Rangkuman Manajemen LH
Rangkuman Manajemen LH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Manajemen Lingkungan Perkotaan
& Kawasan Pedesaan
Disusun Oleh :
2023
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan yang maha esa atas nikmat sehat-Nya,
baik berupa fisik maupun akal pikiran, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini sebagai
tugas Mata kuliah Pengantar Manajemen Lingkungan Perkotaan & Kawasan Pedesaan
dengan judul “ PERMASALAHAN MANAJEMEN LINGKUNGAN HIDUP
KAWASAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KALIMANTAN BESERTA SOLUSI
DARI PERMASALAHAN TERSEBUT ”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangan serta kesalahan didalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca dengan harapan untuk menjadikan tugas ini menjadi lebih baik. Kemudian
apabila terdapat kesalahan dalam tugas ini, kami memohon maaf yang sebesar besarnya
Demikian yang dapat kami sampaikan, terima kasih
Penulis
( )
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Rumusan Permasalahan.........................................................................................................4
C. Batasan Masalah.....................................................................................................................4
D. Sistematika Penulisan.............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................6
A. Pengertian Manajemen Lingkungan Hidup.........................................................................6
B. Tujuan Manajemen Lingkungan Hidup...............................................................................6
C. Instrumen Manajemen Lingkungan Hidup di Indonesia....................................................6
BAB III GAMBARAN UMUM..........................................................................................................8
A. Lingkungan Hidup Perkotaan di Kalimantan......................................................................8
B. Lingkungan Hidup Perdesaan di Kalimantan......................................................................9
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................................................11
A. Lingkungan Hidup Perkotaan di Kalimantan....................................................................11
B. Lingkungan Hidup Perdesaan di Kalimantan....................................................................12
C. Solusi untuk Permasalahan Tersebut..................................................................................13
BAB V PENUTUP.............................................................................................................................15
A. Kesimpulan............................................................................................................................15
B. Saran......................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan lingkungan merupakan permasalahan yang sangat penting untuk
dipahami dan dipelajari, khususnya berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan, dampak
tersebut dapat berupa dampak besar dan dampak penting, baik bagi lingkungan dan
makhluk hidup yang ada. Dampak lingkungan apabila dibiarkan akan menjadi epidemi
bagi lingkungan itu sendiri, seperti yang tertera dalam asas lingkungan terutama asas ke 4
(empat) yang berbunyi untuk semua kategori sumber daya alam apabila pengadannnya
sudah mencapai optimum maka pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan
penambahan sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas
maksimum ini tak aka nada pengaruh yang menguntungkan lagi. Artinya, lingkungan
memiliki batas kemampuan untuk menampung sumber daya (asas penjenuhan).
Sumberdaya tersebut dapat berupa penyebab daripada permasalahan yang ada di
lingkungan.
Lingkungan sebagai sumber daya merupakan aset yang dapat diperlukan untuk
mensejahterakan masyarakat dan sebagai landasan konstitusional bagi pengelolaan
lingkungan dan peralatan ruang maka didasarkan pada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang
menyatakan bahwa “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Dengan demikian, sumber
daya lingkungan mempunyai daya regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Selama
eksploitasi atau permintaan pelayanan ada dibawah batas daya regenerasi atau asimilasi,
sumber daya terbaru itu dapat digunakan secara lestari. Akan tetapi, apabila batas itu
dilampaui maka sumber daya akan mengalami kerusakan dan fungsi sumber daya itu
sebagai faktor produksi dan konsumsi atau sarana pelayanan akan mengalami gangguan.
Lingkungan memiliki dampak yang begitu banyak bagi lingkungan perkotaan dan
lingkungan perdesaan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa adanya kesenjangan antara
kehidupan di perkotaan di perdesaan. Kehidupan di perkotaan lebih rumit dan lingkungan
yang mereka tempati lebih ke lingkungan yang kurang sehat bagi masyarakat, sedangkan
pada lingkungan di perdesaan bisa dikatakan lebih baik karena lingkungan di perdesaan
masih terjaga keasrian dan keanekaragaman hayati yang masih menempel di desa tersebut.
3
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang terkait, adapun perumusan masalah atau pertanyaan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apa saja permasalahan manajemen lingkungan hidup di kawasan pedesaan di
Kalimantan?
