A. Landasan Filosofis Landasan filosofis sebagaimana yang termuat pada Lampiran II Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembuatan Peraturan Perundang-undangan memiliki arti bahwa peraturan yang dibentuk harus mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat, falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa Yunani, philein berarti mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Menempatkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis negara sehingga setiap materi muatan Peraturan Perundang- undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Penempatan Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum Negara ini juga dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 . Landasan filosofis dari peraturan daerah ini didasarkan pada tujuan pembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata meteriil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Kebebasan berpendapat dan berekspresi merupakan amanah Undang-Undang Pasal 28 dan Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan "setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat”. Amanat Undang-Undang Dasar tersebut memberikan konsekuensi bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan publik dalam kebebasan berekspresi khususnya kebebasan seksual yang dilakukan di luar nikah atau seks bebas. Dalam hal ini pemerintah Kota Batu membuat undang-undang untuk mencegah terjadinya pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos- kosan berkembang semakin menjadi sebuah kebiasaan yang umum di lakukan. Namun dalam peraturan daerah ini ada ketentuan yang harus dipenuhi dalam melakukan seksual diluar nikah atau seks bebas contoh dalam melakukan seks harus memakai pengaman seperti kondom, alat Kontrasepsi, dll. Peratuan daerah ini juga sudah banyak dipertimbangkan oleh pemerintah Kota Batu. B. Landasan Sosiologis Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara. Pemerintah Kabupaten Batu juga harus meningkatkan pelayanan, serta membuat kebijakan yang berpihak kepada masyarakat, di sisi lain masyarakat dan dunia usaha tidak dirugikan dengan terbitnya Peraturan Daerah tentang Seks Bebas. Peraturan ini dilakukan secara komprehensif dan terpadu sesuai dengan prinsip yang berwawasan lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan; memberikan manfaat secara ekonomi, serta dapat mengubah perilaku masyarakat. C. Landasan Yuridis Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang- Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada. Perumusan landasan yuridis dalam Rancangan Peraturan Daerah Kota Batu Jawa Timur tentang Legalitas Seks Bebas : bahwa Peraturan Daerah Kota Batu tentang Legalitas Seks Bebas merupakan Peraturan Daerah rintisan maka perlu ditingkatkan untuk memberikan arah dan kepastian hukum yang jelas tentang Legalitas Seks Bebas kepada masyarakat.