Anda di halaman 1dari 18

PERMASALAHAN MANAJEMEN LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PEDESAAN

DAN PERKOTAAN DI KALIMANTAN BESERTA SOLUSI DARI


PERMASALAHAN TERSEBUT

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Manajemen Lingkungan Perkotaan
& Kawasan Pedesaan

Dosen Pengampu : Dr. Theresia Susi, S.T., M.T

Disusun Oleh :

Nama : I Made Suwarnaya, S.T.


Nim : 224030121017

UNIVERSITAS PALANG KARAYA

2023
KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan yang maha esa atas nikmat sehat-Nya,
baik berupa fisik maupun akal pikiran, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini sebagai
tugas Mata kuliah Pengantar Manajemen Lingkungan Perkotaan & Kawasan Pedesaan
dengan judul “ PERMASALAHAN MANAJEMEN LINGKUNGAN HIDUP
KAWASAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KALIMANTAN BESERTA SOLUSI
DARI PERMASALAHAN TERSEBUT ”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangan serta kesalahan didalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca dengan harapan untuk menjadikan tugas ini menjadi lebih baik. Kemudian
apabila terdapat kesalahan dalam tugas ini, kami memohon maaf yang sebesar besarnya
Demikian yang dapat kami sampaikan, terima kasih

Penulis

( )

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Rumusan Permasalahan.........................................................................................................4
C. Batasan Masalah.....................................................................................................................4
D. Sistematika Penulisan.............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................6
A. Pengertian Manajemen Lingkungan Hidup.........................................................................6
B. Tujuan Manajemen Lingkungan Hidup...............................................................................6
C. Instrumen Manajemen Lingkungan Hidup di Indonesia....................................................6
BAB III GAMBARAN UMUM..........................................................................................................8
A. Lingkungan Hidup Perkotaan di Kalimantan......................................................................8
B. Lingkungan Hidup Perdesaan di Kalimantan......................................................................9
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................................................11
A. Lingkungan Hidup Perkotaan di Kalimantan....................................................................11
B. Lingkungan Hidup Perdesaan di Kalimantan....................................................................12
C. Solusi untuk Permasalahan Tersebut..................................................................................13
BAB V PENUTUP.............................................................................................................................15
A. Kesimpulan............................................................................................................................15
B. Saran......................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan lingkungan merupakan permasalahan yang sangat penting untuk
dipahami dan dipelajari, khususnya berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan, dampak
tersebut dapat berupa dampak besar dan dampak penting, baik bagi lingkungan dan
makhluk hidup yang ada. Dampak lingkungan apabila dibiarkan akan menjadi epidemi
bagi lingkungan itu sendiri, seperti yang tertera dalam asas lingkungan terutama asas ke 4
(empat) yang berbunyi untuk semua kategori sumber daya alam apabila pengadannnya
sudah mencapai optimum maka pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan
penambahan sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas
maksimum ini tak aka nada pengaruh yang menguntungkan lagi. Artinya, lingkungan
memiliki batas kemampuan untuk menampung sumber daya (asas penjenuhan).
Sumberdaya tersebut dapat berupa penyebab daripada permasalahan yang ada di
lingkungan.
Lingkungan sebagai sumber daya merupakan aset yang dapat diperlukan untuk
mensejahterakan masyarakat dan sebagai landasan konstitusional bagi pengelolaan
lingkungan dan peralatan ruang maka didasarkan pada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang
menyatakan bahwa “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Dengan demikian, sumber
daya lingkungan mempunyai daya regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Selama
eksploitasi atau permintaan pelayanan ada dibawah batas daya regenerasi atau asimilasi,
sumber daya terbaru itu dapat digunakan secara lestari. Akan tetapi, apabila batas itu
dilampaui maka sumber daya akan mengalami kerusakan dan fungsi sumber daya itu
sebagai faktor produksi dan konsumsi atau sarana pelayanan akan mengalami gangguan.
Lingkungan memiliki dampak yang begitu banyak bagi lingkungan perkotaan dan
lingkungan perdesaan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa adanya kesenjangan antara
kehidupan di perkotaan di perdesaan. Kehidupan di perkotaan lebih rumit dan lingkungan
yang mereka tempati lebih ke lingkungan yang kurang sehat bagi masyarakat, sedangkan
pada lingkungan di perdesaan bisa dikatakan lebih baik karena lingkungan di perdesaan
masih terjaga keasrian dan keanekaragaman hayati yang masih menempel di desa tersebut.

