Anda di halaman 1dari 26

PENERAPAN VALUE ENGINEERING

PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG

Oleh

I Putu Bagus Ananda Elian Yudistira

2181511032

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 2
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3
1.5 Batasan Masalah ................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5
2.1 Umum ................................................................................................................ 5
2.2 Pengertian Value Engineering ........................................................................... 5
2.3 Konsep Value Engineering ................................................................................ 5
2.4 Manfaat Penerapan Value Engineering ............................................................. 6
2.5 Waktu Pengaplikasian Value Engineering ........................................................ 6
2.6 Metode Penerapan Value Engineering............................................................... 7
2.6.1 Tahap Informasi .......................................................................................... 8
2.6.2 Tahap Kreatif ............................................................................................ 10
2.6.3 Tahap Analisis .......................................................................................... 11
2.6.4 Tahap Rekomendasi ................................................................................. 14
2.7 Diagram Pareto ................................................................................................ 14
2.8 Life Cycle Cost (LCC) ..................................................................................... 16
2.9 Analytical Hierarchy Process (AHP) .............................................................. 17
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN .............................. 19
3.1. Kerangka Berpikir ............................................................................................ 19
3.2. Konsep Penelitian ............................................................................................ 20
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................................. 21
4.1. Diagram Alur Penelitian .................................................................................. 21
4.2. Sumber Data Penelitian ................................................................................... 22
4.3. Analisis Data .................................................................................................... 22
4.3.1. Tahap Informasi ........................................................................................ 22
4.3.2. Tahap Kreatif ............................................................................................ 23
4.3.3. Tahap Analisa ........................................................................................... 23
4.3.4. Tahap Rekomendasi ................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perencanaan proyek merupakan bagian dari siklus hidup proyek konstruksi yang
penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi agar proyek dapat berhasil. Menurut Ervianto
(2005) tahap perencanaan dalam proyek konstruksi mencakup perancangan desain gambar
proyek, perancangan jadwal dan biaya pelaksanaan proyek, dan perancangan syarat serta
ketentuan kontrak pelaksanaan. Dalam pengelolaan biaya proyek konstruksi diperlukan suatu
pengendalian agar biaya yang dikeluarkan efisien dan tepat sasaran (Barrie, 1995). Efisiensi
biaya dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti Least Cost Analysis, Network Planning,
Earned Value, dan Value Engineering. Hal ini dilakukan dengan tujuan mereduksi biaya
konstruksi tanpa mengurangi kualitas dan fungsi material itu sendiri. Proses penghematan
biaya konstruksi tersebut dapat diidentifikasi dengan metode rekayasa nilai (value engineering).

Value Engineering (VE) adalah suatu pendekatan yang kreatif dan terencana yang
bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengefisiensikan biaya. Metode ini muncul karena
banyak biaya yang tidak diperlukan dalam perencanaan awal proyek. Value Engineering
merupakan metode efisiensi biaya yang bertujuan untuk mencapai nilai terbaik (best value)
sebuah proyek dengan mendefinisikan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran nilai
dan menyediakan fungsi-fungsi tersebut dengan biaya yang paling murah, konsisten dengan
kualitas dan kinerja yang diisyaratkan (Hammersley, 2002). Metode efisiensi biaya
menggunakan analisa VE diawali dengan mencari objek penerapan VE yang merupakan item
pekerjaan berbiaya tinggi pada proyek konstruksi yang ditinjau. Selanjutnya mencari alternatif
terbaik yang dapat menggantikan objek penerapan VE tanpa mengurangi yang direncanakan.
Alternatif objek penerapan VE dapat berupa perubahan material yang digunakan atau
perubahan metode pengerjaan yang direncanakan.

Proyek pembangunan Aurora Wonderland Resort merupakan proyek pembangunan


gedung hotel dan resort yang berlokasi di Jalan Belimbing Saring, Pecatu, Bali. Proyek
tersebut memiliki biaya pembangunan sebesar Rp 50.192.335.285, dengan total luas bangunan
10.300 m2. Pembangunan proyek Aurora Wonderland Resort dimulai pada bulan Oktober 2019
dan direncanakan selesai pada Juni 2021. Pemilik proyek (owner) menghentikan pelaksanaan
pembangunan proyek dan menginginkan adanya penerapan efisiensi biaya pada proyek

2
pembangunan Aurora Wonderland Resort sebagai strategi dalam menghadapi kondisi akibat
penyebaran COVID-19. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui item
pekerjaan dengan biaya tinggi yang berpotensi menjadi objek penghematan biaya serta
mengetahui berapa besar penghematan yang dapat dihasilkan melalui penerapan value
engineering.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan permasalahan yang diambil dari uraian latar belakang di atas adalah
sebagai berikut :

1. Apa saja item pekerjaan berbiaya tinggi yang menjadi objek penerapan value engineering ?
2. Apakah alternatif terbaik yang dapat menggantikan item pekerjaan yang menjadi objek
penerapan value engineering ?
3. Berapakah besar nilai penghematan yang dicapai melalui penerapan value engineering ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi item pekerjaan yang berbiaya tinggi yang akan menjadi objek penerapan
value engineering.
2. Menganalisis alternatif terbaik yang dapat mereduksi biaya tanpa mengurangi fungsi dari
item pekerjaan yang menjadi objek penerapan value engineering.
3. Menganalisis besar penghematan yang dicapai melalui penerapan value engineering.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian bagi mahasiswa dan pembangunan proyek adalah sebagai
berikut :

1. Meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai metode efisiensi biaya proyek konstruksi


menggunakan analisa value engineering.
2. Membantu memberikan acuan dan gambaran mengenai alternatif yang dapat diambil guna
mereduksi biaya dan sebagai solusi atas permintaan owner tanpa mengurangi fungsi yang
direncanakan.

1.5 Batasan Masalah


Untuk dapat memberikan arah yang lebih jelas penilitian ini dibatasi dengan uraian
sebagai berikut :

3
1. Objek penerapan value engineering merupakan item pekerjaan berbiaya tinggi hasil dari
analisis diagram pareto
2. Analisa value engineering hanya dilakukan pada item pekerjaan struktur dan arsitektur.
3. Pekerjaan non-standar berupa desain interior dan landscape tidak ditinjau.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum
Kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu
terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu, dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas
dengan tepat sasaran serta tujuannya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1999). Dalam
proses mencapai hasil akhir kegiatan proyek tersebut telah ditentukan hal-hal yang menjadi
batasan selama masa pelaksanaannya, yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, waktu
pelaksanaan yang dibatasi, dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan tersebut dikenal
dengan istilah triple constrain.

