Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KETERLAKSANAAN PRAKTIKUM FISIKA SEKOLAH


MENENGAH ATAS (SMA) SE-KOTA KUPANG

OLEH:
ALBERTO DIMU HAU
NIM. 1701050011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


DAFTAR TABEL ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 6
2.1 Praktikum ....................................................................................................... 6
2.1.1. Pengertian Praktikum............................................................................. 6
2.1.2. Peranan Praktikum ................................................................................. 7
2.1.3. Praktikum Dalam pembelajaran IPA ..................................................... 8
2.1.4. Peran Guru Dalam Pelaksanaan Praktikum ......................................... 10
2.1.5. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Praktikum ........................... 12
2.2 Laboratorium .............................................................................................. 13
2.2.1 Pengertian laboratorium....................................................................... 13
2.2.2 Desain Tata Ruang Laboratorium ........................................................ 15
2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan .................................................................. 17
2.4 Kerangka Pikir ............................................................................................. 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 19
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 19
3.2 Jenis Penelitian ........................................................................................... 19
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 19
3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data .................................................. 20
3.5 Teknik analisis data .................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

i
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Daftar Aspek Instrumen Angket………………………………………21
Tabel 3.2. Penskoran Alternatif Jawaban Keterlaksanaan Praktikum Fisika.…21
Tabel 3.3. Kriteria Tingkat keterlaksanaan Praktikum Fisika…………..……….22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai
atau keterampilan. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan apa
yang secara potensial atau actual yang telah dimiliki peserta didik. Mereka
dapat mencari, menemukan dan memecahkan masalah dan melatih dirinya
sendiri. Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan ,
pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai
dalam rangka pembentukan dan pengembangan peserta didik. Untuk
mengembangkan potensi siswa, diharapkan dalam proses pembelajaran
diselenggarkan secara interaktif, inspiratif, menyenagkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, kreatifitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Standar Nasional Pendidikan
menyatakan untuk tercapainya pembelajaran yang baik maka guru diharapkan
untuk tidak hanya member materi saja dalam kelas, namn guru juga harus
dapat membangun minat siswa melalui kegiatan-kegiatan seacara langsung di
lapangan agar siswa dapat mengembangkan minat dan bakatnya, terutama
pada pelajaran fisika.
Fisika merupakan ilmu yang membahas teori berkaitan dengan gejala
alam dan keterkaitannya dengan kenyataan. Fisika merupakan mata pelajaran
yang mendidik siswa bukan hanya memiliki ilmu pengetahuan namun
juga memiliki keterampilan yang unggul, fisika melatih melakukan penelitian
dan pengamatan sesuai proses ilmiah dengan harapan akan menghasilkan
karya ilmiah dan sikap ilmiah yang tinggi. Dengan persyaratn tersebut maka
seharusnya pembelajaran fisika dilakukan tidak hanya bercerita tetapi diiringi
dengan percobaan yang dapat dilakukan dalam laboratorium maupun diluar
laboratorium.

1
Fisika merupakan mata pelajaran yang wajib diajaarkan pada siswa
Sekolah Menengah Pertama maupun siswa Sekolah Menengah Atas. Dalam
proses pembelajaranya fisika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang
sulit baik oleh pengajar ataupun pelajar. Hal itu dibuktikan dengan masih
rendahnya nilai yang dicapai siswa pada mata pelajaran fisika jika
dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
Pelaksanaan pembelajaran fisika masih sering menggunakan metode
pembelajaran konvensional, dimana guru terlalu terfokus pada teori-teori
sehigga membuat siswa jenuh, itu terjadi karena dalam pembelajaran
konvensioal guru hanya mentranfer ilmu pengetahuan saja sehingga tidak
menarik perhatian siswa. Dengan penggunaan metode ini siswa hanya
memahami materi dari aspek kognitif saja, sedangkan aspek afektif dan
psikomotoriknya masih kurang.
Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) salah satunya
fisika mestinya menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada
siswa sehingga siswa memperoleh pemahaman mendalam tentang alam
sekitar dan prospek pengembangan lebih lanjut dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari . Pemebelajaran Ipa di sekolah
seharusnya melibatkan aspek sikap, proses , produk dan aplikasi sehingga
siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh memahami
fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah , metode ilmiah dan
meniru kerja ilmuan dalam menemukan fakta baru (Ariani & Suanti, 2016). Oleh
karena itu diperlukannya praktikum dalam pelaksanaan pembelajaran fisika
guna untuk menyeimbangkan antara pengetahuan teori dengan
pengaplikasiannya dalam hehidupan sehari-hari.
Kegiatan praktikum dapat dilakukan di ruang laboratorium atau alam
sekitar, misalnya lingkungan sekolah ataupun dirumah. Praktikum di
laboratorium akan efektif jika memperhatikan ketersediaan dan kecukupan
peralatan dan bahan, pemahaman tentang Kesehatan dan Keselamatan kerja
(K3) dalam menggunaan alat dan bahan, serta kulitas alat dan bahan yang
digunakan. Pelaksanaan praktikum di alam sekitar akan efektif, jika pendidik