3
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang terkait, adapun perumusan masalah atau pertanyaan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apa saja permasalahan manajemen lingkungan hidup di kawasan pedesaan di
Kalimantan?
2. Apa saja permasalahan manahemen lingkungan hidup di kawasan perkotaan di
Kalimantan?
3. Bagaimana solusi dari permasalahan tersebut?
C. Batasan Masalah
Dalam satu penelitian perlu dirumuskan batasan dari masalah yang akan
diselesaikan, agar suatu penelitian terfokus dan tercapai tujuan yang diharapkan. Batasan
masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Menganalisa apa saja yang menjadi permasalahan manajemen lingkungan hidup di
kawasan pedesaan di Kalimantan.
2. Menganalisa apa saja yang menjadi permasalahan manajemen lingkungan hidup di
kawasan perkotaan di Kalimantan.
3. Mengetahui solusi dari setiap permasalahan yang ada.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika pada penulisan dan penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan permasalahan yang menjadi dasar


pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Dalam bab ini terdapat latar
belakang penelitian, rumusan masalah dari penelitian, batasan masalah
dari penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSAKA

Pada bab ini dibahas tinjauan pustaka yang digunakan sebagai pijakan
bagi penelitan ini mulai dari pengertian tentang definisi Manajemen
lingkungan hidup. beserta literature tentang tahapan analisa-analisa yang
akan digunakan dalam penelitian.

BAB III GAMBARAN UMUM

4
Pada bab ini berisikan gambaran umum terkait lingkungan hidup di
perkotaan dan lingkungan hidup di perdesaan di Kalimantan.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang hasil dari pembahasan makalah terkait
lingkungan hidup di perkotaan dan lingkungan hidup di perdesaan di
Kalimantan.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini merupakan bagian penutup dari yang menguraikan secara
rinci hasil akhir yang memuat kesimpulan dari keseluruhan penelitian ini
dan simpulan dari tujuan penelitian yang sebelumnya telah diuraikan
pada BAB I. Selain itu, dikemukakan juga saran baik bagi pihak yang
memerlukan maupun bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik
mengembangkan penelitian mengenai Permasalahan Manajemen
Lingkungan Hidup Kawasan Pedesaan dan Perkotaan di Kalimantan
Beserta Solusi dari Permasalahan Tersebut.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Manajemen Lingkungan Hidup


Pengertian sistem manajemen lingkungan menurut ISO 14001:2004 merupakan
suatu sistem manajemen pengelolaan lingkungan yang telah diakui secara internasional
dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Sertifikat dibawah koordinasi International
Standard Organization (ISO). Sistem manajemen lingkungan atau Environtment
Management System (EMS) adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang
meliputi struktur organisasi, rencana kegiatan, tanggung jawab, pelatihan atau praktek,
prosedur, proses dan sumber daya untuk pengembangan, penerapan, evaluasi dan
pemeliharaan kebijakan lingkungan (Rachman, Nurleli, & Rosdiana, 2019).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem manajemen
lingkungan merupakan sistem manajemen yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan
yang berpotensi memberikan dampak bagi lingkungan operasi perusahaan, dimana sistem
manajemen tersebut harus meliputi keseluruhan proses mulai dari perncanaan, penelitian,
penerapan, pertanggungjawaban, peninjauan ulang serta pemeliharan kebijakan yang telah
dihasilkan.
B. Tujuan Manajemen Lingkungan Hidup
Manajemen lingkungan hidup diterapkan bertujuan untuk memelihara lingkungan
agar tetap aman dan terkendali. Lingkungan hidup yang baik adalah lingkungan hidup
yang nyaman bagi penggunanya. Dengan adanya Manajemen lingkungan hidup ini
diharapkan masyarakat atau pihak pengelola suatu bisnis lebih memperhatikan lagi
keadaan lingkungan hidupnya saat mengelola sesuatu. Agar tidak berdampak fatal seperti
kerusakan lingkungan yang akan merugikan diri sendiri dan juga orang lain yang ada
disekitarnya.
C. Instrumen Manajemen Lingkungan Hidup di Indonesia
Berikut beberapa instrument pengelolaan lingkungan hidup yang terdapat di
Indonesia menurut UU PPLH Nomor 32 tahun 2009 Pasal 14 sebagai berikut:
1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Instrumen ini merupakan pencegahan pencemaran atau kerusakan lingkungan
dan wajib disusun oleh pemerintah daerah untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan kebijakan yang dilakukan pada tingkat rencana dan