Dalam upaya mencapai keberhasilan suatu proyek konstruksi, biaya (anggaran) yang
dikeluarkan pada masa pelaksanaan perlu dikendalikan secara efisien dan tepat sasaran.
Efisiensi biaya dalam proyek konstruksi dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti Least
Cost Analysis, Network Planning, Earned Value, dan Value Engineering.

2.2 Pengertian Value Engineering


Value Engineering (Rekayasa nilai) adalah suatu metode penghematan biaya yang
sistematis untuk mendapatkan keseimbangan fungsi-fungsi yang terbaik antara biaya, kekuatan
dan penampilan suatu struktur bangunan pada proyek (Zimmerman, 1982). Dalam praktiknya
rekayasa nilai tidak hanya melakukan kegiatan penghematan biaya, tetapi juga tetap
mendapatkan fungsi yang meningkat, sehingga efektivitas dan efisiensinya terjamin dan
mendapatkan manfaat yang setinggi-tingginya.
Dengan demikian rekayasa nilai dapat diartikan sebagai :

 Melakukan kajian dengan menjamin fungsi tetap seperti diinginkan.


 Fungsi menjadi tolok ukur dari pencarian alternatif pemecahan masalah.
 Selain adanya kriteria biaya rendah, juga didapatkan kinerja yang tinggi.
 Optimasi biaya dan kinerja untuk mendapatkan manfaat bersih yang besar.

2.3 Konsep Value Engineering


Value engineering dikembangkan pada awal Perang Dunia II Oleh Lawrence D. Miles,
dari perusahaan General Electric-USA sewaktu melayani keperluan peralatan perang dalam
jumlah yang sangat besar, dan ditujukan untuk mencari biaya yang ekonomis bagi suatu produk.

5
Karena proyek adalah bagian dari siklus produk, maka pengertian dan kegunaan value
engineering berlaku pula untuk pengelolaan proyek.
Menurut Zimmerman (1982), value engineering bukanlah :

 A Design Review, yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh perencana, atau
melakukan perhitungan ulang yang sudah dibuat oleh perencana.
 A Cost Cutting Process, yaitu proses menurunkan biaya dengan mengurangi biaya satuan
serta mengorbankan mutu, keandalan dan penampilan dari produk yang dihasilkan.
 A Requirement Done All Design, yaitu ketentuan yang harus ada pada setiap desain, akan
tetapi lebih berorientasi pada biaya yang sesungguhnya dan analisis fungsi.
 Quality Control, yaitu kontrol kualitas dari suatu produk karena lebih dari sekedar meninjau
ulang status keandalan sebuah desain.

Definisi lain dari value engineering adalah suatu cara pendekatan yang kreatif dan
terencana dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mengisienkan biaya yang tidak perlu
(Hidayat, 2011). Value engineering digunakan untuk mencari alternatif atau ide yang bertujuan
untuk menghasilkan biaya yang lebih rendah dari harga yang telah direncanakan sebelumnya,
dengan batasan fungsional tanpa mengurangi mutu pekerjaan.

2.4 Manfaat Penerapan Value Engineering


Penerapan rekayasa nilai akan memastikan kebutuhan untuk proyek yang akan selalu
diverifikasi dan didukung oleh data (Connaughton, 1996). Keputusan penting dalam proses
rekayasa nilai harus bersifat rasional, tegas, dan dapat dipertanggungjawabkan. Desain yang
dikembangkan melalui proses rekayasa nilai harus disepakati oleh semua pihak.
Rekayasa nilai telah meningkatkan daya saing industri konstruksi di beberapa negara
seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang. Hal tersebut dikarenakan rekayasa nilai
mampu memecahkan berbagai macam masalah. Rekayasa nilai dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan perencanaan selama tahap desain. Keputusan perencanaan yang tepat
akan meningkatkan efisiensi pelaksanaan konstruksi bangunan gedung (Berawi, 2014).

2.5 Waktu Pengaplikasian Value Engineering


Secara umum ada empat pembagian tahapan dasar yang memberikan sumbangan dalam
realisasi suatu proyek mulai dari awal hingga berakhirnya proyek, yang dikenal dengan Siklus
Hidup Proyek Konstruksi (Construction Project Life Cycle), yaitu :

6
1. Tahap Konseptual atau Tahap Kelayakan
2. Tahap Perencanaan dan Desain
3. Tahap Produksi / Pelaksanaan / Konstruksi
4. Tahap Serah Terima / Operasional

Setiap tahap saling berhubungan satu sama lain, besarnya waktu dalam persentase yang
dibutuhkan untuk masing-masing tahap bergantung pada jenis proyek yang dikerjakan. Secara
teoritis, metode rekyasa nilai dapat diaplikasikan pada setiap tahap sepanjang waktu
berlangsungnya (life cycle) proyek.
Meskipun metode rekayasa nilai dapat diterapkan pada setiap tahap sepanjang waktu
berlangsungnya proyek, akan lebih efektif bila rekayasa nilai sudah diaplikasikan pada tahap
perencanaan untuk menghasilkan penghematan potensial yang sebesar-besarnya. Secara umum
untuk mendapatkan penghematan potensial yang maksimum, penerapan rekayasa nilai harus
dimulai sejak dini pada tahap konsep dan secara berkelanjutan hingga perencanaan selesai.
Berdasarkan studi yang dilakukan Barrie (1995), penerapan rekayasa nilai sebisa
mungkin dilaksanakan pada tahap perencanaan. Tahap ini memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap keseluruhan proyek dikarenakan fleksibilitas maksimal yang didapat untuk
mengadakan perubahan-perubahan tanpa menyebabkan biaya tambahan untuk merencana
ulang (redesign). Semakin lama penerapan rekayasa nilai dilakukan pada tahap waktu
berlangsungnya proyek nilai potensi penghematan akan semakin kecil. Sedangkan biaya yang
diperlukan untuk mengadakan perubahan akibat adanya rekayasa nilai semakin besar. Pada
suatu saat potensi penghematan dan biaya perubahan akan mencapai titik impas (break even
point), yang berarti tidak ada penghematan yang dicapai.

