MODUL PERKULIAHAN
F042100001
Human Relations
02
Rifky Anan Kurniawan. S.Ikom. M.Ikom.MM
Fakultas Ilmu Komunikasi Ilmu Komunikasi
Pendahuluan
Produktivitas kerja sebuah organisasi atau perusahaan tidak semata-mata menjadi
keberhasilan manajemen semata, dan pendapat ini keliru. Produktivitas kerja perusahaan
terjadi karna adanya sinergitas antara manajemen dengan para pekerja atau karyawan.
Oleh karna itu, menjaga sinergitas sangatlah penting. Sinergitas kerja dapat terjadi
manakala adanya kegiatan komunikasi dan interaksi yang memberikan pengertian,
pemahaman, kenyamanan, kesenangan dan saling menguntungkan diantara kedua belah
pihak.
Sepeti yang telah dijelaskan pada modul sebelumnya, untuk membangun sinergitas
diperlukan sebuah pendekatan komunikasi dan interaksi yang manusiawi. Melalui
pendekatan human relations, maka ruang komunikasi dan interaksi antara manajer
dengan karyawan semakin luas dan intim. Dalam konteks human relations, para menejer
tidak memposisikan karyawan sebagai mesin produksi semata, tetapi karyawan
diperlakukan secara manusiawi.
Namun sejauh ini masih banyak perlakuan para manajer kurang apresiatif dan tidak
memperhatikan kepentingan karyawan. Para manajer hanya fokus menggenjot
produktifitas para karyawan melalui berbagai mekanisme yang direktif dan tidak
memberikan ruang bagi karyawan untuk lebih menunjukan kompetensinya.
Dari peneliti manajemen teknis, teridentifikasi bahwa karakteristik orientasi produksi yang
bersifat direktif mempunyai kecenderungan menciptakan situasi dimana bawahan merasa
tergantung, penurut, dan pasif, dimana mereka hanya menggunakan sebagian dari
kemampuan mereka dalam bekerja. Manajer akan menilai bawahan berdasarkan
seberapa banyak atau seberapa baik produk yang dihasilkannya. Implikasi dari cara
pandang ini yaitu tenaga kerja akan diperlakukan seperti mesin produksi yang bisa
dieksploitasi sedemikian rupa untuk keuntungan perusahaan.
Alhasil, aktivitas karyawan terlalu berorientasi pada kebutuhan organisasi dan manajer
daripada kebutuhan mereka sendiri. Kondisi inilah sering menimbulkan rasa frustasi,
kebencian dan tidak produktif. Dalam kondisi ini, pegawai cenderung mengatasi dengan
ke luar dari pekerjaan atau menciptakan mekanisme defensif (seperti melamun, agresi
ataupun mendua) atau menentang secara terbuka terhadap manajer dan sistem yang
ada.
Jika diperhatikan, maka akan terdapat perbedaan yang cukup kontras antara perilaku
manajemen interaktif dan perilaku manajemen yang berorientasi pada teknis. Secara singkat kita
dapat melihat perbedaannya sebagai berikut:
Teknis Interaktif
Sedangkan pada manajer interaktif, mereka menempatkan diri dan berfungsi sebagai
penasehat, konsultan dan pemecah masalah (problem solver) yang membantu bawahan
untuk menentukan arah yang terbaik dan memberi bimbingan bagaimana cara
implementasi kerja, dan hal ini menjadi prioritas utama. Perilaku verbal dan nonverbal
manajer interaktif ditunjukan dengan kepercayaan, kesabaran, empati dan kemauan
untuk membantu karyawan (win-win solution).
Kekuasaan dan kewenangan merupakan “kata kunci” bagi manajer teknis. Maka sering
kali muncul kata-kata “Kerjakan dengan cara saya” atau “Manajer adalah pemikir”,
“pekerja adalah buruh”. Manajer mengkontrol, membujuk, dan memaksa pegawai untuk
melakukan apa yang diinstruksikan. Mungkin teknik ini dapat berjaalan tetapi dapat
menciptakan ketidakpuasan pada diri pekerja, sehingga akan menimbulkan penentangan
secara samar atau ke luar jika mereka mendapat kesempatan.
