampai ke mancanegara. 2.1.3 Tokoh-tokohnya
1) Dalem Pancaniti.

2) R.A.A Prawiradireja

3) R.D Ece Madjid Nata Wiredja 4) Jayalahiman

5) Jaya Wiredja

6) Moh.Askin 7) R.D Siti Sarah 8) Jajam 9) R.D. H. Ibrahim 10) R.D. H. Mohammad Isa 2.1.4 Alat-Alat Yang Digunakan 1) Kecapi indung 2) Kecapi gelung 3) Kecapi perahu 4) Kecapi rincik 5) Suling berlubang surupan 6 6) Suling berlubang surupan 4 7) Rebab

2.1.5

Jumlah Pemain
1) Jurig pirig (tukang kacapi) 2) Wiyaga Tukang suling Tukang rinccik Tukang Rebab 3) Juru kawih

2.1.6 Pertunjukan Dalam Tembang Sunda Sebenarnya istilah mamaos hanya menunjukkan pada lagu-lagu yang berpolakan pupuh (tembang), karena istilah mamaos merupakan penghalusan dari kata mamaca, yaitu seni membaca buku cerita wawacan dengan cara dinyanyikan. Buku wawacan yang

menggunakan aturan pupuh ini ada yang dilagukan dengan teknik nyanyian rancag dan teknik beluk. Lagu-lagu mamaos berlaras pelog (degung), sorog (nyorog; madenda), salendro, serta mandalungan. Berdasarkan bahan asal dan sifat lagunya mamaos dikelompokkan dalam beberapa wanda, yaitu: papantunan, jejemplangan, dedegungan, dan rarancagan. Sekarang ditambahkan pula jenis kakawen dan panambih sebagai wanda tersendiri. Lagu-lagu mamaos dari jenis tembang banyak menggunakan pola pupuh Kinanti, Sinom, Asmarandana, dan Dangdanggula, serta ada di antaranya lagu dari pupuh lainnya. Masalah dalam tembang sunda yaitu tidak mengedapankan indoor atau out door, dan masalah yang mengundang pertunjukkan itu pun sendiri,dan bisa dalam acara out door dalam hajatan,khitanan,dan acara ulang tahun daerah.kalau indoor dalam ruangan secara langsung dan di bimbing. Dalam kesimpulan nya dalam tembang sunda bisa dilakukan out door maupun indoor. 2.1.7 Pakaian Yang Digunakan Dalam Pertunjukan Tembang Pakaian yang digunakan biasanya berupa pakaian daerah, yakni kebaya atau pakaian yang telah ditentukan. Pakaian ini tidak harus resmi, asalkan sopan dan rapi serta sesuai dengan aturan. Maka dari itu, penonton akan menilai bagaimana penampilan orang yang menyanyikan tembang tersebut.

2.2 2.2.1

GOONG RENTENG Pengertian Goong Renteng Istilah goong renteng merupakan perpaduan dari kata goong dan renteng.

Kata goong merupakan istilah kuno Sunda yang berarti gamelan, sedangkan kata renteng berkaitan dengan penempatan pencon-pencon atau bonang yang diletakan secara berderet/berjejer atau ngarenteng. Jadi secara harfiah goong renteng merupakan goong (pencon) yang diletakan/ disusun berderet (ngarenteng). Nama Goong Renteng ini kadang kadang disebut Gamelan Renteng atau Goong Kromong (1977:72). Goong renteng memiliki 2 macam laras ada yang berlaras salendro dan ada yang berlaras pelog. Peralatannya terdiri dari Kongkoang, Cempres, Paneteg, dan Goong. Kongkoang (alat musik berpencon), Cempres (alat musik bilah) dan goong diklasifikasikan sebagai idiofon. Sementara Peneteg (semacam kendang) diklasifikasikan sebagai membranofone. Ditinjau dari cara memainkannya kongkoag, cepres dan goong diklafikasikan sebagai alat pukul, sedangkan paneteg sebagai alat tepuk. Dalam ansamble kongkoang dan cempres berfungsi pembawa melodi, kendang sebagai pembawa irama, dan goong sebagai penutup lagu atau siklus lagu. Pepeator pada goong renteng pada umumnya tidak bertambah. 2.2.2 Asal-Usul Kesenian Goong Renteng 2.2.2.1 Goong Renteng Di Jawa Barat (Secara Umum) Goong renteng merupakan salah satu jenis gamelan khas masyarakat Sunda yang sudah cukup tua, paling tidak goong renteng sudah dikenal sejak abad ke-16 dan tersebar di berbagai wilayah Jawa Barat. Menurut Jacobs Kunst (1934:386) goong renteng dapat ditemukan di Cileunyi dan Cikebo wilayah Tanjung Sari (Sumedang), Lebak Wangi wilayah Pameungpeuk (Bandung) dan Keraton Kanoman (Cirebon). Selain itu goong renteng jug terdapat di Cigugur (Kuningan), Talaga (Majalengka), Ciwaru (Sumedang), Tambi (Indramayu), Mayung Suranenggala, dan Tegalan (Cirebon).

