Oleh
2181511032
Value Engineering (VE) adalah suatu pendekatan yang kreatif dan terencana yang
bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengefisiensikan biaya. Metode ini muncul karena
banyak biaya yang tidak diperlukan dalam perencanaan awal proyek. Value Engineering
merupakan metode efisiensi biaya yang bertujuan untuk mencapai nilai terbaik (best value)
sebuah proyek dengan mendefinisikan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran nilai
dan menyediakan fungsi-fungsi tersebut dengan biaya yang paling murah, konsisten dengan
kualitas dan kinerja yang diisyaratkan (Hammersley, 2002). Metode efisiensi biaya
menggunakan analisa VE diawali dengan mencari objek penerapan VE yang merupakan item
pekerjaan berbiaya tinggi pada proyek konstruksi yang ditinjau. Selanjutnya mencari alternatif
terbaik yang dapat menggantikan objek penerapan VE tanpa mengurangi yang direncanakan.
Alternatif objek penerapan VE dapat berupa perubahan material yang digunakan atau
perubahan metode pengerjaan yang direncanakan.
2
pembangunan Aurora Wonderland Resort sebagai strategi dalam menghadapi kondisi akibat
penyebaran COVID-19. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui item
pekerjaan dengan biaya tinggi yang berpotensi menjadi objek penghematan biaya serta
mengetahui berapa besar penghematan yang dapat dihasilkan melalui penerapan value
engineering.
1. Apa saja item pekerjaan berbiaya tinggi yang menjadi objek penerapan value engineering ?
2. Apakah alternatif terbaik yang dapat menggantikan item pekerjaan yang menjadi objek
penerapan value engineering ?
3. Berapakah besar nilai penghematan yang dicapai melalui penerapan value engineering ?
1. Mengidentifikasi item pekerjaan yang berbiaya tinggi yang akan menjadi objek penerapan
value engineering.
2. Menganalisis alternatif terbaik yang dapat mereduksi biaya tanpa mengurangi fungsi dari
item pekerjaan yang menjadi objek penerapan value engineering.
3. Menganalisis besar penghematan yang dicapai melalui penerapan value engineering.
3
1. Objek penerapan value engineering merupakan item pekerjaan berbiaya tinggi hasil dari
analisis diagram pareto
2. Analisa value engineering hanya dilakukan pada item pekerjaan struktur dan arsitektur.
3. Pekerjaan non-standar berupa desain interior dan landscape tidak ditinjau.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu
terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu, dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas
dengan tepat sasaran serta tujuannya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1999). Dalam
proses mencapai hasil akhir kegiatan proyek tersebut telah ditentukan hal-hal yang menjadi
batasan selama masa pelaksanaannya, yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, waktu
pelaksanaan yang dibatasi, dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan tersebut dikenal
dengan istilah triple constrain.
Dalam upaya mencapai keberhasilan suatu proyek konstruksi, biaya (anggaran) yang
dikeluarkan pada masa pelaksanaan perlu dikendalikan secara efisien dan tepat sasaran.
Efisiensi biaya dalam proyek konstruksi dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti Least
Cost Analysis, Network Planning, Earned Value, dan Value Engineering.
5
Karena proyek adalah bagian dari siklus produk, maka pengertian dan kegunaan value
engineering berlaku pula untuk pengelolaan proyek.
Menurut Zimmerman (1982), value engineering bukanlah :
A Design Review, yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh perencana, atau
melakukan perhitungan ulang yang sudah dibuat oleh perencana.
A Cost Cutting Process, yaitu proses menurunkan biaya dengan mengurangi biaya satuan
serta mengorbankan mutu, keandalan dan penampilan dari produk yang dihasilkan.
A Requirement Done All Design, yaitu ketentuan yang harus ada pada setiap desain, akan
tetapi lebih berorientasi pada biaya yang sesungguhnya dan analisis fungsi.
Quality Control, yaitu kontrol kualitas dari suatu produk karena lebih dari sekedar meninjau
ulang status keandalan sebuah desain.