2.6 Metode Penerapan Value Engineering


Salah satu ciri spesifik optimasi biaya dengan metode rekayasa nilai adalah
diterapkannya secara sistematis dari awal analisa hingga mendapatkan hasil akhir yang dapat
dipertanggungjawabkan. Sistematika tersebut terdiri dari tahap-tahap yang saling berhubungan
yang menjelaskan proses analisa secara jelas dan terpadu. Tahap-tahap analisa tersebut dikenal
sebagai Rencana Kerja Rekayasa Nilai (Value Engineering Job Plan).
Menurut Dell’Isola (1982), rencana kerja rekayasa nilai dibagi menjadi empat tahap,
yaitu :

7
1. Tahap Informasi
Melakukan identifikasi secara lengkap atas sistem struktur bangunan dan sistem
pelaksanaan konstruksi, identifikasi fungsi dan estimasi biaya yang mendasar terhadap
fungsi pokok.
2. Tahap Kreatif
Menggali gagasan-gagasan alternatif sistem struktur maupun pelaksanaan sebanyak-
banyaknya untuk memenuhi fungsi pokok.
3. Tahap Analisa
Melakukan analisa terhadap gagasan-gagasan alternatif sehingga mendapatkan alternatif
yang paling potensial.
4. Tahap Rekomendasi
Mempersiapkan rekomendasi dari alternatif akhir yang dipilih dengan pertimbangan
kemungkinan pelaksanaan secara teknis dan ekonomis.

2.6.1 Tahap Informasi


Berdasarkan rencana kerja (job plan) dalam rekayasa nilai, tahap informasi
dimaksudkan untuk mengumpulkan dan mentabulasikan data-data yang berhubungan dengan
item yang akan distudi. Informasi berupa data-data proyek secara umum maupun data-data
tentang item pekerjaan sangat diperlukan. Beberapa prinsip dasar yang dilakukan pada tahap
informasi adalah cost model, distribusi diagram pareto dan analisa fungsi adalah :

a. Cost Model
Cost model diperlukan dalam menentukan item pekerjaan yang mempunyai biaya tinggi
dan dibuat berdasarkan informasi analisa biaya yang didapat pada saat pengumpulan data. Ada
beberapa bentuk cost model (Zimmerman, 1982), yaitu :

 Matrix Cost Model


Matrix cost memisahkan komponen konstruksi proyek, dan mendistribusikan komponen
tersebut dalam berbagai elemen dan sistem dari proyek.
 Breakdown Cost Model
Pada model ini sistem dipecah dari elemen tertinggi sampai elemen terendah, dengan
mencantumkan biaya dalam tiap elemen untuk melukiskan distribusi pengeluaran.

Selain biaya nyata, yaitu biaya dari hasil desain yang sudah ada, dicantumkan juga nilai
manfaat (worth) yang merupakan hasil estimasi tim rekayasa nilai berupa biaya terendah untuk
memenuhi fungsi dasar.

8
b. Prinsip Pareto
Prinsip pareto menyatakan bahwa 20% dari masalah memiliki 80% dari dampak dan
hanya 20% dari masalah yang ada adalah penting. Dari semua masalah yang ada, hanya sedikit
yang sering terjadi sedangkan yang lainnya jarang terjadi. Bila dikaitkan pada bidang proyek
konstruksi dapat dikatakan bahwa 80% dari total biaya secara normal terjadi pada 20% item
pekerjaan. Melalui distribusi pareto dapat ditentukan 80% biaya total yang berasal dari 20%
item pekerjaan yang memiliki biaya tinggi. Analisa fungsi hanya dilakukan pada 20% item
pekerjaan suatu proyek. Sisa item pekerjaan hanya memiliki biaya yang rendah, sehingga tidak
perlu dilakukan analisa fungsi pada item pekerjaan tersebut.

c. Analisis Fungsi
Fungsi adalah suatu pendekatan untuk mendapatkan nilai tertentu, dalam hal ini fungsi
tersebut merupakan karakteristik produk atau proyek yang membuat produk/proyek dapat
bekerja atau dijual. Barrie (1995)mendefinisikan fungsi sebagai dasar dari maksud sebuah item
atau pengeluaran, yang dapat berupa perangkat keras atau suatu grup tenaga kerja, atau
prosedur untuk melakukan atau menyelesaikan suatu fungsi.
Pendekatan fungsi di dalam rekayasa nilai adalah apa yang memisahkannya dari teknik
reduksi biaya. O’Brien di dalam Manajemen Konstruksi Profesional karya Barrie (1995)
membedakan fungsi atas :

1. Fungsi dasar, yaitu tujuan atau prosedur yang merupakan tujuan utama dan harus terpenuhi.
2. Fungsi sekunder, yaitu fungsi pendukung yang mungkin dibutuhkan tetapi tidak
melaksanakan kerja yang sesungguhnya.

Analisa fungsi bertujuan untuk mengkasifikasikan fungsi utama (basic function)


dengan fungsi penunjangnya (secondary function). Selain itu juga untuk mendapatkan
perbandingan antara biaya dengan nilai manfaat yang dibutuhkan untuk menghasilkan fungsi
tersebut.
Lebih lanjut O’Brien menyarankan agar definisi fungsi dilakukan melalui penggunaan
dua kata, kata kerja (verb) dan kata benda (noun). Cara ini memberikan keuntungan sebagai
berikut :

1. Membatasi timbulnya perluasan arti, sebab jika kita tidak bisa mendefinisikan suatu fungsi
dalam dua kata maka kita tidak cukup mumpunyai informasi tentang masalah tersebut atau
pendefinisian masalah menjadi terlalu luas.

9
2. Menghindari penggabungan fungsi-fungsi dan pendefinisian lebih dari satu fungsi
sederhana, karena hanya dengan menggunakan dua kata kita dipaksa untuk memecah-
mecah masalah ke dalam elemen-elemen yang paling sederhana.
3. Merupakan pembantu untuk mencapai tingkat pengertian yang paling mendalam dari hal
yang spesifik.

