Anda di halaman 1dari 18

KEBIJAKAN DIVIDEN DALAM KEUANGAN SYARIAH

Disusun Oleh:

1. Alma Rizki Ramadhani


2. Nisa Ardila

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah: Manajemen Keuangan Syariah
Dosen Pengampu: Nurul Fitri Habibah, M.E

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA TEGAL
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
segala karunia Nya. Syukur Alhamdulillah kami telah menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Kebijakan Dividen dalam Keuangan Syariah”.

Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan nabi kita Nabi Muhammad Saw,
keluarga, sahabat, tabiin dan kita semua sebagai umat yang taat dan turut terhadap risalah yang
dibawanya sampai yaumil akhir.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurul Fitri Habibah, M.E selaku dosen
pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan Syariah yang telah membimbing kami serta
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Slawi, 08 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI........................................................................................................................................ iii
BAB I ................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................... 4
C. TUJUAN............................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 6
A. PENGERTIAN DIVIDEN ................................................................................................... 6
B. PENGERTIAN DIVIDEN MENURUT PRESPEKTIF SYARIAH ................................... 7
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN................... 10
D. TEORI KEBIJAKAN DIVIDEN....................................................................................... 14
E. TEORI PREFERENSI INVESTOR .................................................................................. 16
BAB III ............................................................................................................................................. 17
PENUTUP......................................................................................................................................... 17
A. KESIMPULAN .................................................................................................................. 17
B. SARAN ............................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak
(badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan
modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim
atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Keuntungan saham yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham yaitu
berupa Dividen dan Capital Gain. Maka dari itu, dalam makalah ini akan di jelaskan
mengenai kebijakan deviden dalam keuangan syariah.

Dividen adalah pembagian laba pemegang saham dari sebuah perusahaan secara
proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik
saham. Pada dasarnya, menurut Arie Afzal laba bersih perusahaan bisa dibagikan kepada
pemilik saham sebagai dividen atau ditahan untuk membiayai investasi perusahaan.
Kebijakan dividen merupakan keputusan tentang bagaimana penggunaan laba yang
menjadi hak dari pemilik saham. Kebijakan dividen berimbas pada pengelolaan laba, yaitu
antara membayar dividen kepada para pemilik saham atau menginvestasikan kembali
dalam perusahaan. Laba ditahan merupakan salah satu alternatif dari sumber dana yang
paling cepat dan murah untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, dilain pihak dividen
merupakan arus kas yang disisihkan untuk para pemilik saham.

Beberapa perusahaan mungkin memiliki Rencana Investasi Ulang Dividen (dividend


reinvestment). Hal ini memungkinkan para pemegang saham untuk menggunakan
dividennya secara sistematis untuk membeli sedikit saham yang biasanya tanpa komisi.
Dalam beberapa kasus, mereka tidak perlu membayar pajak untuk investasi ulang dividen
ini, namun biasanya perlu membayar komisi
B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Dividen?

2. Pengertian Dividen dalam Prespektif Syariah

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

4. Teori Kebijakan Dividen

4
5. Teori Preferensi Investor
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui Pengertian Dividen

2. Untuk mengetahui Pengertian Dividen dalam Perspektif Syariah

3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan


Dividen

4. Untuk mengetahui Teori Kebijakan Dividen

5. Untuk mengetahui Teori Preferensi Investor

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DIVIDEN
Dividen adalah pembagian laba pemegang saham dari sebuah perusahaan secara
proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik
saham. Sedangkan menurut Skousen et al yang dikutip oleh Manurung & Siregar ”Dividen
adalah pendistribusian laba secara proporsional kepada para pemegang saham sesuai
dengan jumlah saham yang dimilikinya”. Pengertian lain tentang dividen adalah
keuntungan perusahaan yang ditentukan oleh direksi yang kemudian dibagikan pada
pemilik saham dimana pembayaran deviden ditentukan sesuai dengan jenis saham yang
dimiliki. 1 Dividen memiliki beberapa jenis, diantaranya:

1. Dividen tunai / kas, Metode pembayaran dividen ini paling sering


dipergunakan sebagaicara pembagian keuntungan. Dibayarkan secara tunai
dan dikenai pajak sesuai dengan tahun pengeluarannya. di Indonesia keputusan
untuk dividen pada dasarnya berada ditangan Rapat Umum Pemegang Saham
atau RUPS sesuai dengan UU No. 1 tahun 1995, pasal 62 ayat 1 dan 2.