Penggabungan secara efektif tujuan-tujuan jangka pendek dan panjang merupakan ciri
dari manajer interaktif. Manajer interaktif memberikan “ruang” untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut dalam waktu yang cukup. Kepatuhan tidak terlalu penting jika
dibandingkan dengan membangun kerjasama tim yang efisien dan efektif. Walaupun
orientasi ini memakan waktu untuk mendapatkan hasil yang positif, ini akan menimbulkan
sedikit ketidaksukaan pada sebagian manajer yang bersifat otokrat. Dalam jangka
panjang akan tercipta saling lebih percaya antara manajer dan pekerja.
Memenuhi batas waktu pelaksanaan tugas adalah satu hal yang amat penting bagi
manajer teknis. Hal ini berpengaruh kepada kualitas kerja yang dihasilkan, karna manajer
teknis lebih mengutamakan deadline. Selain itu, manajemen teknis juga lebih berorientasi
kepada hasil ketimbang mengembangkan hubungan dengan karyawan. Orientasi ini
sering menimbulkan frustasi pada pegawai yang hanya memberikan usahanya secara
minimum.
Fleksibilitas adalah keterampilan kunci yang digunakan oleh manajer interaktif. Mereka
fleksibel dalam berkomunikasi dengan orang yang berbeda dengan gaya yang berbeda
pula. Manajer lebih dapat beradaptasi dengan individu pegawai dan situasi. Mereka
sangat memperhatikan tanda-tanda verbal dan nonverbal yang dikirimkan oleh bawahan
mereka dan mereka berkehendak dan mau merubah pendekatan dan tujuan mereka jika
diperlukan.
Ketika kita mengatakan kepada seseorang bahwa kita mengetahui masalahnya dan
langsung mengajukan pemecahan tanpa mendapatkan umpan balik yang cukup, maka
orang tersebut cenderung menjadi defensif, menyembunyikan sesuatu dan bahkan sakit
hati. Interaksi menjadi seperti pertempuran antara menang-kalah. Seorang pegawai tidak
akan secara sukarela menceritakan informasi penting kepada manajer dalam kondisi ini
dan mungkin malah mengaburkan masalah sebenarnya sehingga manajer kehilangan
keseimbangan. Ini bukanlah hubungan yang produktif, tetapi sebaliknya.
Dalam manajemen interaktif, atasan adalah seorang yang terampil dalam menghimpun
informasi dalam upaya membantu pegawai untuk terbuka, jujur dalam menyampaikan
kebutuhan dan masalah personal (pribadi). Melalui pendekatan ini, pegawai
mempersepsikan hubungan dengan atasannya sebagai hal yang wajar dan terbuka.
Dalam manajemen teknis, tingkat ketakutan, rasa tidak nyaman, dan was-was amat
tinggi. Manajemen menjadi lebih pada proses persuasi, kontrol dan pemecah masalah.
Hubungan atasan dan pegawai memburuk ketika sifat defensif dan saling curiga,
sehingga ketidakpercayaan akan meningkat.
Ada 5 (lima) langkah proses untuk mempermudah transisi dan bantuan dalam
membangun hubungan yang efektif untuk bergabung dalam pemecahan-masalah.
Teknis Interaktif
Ini rencana saya untuk anda Mari kita membuat rencana aksi yang baru
Tentukan masalahnya
Manajer interaktif memastikan apakah bawahannya puas dengan hubungan yang terjalin
dan prosedur kerja yang telah ditetapkan. Pegawai didorong untuk mengkristalisasi dan
menyelaraskan tujuan personal dengan sasaran dan tujuan-tujuan perusahaan, hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah metode yang paling efisien dan efektif dalam
mencapai hasil yang diinginkan oleh kedua belah pihak. Analisa situasi ini mengarah
pada pertanyaan yang konklusif: “Apakah rencana aksi lain lebih produktif dalam
membantu pegawai dan perusahaan untuk mendapat tujuan dan sasaran bersama?”