Definisi lain dari value engineering adalah suatu cara pendekatan yang kreatif dan
terencana dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mengisienkan biaya yang tidak perlu
(Hidayat, 2011). Value engineering digunakan untuk mencari alternatif atau ide yang bertujuan
untuk menghasilkan biaya yang lebih rendah dari harga yang telah direncanakan sebelumnya,
dengan batasan fungsional tanpa mengurangi mutu pekerjaan.
6
1. Tahap Konseptual atau Tahap Kelayakan
2. Tahap Perencanaan dan Desain
3. Tahap Produksi / Pelaksanaan / Konstruksi
4. Tahap Serah Terima / Operasional
Setiap tahap saling berhubungan satu sama lain, besarnya waktu dalam persentase yang
dibutuhkan untuk masing-masing tahap bergantung pada jenis proyek yang dikerjakan. Secara
teoritis, metode rekyasa nilai dapat diaplikasikan pada setiap tahap sepanjang waktu
berlangsungnya (life cycle) proyek.
Meskipun metode rekayasa nilai dapat diterapkan pada setiap tahap sepanjang waktu
berlangsungnya proyek, akan lebih efektif bila rekayasa nilai sudah diaplikasikan pada tahap
perencanaan untuk menghasilkan penghematan potensial yang sebesar-besarnya. Secara umum
untuk mendapatkan penghematan potensial yang maksimum, penerapan rekayasa nilai harus
dimulai sejak dini pada tahap konsep dan secara berkelanjutan hingga perencanaan selesai.
Berdasarkan studi yang dilakukan Barrie (1995), penerapan rekayasa nilai sebisa
mungkin dilaksanakan pada tahap perencanaan. Tahap ini memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap keseluruhan proyek dikarenakan fleksibilitas maksimal yang didapat untuk
mengadakan perubahan-perubahan tanpa menyebabkan biaya tambahan untuk merencana
ulang (redesign). Semakin lama penerapan rekayasa nilai dilakukan pada tahap waktu
berlangsungnya proyek nilai potensi penghematan akan semakin kecil. Sedangkan biaya yang
diperlukan untuk mengadakan perubahan akibat adanya rekayasa nilai semakin besar. Pada
suatu saat potensi penghematan dan biaya perubahan akan mencapai titik impas (break even
point), yang berarti tidak ada penghematan yang dicapai.
7
1. Tahap Informasi
Melakukan identifikasi secara lengkap atas sistem struktur bangunan dan sistem
pelaksanaan konstruksi, identifikasi fungsi dan estimasi biaya yang mendasar terhadap
fungsi pokok.
2. Tahap Kreatif
Menggali gagasan-gagasan alternatif sistem struktur maupun pelaksanaan sebanyak-
banyaknya untuk memenuhi fungsi pokok.
3. Tahap Analisa
Melakukan analisa terhadap gagasan-gagasan alternatif sehingga mendapatkan alternatif
yang paling potensial.
4. Tahap Rekomendasi
Mempersiapkan rekomendasi dari alternatif akhir yang dipilih dengan pertimbangan
kemungkinan pelaksanaan secara teknis dan ekonomis.
a. Cost Model
Cost model diperlukan dalam menentukan item pekerjaan yang mempunyai biaya tinggi
dan dibuat berdasarkan informasi analisa biaya yang didapat pada saat pengumpulan data. Ada
beberapa bentuk cost model (Zimmerman, 1982), yaitu :
Selain biaya nyata, yaitu biaya dari hasil desain yang sudah ada, dicantumkan juga nilai
manfaat (worth) yang merupakan hasil estimasi tim rekayasa nilai berupa biaya terendah untuk
memenuhi fungsi dasar.