2. Dividen saham, Metode pembayaran dividen dalam bentuk saham kepada


para pemilik saham. Dividen saham sejatinya merupakan penyusunan kembali
modal perusahaan atau rekapitalisasi perusahaan, sedangkan perbandingan
kepemilikan perusahaan tidak mengalami perubahan Metode ini cukup sering
dilakukan dan dibayarkan dalam bentuk saham tambahan, biasanya dengan
memperhatikan perbandingan jumlah saham yang dimiliki. Metode
pembayaran dividen ini tidak dikenai pajak. Dividen saham juga menimbulkan
peningkatan jumlah saham tetapi harga yang lebih rendah untuk setiap lembar
sahamnya, tujuan perusahaan memberikan dividen saham adalah untuk
menghemat kas karena adanya alternatif kesempatan berinvestasi yang lebih
menguntungkan. Kebijakan dividen saham tidak diperbolehkankan jika
dividen saham ditujukankan untuk mengatasi kesulitan finansial perusahaan,

1
Dede Khasanah. Kebijakan Dividen dalam Keuangan Syariah. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan. Vol.
1 No. 1. 2018. hal. 2
6
karena perusahaan tidak dapat memanipulasi investor yang akan
mengakibatkan harga saham turun.

3. Script Dividen / dividen hutang, adalah surat pernyataan kesediaan untuk


membayar sejumlah uang tertentu yang diberikan oleh perusahaan kepada para
pemilik saham sebagai dividen. Surat ini hakikatnya merupakan surat hutang
yang berbunga sampai dengan dibayarnya dividen tersebut kepada yang
berhak. Script dividen seperti biasanya dibuat ketika para pemilik saham
menentukan keputusan tentang pembagian laba, tetapi perusahaan belum
memiliki sejumlah dana tunai yang cukup untuk membayar dividen tunai.

4. Property Dividen, adalah jenis dividen yang diberikan kepada para pemilik
saham dalam bentuk sejumlah barang- barang. Contohnya berupa persediaan
yang merupakan investasi perusahaan pada perusahaan lain. Pembagian
dividen dalam barang tentu lebih sulit dihitung dan dilaksanakan dibandingkan
dengan pembagian dividen tunai. Perusahaan melakukan property dividend
karena uang tunai perusahaan diinvestasikan dalam saham perusahaan lain
atau persediaan. Penjualan investasi atau persediaan jika jumlahnya cukup
banyak akan menyebabkan harga jual investasi ataupun persediaan menjadi
turun, sehingga merugikan perusahaan dan pemilik saham itu sendiri.

5. Liquidating Dividen, adalah jenis dividen yang dibayarkan kepada para


pemilik saham, sebagian dari jumlah tersebut dimaksudkan sebagai
pembayaran dividen tunai, sedangkan sebagian lagi dimaksudkan sebagai
pengembalian modal yang diinvestasikan oleh para pemegang saham ke dalam
perusahaan tersebut.2
B. PENGERTIAN DIVIDEN MENURUT PRESPEKTIF SYARIAH
Pembicaraan mengenai dividen selalu berkaitan dengan pembahasan tentang
perusahaan dan keuntungan atau laba. Keuntungan atau laba untuk per unit penjualan
adalah selisih atara harga pokok dan biaya yang dikeluarkan dengan penjualan. Kalangan
ekonomi mendefinisikan sebagai: selisih antara total penjualan dengan total biaya, total
penjualan yakni harga barang yang di jual. Total biaya operasional adalah seluruh biaya
yang dikeluarkan dalam penjualan yang terlihat dan tersembunyi.
Perusahaan dibentuk oleh dua atau lebih orang atau badan hukum. Orang-orang