2
mampu menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menentukan
tempat yang sesuai menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan, dan
menentukan waktu pelaksanaan praktikum, (S u l i s t yo w at i et al.,
2 0 2 2 ).
Pada pelaksanaan praktikum dalam proses pembelajaran, idealnya ada
tiga langkah yang perlu dilakukan agar hasil yang diharapkan dapat tercapai
dengan baik. Menurut Djadjasastra (dalam ( N i n g r u m et al.,
2 0 1 9 ) ) ada tiga langkah utama yaitu langkah persiapan, langkah kerja dan
tindak lanjut metode praktikum. Langkah persiapan diperlukan untuk
memperkecil kelemahan-kelemahan atau meminimalisir kegagalan yang
muncul. Pada pelaksanaa kerja praktikum, peserta didik melaksanakan
praktikum sesuai dengan petinjuk dan langkah-langkah yang sudah dibuat
pada tahap persiapan praktikum, sedangkan pendidik dalam pelaksanaan
kerja adalah mengawasi proses praktikum yang sedang dilakukan oleh
peserta didik secara menyeluruh ataupun berkelompok. Kegiatan pendidik
selanjutnya adalah melakukan tindak lanjut kepada peserta didik dengan
meminta peserta didik membersihkan dan menyimpan peralatan yang
digunakan, mendiskusikan masalah dan membuat laporan hasil praktikum
(Djadjasastra dalam (Ningrum et al., 2019)).
Salah satu penelitian menyatakan bahwa pelaksanaan praktikum di MTs
Negeri 1 Ende cukup terlaksana dengan baik, begitupun pada SMP Negeri 1
Ende dilihat pada aspek minat Peserta didik pada praktikum, waktu
pelaksanaan serta persiapan dan pelaksanaan praktikum (Kasim, 2018).
Penelitian lain menyatakan bahwa praktikum di SMA Negeri 10 Kota Jambi
termasuk kriteria baik, proses pelaksanaan kegiatan praktikum yang dilakukan
oleh guru di SMA Negeri 10 kota Jambi dilihat dari kegiatan guru dan peserta
didik termasuk kriteria baik, dan evaluasi telah dilakukan guru dalam 3 ranah
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik (Nuriza et al., 2019). Namun, pada
penelitian yang dilakukan oleh Anita (Anita, 2022) menyatakan bahwa
pelaksanaan praktikum yang dilakukan di SMA Negeri 10 Maros tidak
terlaksana dengan baik disebabkan tidak adanya laboratorium fisika khusus di

3
sekolah sehingga apabila melaksanakan praktikum alat laboratorium harus
diangkut ke dalam kelas sehingga kadang-kadang mengalami kerusakan
(Ryasid & Adam, 2022), begitupun dengan daya dukung praktikum fisika di
Sekolah Menengah Atas di Wilayah Propinsi Bengkulu dikategorikan
cukup dan pelaksanaan praktikum berada pada kategori kurang. Beberapa
hambatan utama yang dialami guru dalam menyelenggarakan praktikum
adalah keterbatasan waktu umtuk melakukan praktikum, guru mengalami
kesulitan dalam merancang kegiatan praktikum, guru mengalami kesulitan
dalam teknis pelaksanaan praktikum, peralatan kurang lengkap dan peralatan
yang sudah rusak (Desy et al., 2020).
Berdasarkan permaslahan yang telah diuraikan , peneliti menganggap
perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana
keterlaksanaan kegiatan praktikum di sekolah. Hal ini yang memotivasi
peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Keterlaksanaan Praktikum Fisika Sekolah Menengah Atas (SMA) se-
Kota Kupang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang
telah dibuat, dapat dirumuskan rumusan masalahnya, yaitu :
1. Seberapa seringkah guru-guru fisika Sekolah Menengah Atas se-Kota
Kupang melakukan praktikum dalam pembelajaran?
2. Bagaimanakah keterlaksanaan Praktikum Fisika di setiap sekolah?
1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan persoalan yang telah dikemukakan diatas peneliti juga
bertujuan untuk:
1. Mengetahui seberapa sering guru-guru melakukan praktikum fisika di
Sekolah Menengah Atas ( SMA) se-Kota Kupang.
2. Mendeskripsikan keterlaksanaan praktikum di setiap sekolah
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:

4
1. Diharapkan semoga hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber
rujukan atau masukan terkait terlaksananya praktikum Fisika di Sekolah
Menengah Atas se-Kota Kupang.
2. Sebagai sumber referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan
penelitian terkait terlaksananya praktikum Fisika di Sekolah Menengah
Atas se-Kota Kupang.
3. Diharapkan semoga hasil dari penelitian ini juga dapat membantu guru-
guru agar lebih peduli dan dapat melakukan praktikum Fisika di Sekolah
Menengah Atas.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
penelitian ini mencari jawaban atas batasan permasalahan yang telah
dirumuskan yaitu terlaksananya praktikum Fisika di Sekolah Menengah Atas
se-Kota Kupang.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Praktikum
2.1.1. Pengertian Praktikum
Praktikum adalah serangkaian proses pembelajaran kepada peserta
didik dari tenaga pendidik untuk mengamati obyek, menganalisis,
membuktikan dan membuat kesimpulan atau laporan dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan. Adapun menurut (Lusnetta)
mengatakan bahwa praktikum adalah pembelajaran yang dilakukan
dengan hubungan interaksi melalui sebuah kegiatan mengamati dan
memahami dunia alam yang dilakukan oleh peserta didik.
Kegiatan bertujuan untuk membekali siswa agar lebih dapat
memahami teori dan praktik. Menurut Zainuddin dalam (Susanti, 2013),
melalui kegiatan praktikum banyak hal yang diperoleh siswa diantaranya
1). Kegiatan praktikum dapat melatih keterampilan, 2). Memberi
kesempatan kepada siswa untuk menerapkan dan mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya secara nyata dalam
praktik, 3). Membuktikan sesuatu secara ilmiah/melakukan scientific
inquiri, dan 4). Menghargai ilmu keterampilan inquiri.
Kegiatan praktikum dapat dibedakan menjadi bebrapa jenis
kegiatan praktikum ditinjau dari metode penyelenggaraannya dapat
dikelompokan menjadi dua. Jenis praktikum itu adalah sebagai berikut;
a) Demonstrasi adalah proses menunjukan sesuatu baik berupa proses
maupun kegiatan kepada orang lain atau kelompok lain. Pada
metode Demonstrasi, kegiatan praktikum dilakukan didean kelas
oleh guru ataupun siswa. Siswa yang lain hanya memperhatikan dan
tidak terlibat langsung dengan kegiatan itu.
b) Percobaan atau eksperimen adalah proses memecahkan masalah
melalui kegiatan manipulasi variable, dan pengamatan atu