8
b. Prinsip Pareto
Prinsip pareto menyatakan bahwa 20% dari masalah memiliki 80% dari dampak dan
hanya 20% dari masalah yang ada adalah penting. Dari semua masalah yang ada, hanya sedikit
yang sering terjadi sedangkan yang lainnya jarang terjadi. Bila dikaitkan pada bidang proyek
konstruksi dapat dikatakan bahwa 80% dari total biaya secara normal terjadi pada 20% item
pekerjaan. Melalui distribusi pareto dapat ditentukan 80% biaya total yang berasal dari 20%
item pekerjaan yang memiliki biaya tinggi. Analisa fungsi hanya dilakukan pada 20% item
pekerjaan suatu proyek. Sisa item pekerjaan hanya memiliki biaya yang rendah, sehingga tidak
perlu dilakukan analisa fungsi pada item pekerjaan tersebut.
c. Analisis Fungsi
Fungsi adalah suatu pendekatan untuk mendapatkan nilai tertentu, dalam hal ini fungsi
tersebut merupakan karakteristik produk atau proyek yang membuat produk/proyek dapat
bekerja atau dijual. Barrie (1995)mendefinisikan fungsi sebagai dasar dari maksud sebuah item
atau pengeluaran, yang dapat berupa perangkat keras atau suatu grup tenaga kerja, atau
prosedur untuk melakukan atau menyelesaikan suatu fungsi.
Pendekatan fungsi di dalam rekayasa nilai adalah apa yang memisahkannya dari teknik
reduksi biaya. O’Brien di dalam Manajemen Konstruksi Profesional karya Barrie (1995)
membedakan fungsi atas :
1. Fungsi dasar, yaitu tujuan atau prosedur yang merupakan tujuan utama dan harus terpenuhi.
2. Fungsi sekunder, yaitu fungsi pendukung yang mungkin dibutuhkan tetapi tidak
melaksanakan kerja yang sesungguhnya.
1. Membatasi timbulnya perluasan arti, sebab jika kita tidak bisa mendefinisikan suatu fungsi
dalam dua kata maka kita tidak cukup mumpunyai informasi tentang masalah tersebut atau
pendefinisian masalah menjadi terlalu luas.
9
2. Menghindari penggabungan fungsi-fungsi dan pendefinisian lebih dari satu fungsi
sederhana, karena hanya dengan menggunakan dua kata kita dipaksa untuk memecah-
mecah masalah ke dalam elemen-elemen yang paling sederhana.
3. Merupakan pembantu untuk mencapai tingkat pengertian yang paling mendalam dari hal
yang spesifik.
Langkah selanjutnya adalah menentukan perbandingan antara cost dan worth, dimana
cost adalah biaya yang dibayar untuk suatu item pekerjaan tertentu (diestimasikan oleh
perencana) dan worth adalah biaya minimal untuk suatu item pekerjaan tetapi fungsi tetap harus
dipenuhi, dia merasa yakin bahwa indeks nilai seperti cost dibedakan dengan worth akan sangat
berguna.
10
2. Metode Pelaksanaan
Dalam melaksanakan suatu perkerjaan pastinya mempunyai cara dan metode yang berbeda-
beda. Perkembangan teknologi mempengaruhi metode pelaksanaan setiap pekerjaan. Hal ini
dapat dilihat dari cara penyelesaian pekerjaan yang berkembang semakin pesat. Diawali dari
hanya menggunakan tenaga manusia dengan alat-alat sederhana, dilanjutkan dengan
menggunakan alat-alat berat yang dapat membantu pekerjaan tersebut. Perkerjaan yang
mengandalkan tenaga manusia akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Seiring dengan
munculnya alat-alat berat seperti dozer, excavator, crane, proses pengerjaan item pekerjaan
dapat dipersingkat.
Dengan pernyataan diatas maka dalam analisa rekayasa nilai dapat mengganti metode
pelaksanaan yang digunakan. Hal ini dapat merubah waktu pekerjaan proyek dengan peralatan
yang optimal, sehingga meminimalisir biaya.
3. Waktu Pelaksanaan
Setiap pekerjaan dalam suatu proyek sudah mempunyai jadwal pelaksanaan dalam
perencanaan time schedule. Untuk beberapa item pekerjaan yang mempunyai bobot pekerjaan
yang sama, waktu pelaksanaan pekerjaan dapat dikurangi. Banyak cara yang dapat dilakukan
untuk mewujudkan hal tersebut, diantaranya dengan mengganti metode pelaksanaan,
menambah jumlah tenaga kerja dan lain-lain. Sehingga alternatif pengurangan waktu
pelaksanaan dapat dijadikan pedoman karena akan berpengaruh pada perhitungan rencana
anggaran biaya.