2
Darmawan. 2018. Manajemen Keuangan. FEBI UIN Suka Pres. Yogyakarta. hal. 13-16
7
atau badan hukum ini melakukan syirkah atau kerjasama dalam bentuk modal. Kerjasama
dalam bentuk syirkah amwal ini biasanya dikenal dengan syirkah musahamah. Syirkah
musahamah adalah penyeretan modal usaha yang dihitung dengen jumlah lebar saham
yang diperdagangkan dipasar modal sehingga pemiliknya dapat berganti-ganti dengan
mudah dan cepat. Sehubungan dengan hal ini, al-Mishri menegaskan bahwa
pertanggungjawaban pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki,
keuntungan dan kerugian yang diterima oleh pemegang saham sebanding dengan jumlah
saham yang dimiliki.
Syirkah musahamah bermanfaat bagi pengembangan bisnis karena saham disebar
dalam jumlah yang besar. Modal syarik (orang yang bersyirkah) tidak berubah karena
keluarnya pemegang saham lama dengan cara dijual atau masuknya pemegang saham baru
denagn cara membeli. Syirkah musahamah dilakukan guna menciptakan kesejahteraan
umum (bukan hanya kesejahteraan pemegang saham).
Sesuai dengan sepirit syirkah, bahwa syirkah termasuk dalam akad mu’awadhat yang
tujuannya adalah mencari untung. Dengan demikian, pihak yang melakukan syirkah berarti
melakukan kegiatan bisnis yang bertujuan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang
diperoleh akan dibagikan kepada yang bersyirkah. Secara sunatullah yang namanya bisnis
akan mengandung dua konsekuensi yitu untung dan rugi. Jika demikian, maka dalam
syirkah dua konsekuensi hasil tersebut akan ditanggung oleh para pihak. Pembagian atas
untung dan rugi dalam bisnis disesuaikan dengan ketentuan hukumnya, yaitu: jika untung
maka dibagi sesuai dengan nisbah dan jika rugi dibagi berdasarkan penyertaan para pihak
yang bersyirkah.

Dividen merupakan bagian dari keuntungan usaha yang dibagikan kepada para pihak
yang bersyirkah, merupakan sesuatu hal yang dapat dilakukan dan dibolehkan oleh
syariah. Sebab, manusia akan mendapatkan apa yang telah diperbuatnya. Untung dan rugi
atau dapat dividen atau tidak mendapat dividen merupakan konsekuensi ekonomi yang
didapat oleh para pihak yang bersyirkah.3
a. Makna Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat
keputusan dividen. Suatu perusahaan akan tumbuh dan berkembang dan pada
waktunya akan memperoleh keuntungan atau laba. Laba disini terdiri dari laba