6
lingkup penyusunan dokumen lingkungan yang dilakukan pada tingkat rencana dan
pelaksanaan usaha atau kegiatan.
2. Tata Ruang
Tata ruang berfungsi untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, khususnya
dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan. Keterkaitan tata ruang dengan
pengelolaan lingkungan hidup.
3. Baku Mutu Lingkungan
Instrumen ini merupakan instrument pengelolaan lingkungan yang berisikan
batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar yang terdapat di
lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup,
tumbuhan atau benda lainnya.
4. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup
Instruman ini merupakan ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia dan hayato
lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap
melestarikan fungsinya.
5. AMDAL
Kajian mengenai dampak penting dan besar suatu usaha dan atau kegiatan
yang direncanakan yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha atau kegiatan.
6. UKL-UPL
Upaya ini dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib menggunakan AMDAL.
7. Perizinan Lingkungan
Pelindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk
memperoleh izin usaha suatu kegiatan. Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan
keputusan kelayakan lingkungan hidup yang diterbitkan oleh pemerintah setempat.

7
BAB III
GAMBARAN UMUM

A. Lingkungan Hidup Perkotaan di Kalimantan


Pembangunan dan perkembangan kota yang tidak terencana secara baik berpeluang
memberikan dampak terhadap ekonomi, sosial dan kualitas lingkungan perkotaan terutama
disebabkan oleh pertumbuhan dan migrasi penduduk. Menurut PBB (2012), lebih dari
separuh penduduk dunia tinggal di kawasan perkotaan, dan trend ini akan terus berlanjut
hingga tahun 2050 dimana sekitar 70 persen penduduk akan tinggal wilayah perkotaan.
Pesatnya pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan lahan yang kemudian berdampak terhadap alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan
tersebut berpotensi menimbulkan degradasi lingkungan seperti banjir, penurunan muka air
tanah, peningkatan suhu perkotaan dan lain sebagainya. Selain itu, urbanisasi dan
pertumbuhan perkotaan yang tidak terkendali juga dapat berpengaruh (Sa'adah, Hayyat, &
Fevria, 2022).
Perkembangan kota di dunia menunjukkan bahwa semakin banyak pembangunan
yang menghabiskan ketersediaan lahan di perkotaan. Pesatnya pembangunan baik secara
fisik maupun infrastruktur diikuti pula dengan munculnya berbagai permasalahan
lingkungan. Lingkungan perkotaan yang memang kebanyakan telah didominasi oleh
modernisasi semakin banyak menghadapi berbagai permasalahan akibat pembangunan
yang tidak terkontrol. Salah satu contohnya adalah banyaknya bencana yang semakin
sering terjadi seperti banjir, kebakaran, kekeringan, polusi udara, polusi air, polusi tanah,
dan lain-lain. Di lain pihak, proses urbanisasi yang masih terjadi di hampir seluruh kota di
dunia semakin menambah masalah perkotaan. Jumlah penduduk yang meningkat di
perkotaan mengakibatkan semakin banyaknya permasalahan yang dihadapi Pemerintah,
terutama dari segi administrasi. Segala macam urusan di perkotaan memerlukan
penyelesaian secepat mungkin sehingga dibutuhkan perencanaan kota yang dapat
menjawab tantangan tersebut (Caesarina & Saubari, 2019).
Di antara provinsi-provinsi yang ada di Indonesia, Kalimantan Timur memiliki
keunikan atau kelebihan tersendiri terkait dengan pembangunan wilayah yang
berkelanjutan, di samping kontribusinya yang memang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional. Struktur ekonomi Provinsi Kalimantan Timur banyak ditopang oleh
sektor pertambangan. Kontribusinya mencapai 32,55 persen terhadap Pendapatan
Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2000 dan memiliki kecenderungan terus

8
meningkat, di mana pada tahun 2015 tercatat sebesar 45,16 persen. Tingginya kontribusi
sektor tersebut memengaruhi pula perkembangan usaha yang ada di sektor industri, di
mana 68 persen dari industri pengolahannya berupa industri minyak dan gas bumi (migas)
dan sisanya adalah industri non-migas (Margiyono, 2019).