Langkah selanjutnya adalah menentukan perbandingan antara cost dan worth, dimana
cost adalah biaya yang dibayar untuk suatu item pekerjaan tertentu (diestimasikan oleh
perencana) dan worth adalah biaya minimal untuk suatu item pekerjaan tetapi fungsi tetap harus
dipenuhi, dia merasa yakin bahwa indeks nilai seperti cost dibedakan dengan worth akan sangat
berguna.

2.6.2 Tahap Kreatif


Pada tahapan ini anggota tim rekayasa nilai dipacu untuk berfikir lebih dari apa yang
baisanya dilakukan. Ide-ide datang baik dari hasil kerja kelompok dalam tahap informasi
maupun pemikiran anggota dan kelompok. Tahap ini tidak dapat dimulai sampai masalah dapat
dipahami sepenuhnya. Lebih banyak anggota tim yang berpartisipasi akan membuat lebih
banyak gagasan yang muncul. Semua ide dicatat dalam lembar kerja.
Barrie (1995) mengutip pernyataan Gordon tentang kelebihan dalam kerja tim ini.
Upaya berpikir kreatif setiap anggota kelompok akan dirangsang oleh pihak lainnya dalam
kelompok tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah satu anggota kelompok
dapat membangkitkan gagasan bagi anggota kelompok lainnya. Menurut Hidayat (2011)
alternatif-alternatif tersebut dapat ditinjau dalam berbagai aspek, yaitu:

1. Bahan dan Material


Kemunculan penggunaan alternatif bahan dilatarbelakangi semakin banyaknya jenis bahan
bangunan yang di produksi dengan fungsi yang sama. seiring dengan kemajuan teknologi, jenis
bahan yang mempunyai fungsi yang sama dapat dibuat atau dicetak dengan mutu dan kualitas
yang hampir sama. Barang dengan kualitas sama hanya dibedakan berdasarkan merek atau
lisensi yang berbeda. Hal ini akan mempengaruhi harga material tersebut.
Dengan pernyataan diatas maka pemilihan alternatif bahan dapat dilakukan dalam analisa
rekayasa nilai. Penggantian bahan dengan kualitas, mutu dan fungsi yang sama dengan rencana
awal tetapi dengan harga yang lebih murah dapat dilakukan.

10
2. Metode Pelaksanaan
Dalam melaksanakan suatu perkerjaan pastinya mempunyai cara dan metode yang berbeda-
beda. Perkembangan teknologi mempengaruhi metode pelaksanaan setiap pekerjaan. Hal ini
dapat dilihat dari cara penyelesaian pekerjaan yang berkembang semakin pesat. Diawali dari
hanya menggunakan tenaga manusia dengan alat-alat sederhana, dilanjutkan dengan
menggunakan alat-alat berat yang dapat membantu pekerjaan tersebut. Perkerjaan yang
mengandalkan tenaga manusia akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Seiring dengan
munculnya alat-alat berat seperti dozer, excavator, crane, proses pengerjaan item pekerjaan
dapat dipersingkat.
Dengan pernyataan diatas maka dalam analisa rekayasa nilai dapat mengganti metode
pelaksanaan yang digunakan. Hal ini dapat merubah waktu pekerjaan proyek dengan peralatan
yang optimal, sehingga meminimalisir biaya.

3. Waktu Pelaksanaan
Setiap pekerjaan dalam suatu proyek sudah mempunyai jadwal pelaksanaan dalam
perencanaan time schedule. Untuk beberapa item pekerjaan yang mempunyai bobot pekerjaan
yang sama, waktu pelaksanaan pekerjaan dapat dikurangi. Banyak cara yang dapat dilakukan
untuk mewujudkan hal tersebut, diantaranya dengan mengganti metode pelaksanaan,
menambah jumlah tenaga kerja dan lain-lain. Sehingga alternatif pengurangan waktu
pelaksanaan dapat dijadikan pedoman karena akan berpengaruh pada perhitungan rencana
anggaran biaya.

2.6.3 Tahap Analisis


Alternatif yang dihasilkan pada tahap kreatif dibawa dan dibahas lebih jauh pada tahap
analisa. Menurut Barrie (1995), serangkaian analisa yang dilakukan atas setiap alternatif yang
dihasilkan bertujuan :

1. Mengadakan evaluasi, mengajukan kritik dan menguji alternatif yang dihasilkan dalam
setiap tahapan kreatif.
2. Memperkirakan nilai rupiah untuk setiap alternatif yang didapat
3. Menentukan salah satu alternatif yang memberikan kemampuan penghematan biaya
terbesar namun dengan mutu, penampilan dan keandalan tetap memenuhi syarat.

Sebagaimana dikutip dari Barrie di dalam Manajemen Konstruksi Profesional (1995),


O’Brien memberi batasan-batasan dalam melakukan analisa dalam tahap ini. Batasan-batasan
tersebut antara lain :

11
1. Hilangkan gagasan yang tidak dapat memenuhi kondisi lingkungan dan operasi.
2. Singkirkan dahulu semua gagasan berpotensi namun berada di luar kemampuan atau
teknologi saat ini.
3. Mengadakan analisa biaya mengenai gagasan yang didapat.
4. Membuat daftar gagasan dengan segi penghematan yang bermanfaat, termasuk potensi
keunggulan maupun kelemahannya.
5. Memilih gagasan dengan keunggulan yang melebihi kelemahannya dan mengusulkan
segala sesuatu yang dapat memberi penghematan terbesar.
6. Mempertimbangkan kendala penting seperti estetika, keawetan dan kemudahan
pengerjaannya sehingga dapat membuat suatu daftar yang lebih lengkap.