3
Dede Khasanah. Kebijakan Dividen dalam Keuangan Syariah. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan. Vol.
1 No. 1. 2018. hal. 3-4
8
ditahan dan laba yang dibagikan. Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana
yang paling penting untuk pembiayaan pertumbuhan perusahaan. Semakin besar
pembiayaan perusahaan yang berasal dari laba ditahan ditambah penyusutan
aktiva tetap, maka semakin kuat pula posisi financial perusahaan tersebut.
Kemudian, seluruh laba yang diperoleh perusahaan sebagian dibagikan kepada
banyak perusahaan yang selalu mengkomunikasikan bahwa perusahaannya
memiliki prospektif dan menghadapi masalah keuanganpasti akan kesulitan
untuk membayar dividen.
Dengan begitu akan berdampak pada perusahaan yang membagikan
dividen, memberikan tanda pada pasar bahwa perusahaan tersebut memiliki
prospek kedepan yang cerah dan mampu untuk mempertahankan tingkat
kebijakan dividen yangtelah ditetapkan pada periode sebelumnya. Perusahaan
yang memiliki prospek kedepan yang cerah, akan memiliki hara saham yang
semain tinggi. Evaluasi pengaruh rasio pembayaran dividen terhadap kekayaan
pemegang saham dapat dilakukan dengan melibatkan kebijakan dividenperusahaan
sebagai keputusan pendanaan yang melibatkan laba ditahan. Setiap periode,
perusahaan harus memutuskan apakah laba yang diperolehakan ditahan atau
diditribusikan sebagian atau seluruhnya pada pemegangsaham sebagai dividen.
Sepanjang perusahaan memiliki proyek investasidengan pengembalian
melebihi yang diminta, perusahaan akan menggunakan laba untuk mendanai
proyek tersebut. Namun, jika terdapat kelebihan dana setelah digunakan untuk
mendanai seluruh kesempatan investasi yang diterima, kelebihan itu akan
didistribusikan kepadapemegang saham dalam bentuk dividen kas. Jika tidak ada
kelebihan, maka dividen tidak akan dibagikan.
Dalam menentukan jumlah kas yang akan dibagikan kepada pemegang saham, manajer
keuangan harus ingat bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan pemegang saham
sehingga rasio pembayaran yang ditargetkan (target payout ratio) yang didefinisikan sebagai
persentase dari laba bersih yang harus dibayarkan sebagai dividen tunai dan sebagian besar
harus didasarkan pada preferensi investor atas dividen lawan keuntungan modal. Preferensi
ini dapat dipertimbangkan dalam pengertian model penilaian saham dengan pertumbuhan
konstan. Jika perusahaan menaikkanrasio pembagian, D1 akan naik. Kenaikan dalam
pembilang ini saja akan mengakibatkan harga saham naik. Namun jika dividen tunai
meningkat, makin sedikit dana yang setia untuk direinvestasi, sehinggatingkat pertumbuhan

9
yang diharapkan akan rendah untuk masa mendatang dan akan menekan harga saham.
Dengan demikian, kebijakan dividen yang optimal dalam perusahaan adalah kebijakan yang
menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang
yang memaksimumkan harga saham. 4
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan manajer perusahaan terkait dengan
penerapan kebijakan dividen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen:
1. Undang-undang, Undang-undang perseroan terbatas menyatakan bahwa dividen
harus dibayar dari laba, baik laba saat ini ataupun berasal dari laba tahun lalu pada pos
laba ditahan di neraca. Peraturan pemerintah menitikberatkan peraturan tentang
dividen ini pada tiga hal: peraturan laba bersih, larangan pengurangan modal (capital
impairment rule), dan peratuaran tentang kepailitan (insolvency rule). a. Peraturan
laba bersih mengatur bahwa, dividen bisa bersumber dari laba saat ini atau laba tahun
lalu. b. Larangan pengurangan modal ini bertujuan untuk melindungi para pemberi
kredit karena adanya larangan untuk membayar dividen dengan mengurangi modal (
membayar dividen dengan modal akan berarti membagi modal suatu perusahaan
bukan membagikan laba). Larangan untuk membayar dividen dengan mengurangi
modal berarti membagi modal suatu perusahaan dan bukan membagikan laba. c.
Sedangkan peraturan tentang kepailitan mengaturkan perusahaan untuk tidak
membayar dividen pada saat perusahaan sedang pailit. Pailit adalah kondisi kinerja
keuangan perusahaan dimana karena kewajiban perusahaan lebih besar dari aktivanya.
2. Posisi Likuiditas, Likuiditas adalah rasio keuangan antara aktiva lancar dengan
hutang lancar. Rasio ini menggunakan tingkat besarnya dana yang tersedia untuk
menghadapi transaksi kebutuhan sehari-hari perusahaan. Laba ditahan ditujukan untuk
diinvestasikan kedalam aktiva yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha perusahaan.
Laba ditahan dari tahun-tahun buku sebelumnya sudah diinvestasikan pada pabrik dan
peralatan, persediaan dan aktiva lainnya, jadi laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk
kas. Oleh karena itu meskipun sebuah perusahaan membukukan sejumlah laba,
perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen tunai karena keadaan likuiditas.
Pada perusahaan yang sedang berkembang, walaupun membukukan sejumlah
keuntungan. yang relatif besar, perusahaan berkembang mempunyai kebutuhan dana