Lagu-lagu pada goong renteng Embah Badong di Lebak Wangi, Batu Kasut, Bandung. Goong renteng Penggugah Manah di Sukamulya, Kuningan. Dan goong renteng Talaga Manggung di Majalengka (bahkan tidak pernah ditabuh lagi) lagulagunya masih tetap itu-itu juga. Secara fisik goong renteng mempunyai kemiripan dengan gamelan degung tetapi dalam hal usia goong renteng dianggap lebih tua keberadaannya daripada degung, sehingga ada yang menduga bahawa gamelan degung merupakan pengembangan dari goong renteng, mungkin karena ketuaannya. Pada Umumnya goongrenteng sekarang dianggap dengan gamelan keramat. Sehingga memeliharanya diperlukan khusus secara adat (ritual kepercayaan). Kelengkapan waditra gamelan renteng tidak sama setiap tempat, demikian pula lagunya. 2.2.2.2 Goong Renteng Di Kuningan Awal keberadaan atau kelahiran goong renteng panggugah manah di perkirakan pada sekitar akhir abad XVIII.pada saat itu daerah sukamulya belum berbentuk kelurahan,masih berbentuk desa,namanya pun bukan sukamulya tetapi desa cipanas dan berada dalam wilayah kecamatan kuningan. Sejak zaman islam berkembang,kab.kuningan merupakan bagian dari wilayah kesultanan (sekarang keresidenan) cirebon.demikian pula kehadiran goong renteng merupakan salah satu bukti bahwa pengaruh dalam seni budaya. Kehadiran goong renteng di kelurahan sukamulya ini pada awalnyaa di bawa oleh tokoh yang bernama Raksajaya.goong renteng ini di bawanya dari cirebon di beli dari dari buyut anjung(pangeran paangongan)dengaan harga 750 (mata uang belanda).untuk mendapat goong renteng rakjayasa berupaya memesannya dalam waktu dan proses cukup lama.sebelum di bawa ke sukamulya ia mencoba memeriksa terlebih dahulu kualitas bunyi dan kesempurnaa nada-nada nya (larasnya).rakjayasa merupakan salah satu orang yang mengerti terhadap dalam kualitas bunyi dan goong renteng tersebut.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya goong renteng terdapat pula di daerah kabupaten kuningan, yaitu di kelurahan sukamulya yang bernama penggugah manah bagaimana kesenian goong renteng dapat masuk ke kabupaten kuningan ? berikut adalah uraian mengenai goong renteng yang ada di kabupaten kuningan.

Pada zaman islam kabupaten kuningan mrupakan bagian dari wilayah kekuasaan keresidenan cirebon, jadi penngaruh-pengaruh yang menyangkut sosial budaya akan terasa oleh masyarakat kuningan. Pada tahun 1792 m di desa cipanas (sekarang sukamulya), kecamatam kuningan, kabupaten kuningan, muncul kesenian goong renteng yang diprakarsai oleh bapak raksajaya yang beragama islamr dan bertempat tinggal di kuningan. Goong renteng masuk ke kuningan yaitu karena hasil membeli dari buyut anjun (pangeran pagongan cirebon) dengan harga 750,- (tujuh ratus lima puluh ) mata uang belanda, yang berbahan perunggu. Beliau dengan susah payah menginginkan goong tersebut dan mencoba untuk menyelaraskan nada-nada agar sempurna pada goong

tersebut dengan cara mendengarkan tabuhan goong dari kejauhan dan dilakukan dengar cara berulang-ulang sampai suara goong terdengar sempurna. Setelah goong renteng tersebut sempurna siselaraskan kemudian dibawa ke