6
pengkuruan. Pada percobaan proses kegiatan dilakukan oleh semua
siswa bergantung pada jenis percobaannyadan alat-alat laboratorium
disekolah.
2.1.2. Peranan Praktikum
Peranan kegiatan praktikum telah lama menjadi bagian dari
pendidikan sains, peranannya telah mengalami perubahan maju dan
mundur, diantara penjelasan (elucidation) dan pembuktian (verification)
serta penyelidikan (investigation) untuk menemukan fakta-fakta dan
sampai pada prinsip-prinsip.Peran praktikum sebagai instrumen belajar
inquiri dan belajar kognitif bukan lagi peran baru.
Hal ini deperkenalkan pada akhir abad ke-19 saat H.E Amstrong
memulai kegiatan inquiri di dalam kimia dan hal ini dikenal dengan
metode heuristic. Atau suatu seni yang membuat peserta didik untuk
menemukan sesuatu sendiri. Kegiatan praktikum harus berintegrasi
dengan kegiatan teoritis dan harus digunakan untuk memberikan
kontribusi penting dalam menemukan fakta-fakta melalui pendidikan
sehingga sampai kepada prinsip-prinsip yang berkaitan dengan fakta-
fakta yang ditemukan.
Kegiatan praktikum menjai bagian penting dan memiliki peran
sentral dalam kurikulum baru. Kegiatan praktikum selain memiliki peran
untuk belajar berinqiuri, penyelidikan dan pemerolehan konsep juga
amsih memiliki nilai-nilai lainnya,
Kegiatan praktikum juga memiliki beberapa alasan penting yang
mengacu pada peranan kegiatan praktikum antara lain ada empat alasan
pentingnya pembelajaran praktikum
a) Pembelajaran praktikum membagkitkan motivasi belajar, sehimgga
ppesrta didik yang termotivasi belajar akan bersunguh-sungguh
dalam mempelajari sesuatu.
b) Pemebelajaran praktikum mengembangkan keterampilan dasar
memlalui praktikum. Dalam hal ini peserta didik dilatih untuk
mengebangkan kemampuan memahami konsep dengan melatih

7
kemampuan mereka melalui observasi dengan cermat, mengukur
secara akurat, menggunakan dan menangani alat secara aman,
merancang dan melakukannya.
c) Praktikum menjadi wahan belajar pendekatan ilmiah. Hal ini akrena
dalam proses pembelajaran praktikum tidak hanya sekedar
keterlibatan pesrta didik saja, akan tetapi yang berperan langsung
adalah peserta didik dalam mengidentifikasi masalah,
mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat laporan.
d) Praktikum dapat menunjang materi pelajaran. Dalam hal ini
pembelajaran praktikum dapat member kesempatam bagi peserta
didik untuk menemukan dan membuktikan teori. Dengan begitu,
pembelajaran praktikum dapat menunjang pemahaman peserta didik
terhadap materi pelajaran.
Kegiatan praktikum akan memberikan makna apabila kegiatan
tersebut direncanakan dengan baik, member kesempatan untuk memili
prosedur alternatif, merancang eksperimen, mengumpulkan data dan
menginterpretasikan data yang diperoleh. Untuk dapat melaksanakan
praktikum dengan tuntutan tersebut diperlukan keterampilan berfikir atau
intelektual skill. Untuk mengembagkan keterampilan tersebut dalam
praktikum, siswa perlu menggunakan prosedur yang logis dan strategis.
Keuntungan menggunakan meotode eksperimen adalah sebagai berikut:
a) siswa dapat mengamati proses.
b) siswa dapat mengembangkan keterampilan inquiri.
c) siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah.
d) membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif
dan efisien.
2.1.3. Praktikum Dalam pembelajaran IPA
Pendidikan no. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi dan
kompetensi Dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, menjelaskan
bahwa IPA berkaitan dengan cara memahami alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya sebatas penguasaan kumpulan pengetahuan

8
(produk ilmu) yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-
prinsip saja, tetapi lebih sebagai proses penemuan.
Pendidikan/pembelajaran IPA diharpkan dapat menjadi wahan bagi
siswa untuk mempelajari diri sendiri dan lingkungannya, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dengan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajaran ipa hendaknya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
menjelajah dan memahami alam secara ilmiah. Pembelajaran IPA
diarahkan pada inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa
untuk memperoleh pemahaman yang lebih bermakna tentang alam
sekitar.
Praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
pembelajaran, terkhususnya pembelajaran fisika karena dengan
kegiatan ini akan diperoleh pengalaman yang meliputi ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik. Di dalam proses pembelajaran dan bahan
praktikum fisika dilaboratorium dapat dimanfaatkan sebagai media atau
sarana baik dalam laboratorium, kelas, maupun diluar kelas, dengan
keterampilan proses tidak hanya menjadi terampil tetapi juga
mempengaruhi pembentukan sikap ilmiah dan juga pencapaian hasil
pengetahuannya (Freedman, 2018).
Fisika adalah ilmu dasar yang diperlukan untuk membangun
kemampuan berfikir guna memecahkan masalah dalam kehiduan sehari-
hari. Akan tetapi mata pelajran fisika sering dipandang sebagai mata
pelajaran yang sulit umtuk dimengerti (Nurnaifah et al., 2022). Namun,
dalam pembuktian teori-teori fisika yang ada dapat menjadikan
pembelajaran fisika menjadi lebih mudah dipahami.
Fisika tidak terpisahkan dari kegiatan praktikum . Terdapat empat
alasan pentingnya praktikum dalam pembelajran fisika. Perrtam,
praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar fisika peserta didik.
Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan dasar peserta didik
dalam melakuka eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar

9
pendekatan ilmiah. Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran.
Keterampilan proses itu sendiri meliputi; mengamati, menafsirkan,
mengklarifikasikan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep,
merencanakan percobaan, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan.
Kegiatan praktikum merupakan penunjang proses belajar umtuk
menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan prinsip-prinsip yang
dikembangkan (Rustaman, 2012 dalam (Anita, 2022)).
Sumanji mengemukakan beberapa aspek pentingyang dapat
diperhatikan dalam memberdayakan peserta didik melalui pembelajaran
IPA (Fisika) sebai berikut;
a) pentingnya memahami bahawa pada saat memulai kegiatan
pembelajaran, siswa telah memiliki berbagai konsep, pengetahuan
yang relevan dengan apa yang mereka pelajari.
b) aktivitas siswa melalui berbagai kgiatan nyata dengan alam
menjadi hal yang utama dalam pembelajaran IPA (fisika).
c) dalam setiap pembelajaran IPA (fisika) kegiatan bertanya baik
guru maupun siswa menjadi bagian yang penting, bahkan menjadi
bagian uatama dalam pembelajaran.
d) berkaitan dengan kegiatan bertanya bagi peserta didik, pertanyaan
“mengapa” menjadi hal yang fundamental dalam IPA (fisika).
Kemapuan peserta didik untuk memberi penjelasan tentang
kemengapaan fenomena alam akan sangat berguna dalam memahami
suatu masalah.
Berdasarkan beberapa hal di atas, dalam pembelajaran IPA (fisika)
peserta didik lebih dilibatkan secara aktif dengan tujuan untuk
mengajarkan dan mengembangkan cara berfikir ilmiah agar peserta didik
dapat menjalankan proses perubahan konsepsi.
2.1.4. Peran Guru Dalam Pelaksanaan Praktikum
Terdapat perang dapat guru pilih, disesuaikan dengan jenis
praktikum yang dilakukan, berikut adalah peran-peran tersebut;
a) Perancang.

10
Sebagai perancang guru tidak hanya memperhatikan konten
kurukulum IPA tettapi juga bagaimana konteks kehidupan dan
kemampuan siswa. Selain itu juga harus mempertimbangkan bagaimana
kondisi laboratorium seperti alat dan bahan yang dimiliki sekolah.
b) Sebagai pengarah.
Pada peran ini guru bertindak sebagai orang yang menjelaskan
tujuan perlengkapan serta prosedur praktikum yang akan dilakukan. Guru
juga memberikan jawaban untuk pertanyaan- pertanyaan yang diajukan
siswa. Arahan penting untuk efektivitas dan efisiensi serta keamanan
pelaksanaan praktikum. Melalui arahan ini guru menyiapkan diri dan
pikiran siswa agar dapat melaksanakan praktikum dengan baik.
c) Pembimbing.
Praktikum merupakan aktivitas yang seringkali memiliki resiko
yang cukup tinggi, baik aspek keamanan, waktu maupun ketercapaian
tujuan. Oleh karena itu dibtuhkan pembimbing dalam proses
pelaksanaannya untuk mengantisipasi permasalahan- permasalahan
insidential yang terjadi. Guru harus memiliki keterampilan manajemen
kelas yang baik.
d) Model.
Sebagai model,peran guru adalah member contoh keterampilan
tertentu yang dibutuhkan oleh siswa dalam melaksanakan praktikum.
Secara umum terdapat dua hal yang perlu dimodelkan dalam praktikum
yaitu keterampilan fisik dan keterampilan berpikir. Dalam memodelkan
kerampilan fisik, misalnya menggunakan alat tertentu, guru sebaiknya
tahap demi tahap menunjukan bagaimana hal itu dilakukan, salah satu
siswa dapat diminta menirukan untuk melihat hasilnya sebelum
keseluruhan siswa. Adapun untuk ketrampilan berpikir, guru dapat
menggunakan strategi berpikir lantang (think aloud). Selain itu guru juga
dapat memodelkan konsep ipa tertentu melalui demonstrasi, pada
demonstrasi tersebut guru dengan jelas menujukan bagaimana proses