4
Ibid. hal 5-6
10
yang sangat mendesak untuk aktivitas usaha sehari-harinya. Keadaan perusahaan
seperti ini, membuat perusahaan memutuskan untuk tidak membayar dividen.
3. Kebutuhan untuk melunasi hutang, ketika perusahaan mengambil keputusan
pendanaan untuk membiayai keputusan investasinya, perusahaan tersebut dihadapkan
pada dua alternatif. Alternatif pertama, perusahaan dapat membayar hutang sebagai
akibat keputusan pendanaannya pada saat jatuh temponya atau menggantikannya
dengan jenis surat berharga yang lain. Jika keputusannya adalah membayar hutang yang
telah jatuh tempo tersebut, manajer memerlukan cadangan laba. Ketika dana dari laba
yang tersedia jumlahnya lebih kecil dari dana yang akan dikeluarkan untuk mebayar
hutang, maka manajer keuangan perlu mempertimbangkan antisipasi lain.
4. Larangan dalam Perjanjian Hutang, dalam perjanjian hutang, khususnya pada
hutang yang merupakan hutang jangka panjang, seringkali dibuat perjanjian yang
membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Perjanjian ini
hakikatnya dibuat untuk melindungi kedudukan kreditur. Bunyi perjanjiannya biasanya
mengatakan bahwa, dividen pada masa yang akan datang dibayar dari laba yang
diperoleh sesudah penandatanganan perjanjian hutang dan dividen tidak dapat
dibayarkan apabila modal kerja bersih berada di bawah jumlah yang telah ditentukan
dalam perjanjian tersebut. Hal ini juga terdapat pada perjanjian saham preferen yang
biasanya menyatakan bahwa dividen tunai dari saham biasa tidak dapat dibayarkan
terkecuali semua dividen saham preferen sudah dibayar terlebih dahulu.biasanya
mengatakan bahwa, dividen pada masa yang akan datang dibayar dari laba yang
diperoleh sesudah penandatanganan perjanjian hutang dan dividen tidak dapat
dibayarkan apabila modal kerja bersih berada di bawah jumlah yang telah ditentukan
dalam perjanjian tersebut. Hal ini juga terdapat pada perjanjian saham preferen yang
biasanya menyatakan bahwa dividen tunai dari saham biasa tidak dapat dibayarkan
terkecuali semua dividen saham preferen sudah dibayar terlebih dahulu.5
5. Tingkat Ekspansi Aktiva, Semakin cepat sebuah perusahaan berkembang semakin
besar kebutuhan untuk membiayai ekspansinya aktivanya. Bila kedudukan dana dimasa
depan semakin besar perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada
membayarkannya. Apabila perusahaan mencari dana luar maka sumbernya adalah
pemegang saham saat itu yang mengetahui keadaan perusahaan. Tetapi jika laba