sukamulya dengan bantuan keluarganya dan mulai dipentaskan dengan lagu-lagu ciptaannya dan para nayaga. Bapak Raksajaya sangat menjaga dan merawat goong renteng tersebut dengan amat baik sehingga setiap mulud dicuci (dibersihkan) dengan air asem supaya bersih kemudian dipentaskan. Menurut cerita zaman dahulu goong renteng mengandung nilai mistik atau magic yaitu pada saat setelah pagelaran / penabuhan goong suara goong akan membekas di telinga (terdengar selalu) selama satu minggu meskipun waditranya sudah disimpan dalam peti namun seiring dengan perkembangan zaman cerita itu tidak nyata adanya namun semua itu tergantung pada kepercayaan masing-masing. 2.2.3 Fungsi Penyajian Goong Renteng Fungsi penyajian goong renteng yang sebenarnya dalam kebudayaan sunda pada masyarakat dulu belum diketahui secara pasti, namun pada awal keberadaannya berfungsi sebagai sarana upacara ritual khususnya dalam upacara Maulid Nabi Muhammad SAW. Pada perkembangannya, fungsi goong renteng bertambah, seperti waditranya ditambah dengan seperangkat kendang, sekarang juga penyajian goong renteng digunakan untuk sarana hiburan seperti dipentaskan dalam resepsi khitanan, pernikahan, dan lain lain.

2.2.4 Tokoh dan Pemegang Goong Renteng Adapun tokoh yang memegang dan mengembangkan kesenian goong renteng namun di Kabupaten Kuningan tokoh-tokoh itu tidak di ketahui pasti, hanya saja berdasarkan penelitian beberapa tokoh masyarakat yang ada di daerah Sukamulya, yang katanya diturunkan secara turun temurun antara lain: Mula-mula dipegang oleh Bapak Raksajaya yang merupakan tokoh utama atau pendiri goong renteng di Sukamulya, Kabupaten Kuningan. Setelah beliau meninggal digantikan oleh anaknya yang bernama Bapak Bangsajaya, kemudian dipegang oleh Bapak Ngalambang dan setelah beliau meninggal digantikan oleh putrinya yang bernama Ibu Emur dan beliau pun meninggal kemudian diturunkan kepada anak sulungnya yang bernama Bapak Djuki yang kemudian di wariskan lagi kepada anaknya yaitu Bapak Sahri Sudarta sampai dengan sekarang. Pada awalnya pengelolaan kesenian goong renteng penggugah manah dilakukan secara tradisional yaitu sacara turun temurun dalam sistem kelompok kerabat kekeluargaan. Namun pada periode berikutnya sistem pengelolaannya berkembang menjadi sebuah bentuk organisasi yang jelas struktur kepengurusannya, serta dilengkapi dengan sistem organisasi yang menunjukkan kemampanan (tertib berorganisasi). Adapun susunan kepengurusan yang menjabat sekarang adalah sebagai berikut No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama Kepala Kelurahan Sukamulya Djuki bin Astrawilastra Maman Sahri Sudarta Memed Eman Tisna Karja Yayat Jabatan Pelindung Penanggung Jawab Penasehat Ketua Sekretaris Bendahara Humas Pembantu Umum Lurah Sekar

2.2.5 Waditra dan Pelaku Goong Renteng

Goong renteng tentunya mempunyai waditra yang di gunakan yaitu di antaranya : Panglima Bonang 1 Bonang 2 Gambang Kendang Ketuk Kecrek : Bonang pendek yang jumlahnya 5 buah : Bonang Rantai yang jumlahnya 14 buah : Bonang Rantai yang jumlahnya sama yaitu 14 buah : Jumlahnya ada 14 buah : Kendang besar dan kendang kecil yang jumlahnya ada 3 buah : Bonang tinggi yang jumlahnya ada 2 buah : 2 stel, 1 stel , 2 keping jumlahnya 4 keping

Goong Gede : Goong gede dan kempul yang berjumlah 2 Alat bantu yang digunakan hanyalah kayu yaitu sebgai alat penabuh waditra

goong renteng. Sedangkan pemain-pemain goong renteng yaitu : Penabuh goong panglima, dimana goong yang ditabuh sebanyak 5 goong Penabuh goong renteng 1, dimana goong yang ditabuh sebanyak 7 goong. Penabuh goong renteng 2, dimana goong yang ditabuh sebanyak 14 goong. Penabuh goong ketuk di mana goong yang ditabuh sebanyak 2 goong. Penabuh goong gambang. Penabuh goong kendang Penabuh kecrrek yang merangkap alok. Sedangkan saat ini orang yang memainkan alat-alat tersebut di kelurahan Sukamulya sendiri yaitu: Waditra Yang Dimainkan Bonang I Bonang II Bonang Bonang Panglima Bonang Panglima Kendang Kendang Goong Kecrek (Simbal)