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam tahap analisa ini adalah sebagai
berikut :

1. Analisis Keuntungan dan Kerugian


Pada analisa keuntungan dan kerugian, ide-ide yang didapat pada tahap kreatif dicatat
keuntungan dan kerugiannya, kemudian diberi bobot nilai. Beberapa kriteria yang digunakan
untuk menyaring ide diberikan oleh Barrie (1995) adalah:

a. Keuntungan dalam segi biaya yang dikeluarkan


b. Apakah ide yang diusulkan memenuhi persyaratan fungsional yang ditentukan ?
c. Apakah ide yang baru tersebut dapat digunakan ?
d. Apakah dampaknya terhadap jadwal dari desain konstruksi ?
e. Apakah dibutuhkan redesign yang berlebihan dalam mengimplementasikan ide tersebut ?
f. Apakah terdapat perbaikan terhadap desain awal ?
g. Apakah desain yang diusulkan pernah digunakan sebelumnya ?
h. Apakah ide tersebut mempengaruhi estetika dan keindahan bangunan/proyek ?

Setelah keuntungan dan kerugian setiap ide kreatif dicatat, kemudian diberi peringkat
(rating) untuk masing-masing alternatif.

2. Analisis Biaya Daur Hidup Proyek


Barrie (1995) mengklarifikasikan daur hidup suatu proyek dalam enam tahapan besar, yaitu
tahap konseps dan studi kelayakan, pengembangan, perencanaan, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan serta perbaikan. Lebih lanjut diungkapkan bahwa pengukuran biaya yang akurat
merupakan salah satu persyaratan yang terpenting dari suatu program rekayasa nilai yang
berhasil. Sebagian besar perkiraan biaya dan catatan biaya yang digunakan dalam bidang

12
konstruksi menangani biaya modal dari sudut pandang kontraktor maupun pemakai akhir dari
fasilitas tersebut. Analisa biaya dari sudut pandang pemilik harus memperhitungkan modal,
operasi yang akan datang serta biaya perawatan bila ingin mencapai nilai maksimum dari suatu
keseluruhan investasi.
Biaya daur hidup biasa dipakai sebagai alat bantu dalam analisa ekonomi untuk mencari
alternatif-alternatif berbagai kemungkinan dalam pengambilan keputusan dan menggambarkan
nilai sekarang serta nilai yang akan datang dari suatu proyek selama umur manfaat proyek itu
sendiri dengan memperhatikan faktor ekonomi dan moneter yang saling dependen satu sama
lainnya. Prinsip-prinsip ekonomi yang dipakai dalam LCC (Life Cycle Cost), yaitu:
a. Biaya sekarang (present cost).
b. Biaya di kemudian hari (future cost).
c. Biaya yang dikeluarkan pertahun (annual cost) dengan menggunakan formula diskanto
(discounting formula).

Secara garis besar biaya daur hidup adalah biaya total dari kepemilikan dan pengoperasian
fasilitas, menggambarkan biaya sekarang dan biaya yang akan datang selama masa hidup
proyek. Dalam analisa biaya daur hidup proyek, alternatif-alternatif dianalisa terhadap biaya
daur hidup proyek.

3. Analisis Pemilihan Alternatif


Analisa pemilihan alternatif adalah analisa terakhir yang dilakukan dalam rangkaian
rencana kerja rekayasa nilai, di mana alternatif-alternatif dinilai dan dipilih satu alternatif
terbaik. Tahap analisa berguna untuk mengurangi jumlah ide alternatif yang dihasilkan selama
tahap kreatif. Pada tahap ini akan menghasilkan satu ide yang paling memiliki potensi untuk
meningkatkan nilai proyek.
Biaya bukanlah satu-satunya parameter dalam pemilihan alternatif. Kriteria maupun
parameter lain harus diperhatikan juga, misalnya biaya redesign, waktu implementasi,
performansi, keselamatan, estetika dan sebagainya. Setelah semua kriteria diberi bobot dan
alternatif-alternatif diberi nilai untuk masing-masing faktor, maka dipilihlah satu alternatif
terbaik yang mempunyai hasil perkalian antara bobot dengan nilai tertinggi. Alternatif terbaik
inilah yang akan dipilih sebagai alternatif usulan dalam tahap rekomendasi. Tahap ini
menjawab pertanyaan tentang ide kreatif yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan nilai
proyek (Berawi, 2014).

13
2.6.4 Tahap Rekomendasi
Tahap ini adalah tahap terakhir dari rencana kerja rekayasa nilai menurut Dell’Isola.
Setelah alternatif yang terbaik berhasil didapat dan disetujui oleh seluruh tim dalam tahap
analisa seperti disebutkan lebih dahulu, maka tahap selanjutnya adalah tahap usulan, yaitu
mengajukan rekomendasi tertulis kepada pemilik proyek atas alternatif terpilih baik dari segi
teknis maupun ekonomisnya.
Barrie (1995) menganjurkan agar dalam mengajukan usulan dimasukkan pertimbangan
segala sesuatu yang mungkin diperlukan untuk mendukung pelaksanaan alternatif, seperti
bagaimana pengadaannya, pengangkutannya, pengerjaannya di lapangan, apa saja fasilitas
penunjangnya, apa masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pelaksanaan di lapangan
serta cara penyelesaiannya. Dari segi cara penyampaian, harus dilakukan dengan baik dan
meyakinkan serta disajikan sejelas mungkin agar lebih mudah dimengerti.
Secara lebih terperinci, dijelaskan bahwa dalam tahap ini dapat dilakukan hal-hal
seperti dibawah ini, yaitu:

1. Mempersiapkan pertimbangan ulang mengenai alternatif yang diusulkan untuk menjamin


bahwa alternatif tersebut merupakan nilai yang paling tinggi dengan penghematan yang
paling memuaskan.
2. Membuat usulan yang baik. Usulan yang baik adalah usulan yang disampaikan dengan
metode yang baik, materi usulan jelas, ringkas dan mudah untuk dimengerti.

2.7 Diagram Pareto


Diagram Pareto (Pareto Chart) adalah diagram yang dikembangkan oleh seorang ahli
ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto (Wiguna, 2016). Diagram Pareto digunakan
untuk membandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang
paling besar di sebelah kiri ke yang paling kecil di sebelah kanan. Susunan itu akan membantu
menentukan pentingnya atau prioritas kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji
atau untuk mengetahui masalah utama proses. Diagram pareto dapat digambarkan seperti
gambar di bawah ini :

14
Gambar 2.1 Diagram Pareto
Sumber : Google Image (2022)

Dengan adanya pareto diagram, maka dapat dengan mudah diketahui sumber
permasalahan terbesar yang terjadi. Dengan demikian, penanggulangan masalah dapat di
prioritaskan dengan baik. Kegunaan diagram pareto diantaranya :

1. Menunjukan prioritas sebab-sebab kejadian atau permasalahan yang perlu ditangani.


2. Membantu memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani dalam upaya
perbaikan.
3. Menunjukan hasil upaya perbaikan. Setelah dilakukan tindakan perbaikan berdasarkan
prioritas, dapat diadakan pengukuran ulang dan memuat diagram pareto baru.
4. Menyusun data menjadi informasi yang berguna, data yang besar dapat menjadi informasi
yang signifikan.