B. Lingkungan Hidup Perdesaan di Kalimantan


Lingkungan merupakan sesuatu yang dekat dengan manusia. Dimana lingkungan
dan manusia saling berinteraksi dan membutuhkan satu sama lain. Lingkungan sangat
dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Manusia memiliki hak atas
lingkungan hidup, dimana hak atas lingkungan hidup tersebut wujud dari hak asasi
manusia yang hidup dalam lingkungan hidup masyarakat dengan kehidupan yang
berkualitas minimum, bermartabat dan sejahtera. Hak lingkungan hidup yang baik dan
sehat bagian dari hak asasi manusia. Dalam hal ini istilah “baik dan sehat” dikaitkan
dengan syarat kualitas minimum supaya masyarakat memperolah kehidupan yang baik dan
sehat (Ainurrahmah & Sudarti, 2019).
Permasalahan lingkungan hidup yang terjadi di berbagai daerah khususnya
perdesaan pada saat ini adalah penurunan daya dukung lingkungan sebagai akibat
rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan lingkungan hidup. Hal
ini dipicu oleh beberapa faktor, antara lain perubahan fungsi dan tatanan lingkungan,
penurunan daya dukung lingkungan dan mutu lingkungan, tidak adanya keterpaduan
pengelolaan sumber daya manusia, alam, dan buatan dalam pengelolaan lingkungan hidup
antar berbagai pihak, serta pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh adanya sampah
(Surya & Ariefahnoor, 2019).
Perubahan paradigma dalam pembangunan wilayah perdesaan memberikan
peluang dan tantangan dalam pengembangan sumberdaya manusia di wilayah perdesaan.
Kapasitas sumberdaya Aparatur Desa diperlukan sebagai agen perubahan untuk
menangkap peluang dari perubahan lingkungan. Sumberdaya Aparatur Desa memerlukan
kapasitas kearifan lokal sekaligus agen pembelajar dan katalis terhadap perubahan
lingkungan yang semakin kompleks dan dinamis. Banyak potensi-potensi ekonomi,
sosial, lingkungan yang dapat dikembangkan di wilayah perdesaan, seperti:
pengembangan pertanian terpadu (menggabungkan aktivitas pertanian-peternakan-
energi), Smart Village, desa mandiri energi, desa wisata dan pengelolaan sumberdaya air,
energi berbasis masyarakat. Berbagai potensi tersebut memerlukan kapasitas pengelolaan
yang tidak hanya sebatas kapasitas teknis, namun juga kapasitas manajerial dan

9
kewirausahaan serta kapasitas berfikir konseptual dalam perencanaan, penganggaran,
manajemen keuangan dan sumberdaya (aset) desa, perumusan kebijakan, implementasi
program kebijakan, monitoring dan evaluasi (Nofiarsyah, 2019).

10
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Lingkungan Hidup Perkotaan di Kalimantan