5
Darmawan. 2018. Manajemen Keuangan. FEBI UIN Suka Pres. Yogyakarta. hal. 18-21
11
dibayarkan sebagai dividen dan terkena pajak penghasilan pribadi yang tinggi maka
hanya sebagian saja yang tersisa untuk reinvestasi.
6. Tingkat Laba dan Stabilitas Laba, Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan
menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada
pemegang saham atau menggunakannya diperusahaa. Suatu perusahaan yang
mempunyai laba stabil seringkali dapat memperkirakan berapa besar laba dimasa yang
akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan
presentase yang lebih tinggi.
7. Aktiva ke Pasar Modal, Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik
mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas akan mempunyai akses yang mudah
kepasar modal dan mempunyai bentuk lain dari pendanaan. Perusahaan yang sudah
mapan akan memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi.
8. Pajak atas Laba yang Diakumulasikan secara Salah, Untuk mencegah pemegang
saham hanya menggunakan perusahaan sebagaisuatu perusahaan penyimpan uang yang
dapat digunakan untuk menghindari tarif penghasilan pribadi yang tinggi, peraturan
perpajakan perusahaan menentukan suatu pajak tambahan khusus terhadap penghasilan
yang diakumulasikan secara tidak benar.
9. Kendali, variabel ini telah menjadi pertimbangan para pemilik saham sejak lama.
Sumber pembiayaan akan berpengaruh pada perimbangan kendali atas perusahaan.
Pelibatan pendanaan eksternal yang lebih besar akan mengakibatkan menurunnya
kendali para pemilik saham pada saat ini. Dilain pihak jika pendanaan internal yang
lebih besar, maka para pemilik saham saat ini bisa mempertahankan kendalinya.
Perjanjian hutang biasanya akan berisi larangan-larangan tertentu dari kreditor yang
bertujuan untuk melindungi pinjamannya. Begitu juga pada penerbitan saham baru
yang akan berakibat pada berbaginya kendali perusahan dari para pemilik lama dengan
para pemilik saham baru perusahaan. Pada saat yang sama pendanaan sumber internal
juga akan meningkatkan resiko yang harus ditanggung oleh para pemilik.
10. Posisi Pemegang Saham sebagai Pembayar Pajak, Posisi pemilik perusahaan
sebagai pembayar pajak sangat mempengaruhi keinginannya untuk memperoleh
dividen.. Misalnya, suatu perusahaan yang dipegang hanya oleh beberapa pembayar
pajak dalam golongan berpendapatan tinggi, cenderung untuk membayar dividen yang
rendah. Pemilik memilih untuk mengambil pendapatan mereka dalam bentuk
peningkatan modal daripada dividen, karena dividen akan terkena pajak penghasilan
pribadi yang lebih tinggi. Perbedaan besarnya pajak bagi masing-masing pemilik saham
12
tentu akan menjadi preferensi dalam mendukung atau tidak mendukung pembagian
dividen.6

6
Ibid. hal. 22-28
13
D. TEORI KEBIJAKAN DIVIDEN
1. Teori Ketidakrelevanan Dividen
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ini
adalah Merton Miller dan Franco Mondigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai
suatu perusahaan hanya ditentukan kemampuan dasarnya untuk menentukan laba dan
resiko bisnisnya.
2. Teori Bird in the Hand
Teori ini menyatakan bahwa nilai perusahaan akan dimaksimalkan dengan
menentukan rasio pembagian dividen yang tinggi. Pendapat dalam teori ini menyatakan
bahwa Ks akan turun apabila rasio pembagian dividen dinaikkan karena para investor
kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal yang akan dihasilkan dari laba
yang ditahan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima dividen.
3. Teori Preverensi Pajak
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor lebih
menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi, diantaranya:
a) Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham,
dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang
pajaknya lebih tinggi.
b) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. Karena adanya
efek nilai waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan dimasa mendatang mempunyai
biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini.
c) Jika selembar saham dimiliki seseorag sampai meninggal sama sekali tidak ada
pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris yang menerima saham itu dapat
menggunakan nilai saham pada hari kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan
demilian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal.
Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih
suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian maka para
investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian
dividennya rendah daripada perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.
4. Teori Signaling hypothesis
Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan
harga saham. Sebaliknya pernurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham
turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai

14
dividen dari pada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen
yang diatas biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen
perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa mendatang. Sebaliknya,
suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan normal
(biasanya) diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa
sulit diwaktu mendatang.
Seperti teori dividen yang lain, teori Signaling Hypotesis ini juga sulit dibuktikan
secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen mengandung beberapa informasi.
Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan
penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal" atau disebabkan karena
efek sinyal dan preferensi terhadap dividen.
5. Teori Clientele Effect
Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele ) pemegang saham yang berbeda
akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan.
Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih
menyukai suatu Dividend payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang
saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan
menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu
(misalnya orang lanjut usia dikenai pajak lebih ringan) maka pemegang saham yang
dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran
pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil.
Sebaliknya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung
menyukai dividen yang besar. Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari "Clientele ini
ada. Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dividen kecil, atau
demikian pula sebaliknya. Efek Clientele ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok
pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan mereka. 7