1. Mengadakan evaluasi, mengajukan kritik dan menguji alternatif yang dihasilkan dalam
setiap tahapan kreatif.
2. Memperkirakan nilai rupiah untuk setiap alternatif yang didapat
3. Menentukan salah satu alternatif yang memberikan kemampuan penghematan biaya
terbesar namun dengan mutu, penampilan dan keandalan tetap memenuhi syarat.
11
1. Hilangkan gagasan yang tidak dapat memenuhi kondisi lingkungan dan operasi.
2. Singkirkan dahulu semua gagasan berpotensi namun berada di luar kemampuan atau
teknologi saat ini.
3. Mengadakan analisa biaya mengenai gagasan yang didapat.
4. Membuat daftar gagasan dengan segi penghematan yang bermanfaat, termasuk potensi
keunggulan maupun kelemahannya.
5. Memilih gagasan dengan keunggulan yang melebihi kelemahannya dan mengusulkan
segala sesuatu yang dapat memberi penghematan terbesar.
6. Mempertimbangkan kendala penting seperti estetika, keawetan dan kemudahan
pengerjaannya sehingga dapat membuat suatu daftar yang lebih lengkap.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam tahap analisa ini adalah sebagai
berikut :
Setelah keuntungan dan kerugian setiap ide kreatif dicatat, kemudian diberi peringkat
(rating) untuk masing-masing alternatif.
12
konstruksi menangani biaya modal dari sudut pandang kontraktor maupun pemakai akhir dari
fasilitas tersebut. Analisa biaya dari sudut pandang pemilik harus memperhitungkan modal,
operasi yang akan datang serta biaya perawatan bila ingin mencapai nilai maksimum dari suatu
keseluruhan investasi.
Biaya daur hidup biasa dipakai sebagai alat bantu dalam analisa ekonomi untuk mencari
alternatif-alternatif berbagai kemungkinan dalam pengambilan keputusan dan menggambarkan
nilai sekarang serta nilai yang akan datang dari suatu proyek selama umur manfaat proyek itu
sendiri dengan memperhatikan faktor ekonomi dan moneter yang saling dependen satu sama
lainnya. Prinsip-prinsip ekonomi yang dipakai dalam LCC (Life Cycle Cost), yaitu:
a. Biaya sekarang (present cost).
b. Biaya di kemudian hari (future cost).
c. Biaya yang dikeluarkan pertahun (annual cost) dengan menggunakan formula diskanto
(discounting formula).
Secara garis besar biaya daur hidup adalah biaya total dari kepemilikan dan pengoperasian
fasilitas, menggambarkan biaya sekarang dan biaya yang akan datang selama masa hidup
proyek. Dalam analisa biaya daur hidup proyek, alternatif-alternatif dianalisa terhadap biaya
daur hidup proyek.
13
2.6.4 Tahap Rekomendasi
Tahap ini adalah tahap terakhir dari rencana kerja rekayasa nilai menurut Dell’Isola.
Setelah alternatif yang terbaik berhasil didapat dan disetujui oleh seluruh tim dalam tahap
analisa seperti disebutkan lebih dahulu, maka tahap selanjutnya adalah tahap usulan, yaitu
mengajukan rekomendasi tertulis kepada pemilik proyek atas alternatif terpilih baik dari segi
teknis maupun ekonomisnya.
Barrie (1995) menganjurkan agar dalam mengajukan usulan dimasukkan pertimbangan
segala sesuatu yang mungkin diperlukan untuk mendukung pelaksanaan alternatif, seperti
bagaimana pengadaannya, pengangkutannya, pengerjaannya di lapangan, apa saja fasilitas
penunjangnya, apa masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pelaksanaan di lapangan
serta cara penyelesaiannya. Dari segi cara penyampaian, harus dilakukan dengan baik dan
meyakinkan serta disajikan sejelas mungkin agar lebih mudah dimengerti.