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Karja Suher Kamar Oyon Tisna Yayat Karsa Maman Winata

Nama

Usia 39 Tahun 42 Tahun 45 Tahun 35 Tahun 39 Tahun 39 Tahun 22 Tahun 33 Tahun 60 Tahun

2.2.6

Busana yang digunakan dalam Penyajian Goong Renteng Busana yang digunakan para pemain goong renteng saamaa seperti lazimnya para

wigaya kesenian tradisional jawa barat lainnya antara lain memakai baju takwa,celana hitam,tutup kepala {bendo},batik sebagai khas sunda. 2.2.7 Lagu dan Iringan Goong Renteng Kesenian goong renteng tidak lepas dari dengan lagu atau instrumen lagu yang di pertunjukkan.sebernanya jumlah lagu yang di gunakan pada goong renteng cukup banyak yaitu sekitar 35 lagu,namun sekarang yang sering dimainkan kurang lebih 17 lagu dalam sekali pertunjukkan.ada beberapa lagu di antaranya: Lagu kebojiro/papalayon:lagu ini suka di pakai dalam penyaambutan tamu. Lagu bangbulu Lagu maalang totog Lagu sulanjana Lagu suasana,Dll.

Selain lagu di atas masih banyak lagu lainnya: Laras yang digunakan: Laras mandalungan Laras penyatuan Laras pelog Laras Salendro

Goong renteng adalah salah satu kesenian tradisional jawa barat,dengan sifatnya yang tradisional ini dari dulu sampai sekarang tetaap mempertahankan sifat tradisional nya itu,tetapi dilihat dari alat-alat yaang digunakan dan lagu-lagu yang dipentaskan lebih di sesuaikan dengan keadaan sekarang,sehingga dapat di katakan kesenian goong renteng ini terus mengikuti perkembangan jaman. Adapun fungsi renteng di kuningan yaitu sebagai alat kesenian keramat dan sebagai sarana hiburan masyarakat yang di tampilkan dalam upacara-upacara besar di kuningan seperti saptontan atau saptuan dimana dalam upacara ini masyarakat mengadakan lomba balap kuda sambil memukul gantungan yang berisi air bersamaan dengan itu goong

renteng itu goong renteng ditampilkan sebagai pengiringnya.dalam upacara seren taun pun suka di pentaskan namun sekarang ini goong renteng di tampilkan dalam upacara penyambutan tamu dalam pernikahan dan khitanan. Ada beberapa pementasan yang pernah di lakukan oleh kelompok kesenian goong renteng penggugah Manahini yang di anggap penting yaitu : Pada awal tahun di pentaskan di Cirebon,mewakili kesenian kabupaten Kuningan. Pada tanggal 8 agustus 1967 di pentaskan di hadapan para peneliti bagian kebudayaan dari Amerika serikat bertempat di desa,Cigugur Kabupaten Kuningan. Pada tahun 1969 di pentaskan di hadapan para peneliti di bagian kebudayaan dari Belanda.

Gambar. Contoh Alat Musik Goong Renteng

2.3 PUPUH 2.3.1 Pengertian Pupuh Menurut Enday Sadari piph diartikan sebagai danding yang sudah mempunyai aturan-aturan khusus. Sedangkan di dalam pelajaran Bahasa Sunda, pupuh adalah rumpaka lagu yang mempunyai patokan dan aturan yang tentu serta mempunyai watak yang menggambarkan masing-masing pupuh. Menurut Atik Sopandi, S.Kar., pupuh adalah pola penyusunan syair atau rumpaka. Pengertian ini berlandaskan pada fungsi dari pupuh, yaitu sebagai sumber pola untuk membuat rumpaka yang akan digunakan sebagai sarana penyajian tembang. 2.3.2 Asal Usul atau Riwayat Pupuh Pupuh atau danding berasal dari kebudayaan Jawa Salah satu hal yang membuktikan bahwa pupuh berasal dari Jawa yaitu dengan memperhatikan namanamanya. Lihat saja kata-kata seperti asmarandana, dandanggula, kinanti dll. Seperti itu adalah kata-kata yang berasal dari bahasa jawa. Pada dasar nya karawitan Sunda yaitu terbagi menjadi 3 bentuk ,yaitu: 1. Karawitan Sekar 2. Karawitan Gending (Instrumentalia) dan 3. Karawitan Sekar Gending Karawitan sekar menurunkan dua jenis pola,yakni sekaran kawih dan sekaran kembang. Dari sekaran tembang ini hadir dengan pupuh sebanyak tujuh belas. Yang di maksud dengan sekaran kawih adalah sekar tandak atau sekaran yang memiliki keajengan ketukan di dlam perjalanannya.Sedangkan sekaran tembang ialah sekaran irama merdeka atau sekar yang memiliki kebebasan (bebas terikat) ketukan.

