Anda di halaman 1dari 28

PRESENTASI

PAUD 4407
PENGELOLAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN
ANAK USIA DINI

MODUL 01
RUANG LINGKUP PENGELOLAAN KEGIATAN
DI LEMBAGA PAUD
KEGIATAN BELAJAR 01:
LATAR BELAKANG PENTINGNYA PENGELOLAAN KEGIATAN DI
LEMBAGA PAUD (KB & TPA)
Introduction
 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) / Early Child Education sangat penting dilaksanakan sebagai
dasar bagi pembentukan kepribadian Manusia secara utuh, yaitu untuk pembentukan
KARAKTER, BUDI PEKERTI LUHUR, CERDAS, CERIA, TERAMPIL dan TAQWA kepada Tuhan YME
 Anak adalah individu yang berbeda, unik & memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan
tahapan usianya.
Pengembangan AUD  dilakukan melalui BELAJAR & BERMAIN (learning through games)
 Bermain merupakan kegiatan yg menyenangkan bagi Anak
 Anak punya kesempatan u/. Bereksplorasi (exploration), menemukan (finding),
mengekspresikan (expression) perasaaannya & berkreasi (creation)
 Membantu anak mengenal dirinya dan lingkungannya
 Ruang lingkup Pengelolaan kegiatan di Lembaga PAUD antara lain Kelompok Bermain (KB),
Tempat Penitipan Anak (TPA), BA/RA (berbasis ormas) dan sebagainya
 Akan punya ijakan yg kuat apabila ada landasan: YURIDIS, FILOSOFIS, KEILMUAN SECARA
EMPIRIK, RELIGIUS dan TEORITIS
LANDASAN YURIDIS (PAYUNG HUKUM)
 Pembukaan UUD 1945  Alenia Ke-4 :
 Salah satu tujuan Kemerdekaan “................. mencerdaskan kehidupan bangsa”
 UUD 1945 :
 Pasal 4  Pasal 9 ayat (1)
 Pasal 28B ayat (2) Amandemen UUD’45  Pasal 28C ayat (2) Amandemen UUD’45
 Pasal 31 ayat (1)  Pasal 31 ayat (3)
 UU No. 4 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Anak
 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak:
 Pasal 4  Pasal 8  Pasal 9
 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
 Pasal 1 ayat (14)
 Pasal 28 ayat (1) sampai dengan ayat (5)
 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
 Pasal 29 ayat (1)  persyaratan Pendidik PAUD
LANDASAN YURIDIS (PAYUNG HUKUM)
 Peraturan Presiden RI no. 7 Tahun 2005 tentang RJPM tahun 2004 – 2009
 Keputusan KemendiknasNo. 13 Tahun 2005 tentang Organisasi & Tata Kerja Dirjen Pendidikan
Luar Sekolah Depdiknas
 Rencana Strategis Depdiknas Tahun 2005 – 2009 tentang Kebijakan Diknas di bidang PAUD
termasuk PAUD Jalur Non Formal
Landasan YURIDIS tersebut sejalan dengan Komitmen Internasional tentang PAUD, yaitu:
1. The Salamanca Statement di Spanyol, 1994;
2. Komitmen Education for All (EFA) di Jomtirn Thailand, 1999;
3. Deklarasi Dakkar di Senegal, 2000;
4. Deklarasi World Fit for Children, 2002;
5. Convention on the Right of The Child di New York, 202;
6. Millenium Development Goals  8 Millenium Development Goals
LANDASAN FILOSOFIS & RELIGIUS
 LANDASAN  Keyakinan Agama yang dianut Orangtua Anak AUD
 Orangtua, Pendidik & Orang dewasa di sekitar anak berhak memberi Pelatihan dan
Pengembangan anak:
 Perilaku beragama
 Penanaman Budi Pekerti yang luhur
Melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari DAN disesuaikan dengan tahapan
PERKEMBANGAN & KEUNIKAN yang dimiliki anak;

LANDASAN EMPIRIK
 LANDASAN  Data DepSos tahun 2000 mendiskripsikan ada 778 Lembaga Penitipan Anak
dan ± 1.100 Lembaga (2022), yang dikelola secara Profesional, Semi Profesional atau bahkan
masih Konvensional
 Kesemuannya Lembaga tersebut HANYA mengutamakan Kesejahteraan Anak, BELUM
menyentuh PENDIDIKAN SECARA UTUH DAN MENYELURUH
LANDASAN KEILMUAN
 LANDASAN  Landasan TEORI agar AUD mendapatkan pengasuhan, perlindungan,
pengembangan dan pendidikan yang tepat sesuai IPTEK
 MADELEINE J. NASH (1997):
 Bayi lahir punya > 1.000 milyar Sel otak  diproduksi selama 9 bulan masa kehamilan
 Sel-sel syaraf Otak harus sering distimulasi & didayagunakan agar terus berkembang
jumlahnya, terorganisir fungsinya secara teratur (orderly) & dapat digunakan (usable)

 LISE ELIOT (2004):


 Otak Anak terdiri dari Neuron dan mampu menganalisis, mengkoordinasi & menyimpan semua
informasi yang diterima lewat Indra.
 Faktor Genetik (nature) dan Faktor Lingkungan (nurture) mempunyai pengaruh yang cukup
besar terhadap pembentukan dan kemampuan Otak.
 Simulasi lingkungan yang sehat berpengaruh terhadap perkembangan anak  diberikan sejak
lahir
LANDASAN KEILMUAN
 DIREKTORAT PAUD (2004)
 50%  Perkembangan kecerdasan anak terjadi pada usia 0 – 4 tahun, merupakan masa emas
(golden age) untuk perkembangan kecedasan anak;
 30%  perkembangan selanjutnya pada usia 4 – 8 tahun;
 20%  perkembangan selanjutnya pada usia 8 – 12 tahun;
 10%  perkembangan selanjutnya pada usia 12 – 18 tahun.