Dalam melakukan job plan value engineering hal yang dilakukan adalah melakukan
pengelompokan biaya dari besar ke kecil, diagram pareto juga digunakan untuk
membandingkan kondisi proses. Hal yang dimaksud misalnya ketidaksesuaian proses sebelum
dan sesudah diambil tindakan perbaikan terhadap proses. Berdasarkan Wiguna (2016) proses
penyusunan Diagram Pareto meliputi empat langkah, yaitu :

15
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan penyebab,
masalah, jenis ketidaksesuaian dan lain-lain.
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-karakteristik yang
telah ditentukan, misalnya frekuensi, rupiah, unit dan lain-lain.
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
4. Merangkum data dan membuat pengurutan kategori data dari yang terbesar hingga yang
terkecil.

2.8 Life Cycle Cost (LCC)


Life cycle cost (LCC) merupakan bagian dari tahap analisa yaitu menganalisis gagasan
atau alternatif yang terpilih dan menyiapkan estimasi life cycle cost terkait dengan rekomendasi
yang diajukan.
Life cycle cost merupakan seluruh biaya yang signifikan yang tercakup dalam pemilikan
dan penggunaan suatu benda, sistem atau jasa sepanjang waktu yang telah ditentukan. Periode
waktu yang digunakan adalah masa guna efektif yang direncanakan untuk fasilitas yang
bersangkutan. Analissi LCC dilakukan untuk menentukan alternatif dengan biaya yang paling
rendah. Dalam value engineering seluruh gagasan dapat dibandingkan atas dasar LCC bila
seluruh alternatif yang dimaksud untuk menghasilkan fungsi dasar atau sekumpulan fungsi
yang sama. Selain fungsi yang sama, analisis keuangan mensyaratkan bahwa alternatif-
alternatif dipertimbangkan atas dasar kesamaan kerangka waktu, kuantitas, tingkat kualitas,
tingkat pelayanan, kondisi ekonomi, kondisi pasar, dan kondisi operasi. Elemen-elemen biaya
yang dipertimbangkan meliputi :

1. Biaya Awal (Initial Cost)


 Biaya bangunan/produk (Item Cost) merupakan biaya untuk memproduksi atau
membangun produk/ bangunan yang bersangkutan.
 Biaya Pengembangan (Development Cost) merupakan biaya-biaya yang terkait dengan
desain, pengujian, model dan prototype.
 Biaya Implementasi (Implementation Cost) merupakan biaya yang diantisipasi ada
setelah gagasan telah disetujui, seperti inspeksi, administrasi kontrak, pengujian,
pelatihan, dan dokumentasi.
 Biaya lain-lain (Miscellaneous Cost) merupakan biaya yang tergantung dari
produk/bangunan yang ditinjau, termasuk biaya peralatan uang diadakan oleh pemilik,
pendanaan, lisensi dan biaya jasa (fee).

16
2. Biaya Tahunan (Annual Recurring Cost)
 Biaya Operasi (Operation Cost) meliputi pengeluaran tahunan yang diperkirakan
berhubungan dengan produk/bangunan tersebut, seperti untuk ultilitas, bahan bakar,
asuransi, pajak, biaya jasa (fee) dan lain-lain.
 Biaya Pemeliharaan (Maintenance Cost) meliputi pengeluaran tahunan untuk
perawatan dan pemeliharaan preventif terjadwal untuk suatu produk/bangunan agar
tetap berada dalam kondisi yang dapat dioperasikan.
 Biaya Berulang Lainnya (Other Recurring Costs) meliputi biaya-biaya untuk
penggunaan tahunan peralatan yang berhubungan dengan suatu produk/bangunan dan
juga biaya pendukung tahunan untuk management overhead.
3. Biaya Tidak Berulang (Nonreccuring Cost)
 Biaya Perbaikan dan Penggantian (Repair and Replacement Cost) merupakan biaya
yang diperkirakan atas dasar kerusakan dan penggantian yang diprediksi dari
komponen-komponen sistem utama, biaya-biaya perubahan yang diprediksi untuk
kategori-kategori ruang yang berkaitan dengan frekuensi perpindahan, perbaikan modal
yang diprediksi perlu untuk pemenuhan standar sistem pada suatu waktu tertentu. Biaya
yang diperkirakan itu adalah untuk suatu tahun tertentu di masa yang akan datang.
 Nilai Sisa (Salvage value) juga disebut sebagai residual value. Nilai sisa merupakan
nilai pasar atau nilai guna yang tersisa dari suatu produk/bangunan pada akhir masa
layanan yang dipilih dalam perhitungan LCC.

2.9 Analytical Hierarchy Process (AHP)


Analitycal Hierarchy Process (AHP) adalah metode untuk memecahkan suatu situasi
yang kompleks tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki,
dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap kriteria secara relatif, dan
menetapkan kriteria mana yang memiliki prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada
situasi tersebut. Pengambilan keputusan dalam AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu
penyususan hirarki, penentuan prioritas, dan konsistensi logika (Saaty, 1994).
Kriteria dan alternatif sering ditunjukkan dengan matrik berpasangan. Menurut Saaty
(1994) digunakan skala penilaian 1 - 9 sebagai ukuran yang menyatakan intensitas kepentingan.
Berikut ini adalah skala penilaian pembanding beserta keterangannya.