2.3.3 Pengelompokan Pupuh Menurut para pujangga Sunda, Pupuh dikelompokan menjadi 2 bagian, yaitu : 1.Sekar Ageung Pupuh yang termasuk sekar ageung berjumlah 4 yaitu : 1).Kinanti 2).Sinom 3).Asmarandana 4).Dangdanggula 2.Sekar Alit Pupuh yang termasuk sekar alit berjumlah 13 yaitu : 1).Pucung 2).Maskumambang 3).Lambang 4).Ladrang 5).Magatru 6).Balakbak 7).Juru demung 8).Gambuh 9).Mijil 10). Pangkur 11). Wirangrong 12).Durma 13).Gurisa

2.3.4 Aturan-aturan Pupuh Pupuh memiliki aturan aturan yang telah ditentukan, meliputi : 1. Jumlah baris atau padalisan dari setiap bait yang di sebut pada. 2. Jumlah suku kata (engang) dari tiap tiap baris yang disebut guru wilangan. 3. Vokal akhir dasar pada setiap baris yang disebut guru lagu. 4. Beberapa engang atau baris yang disebut padalisan. Hal ini lebih di jelaskan lagi dalam buku Sastra Lagu Sunda karya Epe Syafei Adisastra B.A, bahwa patokan ikatan danding secara umum adalah sebagai berikut: 1). Jumlah padalisan (baris) tiap pada (bait) nya, bergantung pada macam pupuhnya berkisar antara 4-10 baris. 2).Guru wilangan (jumlah suku kata) tiap barisnya juga bergantung pada macam pupuhnya, yang berkisar antara 3-12 engang (suku kata). Padalisan yang terdiri dari 6 suku kata atau lebih tebagi menjadi dua ruas yang diantaranya ada ruasan 4 suku kata. 3).Tiap-tiap akhir baris diharuskan dalam suara (vokal) tertentu yang disebut guru lagu. 4).Tiap macam pupuh mempunyai tugas atau watak masing-masing atau biasanya sudah tersirat pada nama pupuh itu sendiri.

Pupuh Kinanti Sinom Asmarandana Dangdanggula Mijil Pangkur Durma Gurisa Gambuh Ladrang

Padalisan (baris) I 8-u 8--a 8-i 10-i 10-i 8-a 12-a 8-a 8-u 10-i II 8-i 8-i 8-a 10-a 6-o 11-i 7-i 8-a 8-u 6-a III 8-a 8-a 8-e/o 8-e/o 6-e 8-u 6-a 8-a 12-i 8-i IV 8-i 8-i 8-a 7-u 10-i 7-a 7-a 8-a 8-u 12-a V 8-a 7-i 7-a 6-i 6-i 12-u 8-i 8-a 8-o VI 8-i 8-u 8-u 7-a 6-u 8-a 5-a 8-a 8-i 7-i 7-a 8-a 6-u 8-a 12-i 7-a 8-i 12-a VII VIII IX X

Lambang Maskumamba ng Balakbak Magatru Pucung Wirangrong Juru demung

8-a 12-i

8-a 6-a

8-a 8-i

8-a 8-a

12-a 12-u 12-u 8-i 8-a

3-e 8-i 6-a 8-o 8-u

12-a 8-u 8-e/o 8-u 6-i

3-e 8-i 12-a 8-i 8-a

12-e 8-o

3-e

8-a 8-u

8-a

2.3.5 Watak Pupuh Watak pupuh mempunyai watak yang berbeda beda, yaitu : 1. 2. 3. 4. Kinanti mempunyai watak perhatian,menanti,harapan. Sinom mempunyai watak senang dan gembira. Asmarandana mempunyai watak berani,cinta. Dangdanggula mempunyai watak kegembiaraan yang di sertai perasaan keagungan dan rasa tenang. 5. 6. 7. 8. 9. Juru demung mempunyai watak menyesal, bingung dan susah. Gurisa mempunyai watak humor dan melamun. Pucung mempunyai watak pepatah,kabar,terkejut dan sadar. Maskumambang mempunyai watak perihatin,sengsara, sakit. Durma mempunyai watak perang , marah,perkelahian.