11
berpikir para ahli ketika menyusun suatu konsep ilmiah dalam
menjelaskan fenomena alam.
e) Evaluator.
Setiap kegiatan pembelajaran termasuk praktikum tentu harus
dinilai dan dievaluasi. Guru dapat melakukan penilaian selama
pelaksanaan praktikum maupun penilaian hasil melalui laporan
praktikum maupun ujian praktikum. Setelah penilaian guru perlu
melakukan evaluasi, tidak hanya terkait dengan kemampuan siswa tetapi
juga efektivitas pelaksanaan praktikum hingga dapat diperbaiki pada
praktkum selanjutnya.
2.1.5. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Praktikum
Setyaningrum menyatakan praktikum memberikan kesempatan
bagi siswa untuk membuktikan trori, menemukan teori atau mengeludasi
teori (Setyaningrum et al., 2013). Efektikvitas pelaksanaan praktikum,
tidak hanya dibebankan untuk guru, tetapi yang terpnting adalah dari
siswanya. Bagaimana seorang siswa bersikap saat praktikum
berlangsung, sikap terhadap alat dan bahan yang tesedia dan silkap
terhadap pengelolaan waktu yang diberikan sehingga praktikum fisika
mempunyai manfaat yang berguna bagi kehidupan siswa.
Tetapi pada kenyataannya praktikum masih sering tidak dilakukan
oleh guru disekolah yang menurut Gabel dalam (Anwar, 2014)
permasalahan yang dihadapi guru dalam melaksanakan praktikum
antara lain, kurangnya peralatan dan bahan praktikum dan kurangnya
pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengelola kegiatan
praktikum. Selaim itu tidak adanya asisten yang membantu guru dan
terlalu banyaknya siswa sehingga menyulitkan pengaturan proses
kegiatan. Tingkat keefektivan penyelenggaraan praktikum ditentukan
oleh kualitas sumber daya antara lain, kualitas pendidik dan kelengkapan
laboratorium.
Selain itu, menurut penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
oleh sundoro (Sundoro et al., 2013), menyatakan hambatan guru dalam

12
melakukan kegiatan laboratorium yaitu selain tidak adanya tenaga
laboran/teknisi laboratorium fisika, masih kurangnya pemahaman guru
fisika tentang pentingnya inovasi dalam pembelajaran untuk
mengembangkan kebiasaan berpikir ilmiah dalam pendidikan sains.
Masih terdapat ruang laboratorium yang digunakan sebagai tempat KBM,
bahkan ruang laboratorium fisika masih ada juga yang bergabung dengan
ruang laboratorium kimia dan biologi, tidak cukup waktu untuk
melaksanakan praktikum dengan memanfaat alat/fasilitas yang ada, alat
yang tersedia pun tidak cukup untuk melaksanakan praktikum dengan
pemanfaatan alat/fasilitas yang ada.

2.2 Laboratorium
2.2.1 Pengertian laboratorium
Kata laboratorium berasal dari bahasa latin yang berarti “ tempat
bekerja”. Dalam perkembangannya. Kata laboratorium mempertahankan
arti dari aslinya yaitu “ tempat bekerja “ khusus untuk keperluan
penelitian ilmiah. Laboratorium adalah satu ruangan atau kamar umtuk
melakukan praktik atau penelitian yang ditunjang oleh adanya
serangkaian alat-alat serta adanya infrasrtuktur laboratorium yang
lengkap (ada fasilitas air, listrik, gas dan sebagainya).
Laboratorium juga diartikan sebagai tempat untuk melakukan
percobaan, penyelidikan atau kegiatan ilmiah. Pada umumnya, ruang
laboratorium dilengkapi dengan peralatan yang digunakan untuk
melakukan percobaan atau pembelajaran. Sedangkan ruang laboratorium
fisika itu sendiri adalah tempat yang berfungsi untuk melakukan
percobaan-percobaan yang sehubungan dengan pelajaran fisika.
Lynn dan Nixon dalam (Suanah, 2019) menjelaskan bahwa
kompetensi atau kemampuan terdiri dari pengalaman dan pemahaman
tentang fakta dan konsep, peningkatan keahlian, juga mengajarkan
perilaku dan sikap siswa juga turut memegang peran penting dalam
berlangsungnya proses pembelajaran di laboratorium (Suanah, 2019).

13
Pentingnya laboratorium dalam pembelajaran IPA sesungguhnya
telah diamanatkan dalam peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 dan
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2007 tentang standar sarana dan pra sarana untuk sekolah.
Disebutkan bahwa guna mencapai tujuan pendidikan nasional
sebagaimana tercancum dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003,
adanya laboratorium disekolah merupakan keharusan. Demikian pula
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP. 2006) menyatakan bahwa
sekolah harus memiliki sarana prasarana laboratorium di samping
perabot dan peralatan lainnya. Keberadaan peralatan dan bahan
laboratorium dalam pembelajaran IPA merupakan sarana yang harus
diupayakan guna meningkatkan mutu pembelajaran IPA di Sekolah.
a. Fungsi LaboratoriumTtradisional
Pada laboratorium tradisional dilakukan kegiatan didalam
laboratorium, yang dahulu dikenal dengan praktikum. Yang disebut
praktikum biasanya adalah kegiatan praktikum yang dilakukan pada jam
khusus, tidak terintegrasi pada pelajaran sains. Pada umumnya kegiatan
laboratorium merupakan penerapan teori yang sudah dibahas didalam
kelas sebelum melakukan percobaan didalam laboratorium.
b. Fungsi Laboratorium Non-Tradisional
Pada laboratorium non-tradisonal, kegiatan laboratorium
merupakan bagian terintegrasi pada kegiatan belajar sains. Setiap
pelajaran sains,berupa percobaan atau bukan percobaan, berlangsung
di ruang laboratorium. Di dalam ruang laboratorium dapat berlangsung
pemberian informasi oleh guru, dapat dilakukan percobaan oleh siswa,
percobaan demonstrasi guru atau siswa,diskusi dalam kelompok kecil
dan diskusi dibimbing oleh guru.
Secara umum sebuah laboratorium dapat digunakan untuk
beberapa fungsi sebagai berikut;
1. Sebagai sumber belajar;