Kalimantan adalah sebuah provinsi yang memiliki banyak keanekaragaman
sumber daya alam seperti halnya hutan daerah. Hutan di Indonesia khususnya Kalimantan
Barat juga saat ini banyak digunakan sebagai hutan lindung. Peran serta dari pengelola
dengan sportif, terbuka, dan berdasar hukum sangat penting untuk menegakan amanah
undang-undang dengan melakukan pengelolaan hutan yang berasaskan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, mengutamakan kemakmuran rakyat dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan. Penting untuk mengetahui pula mengenai
konsekuensi jika pengelolaan hutan tidak memperhatikan lingkungan akan menyebabkan
bencana dan diharapkan pemerintah daerah turut memperhatikan mengenai hal ini, dan
memantau apakah permasalahan ini dikerjakan dengan bijak atau tidak dan mengancam
ekosistem lingkungan atau tidak di dalam pengelolaan hutan lindung (Saputro, Handayani,
& Najicha, 2021).
Provinsi Kalimantan Barat berada di bagian barat pulau Kalimantan atau antara
garis 2˚08’ LU dan 3˚02’ LS serta diantara 108˚30 - 114˚10 BT pada peta bumi. Dengan
adanya letak geografis yang spesifik, maka daerah Kalimantan Barat dilalui garis
khatulistiwa (garis lintang 0˚) tepat berada di atas Kota Pontianak. Pengaruh utamanya
yakni menjadikan Kalimantan Barat sebagai salah satu daerah tropik dengan suhu udara
cukup tinggi serta diiringi kelembaban yang tinggi. Realita tentang keadaan alam dan letak
wilayah Kalimantan Barat yang seperti ini mengakibatkan wilayah Kalimantan Barat
sering mengalami kebakaran hutan saat musim kemarau panjang.
Selain itu, hutan daerah yang berada diperkotaan Provinsi Kalimantan pada saat
ini sudah banyak yang ditebangi secara liar sehingga resapan air di kota tersebut menjadi
kurang dan menyebabkan terjadinya banjir. Bencana banjir yang hampir saja meluluh
lantakkan kehidupan masyarakat. Bencana yang menimpa Kalimantan Selatan di
pertengahan Januari 2021 ini berdasarkan Pusat Data Informasi dan Komunikasi
Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana menimpa sebanyak 10
Kabupaten/Kota terdampak banjir di Provinsi Kalimantan Selatan, antara lain Kabupaten
Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kota Banjarmasin,
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten

11
Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Batola (Zulaeha, Dwifama, Falmelia, & Ridhani,
2022)
Penyebab bencana yang terjadi di Kalimantan adalah akibat kurangnya
pengelolaan limbah. Penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh vektor
penyebab yang sering disebut dengan pencemar/polutan, sehingga hal tersebut
menimbulkan dampak besar dan penting bagi lingkungan. Dampak besar dan penting
dapat berupa seperti kegiatan-kegiatan skala besar yang dilakukan oleh manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan sandang, pangan, papan dan kesehatan.
Kebutuhan sandang, pangan, papan dan kesehatan sendiri dipengaruhi oleh jumlah
penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga semakin besar angka jumlah
penduduk maka semakin besar pula limbah yang dihasilkan.
Jumlah penduduk di kota Palangka raya dalam kurun waktu lima tahun terakhir
berjumlah 664.320 penduduk. Satu orang dapat menghasilkan limbah sekitar 0,7 Kg/Hari.
Sehingga seluruh penduduk kota Palangka raya dapat menghasilkan 465.024 Kg/Hari
limbah. Dari jumlah limbah yang dihasilkan sangat besar, limbah tersebut dapat
menimbulkan dampak baik bagi lingkungan dan makhluk hidup (BPS, 2017). Dampak
bagi lingkungan jika membuang limbah sembarangan adalah merusak pemandangan,
menimbulkan bau yang tidak sedap dan menurunnya kualitas lingkungan sekitar.
Sedangkan bagi makhluk hidup dapat mendatangkan berbagai penyakit seperti diare,
keracunan, sesak nafas hingga kematian. Maka dari itu, perlu adanya pengolahan limbah
yang tepat (Firdaus, 2021).

B. Lingkungan Hidup Perdesaan di Kalimantan


Program Food Estate merupakan konsep ketahanan pangan yang dilakukan
berdasarkan konsep pertanian atau perkebunan. Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo, menetapkan lokasi awal pengembangan food estate di lima lokasi, yaitu
Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Sumatra Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.
Jenis tanah yang digunakan untuk food estate di Desa Gunung Mas, Kalimantan Tengah
adalah eks Proyek Lahan Gambut (PLG). Program food estate dilakukan diatas lahan PLG
, sifat lahan gambut pada dasarnya basah. Dalam prakteknya pertanian di lahan gambut
dapat merusak ekosistem tanah apabila tidak memperhatikan kaidah-kaidah terhadap
lingkungan (Baringbing, 2021).
Selain itu, permasalahan lain yang terjadi di perdesaan Kalimantan yaitu di desa
Tanipah. Desa Tanipah merupakan desa pesisir yang terletak di Kecamatan Aluh-Aluh,