10. Magatru mempunyai watak humor disertai rasa perihatin. 11. Lambang mempunyai watak humor,senda gurau. 12. Wirangrong mempunyai watak malu, sial. 13. Pangkur mempunyai watak siap maju ke medan perang. 14. Gambuh mempunyai watak bingung, salah tingkah. 15. Balakbak mempunyai watak humor. 16. Ladrang mempunyai watak humor,senda gurau. 17. Mijil mempunyai watak susah, sediah,celaka.

2.3.6 Perkembangan Pupuh Pupuh pertama dari Cianjur (khususnya Sunda ). Seiring di mainkan sebagai permainan anak-anak(kaulinan budak) berkembang dengan adanya nasihat nasihat baik untuk kehidupan sehari hari, atau untuk perilaku atau budi pekerti. Pengembangan pupuh selain telah menjadi ciri khas kedaerahan

(Cianjuran,Ciawian,Cigawiran) berkembang misalnya dalam

pula pada kebutuhan-kebutuhan lainnya seni sawer

kebutuhan

(pemberian pepatah dalam nyanyian) baik sawer,penganten maupun khitanan. Pupuh dipergunakan pula pada bentuk drama sura, gending karesmen, atau pengembangannya sebatas bentuk sastranya saja yang ditampilkan sebagai bahan bacaan tanpa harus menggunakan lagam yang ada pada pupuh tersebut. Di bawah ini adakah salah satu contoh pengembangan pupuh dalam bantuk lainnya : Lagam/gaya Asal pupuh Dangdanggula Cianjuran Kinanti Pengembangan/judul baru Bayubud Jemplang titi Layar Putri Sinom Ciawian Kinanti Sinom Dangdanggula Sinom Asmarandana Sekar Gambir Kinanti Pamanis Sinom Pamanis Talutut Sinom Ela-ela Asmarandana

Cigawiran Kakawen

2.3.7 Daerah Penyebaran Pupuh Daerah yang menjadi penyebaran pupuh yaitu Cianjur,Ciawi,Cigawir. Maka daerahdaerah tersebut sering disebut Cianjuran,Ciawian,Cigawiran. 2.3.8 Tokoh-Tokoh Pupuh a. tokoh-tokoh pencipta pupuh 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Sultan Adi Erutjakra pencipta pupuh Kinanti Sunan Giri Kedaton pencipta pupuh Asmarandana Sunan Giri Kedaton pencipta pupuh Sinom Sunan Kalijaga pencipta pupuh Dangdanggula Sunan Boning pencipta pupuh Pucung Sultan Najagung pencipta pupuh maskumambang Sunan Boning pencipta pupuh Durma Sunan Giri Parapen pencipta pupuh Magatru Sunan Muria pada pencipta pupuh Pangkur

10. Natapraja pencipta pupuh Gambuh 11. Sunan Gesang pencipta pupuh Mijil 12. Mang Koko Koswara pencipta pupuh Sunda 13. Rd.Machjar Angga Koesoemadinata pencipta pupuh Ladrang b. tokoh penyanyi pupuh 1. 2. 3. Ida Rosida Iik Setiawan ,S.Kar Patah Nata Prawira

Selain yang disebutkan tadi masih ada tokoh tokoh yang lainnya, seperti : 1. 2. 3. 4. 5. Atik Soepandi ,S.Kar Empu Yogiswara Prabu Daniswara Prabu Banjarsari Epe Syafei Adisastra, BA

2.3.9 Alat-Alat Pengiring Pupuh Alat yang di gunakan dalam mengiringi sebuah lagu pupuh adalah alat tradisional, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kecapi (kecapi indung atau gelung) Suling tembang Kendang Goong Rebab Rincik

Selain alat alat di atas dapat juga menggunakan : 1. 2. 3. Konga Kecrek Biola

2.3.10 Jumlah Pemain Jumlah pemain pupuh relatif, bias di bawakan sendiri maupun lebih dari dua orang dan maksimal lagu pupuh di bawakan oleh 10 orang .

2.3.11 Bentuk Pertunjukan Pupuh dan Busana yang digunakan Bentuk pertunjukan pupuh berbeda beda, ada yang berfungsi sebagai ritual, hiburan dsb. Biasanya berupa pasang diri lagu lagu pupuh kemudian di pentaskan di gedung atau tempat khusus . Dalam pertunjukan pupuh biasanya wanita memakai kebaya dan laki laki memakai baju takwa.