2. Apa saja permasalahan manahemen lingkungan hidup di kawasan perkotaan di
Kalimantan?
3. Bagaimana solusi dari permasalahan tersebut?
C. Batasan Masalah
Dalam satu penelitian perlu dirumuskan batasan dari masalah yang akan
diselesaikan, agar suatu penelitian terfokus dan tercapai tujuan yang diharapkan. Batasan
masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Menganalisa apa saja yang menjadi permasalahan manajemen lingkungan hidup di
kawasan pedesaan di Kalimantan.
2. Menganalisa apa saja yang menjadi permasalahan manajemen lingkungan hidup di
kawasan perkotaan di Kalimantan.
3. Mengetahui solusi dari setiap permasalahan yang ada.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika pada penulisan dan penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas tinjauan pustaka yang digunakan sebagai pijakan
bagi penelitan ini mulai dari pengertian tentang definisi Manajemen
lingkungan hidup. beserta literature tentang tahapan analisa-analisa yang
akan digunakan dalam penelitian.
4
Pada bab ini berisikan gambaran umum terkait lingkungan hidup di
perkotaan dan lingkungan hidup di perdesaan di Kalimantan.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang hasil dari pembahasan makalah terkait
lingkungan hidup di perkotaan dan lingkungan hidup di perdesaan di
Kalimantan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini merupakan bagian penutup dari yang menguraikan secara
rinci hasil akhir yang memuat kesimpulan dari keseluruhan penelitian ini
dan simpulan dari tujuan penelitian yang sebelumnya telah diuraikan
pada BAB I. Selain itu, dikemukakan juga saran baik bagi pihak yang
memerlukan maupun bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik
mengembangkan penelitian mengenai Permasalahan Manajemen
Lingkungan Hidup Kawasan Pedesaan dan Perkotaan di Kalimantan
Beserta Solusi dari Permasalahan Tersebut.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
lingkup penyusunan dokumen lingkungan yang dilakukan pada tingkat rencana dan
pelaksanaan usaha atau kegiatan.
2. Tata Ruang
Tata ruang berfungsi untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, khususnya
dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan. Keterkaitan tata ruang dengan
pengelolaan lingkungan hidup.
3. Baku Mutu Lingkungan
Instrumen ini merupakan instrument pengelolaan lingkungan yang berisikan
batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar yang terdapat di
lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup,
tumbuhan atau benda lainnya.
4. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup
Instruman ini merupakan ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia dan hayato
lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap
melestarikan fungsinya.
5. AMDAL
Kajian mengenai dampak penting dan besar suatu usaha dan atau kegiatan
yang direncanakan yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha atau kegiatan.
6. UKL-UPL
Upaya ini dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib menggunakan AMDAL.
7. Perizinan Lingkungan
Pelindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk
memperoleh izin usaha suatu kegiatan. Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan
keputusan kelayakan lingkungan hidup yang diterbitkan oleh pemerintah setempat.
7
BAB III
GAMBARAN UMUM
8
meningkat, di mana pada tahun 2015 tercatat sebesar 45,16 persen. Tingginya kontribusi
sektor tersebut memengaruhi pula perkembangan usaha yang ada di sektor industri, di
mana 68 persen dari industri pengolahannya berupa industri minyak dan gas bumi (migas)
dan sisanya adalah industri non-migas (Margiyono, 2019).
9
kewirausahaan serta kapasitas berfikir konseptual dalam perencanaan, penganggaran,
manajemen keuangan dan sumberdaya (aset) desa, perumusan kebijakan, implementasi
program kebijakan, monitoring dan evaluasi (Nofiarsyah, 2019).
10
BAB IV
PEMBAHASAN
11
Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Batola (Zulaeha, Dwifama, Falmelia, & Ridhani,
2022)
Penyebab bencana yang terjadi di Kalimantan adalah akibat kurangnya
pengelolaan limbah. Penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh vektor
penyebab yang sering disebut dengan pencemar/polutan, sehingga hal tersebut
menimbulkan dampak besar dan penting bagi lingkungan. Dampak besar dan penting
dapat berupa seperti kegiatan-kegiatan skala besar yang dilakukan oleh manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan sandang, pangan, papan dan kesehatan.