12
Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Secara geografis, desa Tanipah termasuk wilayah
pesisir, tepatnya di daerah muara sungai Barito dan termasuk daerah pasang surut. Letak
desa Tanipah yang berdekatan dengan kawasan muara sungai menyebabkan desa Tanipah
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Selain oleh aktivitas bongkar muat batubara,
limbah rumah tangga menyumbang terjadinya pencemaran di sungai desa Tanipah.
Pencemaran tersebut mengakibatkan sungai menjadi keruh dan terindikasi adanya
kandungan logam yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Salah satu sumber pencemaran
tersebut adalah aktivitas masyarakat berupa limbah cucian dan limbah rumah tangga
lainnya yang masuk ke dalam sungai. Limbah-limbah tersebut terakumulasi di sungai dan
menyebabkan pencemaran di sungai. Sehingga kualitas air sungai mengalami penurunan
dan terganggu (Sanjaya & Iriani, 2018).

C. Solusi untuk Permasalahan Tersebut


Solusi untuk permasalahan yang terjadi diperkotaan dan di perdesaan Provinsi
Kalimantan ini diperlukan adanya kebijakan pemerintah yang menegaskan penerapan
indikator manajemen lingkungan hidup seperti yang biasanya diterapkan adalah AMDAL
dan KLHS.
Selain itu, permasalahan yang masih menjadi tugas bagi pemerintah adalah
pengelolaan sampah. Adanya sampah yang merajalela baik di perkotaan maupun
perdesaan tentunya akan mempengaruhi dampak yang terjadi di Lingkungan. Beberapa
teknik yang dapat digunakan untuk pengelolaan sampah, antara lain:
1. Sampah diolah menjadi kompos
Sampah biologis, basah atau organik dapat dijadikan kompos dengan cara menimbun
sampah tersebut di tanah untuk jangka waktu tertentu hingga membusuk.
2. Sampah digunakan sebagai makanan ternak
Sampah yang berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum sepenuhnya rusak
dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain yang dikembangbiakkan.
Umumnya sampah dari sayur dan buah banyak dijumpai di pasar-pasar tradisional dan
berserakan di mana-mana.
3. Metode landfill
Metode ini adalah yang paling mudah karena hanya membuang dan menumpuk
sampah di tanah yang rendah pada area yang terbuka. Metode ini sangat mengganggu
estetika lingkungan.

13
4. Metode sanitary landfill
Metode ini mirip dengan metode landfill, namun sampah yang ada ditutup dan diuruk
dengan tanah. Metode ini biasanya menggunakan alat-alat berat yang berharga mahal
seperti backhoe/eskavator dan buldozer.
5. Metode pulverisation
Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut lepas setelah
dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil.
6. Metode incineration / incinerator
Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara sederhana maupun
modern secara masal. Teknologi memungkinkan hasil energi pembakaran diubah
menjadi energi listrik.

Kerusakan hutan yang terjadi akibat pembangunan daerah dan fasilitas lainnya
tentu juga akan memberikan dampak yang cukup merugikan seperti yang sudah dijelaskan
diatas. Sehingga dalam hal ini pemerintah perlu adanya penanaman ulang hutan kota
melalui program forest City dengan konsep Forest City (hutan kota) dinlai dapat menjadi
solusi mengatasi berbagai permasalahan.