2.3.12 Contoh contoh Syair Pupuh Dan Aturanya

1. Kinanti
Laras : salendro Embat: Irama Merdika Budak leutik bisa ngapung 8-u Babaku ngpungna peuting 8-i Nguriling kakalayangan 8-a Neangan nu amis amis 8-i Sarupaning bubuahan 8-a Naon wae nu ka panggih 8-i

2. Asmarandana
Laras : salendro Embat: Irama Merdika Eling eling murangkalih 8-i Kudu apik jeng berseka 8-a Ulah odoh kanganggo 8-o/e Munkotor geuwat seuseuhan 8-a Soeh geuwat kaputan 7-a Kanu buruk masing butuh 8-u Kanu anyar masing lebar 8-a

3.Mijil
Laras : Pelog Embat: Irama Merdika Beurang peuting tambah cape ati 10-i Jeung tambah rampopoy 6-o Wungkul inget ka salaki bae 10-e Mugi aya kadar panggih deui 10-i Mun teu panggih deui 6-i Angur pondok umur 6-u

4. Pucung
Laras : salendro Embat: Irama Merdika Estu untungnu bisa mupunjung indung 12-u Jeung nyenengkeun bapa 6-a Tanda yen bagjana gede 8-e/o Hirup mulus kaseundeuhan ku berekah 12-a

5. Gambuh
Laras : Pelog Embat: Irama Merdika Nghuleng banget bingung 7-u Henteu terang ka mana ngajugjug 10-u Turug turug harita teu enggeus burit 12-i Panon poe geus rek surup 8-u Keueung sieun aya meong 8-o

6 . Maskumambang
Laras : madenda Embat: Irama Merdika He barudak kudu mikir ti leuleutik 12-i Maneh ka hutangan 6-a Ku kolot ti barang lahir 8-i Nepi ka ayeuna pisan 8-a

7. Wirangrong
Laras : Pelog Embat: Irama Merdika Barudak mangka kaharti 8-i Ulah rek ka dalon dalon 8-o Enggon enggon nuntut elmu 8-u Mangka getol mangka tigin 8-i Pibekeleun sarerea 8-a Modal bakti ka nagara 8-a

8. Durma
Laras : Pelog Embat: Irama Merdika Kanjeng ratu memeh dugi ka mangsana 12-a Teras mapatkeun aji 7-i Nagri teh di cipta 6-a Sina jadi talaga 7-a Dupi eta jimat encis 8-i Kersa jeung Raja 5-a Ngajadi poe matih 7-i

9. Sinom
Laras : Madenda Embat: Irama Merdika Aya hiji rupa kembang 8-a Raranggeuyan tapi leutik 8-i Rupana bodas kacida 8-a Matak lucu liwat saking 7-i Hanjakalna teu seungit 8-u Lamun ku urang di ambung 8-u Kitu soteh ti beurang 7-a Ari seug mungguh ti peuting 8-i Sume leber nyambuang sapakarangan 12-a

10.Juru demung
Laras : Pelog Liwung Embat: Irama Merdika

Badan anu katempuhan 8-a Da bongan ngalanjur nafsu 8-u Peurihna kapanggih 6-i Rek bongan bongan ka saha 8-a Ayeuna bati kaduhung 8-u

11.Balakbak
Laras : Madenda(Nyorong) Embat : Irama Merdika

Nanggung tolok pinuh barang bubututan rarombeng 15-e Wantu kabeh ape kiran rorombongan garoreng 15-e Lempangna teh rada ngigir ngalieukan mendeleng 15-e

12.Pangkur
Laras : Salendro Embat : Irama Merdeka

Sakur durjana dursila 8-a Pada giris repeh teu wani julig 11-i Rasana tangtu karingkus 8-u Najan kabur di udag 7-a Tara weleh mun tacan datang ka tumpur 12-u Bengis keras ponggawana 8-a Ngajaga ponggawa nagri 8-i

13.Gurisa
Laras : Salendro Embat : Irama Merdeka

Hayang teuing geura beurang 8-a Geus beurang rek ka sumedang 8-a Nagih nu boga hutang 8-a Mun meunang rek meuli soang 8-a Tapi najan henteu meunang 8-a Teu rek buru-buru mulang 8-a Rek tuluy guguru tembang 8-a Jeung diajar nabeuh gambang 8-a