Kebutuhan sandang, pangan, papan dan kesehatan sendiri dipengaruhi oleh jumlah
penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga semakin besar angka jumlah
penduduk maka semakin besar pula limbah yang dihasilkan.
Jumlah penduduk di kota Palangka raya dalam kurun waktu lima tahun terakhir
berjumlah 664.320 penduduk. Satu orang dapat menghasilkan limbah sekitar 0,7 Kg/Hari.
Sehingga seluruh penduduk kota Palangka raya dapat menghasilkan 465.024 Kg/Hari
limbah. Dari jumlah limbah yang dihasilkan sangat besar, limbah tersebut dapat
menimbulkan dampak baik bagi lingkungan dan makhluk hidup (BPS, 2017). Dampak
bagi lingkungan jika membuang limbah sembarangan adalah merusak pemandangan,
menimbulkan bau yang tidak sedap dan menurunnya kualitas lingkungan sekitar.
Sedangkan bagi makhluk hidup dapat mendatangkan berbagai penyakit seperti diare,
keracunan, sesak nafas hingga kematian. Maka dari itu, perlu adanya pengolahan limbah
yang tepat (Firdaus, 2021).
12
Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Secara geografis, desa Tanipah termasuk wilayah
pesisir, tepatnya di daerah muara sungai Barito dan termasuk daerah pasang surut. Letak
desa Tanipah yang berdekatan dengan kawasan muara sungai menyebabkan desa Tanipah
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Selain oleh aktivitas bongkar muat batubara,
limbah rumah tangga menyumbang terjadinya pencemaran di sungai desa Tanipah.
Pencemaran tersebut mengakibatkan sungai menjadi keruh dan terindikasi adanya
kandungan logam yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Salah satu sumber pencemaran
tersebut adalah aktivitas masyarakat berupa limbah cucian dan limbah rumah tangga
lainnya yang masuk ke dalam sungai. Limbah-limbah tersebut terakumulasi di sungai dan
menyebabkan pencemaran di sungai. Sehingga kualitas air sungai mengalami penurunan
dan terganggu (Sanjaya & Iriani, 2018).
13
4. Metode sanitary landfill
Metode ini mirip dengan metode landfill, namun sampah yang ada ditutup dan diuruk
dengan tanah. Metode ini biasanya menggunakan alat-alat berat yang berharga mahal
seperti backhoe/eskavator dan buldozer.
5. Metode pulverisation
Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut lepas setelah
dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil.
6. Metode incineration / incinerator
Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara sederhana maupun
modern secara masal. Teknologi memungkinkan hasil energi pembakaran diubah
menjadi energi listrik.
Kerusakan hutan yang terjadi akibat pembangunan daerah dan fasilitas lainnya
tentu juga akan memberikan dampak yang cukup merugikan seperti yang sudah dijelaskan
diatas. Sehingga dalam hal ini pemerintah perlu adanya penanaman ulang hutan kota
melalui program forest City dengan konsep Forest City (hutan kota) dinlai dapat menjadi
solusi mengatasi berbagai permasalahan.
14
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem manajemen lingkungan merupakan sistem manajemen yang berkaitan
dengan kebijakan perusahaan yang berpotensi memberikan dampak bagi lingkungan
operasi perusahaan. Pembangunan dan perkembangan kota yang tidak terencana secara
baik berpeluang memberikan dampak terhadap ekonomi, sosial dan kualitas lingkungan
perkotaan terutama disebabkan oleh pertumbuhan dan migrasi penduduk. Permasalahan
lingkungan hidup yang terjadi di berbagai daerah khususnya perdesaan pada saat ini
adalah penurunan daya dukung lingkungan sebagai akibat rendahnya kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan lingkungan hidup.
Kalimantan adalah sebuah provinsi yang memiliki banyak keanekaragaman
sumber daya alam seperti halnya hutan daerah. Hutan di Indonesia khususnya Kalimantan
Barat juga saat ini banyak digunakan sebagai hutan lindung. Realita tentang keadaan alam
wilayah Kalimantan Barat sering mengalami kebakaran hutan saat musim kemarau
panjang. Selain itu, hutan daerah yang berada diperkotaan Provinsi Kalimantan pada saat
ini sudah banyak yang ditebangi secara liar sehingga resapan air di kota tersebut menjadi
kurang dan menyebabkan terjadinya banjir.