14
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem manajemen lingkungan merupakan sistem manajemen yang berkaitan
dengan kebijakan perusahaan yang berpotensi memberikan dampak bagi lingkungan
operasi perusahaan. Pembangunan dan perkembangan kota yang tidak terencana secara
baik berpeluang memberikan dampak terhadap ekonomi, sosial dan kualitas lingkungan
perkotaan terutama disebabkan oleh pertumbuhan dan migrasi penduduk. Permasalahan
lingkungan hidup yang terjadi di berbagai daerah khususnya perdesaan pada saat ini
adalah penurunan daya dukung lingkungan sebagai akibat rendahnya kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan lingkungan hidup.
Kalimantan adalah sebuah provinsi yang memiliki banyak keanekaragaman
sumber daya alam seperti halnya hutan daerah. Hutan di Indonesia khususnya Kalimantan
Barat juga saat ini banyak digunakan sebagai hutan lindung. Realita tentang keadaan alam
wilayah Kalimantan Barat sering mengalami kebakaran hutan saat musim kemarau
panjang. Selain itu, hutan daerah yang berada diperkotaan Provinsi Kalimantan pada saat
ini sudah banyak yang ditebangi secara liar sehingga resapan air di kota tersebut menjadi
kurang dan menyebabkan terjadinya banjir.
Program Food Estate merupakan konsep ketahanan pangan yang dilakukan
berdasarkan konsep pertanian atau perkebunan. Program food estate dilakukan diatas
lahan PLG , sifat lahan gambut pada dasarnya basah. Dalam prakteknya pertanian di lahan
gambut dapat merusak ekosistem tanah apabila tidak memperhatikan kaidah-kaidah
terhadap lingkungan. Selain itu, permasalahan lain yang terjadi di perdesaan Kalimantan
yaitu di desa Tanipah. Selain oleh aktivitas bongkar muat batubara, limbah rumah tangga
menyumbang terjadinya pencemaran di sungai desa Tanipah. Pencemaran tersebut
mengakibatkan sungai menjadi keruh dan terindikasi adanya kandungan logam yang
berbahaya bagi kesehatan tubuh. Solusi untuk permasalahan yang terjadi diperkotaan dan
di perdesaan Provinsi Kalimantan ini diperlukan adanya kebijakan pemerintah yang
menegaskan penerapan indikator manajemen lingkungan hidup seperti yang biasanya
diterapkan adalah AMDAL dan KLHS, penerapan pengelolaan limbah dan melakukan
forest city.

15
B. Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini, pemerintah diharapkan lebih
memperhatikan lagi lingkungan yang ada disekitarnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ainurrahmah, S., & Sudarti. (2019). Analisis Kerusakan Lingkungan Akibat Industri di
Permukiman Warga Desa Karangrejo Kediri. Jurnal Teknik Lingkungan UM Kendari,
1(2), 33-37.
Baringbing, M. (2021). Problematika Lingkungan Terhadap Regulasi Food Estate sebagai
Program Strategis Nasional di Desa Gunung Mas & Pulau Pisau Kalimantan Tengah.
Seminar Nasional Hukum UNNES, 7(1), 353-366.
Caesarina, H. M., & Saubari, N. (2019). Peran Ruang Terbuka Hijau dalam Perencanaan
Kota sebagai Potensi Pembentuk Smart City. Jurnal Teknik Lingkungan, 5(1), 28-39.
Firdaus, N. (2021). Analisis Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Bhayangkara Kota
Palangka Raya Kalimantan Tengah. Sultan Agung Fundamental Research Journal,
2(1), 41-64.
Margiyono. (2019). Aplikasi Regional Sustainable Account (RSA) pada Keberlanjutan
Perkotaan di Kalimantan Timur. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, 10(2), 141-156.
Nofiarsyah. (2019). Pemetaan Sumberdaya Aparatur Desa di Provinsi Kalimantan Timur.
Jurnal Riset Pembangunan, 2(1), 47-66.
Rachman, F., Nurleli, & Rosdiana, Y. (2019). Analisis Penerapan Sistem Manajemen
Lingkungan terhadap Kinerja Lingkungan pada Rumah Sakit di Bandung. Kajian
Akuntansi, 20(1), 36-44.
Sa'adah, N., Hayyat, M. R., & Fevria, R. (2022). Analisis Issue dalam Etika Lingkungan
Terkait IKN. Prosiding SEMNAS BIO, 421-430.
Sanjaya, R., & Iriani, R. (2018). Kualitas Air Sungai di Desa Tanipah (Gambut Pantai)
Kalimantan Selatan. BioLink, 5(1), 1-10.
Saputro, J. G., Handayani, I. G., & Najicha, F. U. (2021). Analisis Upaya Penegakan Hukum
dan Pengawasan Mengenai Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal
Manajemen Bencana, 7(1), 27-36.
Surya, A., & Ariefahnoor, D. (2019). Pengelolaan dan Pengolahan Sampah Pasar Desa
Gudang Tengah Melalui Konsep 3R dan Teknologi Lingkungan. Jurnal Keilmuan
Teknik Sipil, 2(2), 48-65.
Zulaeha, M., Dwifama, A., Falmelia, R., & Ridhani, M. (2022). Mitigasi Bencana Perspektif
Kebijakan Publik dalam Penanggulangan Bencana Banjir di Kalimantan Selatan.
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah, 7(3), 150-159.

17

Anda mungkin juga menyukai