Secara lebih terperinci, dijelaskan bahwa dalam tahap ini dapat dilakukan hal-hal
seperti dibawah ini, yaitu:
14
Gambar 2.1 Diagram Pareto
Sumber : Google Image (2022)
Dengan adanya pareto diagram, maka dapat dengan mudah diketahui sumber
permasalahan terbesar yang terjadi. Dengan demikian, penanggulangan masalah dapat di
prioritaskan dengan baik. Kegunaan diagram pareto diantaranya :
Dalam melakukan job plan value engineering hal yang dilakukan adalah melakukan
pengelompokan biaya dari besar ke kecil, diagram pareto juga digunakan untuk
membandingkan kondisi proses. Hal yang dimaksud misalnya ketidaksesuaian proses sebelum
dan sesudah diambil tindakan perbaikan terhadap proses. Berdasarkan Wiguna (2016) proses
penyusunan Diagram Pareto meliputi empat langkah, yaitu :
15
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan penyebab,
masalah, jenis ketidaksesuaian dan lain-lain.
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-karakteristik yang
telah ditentukan, misalnya frekuensi, rupiah, unit dan lain-lain.
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
4. Merangkum data dan membuat pengurutan kategori data dari yang terbesar hingga yang
terkecil.
16
2. Biaya Tahunan (Annual Recurring Cost)
Biaya Operasi (Operation Cost) meliputi pengeluaran tahunan yang diperkirakan
berhubungan dengan produk/bangunan tersebut, seperti untuk ultilitas, bahan bakar,
asuransi, pajak, biaya jasa (fee) dan lain-lain.
Biaya Pemeliharaan (Maintenance Cost) meliputi pengeluaran tahunan untuk
perawatan dan pemeliharaan preventif terjadwal untuk suatu produk/bangunan agar
tetap berada dalam kondisi yang dapat dioperasikan.
Biaya Berulang Lainnya (Other Recurring Costs) meliputi biaya-biaya untuk
penggunaan tahunan peralatan yang berhubungan dengan suatu produk/bangunan dan
juga biaya pendukung tahunan untuk management overhead.
3. Biaya Tidak Berulang (Nonreccuring Cost)
Biaya Perbaikan dan Penggantian (Repair and Replacement Cost) merupakan biaya
yang diperkirakan atas dasar kerusakan dan penggantian yang diprediksi dari
komponen-komponen sistem utama, biaya-biaya perubahan yang diprediksi untuk
kategori-kategori ruang yang berkaitan dengan frekuensi perpindahan, perbaikan modal
yang diprediksi perlu untuk pemenuhan standar sistem pada suatu waktu tertentu. Biaya
yang diperkirakan itu adalah untuk suatu tahun tertentu di masa yang akan datang.
Nilai Sisa (Salvage value) juga disebut sebagai residual value. Nilai sisa merupakan
nilai pasar atau nilai guna yang tersisa dari suatu produk/bangunan pada akhir masa
layanan yang dipilih dalam perhitungan LCC.
17
Tabel 2.1 Tabel Bobot Kriteria
Bobot (A dan B) Keterangan
1 Antara A dan B sama pentingnya
3 A sedikit lebih penting dibanding B
5 A lebih penting dibanding B
7 A jauh lebih penting dibanding B
9 A sangat lebih penting dibanding B
Sumber : Saaty (1994)
18
BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN
Value Engineering (VE) adalah metode penghematan biaya yang sistematis untuk
mendapatkan keseimbangan fungsi-fungsi yang terbaik antara biaya, kekuatan dan penampilan
suatu struktur bangunan pada proyek. Penghematan biaya dengan analisa VE dilakukan dengan
mencari dan menetapkan alternatif terbaik yang dapat menggantikan desain awal serta
mencapai keseimbangan antara biaya, mutu, dan waktu yang diinginkan. Alternatif pengganti
desain awal dapat berupa perubahan material yang digunakan atau merubah metode
pelaksanaan yang telah direncanakan sebelumnya.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Wiguna
(2016) dan Gemiati (2020). Wiguna (2016) pada penelitiannya menerapkan VE pada
pembangunan Amartha Resident yang terdiri dari dua puluh bangunan. Alternatif yang
digunakan pada penelitiannya adalah merubahan pelat beton konvensional menjadi pelat
bondek, merubah dinding bata merah menjadi dinding batako, melakukan redesain pada
pekerjaan MEP, dan merubah kusen kayu jati menjadi kusen UPVC. Besar penghematan biaya
yang dihasilkan oleh hasil penerapan VE adalah sebesar 7%. Gemiati (2020) menerapkan VE
pada pembangunan Karma Kandara Apartment yang didesain memiliki jumlah ruangan
sebanyak tiga puluh tiga ruangan dengan luas lantai sebesar 4200m2. Alternatif yang digunakan
pada penelitiannya adalah merubah pelat beton konvensional menjadi pelat metal deck,
merubah kusen kayu jati menjadi kusen kayu bengkirai, merubah plafon gypsum dan kayu jadi
menjadi fiber cement ceiling, merubah frameless tempered glass 12mm menjadi frameless
tempered glass 10mm. Besar penghematan biaya yang dihasilkan oleh penerapan VE adalah
sebesar 11,31%.