17
Tabel 2.1 Tabel Bobot Kriteria
Bobot (A dan B) Keterangan
1 Antara A dan B sama pentingnya
3 A sedikit lebih penting dibanding B
5 A lebih penting dibanding B
7 A jauh lebih penting dibanding B
9 A sangat lebih penting dibanding B
Sumber : Saaty (1994)

18
BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN

3.1. Kerangka Berpikir


Penyebaran pandemi COVID-19 yang semakin mengglobal mengakibatkan terjadinya
perubahan strategi owner dalam mengelola keungan. Rendahnya prospek bisnis di bidang
pariwisata selama masa pandemi menjadi alasan utama owner menghentikan sementara
pembangunan proyek dan memutuskan untuk mengefisiensikan biaya pembangunan. Metode
efisiensi biaya yang digunakan adalah analisa value engineering agar tidak mengurangi fungsi
pekerjaan yang telah ditetapkan dan meminimalisir terjadinya perubahan kualitas yang
pekerjaan.

Value Engineering (VE) adalah metode penghematan biaya yang sistematis untuk
mendapatkan keseimbangan fungsi-fungsi yang terbaik antara biaya, kekuatan dan penampilan
suatu struktur bangunan pada proyek. Penghematan biaya dengan analisa VE dilakukan dengan
mencari dan menetapkan alternatif terbaik yang dapat menggantikan desain awal serta
mencapai keseimbangan antara biaya, mutu, dan waktu yang diinginkan. Alternatif pengganti
desain awal dapat berupa perubahan material yang digunakan atau merubah metode
pelaksanaan yang telah direncanakan sebelumnya.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Wiguna
(2016) dan Gemiati (2020). Wiguna (2016) pada penelitiannya menerapkan VE pada
pembangunan Amartha Resident yang terdiri dari dua puluh bangunan. Alternatif yang
digunakan pada penelitiannya adalah merubahan pelat beton konvensional menjadi pelat
bondek, merubah dinding bata merah menjadi dinding batako, melakukan redesain pada
pekerjaan MEP, dan merubah kusen kayu jati menjadi kusen UPVC. Besar penghematan biaya
yang dihasilkan oleh hasil penerapan VE adalah sebesar 7%. Gemiati (2020) menerapkan VE
pada pembangunan Karma Kandara Apartment yang didesain memiliki jumlah ruangan
sebanyak tiga puluh tiga ruangan dengan luas lantai sebesar 4200m2. Alternatif yang digunakan
pada penelitiannya adalah merubah pelat beton konvensional menjadi pelat metal deck,
merubah kusen kayu jati menjadi kusen kayu bengkirai, merubah plafon gypsum dan kayu jadi
menjadi fiber cement ceiling, merubah frameless tempered glass 12mm menjadi frameless
tempered glass 10mm. Besar penghematan biaya yang dihasilkan oleh penerapan VE adalah
sebesar 11,31%.

19
Pada penelitian ini efisiensi biaya konstruksi dengan analisa value engineering
dilakukan pada proyek pembangunan Aurora Wonderland Resort. Variabel yang akan diteliti
adalah pekerjaan berbiaya tinggi yang menjadi objek penerapan VE, keunggulan serta
kekurangan alternatif pengganti dibandingkan dengan desain rencana, dan besar penghematan
yang didapat sebagai hasil penerapan analisa VE. Pekerjaan berbiaya tinggi didapat
berdasarkan hasil distribusi diagram pareto terhadap keseluruhan item pekerjaan proyek.
Keunggulan dan kekurangan alternatif didapat melalui hasil permodelan fungsi Functional
Analysis System Technique (FAST) diagram. Besar penghematan biaya didapat melalui selisih
biaya antara desain alternatif terbaik dengan desain rencana. Desain alternatif terbaik didapat
melalui hasil seleksi yang dilakukan pada setiap desain alternatif yang ada dengan
menggunakan metode Analyitcal Hierarchy Process (AHP).

3.2. Konsep Penelitian

Penghematan biaya pada Penerapan Value Engineering Pada


pembangunan proyek sebagai Proyek Pembangunan Gedung
strategi dalam menghadapi Aurora Wonderland Resort
pandemic COVID-19

 RAB  Tahap Informasi


 RKS  Tahap Kreatif
 Harga Satuan Material  Tahap Analisa
 Gambar Rencana  Tahap Penyajian
 Hasil Interview Expert

 Item pekerjaan berbiaya tinggi


 Alternatif pengganti item
berbiaya tinggi
 Besar penghematan

Gambar 3.1 Konsep Penelitian

20
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Diagram Alur Penelitian


Diagram alir atau flowchart penelitian adalah suatu gambaran mengenai tahapan-
tahapan yang akan dilakukan dari awal penelitian hingga mendapatkan hasil yang

Data Sekunder Data Primer

diinginkan.snap

Gambar 4.1 Diagram Alur Penelitian

21
4.2. Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang didapat secara langsung baik berupa hasil survey, quisioner,
maupun hasil pengamatan objek penelitian secara langsung. Data primer dalam penelitian ini
berupa data bobot perbandingan kriteria alternatif yang didapat melalui interview pada owner
dan juga manajer proyek. Data sekunder merupakan data yang didapatkan melalui sumber-
sumber yang sudah ada. Adapun data yang diperlukan untuk mendukung terlaksananya
penelitian ini adalah Rencana Anggaran Biaya (RAB), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),
daftar harga satuan material bangunan, dan gambar rencana proyek. Data proyek yang
digunakan untuk penelitian didapat melalui kontraktor yang bertugas melaksanakan pekerjaan
proyek.

4.3. Analisis Data


Berdasarkan teori yang ditemukan oleh Dell ‘Isola (1982), rencana kerja (job plan)
value engineering yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi tahap informasi, tahap
kreatif, tahap analisa, dan tahap rekomendasi.

4.3.1. Tahap Informasi


Tahap kreatif merupakan tahapan yang bertujuan untuk menentukan pekerjaan dengan
biaya tinggi yang memiliki potensi diterapkan value engineering. Langkah-langkah yang perlu
dilakukan untuk menentukan pekerjaan dengan biaya tinggi tersebut adalah :

1. Membuat breakdown cost model dengan menggolongkan item pekerjaan yang spesifik dari
RAB kedalam beberapa jenis pekerjaan yang lebih umum. Breakdown cost model disajikan
dalam bentuk table yang diisi dengan jenis pekerjaan dan biaya yang dikeluarkan. Biaya
yang ditampilkan didapat dari menjumlahkan biaya item pekerjaan spesifik yang
dikelompokkan. Item pekerjaan yang telah dikelompokkan kemudian diurutkan dari jenis
pekerjaan dengan biaya tertinggi ke biaya terendah.
2. Membuat grafik distribusi pareto berdasarkan breakdown cost model yang telah dibuat.
Grafik distribusi pareto dibuat dengan cara mengubah jumlah biaya tiap jenis pekerjaan
kedalam bentuk persen. Persen biaya diplot dalam bentuk grafik yang terdiri dari sumbu x
untuk jenis pekerjaan dan sumbu y untuk persen biaya komulatif. Berdasarkan grafik
distribusi pareto dapat ditentukan jenis pekerjaan yang memiliki biaya tinggi.