Proses komitment dalam manjemen interaktif terpusat pada “Kapan”, bukan “Jika”. Jika
bawahan diberikan peran yang besar dalam menentukan tujuan dan sasaran dan
medesain rencana yang masuk akal untuk mengoptimalisasi hasil yang diinginkan mereka
Ikuti (Follow-Through)
Pada fase ini, atasan berkomitmen kepada pegawainya. Atasan tetap bertanggung jawab
dan selalu tertantang untuk menjaga hubungan setelah persetujuan (Action Plan) secara
formal telah dibuat. Atasan harus mencari umpan balik, memonitor situasi dan hasil yang
telah dicapai. Atasan harus bereaksi pada situasi sebelum terjadi masalah dari pada
menunggu sesuatu terjadi dan memperbaikinya. Ikuti (Follow-Through) ini adalah proses
yang sensitif dan konstruktif.
Memahami Manusia
Memahami manusia perlu dilakukan untuk melihat karakter personal. Pada dasarnya
seorang manusia itu unik; masing-masing memilki karakter yang berbeda yang dibentuk
oleh lingkungan, pengalaman, pendidikan dan lain-lian..Pada modul-modul berikutnya kita
akan melihat dari Gaya pembelajaran (Learning Style), perilaku (behavior), gaya
transaksional (transactional style) dan motive dan motivasi.
Manipulasi konstruktif
Ada kalanya dalam mencapai tujuan tertentu, kadang kala manipulasi yang konstruktif
diperlukan, tetapi harus dilakukan dengan hati-hati. Jika dampaknya adalah destruktif
(menyebabkan sakit hati, marah dan reaksi defensive), maka jangan kita lakukan. Jika
dampaknya konstruktif dan membantu orang lain memperoleh tujuannya, dan dapat
meningkatkan rasa saling menghargai dan percaya, maka lakukan lah. Sebagai contoh,
mengancam seseorang adalah tehnik manipulasi yang tidak positif. Ini mengancam“self-
esteem” seseorang. Ini bukan apa yang anda lakukan tetapi bagaimana anda
melakukannya.
Peran manipulatif dimana kita berusaha agar orang lain melakukan apa yang harus
dilakukan. Beberapa peraturan yang dapat membantu sebagai berikut:
2 Beri umpan balik Kita harus mendorong pegawai untuk berbicara dan
mengungkapkan masalahnya. Dengarkan, dan kemudian
berikan pegawai informasi sebanyak-banyaknya. Juga berikan
informasi tentang kompetisi, produktivitas, biaya dan faktor lain
yang mempengaruhi pekerjaannya. Paling penting, berikan
umpan balik terhadap kinerja yang baik. Bisa saja komentar
yang simple “kerja bagus” atau melalui papan pengumuman.
3 Hadapi (confront) Jelaskan pada pegawai bahwa kesalahan atau kinerja yang
buruk adalah merugikan bagi perusahaan. Umpan balik seperti
ini, diberikan dengan cara penuh pengertian, adalah esensial
jika masalah bisa diatasi dan dihindari pada masa datang.
4 Hargai orang lain Walaupun pegawai mempunyai masalah dan anda tidak, ingat
(value others) bahwa mereka mempunyai kebutuhan yang sama – untuk
diterima dan dihargai, bagi mereka dan orang lain.
Memberikan “penghargaan (recognition)” ini penting dalam
membangun hubungan yang produktif.
Effendy, Onong Uchjana. 2019. Human Relations & Public Relations. Bandung: Mandar
Maju
Erozkan, A. (2013). The Effect of Communiction Skills and Interpersonal Problem Solving
Skills on Social Self-Efficacy. Educational Sciences: Theory & Practice 13. (2). 739-745