19
Pada penelitian ini efisiensi biaya konstruksi dengan analisa value engineering
dilakukan pada proyek pembangunan Aurora Wonderland Resort. Variabel yang akan diteliti
adalah pekerjaan berbiaya tinggi yang menjadi objek penerapan VE, keunggulan serta
kekurangan alternatif pengganti dibandingkan dengan desain rencana, dan besar penghematan
yang didapat sebagai hasil penerapan analisa VE. Pekerjaan berbiaya tinggi didapat
berdasarkan hasil distribusi diagram pareto terhadap keseluruhan item pekerjaan proyek.
Keunggulan dan kekurangan alternatif didapat melalui hasil permodelan fungsi Functional
Analysis System Technique (FAST) diagram. Besar penghematan biaya didapat melalui selisih
biaya antara desain alternatif terbaik dengan desain rencana. Desain alternatif terbaik didapat
melalui hasil seleksi yang dilakukan pada setiap desain alternatif yang ada dengan
menggunakan metode Analyitcal Hierarchy Process (AHP).
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
diinginkan.snap
21
4.2. Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang didapat secara langsung baik berupa hasil survey, quisioner,
maupun hasil pengamatan objek penelitian secara langsung. Data primer dalam penelitian ini
berupa data bobot perbandingan kriteria alternatif yang didapat melalui interview pada owner
dan juga manajer proyek. Data sekunder merupakan data yang didapatkan melalui sumber-
sumber yang sudah ada. Adapun data yang diperlukan untuk mendukung terlaksananya
penelitian ini adalah Rencana Anggaran Biaya (RAB), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),
daftar harga satuan material bangunan, dan gambar rencana proyek. Data proyek yang
digunakan untuk penelitian didapat melalui kontraktor yang bertugas melaksanakan pekerjaan
proyek.
1. Membuat breakdown cost model dengan menggolongkan item pekerjaan yang spesifik dari
RAB kedalam beberapa jenis pekerjaan yang lebih umum. Breakdown cost model disajikan
dalam bentuk table yang diisi dengan jenis pekerjaan dan biaya yang dikeluarkan. Biaya
yang ditampilkan didapat dari menjumlahkan biaya item pekerjaan spesifik yang
dikelompokkan. Item pekerjaan yang telah dikelompokkan kemudian diurutkan dari jenis
pekerjaan dengan biaya tertinggi ke biaya terendah.
2. Membuat grafik distribusi pareto berdasarkan breakdown cost model yang telah dibuat.
Grafik distribusi pareto dibuat dengan cara mengubah jumlah biaya tiap jenis pekerjaan
kedalam bentuk persen. Persen biaya diplot dalam bentuk grafik yang terdiri dari sumbu x
untuk jenis pekerjaan dan sumbu y untuk persen biaya komulatif. Berdasarkan grafik
distribusi pareto dapat ditentukan jenis pekerjaan yang memiliki biaya tinggi.