22
3. Melakukan analisa fungsi pada tiap jenis pekerjaan yang memiliki biaya tinggi berdasarkan
grafik distribusi pareto. Fungsi utama (primer) dan fungsi penunjang (sekunder) tiap jenis
pekerjaan dengan biaya tinggi dianalisa untuk mengetahui perbandingan antara biaya (cost)
dengan fungsi (worth) dari item pekerjaan berbiaya tinggi. Item pekerjaan dengan rasio
cost/worth yang tinggi memiliki potensi dilakukan penerapan value engineering.

4.3.2. Tahap Kreatif


Tahap kreatif merupakan tahapan yang bertujuan untuk menggali dan mencari alternatif
dari item pekerjaan yang memiliki rasio cost/worth tinggi berdasarkan hasil dari tahap
informasi. Alternatif pengganti desain awal dapat diambil dari segi aspek penggunaan material
atau aspek metode pengerjaan yang dilakukan di lapangan. Alternatif yang digunakan dalam
penerapan value engineering tetap harus memenuhi fungsi awal item pekerjaan yang diganti.
Perolehan alternatif didapat dari wawancara dengan narasumber yang memiliki pengalaman di
bidang value engineering.

4.3.3. Tahap Analisa


Tahap analisa merupakan tahapan yang bertujuan untuk mencari keuntungan dan
kerugian yang didapat dari penerapan alternatif yang telah didapat pada tahap kreatif. Adapun
bebearaja jenis analisa yang perlu dilakukan terhadap alternatif yang didapat adalah :

1. Analisa kekuatan struktur bangunan dilakukan dengan menggunakan program SAP 2000
apabila terdapat alternatif yang mempengaruhi beban atau kekuatan struktur.
2. Analisa keuntungan dan kerugian dilakukan pada masing-masing alternatif yang didapat
melalui tahap kreatif. Keuntungan dan kerugian dari tiap alternatif ditinjau berdasarkan
beberapa parameter seperti biaya yang dikeluarkan, waktu pelaksanaan, dan tingkat
keawetan. Analisa keuntungan dan kerugian berfungsi untuk menyeleksi alternatif yang
ada agar tidak terlalu banyak bila dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
3. Analisa LCC (Life Cycle Cost) atau analisa siklus hidup dilakukan pada alternatif yang
telah melalui tahap seleksi analisa keuntungan dan kerugian. Dalam analisa LCC beberapa
biaya yang perlu diperhatikan diantaranya adalah biaya awal, biaya perawatan, biaya
pengganti, dan nilai sisa.
4. Analisa pemilihan alternatif dilakukan untuk menilai alternatif dan menentukan alternatif
terbaik yang akan digunakan. Metode yang digunakan dalam analisa pemilihan alternatif
adalah metode Analytic Hierarcy Process (AHP). Adapun tahapan metode AHP yang
digunakan adalah :

23
a. Menentukan pohon kriteria untuk menentukan pemilihan alternatif dibentuk hierarki
keputusan yang terdiri dari 3 level. Level 1 adalah tujuan, level 2 adalah kriteria dan
level 3 adalah alternatif.
b. Menentukan bobot alternatif berdasarkan kriteria dengan menggunakan matriks
perbandingan antara kriteria. Skala bobot perbandingan yang digunakan adalah 1
sampai 9 untuk membandingkan antara kriteria.

Hasil matriks perbandingan kriteria dan alternatif akan dilakukan penilaian dengan bobot
keseluruhan, alternatif dengan nilai tertinggi akan menjadi alternatif pengganti terbaik.

4.3.4. Tahap Rekomendasi


Tahap rekomendasi merupakan tahapan yang bertujuan untuk memaparkan hasil desain
baru berdasarkan alternatif yang digunakan. Perekomendasian disampaikan secara tertulis dan
disajikan dengan sejelas mungkin dan secara meyakinkan. Data yang disampaikan dapat
berupa perbandingan biaya penghematan yang diperoleh.

24
DAFTAR PUSTAKA

Berawi, M.A. 2014. Aplikasi Value Engineering pada Industri Konstruksi Bangunan Gedung.
Dell’Isola A. J. 1982. Value Engineering in the Construction Industry. Third Edit. New York:
Van Nostrand and Reinhold Co.
Donald S. Barrie, B.C.P. 1995. Manajemen Konstruksi Profesional. Ed. II. Jakarta: Erlangga.
Ervianto, W.I. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta.
Gemiati, N.K.A.R. 2020. Penerapan Rekayasa Nilai Pada Proyek Pembangunan Karma
Kandara Apartment.
Hammersley, H. 2002. Value Management In Construction , Association Of Local Authority
Business Consultant. Hammersley Value Management Ltd: Conventry.
Hidayat, A.N., Ardianto, D. 2011. Rekayasa Nilai Pembangunan Gedung Rusunawa
Amabarawa.
John N. Connaughton, S.D.G. 1996. Value Management in Construction: A Client’s Guide.
Construction Industry Research and Information Association.
Larry W. Zimmerman, G.D.H. 1982. Value Engineering: A Practical Approach For Owners,
Designers, And Contractors. Van Nostrand Reinhold.
Saaty, T.L. 1994. Fundamentals of Decision Making and Priority Theory With the Analytic
Hierarchy Process. Pittsburgh: RWS Publications.
Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional. Second edi.
Jakarta: Erlangga.
Wiguna, I.M.P.W. 2016. Penerapan Rekayasa Nilai Pada Proyek Pembangunan Amartha
Residence.

25

Anda mungkin juga menyukai