14
2. Tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual
melalui kegiatan pengamatan, pemngumpulan data dan penyelidikan
gejala-gejala alam;
3. Mengembangkan keterampilan motorik siswa dalam menggunakan
alat-alat yang tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran;
4. Mengembangkan dan memupuk keberanian untuk mecari hakikat
kebenaran ilmiah dari suatu objek dalam lingkungan alam;
5. Memupuk objektifitas dan rasa ingin tau siswa yang merupakan
sikap ilmiah yang perlu dimiliki oleh seorang peneliti;
6. Membangun rasa percaya diri dengan menguasai keterampilan dan
pengetahuan, atau kesanggupan menemukan solusi, prinsip atau
hukum melalui penyelidikan.
2.2.2 Desain Tata Ruang Laboratorium
a) Desain Laboratorium Fisika
Menurut perkemendikbud Nomor 24 Tahun 2007 tentang sarana
dan prasarana dijelaskan bahwa laboratorium fisika berfungsi sebai
tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran fisika secara praktek yang
memerlukan peralatan khusus. Ruang laboratorium fisika dapat
meampung minimum satu rombongan belajar. Rasio minimum
laboratorium fisika 2,4 m2. Untuk rombongan belajar kurang dari 20
orang. Luas minimum laboratorium 48 m2, termasuk ruang penyimpanan
dan persiapan 18 m2. Lebar ruanglaboratorium fisika minimul yaitu 5 m.
ruang laboratorium fisika memiliki fasilitas yang memungkinkan
pencahayaan yang baik untuk membaca buku dan mengamati obyek
percobaan.
Ketika membangun laboratorium sekolah, ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan antara lain :
1. Letak relatif terhadap ruang-ruang yang lain;
2. Letak laboratorium berkaitan dengan arah datangnya cahaya
matahari; dan

15
3. Letak relatif terhadap arah angin. Posisi ruang laboratorium
sekolah ideal yaitu berada ditengah-tengah ruang kelas yang lain
dan merupakan satu blok bangunan laboratorium IPA.
b) Tata Ruang Laboratorium
Menurut Sutrisno (Sutrisno, 2010), terdapat 4 ruangan yang
semestinya ada di laboratorium fisika sekolah yaiitu;
1) Ruang praktikum
Ruang praktikum merupakan bagian utamadari sebuah
laboratorium sekolah. Ruang praktikum adalah tempat
berlangsungnya proses pembelajaran fisika didalam ruang dapat
berupa alat peraga atau demonstrasi, praktikum perorangan atau
kelompok, dan penelitian.
Agar proses pembelajaran diruang praktikum berjalan dengan
lancar, maka ruang praktikum hendaklah memiliki fasilitas utama
sebagai berikut;
a) Instalasi listrik.
b) Instalasi air.
c) Fasilitas mebeler berupa meja dan kursi praktikum untuk
siswa dan untuk demonstrasi guru, loker, dan lemari
penyimpanan alat-alat praktikum.
d) Papan tulis dan layar untuk OHP dan LCD.
2) Ruang Guru
Ruang guru di laboratorium adalah tempat kerja bagi
penanggungjawab laboratorium dan guru yang melakukan proses
pembelajaran didalam laboratorium.
a) Ruang guru berada dalam laboratorium;
b) Ruang guru dan ruang praktikum sebaiknya disekat dengan
dinding berkaca bening sehingga dari dalam ruang guru dapat
mengawasi kegiatan yang terjadi di dalam ruang praktkum.
c) Ruang guru memiliki instalasi dan ventilasi uadara yang baik;
d) Memiliki fasilitas mebeler;

16
e) Dalam ruang ini dapat dilaksanakan pekerjaan administrasi
laboratorum dan pekerjaan akademik laboratorium.
3) Ruang Persiapan
Ruang persiapan adalah ruang yang disediakan untuk
melakukan persiapan dan perawatan alat-alat laboratorium.
4) Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan dalam laboratorium dapat juga disebut
sebagai gudang laboratorium, adalah ruang yang digunakan untuk
menyimpan alat-alat yang sedang tidak digunakan.

2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan


Kajian Penelitian Yang relevan, dengan penelitian ini antara lain
berdasarkan peneltian yang dilakukan oleh;
1. Feblia Lafenasti, Nova Susanti, Dwi agus Kurniawan yang berjudul
“Analisis hambatan pelaksanaan Praktikum Fisika Di SMA Negeri 5 Kota
Jambi”.
2. Rus Setyaningrum, Sryono, Ashari yang berjudul “Efektifitas pelaksanaan
praktikum siswa SMA Negeri Kabupaten Purworejo”
Pada penelitian sebelumnya Peneliti meneliti tentang hambatan-
hambatan praktikum Ipa Fisika yang dihadapi oleh guru dan murid
serta efektifitas pelaksanaan praktikum Ipa Fisika serta pengaruhnya terhadap
motivasi dan hasil belajar siswa, sedangkan peneliti sekarang ingin meneliti
sebarapa besar keterlaksanaan praktikum Fisika se-Kota Kupamg.

2.4 Kerangka Pikir


Pada penelitian ini hanya akan ada satu sapek yang akan diamati yaitu
angket Guru, prangkat yang akan diamati memeiliki bebrapa aspek yang telah
dijabarkan menjadi deskripsi aspek. Deskripsi aspek pada angket yang akan
dibuatkan dalam bentuk pertanyaan yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data.

17
Angket ini akan berisi tentang keadaan laboratorium, waktu pelaksanaan
praktikum, persiapan dan pelaksanaan praktikum serta laporan dan evaluasi
praktikum. Perangkat pendukung penelitian ini adalah data dokumentasi
sekolah berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja
Siswa (LKS), dan profil guru. Aspek yang terdapat dalam perangkat
penelitian digunakan untuk analisis ketercapaian pelaksanaan praktikum.

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April tahun 2023 hingga
selesai. Dengan lingkupan guru-guru mata pelajaran Fisika di beberapa
Sekolah Menengah Atas di Kota Kupang.