22
3. Melakukan analisa fungsi pada tiap jenis pekerjaan yang memiliki biaya tinggi berdasarkan
grafik distribusi pareto. Fungsi utama (primer) dan fungsi penunjang (sekunder) tiap jenis
pekerjaan dengan biaya tinggi dianalisa untuk mengetahui perbandingan antara biaya (cost)
dengan fungsi (worth) dari item pekerjaan berbiaya tinggi. Item pekerjaan dengan rasio
cost/worth yang tinggi memiliki potensi dilakukan penerapan value engineering.
1. Analisa kekuatan struktur bangunan dilakukan dengan menggunakan program SAP 2000
apabila terdapat alternatif yang mempengaruhi beban atau kekuatan struktur.
2. Analisa keuntungan dan kerugian dilakukan pada masing-masing alternatif yang didapat
melalui tahap kreatif. Keuntungan dan kerugian dari tiap alternatif ditinjau berdasarkan
beberapa parameter seperti biaya yang dikeluarkan, waktu pelaksanaan, dan tingkat
keawetan. Analisa keuntungan dan kerugian berfungsi untuk menyeleksi alternatif yang
ada agar tidak terlalu banyak bila dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
3. Analisa LCC (Life Cycle Cost) atau analisa siklus hidup dilakukan pada alternatif yang
telah melalui tahap seleksi analisa keuntungan dan kerugian. Dalam analisa LCC beberapa
biaya yang perlu diperhatikan diantaranya adalah biaya awal, biaya perawatan, biaya
pengganti, dan nilai sisa.
4. Analisa pemilihan alternatif dilakukan untuk menilai alternatif dan menentukan alternatif
terbaik yang akan digunakan. Metode yang digunakan dalam analisa pemilihan alternatif
adalah metode Analytic Hierarcy Process (AHP). Adapun tahapan metode AHP yang
digunakan adalah :
23
a. Menentukan pohon kriteria untuk menentukan pemilihan alternatif dibentuk hierarki
keputusan yang terdiri dari 3 level. Level 1 adalah tujuan, level 2 adalah kriteria dan
level 3 adalah alternatif.
b. Menentukan bobot alternatif berdasarkan kriteria dengan menggunakan matriks
perbandingan antara kriteria. Skala bobot perbandingan yang digunakan adalah 1
sampai 9 untuk membandingkan antara kriteria.
Hasil matriks perbandingan kriteria dan alternatif akan dilakukan penilaian dengan bobot
keseluruhan, alternatif dengan nilai tertinggi akan menjadi alternatif pengganti terbaik.
24
DAFTAR PUSTAKA
Berawi, M.A. 2014. Aplikasi Value Engineering pada Industri Konstruksi Bangunan Gedung.
Dell’Isola A. J. 1982. Value Engineering in the Construction Industry. Third Edit. New York:
Van Nostrand and Reinhold Co.
Donald S. Barrie, B.C.P. 1995. Manajemen Konstruksi Profesional. Ed. II. Jakarta: Erlangga.
Ervianto, W.I. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta.
Gemiati, N.K.A.R. 2020. Penerapan Rekayasa Nilai Pada Proyek Pembangunan Karma
Kandara Apartment.
Hammersley, H. 2002. Value Management In Construction , Association Of Local Authority
Business Consultant. Hammersley Value Management Ltd: Conventry.
Hidayat, A.N., Ardianto, D. 2011. Rekayasa Nilai Pembangunan Gedung Rusunawa
Amabarawa.
John N. Connaughton, S.D.G. 1996. Value Management in Construction: A Client’s Guide.
Construction Industry Research and Information Association.
Larry W. Zimmerman, G.D.H. 1982. Value Engineering: A Practical Approach For Owners,
Designers, And Contractors. Van Nostrand Reinhold.
Saaty, T.L. 1994. Fundamentals of Decision Making and Priority Theory With the Analytic
Hierarchy Process. Pittsburgh: RWS Publications.
Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional. Second edi.
Jakarta: Erlangga.
Wiguna, I.M.P.W. 2016. Penerapan Rekayasa Nilai Pada Proyek Pembangunan Amartha
Residence.
25