Program Food Estate merupakan konsep ketahanan pangan yang dilakukan
berdasarkan konsep pertanian atau perkebunan. Program food estate dilakukan diatas
lahan PLG , sifat lahan gambut pada dasarnya basah. Dalam prakteknya pertanian di lahan
gambut dapat merusak ekosistem tanah apabila tidak memperhatikan kaidah-kaidah
terhadap lingkungan. Selain itu, permasalahan lain yang terjadi di perdesaan Kalimantan
yaitu di desa Tanipah. Selain oleh aktivitas bongkar muat batubara, limbah rumah tangga
menyumbang terjadinya pencemaran di sungai desa Tanipah. Pencemaran tersebut
mengakibatkan sungai menjadi keruh dan terindikasi adanya kandungan logam yang
berbahaya bagi kesehatan tubuh. Solusi untuk permasalahan yang terjadi diperkotaan dan
di perdesaan Provinsi Kalimantan ini diperlukan adanya kebijakan pemerintah yang
menegaskan penerapan indikator manajemen lingkungan hidup seperti yang biasanya
diterapkan adalah AMDAL dan KLHS, penerapan pengelolaan limbah dan melakukan
forest city.
15
B. Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini, pemerintah diharapkan lebih
memperhatikan lagi lingkungan yang ada disekitarnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ainurrahmah, S., & Sudarti. (2019). Analisis Kerusakan Lingkungan Akibat Industri di
Permukiman Warga Desa Karangrejo Kediri. Jurnal Teknik Lingkungan UM Kendari,
1(2), 33-37.
Baringbing, M. (2021). Problematika Lingkungan Terhadap Regulasi Food Estate sebagai
Program Strategis Nasional di Desa Gunung Mas & Pulau Pisau Kalimantan Tengah.
Seminar Nasional Hukum UNNES, 7(1), 353-366.
Caesarina, H. M., & Saubari, N. (2019). Peran Ruang Terbuka Hijau dalam Perencanaan
Kota sebagai Potensi Pembentuk Smart City. Jurnal Teknik Lingkungan, 5(1), 28-39.
Firdaus, N. (2021). Analisis Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Bhayangkara Kota
Palangka Raya Kalimantan Tengah. Sultan Agung Fundamental Research Journal,
2(1), 41-64.
Margiyono. (2019). Aplikasi Regional Sustainable Account (RSA) pada Keberlanjutan
Perkotaan di Kalimantan Timur. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, 10(2), 141-156.
Nofiarsyah. (2019). Pemetaan Sumberdaya Aparatur Desa di Provinsi Kalimantan Timur.
Jurnal Riset Pembangunan, 2(1), 47-66.
Rachman, F., Nurleli, & Rosdiana, Y. (2019). Analisis Penerapan Sistem Manajemen
Lingkungan terhadap Kinerja Lingkungan pada Rumah Sakit di Bandung. Kajian
Akuntansi, 20(1), 36-44.
Sa'adah, N., Hayyat, M. R., & Fevria, R. (2022). Analisis Issue dalam Etika Lingkungan
Terkait IKN. Prosiding SEMNAS BIO, 421-430.
Sanjaya, R., & Iriani, R. (2018). Kualitas Air Sungai di Desa Tanipah (Gambut Pantai)
Kalimantan Selatan. BioLink, 5(1), 1-10.
Saputro, J. G., Handayani, I. G., & Najicha, F. U. (2021). Analisis Upaya Penegakan Hukum
dan Pengawasan Mengenai Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal
Manajemen Bencana, 7(1), 27-36.
Surya, A., & Ariefahnoor, D. (2019). Pengelolaan dan Pengolahan Sampah Pasar Desa
Gudang Tengah Melalui Konsep 3R dan Teknologi Lingkungan. Jurnal Keilmuan
Teknik Sipil, 2(2), 48-65.
Zulaeha, M., Dwifama, A., Falmelia, R., & Ridhani, M. (2022). Mitigasi Bencana Perspektif
Kebijakan Publik dalam Penanggulangan Bencana Banjir di Kalimantan Selatan.
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah, 7(3), 150-159.
17