3.2 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengungkapkan sesuatu yang
diteliti apa adanya. Menurut (Dewanty et al., 2020) mengatakan bahwa
penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggunakan observasi,
wawancara atau angket mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi.
Sugiyono Mengatakan bahwa metode penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui suatu variabel atau lebih dengan
tidak membandingkan variabel tersebut (Sugiyono, 2015).
Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan pengisian angket dan juga
wawancara untuk mengetahui sejauh mana sekolah-sekolah melakukan
praktikum terhadap pembelajaran Fisika yang mana jawaban yang didapat
diubah menjadi berbentuk angka kemudian dianalisis secara kuantitatif.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi peneitian
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru
Sekolah Menengah Atas mata pelajaran Fisika di Kota Kupang.
2. Sampel penelitian
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu guru-guru mata
pelajaran fisika yang berjumlah 2 guru dari setiap Sekolah Negeri. Dan
cangkupan sekolah yang akan diteliti yaitu antara lain; SMA Negeri 1
Kupang, SMA Negeri 2 Kupang, SMA Negeri 3 Kupang, SMA Negeri

19
4 Kupang, SMA Negeri 5 Kupang, SMA Negeri 6 Kupang, SMA Negeri
7 Kupang, SMA Negeri 8 Kupang, SMA Negeri 9 Kupang dan SMA
Negeri 10 Kupang. Sehingga terdapat 20 sampel yang akan digunakan
dalam ini. Sedangkan untuk teknik pengambilan sampel yang digunakan,
peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling. Menurut Sugiyono
(Sugiyono, 2015) Purposive sampling merupakan teknik pengambilan
sampel yang didasarkan pada pertimbangan tertentu terhadap kriteria
peneliti.

3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data


Instrumen merupakan suatu media alat ukur yang digunakan untuk
menganalisis maupun mengukur sesuatu yang diteliti. Sugiyono (Sugiyono,
2015) mengatakan bahwa Instrumen penelitian merupakan suatu alat ukur
yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun fenomena sosial
yang diamati.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen angket atau
kuisioner dan juga menggunakan pedoman wawancara. Kuisioner yang
digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui Keterlaksanaan
Praktikum Fisika Sekolah Menengah Atas (SMA) se-Kota Kupang.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa teknik yaitu
angket/ kuisioner dan wawancara.
1. Angket/ Kuisioner
Menurut Arikunto mengatakan bahwa Instrumen angket
merupakan sejumlah pertanyaan/pernyataan tertulis yang bertujuan untuk
memperoleh informasi dari responden mengenai sesuatu keadaan yang
diteliti (Arikunto, 2010).
Dalam penelitian ini, angket diberikan kepada guru mata pelajaran
Fisika di Sekolah Menegah Atas. Angket ini berisi tentang
Keterlaksanaan Praktikum Fisika di sekolah yang dibagi dalam beberapa
indikator dan pada setiap indikator terdapat sub indikator yang berupa
pertanyaan atau pernyataan. Angket ini dibagi ke dalam empat indikator

20
yaitu keadaan laboratorium, waktu pelaksanaan praktikum,minat peserta
didik dan persiapan dan pelaksanaan praktikum. Untuk lebih jelasnya
dibuat dalam tabel berikut:
Tabel 3.1. Daftar Aspek Instrumen Angket

Variabel Indikator
Keterlaksanaan 1. Keadaan laboratorium
Praktikum Fisika di 2. Waktu pelaksanaan praktikum

sekolah 3. Minat peserta didik


4. Persiapan dan pelaksanaan praktikum

Penskoran angket menggunakan skala likert dengan alternatif


jawaban Selalu, Sering, Kadang-kadang dan Tidak pernah. Skor setiap
alternative jawaban yang diberikan oleh responden pada pernyataan
positive (+) dan pernyataan negative (-) pada kuisioner Keterlaksanaan
Praktikum Fisika di sekolah adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2. Penskoran Alternatif Jawaban Keterlaksanaan Praktikum Fisika


Alternatif jawaban Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif
(+) (-)
Selalu (S) 4 1
Sering (Sr) 3 2
Kadang-kadang (KK) 2 3
Tidak pernah (TP) 1 4

2. Wawancara
Menurut Denzin dalam (Nurussalam, 2015) wawancara
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada
orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan
hal-hal yang dipandang perlu.
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk
mencari suatu informasi yang berkepentingan terkait dengan
penelitian. Sumber data yang didapat dari wawancara berupa tulisan
atau rekaman suara.

21
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan observer kepada guru
mata pelajaran Fisika untuk mendapatkan informasi mengenai
keterlaksanaan praktikum fisika. Dari wawancara tersebut diperoleh data
yang dapat mendukung penelitian ini.

3.5 Teknik analisis data


Teknik analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu melalui
penafsiran data. Dimana data yang dianalisis dibuat dalam bentuk presentase
untuk mengetahui presentase pada setiap indikator Keterlaksanaan Praktikum
Fisika dengan menggunakan rumus:

f 0
p 100
0

Keterangan :
p = persentase
f = frekuensi
N = Jumlah Sampel
Setelah menghitung persentasi Keterlaksanaan Praktikum Fisika
selanjutnya mengkategorikan tingkat Keterlaksanaan Praktikum Fisika
berdasarkan tabel berikut ini:
Tabel 3.3. Kriteria Tingkat keterlaksanaan Praktikum Fisika
Interval Skor Interval Persentase Keterangan
69 - 80 85% - 100% Sangat Tinggi
57 - 68 69% - 84 % Tinggi
45 - 56 53% - 68 % Sedang
33 - 44 37% - 52 % Rendah
20 – 32 25 % - 36% Sangat Rendah