7
Ibid. hal. 35-43

15
E. TEORI PREFERENSI INVESTOR
Teori penggunaan dan pemenuhan kepuasan merupakan pendekatan teoretis yang tepat
untuk penelitian ini guna mengkaji bagaimana orang (investor) menggunakan media (media
sumber informasi finansial dan reputasi perusahaan) untuk kebutuhan mereka (dalam
menganalisis saham) dan Gratifikasi (intensi untuk berinvestasi). Maka dari penelitian ini
secara khususbertujuan mengeksplorasi preferensi pemenuhan kebutuhan investor individu

di Indonesia terhadap informasi mengenai kinerja dan laporan keuangan perusahaan, dan
informasi mengenai reputasi perusahaan sebagai sumber informasi dalam proses pengambilan
keputusan berinvestasi serta preferensi sumber media yang dipilih dalam mencari informasi
dimaksud.

Penggerak utama dari teori ini adalah needs gratification atau pemenuhan kebutuhan
yang dilakukan oleh khalayak (Griffin et al., 2019). Sehingga penelitian ini berupaya untuk
mengkaji informasi apa yang dibutuhkan investor individu serta sumber informasi yang
digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. Gratifikasi yang dicari
(gratification sought) dan gratifikasi yang diperoleh (gratification obtained) adalah dua
komponen yang berbeda dari teori penggunaan dan pemenuhan kepuasan. Gratifikasi yang
dicari telah diidentifikasi sebagai kebutuhan yang sesuai dengan penggunaan media dan
kontennya, sedangkan gratifikasi yang diperoleh dianggap sebagai hasil aktual atas gratifikasi
yang diperoleh (Bae, 2018). Hal ini sesuai untuk dterapkan dalam mengkaji kebutuhan kognisi
investor individu atas informasi baik finansial maupun non-finansial yang digunakan dalam
proses pengambilan keputusan sahamInformasi laporan kinerja dan keuangan perusahaan yang
dianggap berpengaruh dalam menentukan keputusan investasi terbagi menjadi 4 empat jenis
informasi yakni

(1) laporan keuangan perusahaan,

(2) kondisi dan peluang industri terkait,

(3) manajemen perusahaan dan

(4) tren produk yang dihasilkan

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dividen adalah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepadapemegang
saham. Kebijakan dividen adalah kebijakan pembagian pendapatan yang harus diikuti
dalam membuat keputusan dividen (dibagikan/ditahan). Kebijakan dividen merupakan
salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh manajemen dalam mengelola
perusahaan. Halnini karena kebijakan dividen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
banyak pihak, baik perusahaan yang dikelola itu sendiri, maupun pihak lain seperti
pemegang saham dan kreditur. Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden
adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan
dibagikepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah
modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi
kebijakan deviden yaitu posisi likuiditas perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar
hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan.

B. SARAN

Demikianlah makalah ini kami buat. Dengan disusunnya makalah ini, penulis
mengharapkan pembaca dapat memahami kajian tentang KEBIJAKAN DEVIDEN DAN
KEUANGAN SYARIAH.
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat di harapkan untuk penulisan
makalah-makalah selanjutya agar jauh lebih baik lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dede Khasanah. Kebijakan Dividen dalam Keuangan Syariah. Jurnal Ekonomi Syariah Teori
dan Terapan. Vol. 1 No. 1. 2018. hal. 2
Darmawan. 2018. Manajemen Keuangan. FEBI UIN Suka Pres. Yogyakarta. hal. 13-16
Dede Khasanah. Kebijakan Dividen dalam Keuangan Syariah. Jurnal Ekonomi Syariah Teori
dan Terapan. Vol. 1 No. 1. 2018. hal. 3-4
Darmawan. 2018. Manajemen Keuangan. FEBI UIN Suka Pres. Yogyakarta. hal. 18-21

18

Anda mungkin juga menyukai