14.Lambang
Laras : Salendro Embat : Irama Merdeka

Nawu kubang sisi tegal 8-a Nyiar bogo meunang kadal 8-a Atuh teu payu di jual 8-a Rek didahar da teu halal 8-a

15. Ladrang Laras : Pelog Sorog Embat : Irama Merdeka

Aki dartam leumpangna ngagidig 10-i Gancang pisan gancang pisan 4-a Bari aya nu dijingjing 8-i Mawa kisa eusina ucing anakan 12-a

16.Dangdanggula
Laras : Pelog Sorog Embat : Irama Merdeka

Keak keak merak lir careurik 10-i Heulang julang kalong ngalanglangan 10-a Geuri-geuri tinggarero 8-o/e Maung bati ngahiung 7-u Kuwiwi mah bati ngecewis 9-i Sagala ngiring lara 7-a Ka sang putri wiku 6-u Jeung pa bijil alpukah 8-a Sato-sato berhala gunung sirinding 12-i

17.Magatru
Laras : Madenda Embat : Irama Merdeka

Nun sumuhun ieu teh namina curuk 12-i Nu alit namina cinggir 8-i Anu panjang mah jajangkung 8-u Anu pangageuna jempol
8-o

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan dan Saran 3.1.1 Simpulan : Setelah mengadakan kegiatan observasi ini ternyata seni budaya tradisional di Kabupaten Kuningan sangat banyak sekali, beragam dan sangat menarik. Namun kurang diketahui masyarakat Kuningan. Sehingga seni budaya tradisionala tersebut kurang dipelihara, dan jarang ditemukan. Meski hanya segelintir orang saja yang mengetahui dan mau menjaga maupun melestarikan budaya tersebut. 3.1.2 Saran : Pemerintah Seni Budaya Tradisional Kuningan merupakan kekayaan budaya dan merupakan kebanggaan. Dan identitas masyarakat Kuningan. Untuk itu kami mohon partisipasi dari semua pihak untuk ikut menjaga dan melestarikannya. Kepada semua masyarakat Kuningan agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak hilang atau punah. Lembaga-lembaga tertentu DISPARBUD, agar lebih mempromosikan Seni Budaya Tradisional yang ada di Kuningan. Supaya banyak masyarakat yang berkunjung ke Kuningan. Dinas Pendidikan, agar bisa memperkenalkan pada siswa-siswi sekolah supaya mereka tahu bahwa Seni Budaya Tradisional di Kuningan masih ada. Sanggar-sanggar, agar lebih memberikan pelatihan-pelatihan kepada

masyarakat sekitar untuk mempelajari seni budaya yang ada di Kuningan. Para tokoh seniman, agar lebih dikenal masyarakat. Para tokoh seniman selalu memperingati atau ikut berpartisipasi di setiap acara seni budaya tradisional yang ada di Kuningan. Guru-guru kesenian, sering-seringlah memberikan tugas kepada setiap siswanya untuk meneliti kesenian yang ada di daerahnya sendiri,agar mereka mau dan tahu menjaga dan melestarikannya. Masyarakat, agar selalu memperingati tradisi-tradisi yang di turunkan oleh leluhurnya untuk dipelihara dan dijaga agar tidak

punah,agar masyarakat tahu dan tidak terbawa oleh arus-arus yang membawa masyarakat sampai melupakan tradisi yang ada di darahnya sendiri. 3.2 Kesan dan Pesan 3.2.1 Kesan Penulis bersyukur bisa menyelesaikan tugas observasi dan bisa mendapatkan bekal untuk melanjutkan ke perguruan tinggi Saya harap pengadaan Seni Budaya Tradisional agar tetap ada agar masyarakat tahu betapa pentingnya seni budaya yang ada di daerahnya.

3.2.2 Pesan Teman sekelas, agar selalu menjaga dan selalu melestarikan seni budaya tradisional yang ada di kuningan. Bukan hanya untuk memenuhi tugas semata tetapi untuk esok dan seterusnya. Lembaga-lembaga tertentu, agar bisa melindungi, menjaga dan

melestarikan supaya seni budaya tradisional yang ada tidak punah Masyarakat, agar sellu berperan penting dalam memperingati tradisi-tradisi yang telah ada sehingga tetap terjaga hingga masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Sismayanti, Siska. 2010. Laporan Hasil Observasi Seni Budaya Tradisional. http://www.disparbud.jabarprov.go.id http://id.wikipedia.org http://lh3.ggpht.com http://peta-kota.blogspot.com http://www.kuningankab.go.id www.datasunda.org

Anda mungkin juga menyukai