22
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, E. D. (2014). Pelatihan Pembuatan Alat-Alat Praktikum Kecamatan
Winong Kab Pati. Dimas, 14(1), 43–56.
Ariani, T., & Suanti, W. (2016). Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (Pbl) Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas Viii
Smp Negeri 2 Lubuk Linggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal Inovasi
Dan Pembelajaran Fisika, 3(2), 1–6.
Arikunto Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. In
Jakarta: Rineka Cipta. Pt Rineka Cipta.
Http://R2kn.Litbang.Kemkes.Go.Id:8080/Handle/123456789/62880
Dewanty, W., Hak, N., & B., I. (2020). Program Gerobak Usaha Baznas Provinsi
Bengkulu Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Mustahik Di Kota Bengkulu.
Semj: Sharia Economic Management Business Journal, 1(3), 1–7.
Freedman, M. P. (1997). Relationship Among Laboratory Instruction, Attitude
Toward Science, And Achievement In Science Knowledge. Journal Of
Research In Science Teaching, 34(4), 343–357.
Https://Doi.Org/10.1002/(Sici)1098-2736(199704)34:4<343::Aid-
Tea5>3.0.Co;2-R
Kasim, A. (2018). Analisis Pelaksanaan Praktikum Ipa Fisika Peserta Didik Kelas
Viii Tingkat Smp/Mts Se-Kabupaten Ende Wilayah Tengah Skripsi. Journal
Of Materials Processing Technology, 1(1), 1–8.
Http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Cirp.2016.06.001%0ahttp://Dx.Doi.Org/10.101
6/J.Powtec.2016.12.055%0ahttps://Doi.Org/10.1016/J.Ijfatigue.2019.02.006
%0ahttps://Doi.Org/10.1016/J.Matlet.2019.04.024%0ahttps://Doi.Org/10.101
6/J.Matlet.2019.127252%0ahttp://Dx.Doi.O
Katili, N. S., Sadia, I. W., & Suma, K. (2013). Analisis Sarana Dan Intensitas
Penggunaan Laboratorium Fisika Serta Kontribusinya Terhadap Hasil
Belajar Siswa Sma Negeri Di Kabupaten Jembrana. E-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Ipa, 3(2), 14–
22.
M, A., Sakti, I., & Kadir, F. (2022). Analisis Pelaksanaan Praktikum Fisika Di

23
Sma Negeri Se-Kabupaten Maros. Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika,
4(2), 125–136. Https://Doi.Org/10.31540/Sjpif.V4i2.1857
Ningrum, M. S., Lengkana, D., & Yolida, B. (2019). Analisis Keterlaksanaan
Praktikum Biologi Sekolah Menengah Atas Swasta Se-Kotamadya Bandar
Lampung. Jurnal Bioterdidik, 7(2), 56–65.
Nuriza, H., Susanti, N., & Kurniawan, D. A. (2019). Analisis Kegiatan Praktikum
Fisika Di Sma Negeri 10 Kota Jambi. 21(1), 1–9. Http://Journal.Um-
Surabaya.Ac.Id/Index.Php/Jkm/Article/View/2203
Nurnaifah, I. I., Sakti, I., & Megawati. (2022). Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Fisika Pada Materi Gerak Lurus Di Kelas X Sman 2
Pinrang. Karst : Jurnal Pendidikan Fisika Dan Terapannya, 5(1), 39–46.
Https://Doi.Org/10.46918/Karst.V5i1.1318
Nurussalam, S. (2015). Analisis Kemampuan Siswa Dalam Mengomunikasikan
Soal Cerita Menjadi Kalimat Matematika Pada Materi Volume Kubus Dan
Balok Kelas Viii Smpn 4 Tulungagung [Institut Agama Islam Negeri (Iain)
Tulungagung]. In Skripsi (Issue 17).
Http://Repository.Unpas.Ac.Id/30547/5/Bab Iii.Pdf
Putri, D. H., Risdianto, E., & Sutarno. (2020). Identifikasi Keterlaksanaan
Praktikum Fisika Sma Dan Pembekalan Keterampilan Abad 21. Jurnal Sains
& Enterpreneurship Iv, 21(1), 1–9. Http://Journal.Um-
Surabaya.Ac.Id/Index.Php/Jkm/Article/View/2203
Setyaningrum, R., Sriyono, & Ashari. (2013). Efektivitas Pelaksanaan Praktikum
Fisika Siswa Sma Negeri Kabupaten Purworejo. Radiasi Jurnal Berkala
Pendidikan Fisika, 3(1), 83–86.
Http://Jurnal.Umpwr.Ac.Id/Index.Php/Radiasi/Article/View/524/380
Suanah. (2019). Analisis Kesiapan Laboratorium Fisika Dalam Mendukung
Implementasi Kurikulum 2013 Di Sma Negeri Se-Kabupaten Tangerang.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta.
Sulistyowati, E., Wisudawati, T., & Saputro, W. A. (2022). Analisis Location

24
Quotient Dan Shift Share Dalam Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian
Kabupaten Penyangga (Studi Kasus Di Kabupaten Sukoharjo Dan
Karangnayar). Magisma: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, 10(1), 01–10.
Https://Doi.Org/10.35829/Magisma.V10i1.156
Susanti, R. (2013). Pengaruh Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Pada
Praktikum Fotosintesis Dan Respirasi Untuk Meningkatkan Kemampuan
Generik Sains Mahasiswa Pendidikan Biologi Fkip Unsri. Universitas
Sriwijaya.
Sutrisno. (2010). Laboratorium Fisika Sekolah I. In Modul. Universitas
Pendidikan Indonesia.

25

Anda mungkin juga menyukai