Rentang Usia Kehidupan  Ruang Lingkup Lembaga PAUD:


0 – 2 tahun  Pendidikan Keluarga
2,1 – 6 tahun  Pendidikan di TPA
3 – 6 tahun  Pendidikan di Kelompok Bermain
4 – 6 tahun  Pendidikan di TK
6,1 – 8 tahun  Pendidikan di SD kelas awal
KEGIATAN BELAJAR 02:
PENGELOLAAN KEGIATAN KELOMPOK BERMAIN (KB)
Introduction
 Kajian PAUD secara keilmuan merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi AUD usia 0 – 6
tahun dalam aspek-aspek Kesehatan, Gizi dan Psikososial (Kognitif & Sosialemosional) dilakukan
secara integratif oleh Lingkungan
 Kegiatan KB sangat diperlukan sebagai usaha membantu meletakkan dasar pengembangan
multi potensi & multi kecerdasan berupa PENGETAHUAN, KETERAMPILAN, SIKAP sebelum anak
memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.

A. HAKIKAT DALAM PENGELOLAAN KEGIATAN DI KB

1. PENGETIAN BALITA
 The Nation Assoctiation for the Education of Young Children (NAEYC) mendefinikan:
PAUD adalah pendidikan yg melayani anak Usia 0 – 8 tahun untuk kegiatan tengah hari
maupun penuh di rumah atau di Institusi luar (rumah); (Carol Seefelt & Nita Bardour, 1998 : 13)
1. PENGETIAN BALITA (lanjutan)
 Depdiknas, Kurikulum Hasil Belajar AUD (2002: 1):
Rentang usia berdasarkan keunikan dalam tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan AUD
di Indonesia tercantum dalam Kurikulum & Hasil Belajar AUD, sebagai berikut:
a. Masa Bayi, usia lahir – 12 bulan;
b. Masa Toddler atau Batita, 1 – 3 tahun;
c. Masa Prasekolah, 3 – 6 tahun;
d. Masa Kelas awal SD, 6 – 8 tahun.

2. PENGETIAN KELOMPOK BERMAIN (KB)


 Direktorat PAUD (2006):
Adalah wadah pembinaan sebagai usaha kesejahteraan anak dengan mengutamakan
kegiatan bermain & menyelenggarakan pendidikan Prasekolah bagi anak yg. berusia
sekurang-kurangnya 3 tahun sampai dengan memasuki Pendidikan Dasar.
 Merupakan jalur pendidikan Non Formal (PAUD Informal) program pendidikan &
kesejahteraan bagi anak sejak lahir s/d. 6 tahun.

 NAEYC (1992):
AUD adalah anak dalam usia rentang 0 – 8 tahun.
2. PENGETIAN KELOMPOK BERMAIN (KB) (lanjutan)
 Berk (1992):
 Anak usia 0 – 8 tahun mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup
manusia.
 Peletakan dasar ke arah pertumbuhan & perkembangan : FISIK MOTORIK SPIRITUAL,
kecerdasan DALAM BERFIKIR, MENCIPTA, KECERDASAN EMOSI, SPIRITUAL, SOSIAL
EMOSIONAL atau SIKAP & PERILAKU serta BERAGAMA, BAHASA & KOMUNIKASI sesuai
dengan KEUNIKAN & TAHAP-TAHAP perkembangan yg dilalui AUD
 Disesuaikan dengan perkembangan & kebutuhan tiap anak

3. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN BALITA


 David Shaffer (1994 : 4):
 Perkembangan diartikan dengan perubahan yang KONTINYU & SISTEMATIS dalam diri
seseorang sejak tahap Konsepsi sampai meninggal dunia.
 Perkembangan berkiatan dengan kematangan secara BIOLOGIS dan PROSES BELAJAR.
 Tina Bruce (1996 : 31):
 Pola khas yg terjadi dalam setiap tahap usia disebut dengan PERKEMBANGAN NORMATIF
(normative development) & PERKEMBANGAN IDEOGRAFIK (ideographic development);
 Standar perkembangan Normatif diasumsikan sebagai pola universal tugas pengembangan yg
harus dilalui oleh seorang anak;
 Merupakan ciri karakteristik anak secara umum
3. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN BALITA (lanjutan)
 Lesia Oesterrich (ISU : NNCC):
 Secara garis besar Karakteristik perkembangan anak usia KN adalah:
a. Aspek Perkembangan Fisik
b. Aspek Perkembangan Kognitif
c. Aspek Perkembangan Sosial emosional
 Karakteristik anak usia KB ditandai dg beberapa periode atau masa yg secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi bagaimana pendidik menghadapi AUD. Masa-
masa tersebut adalah sebagai berikut:
a. Masa Peka
Pendidik harus mampu menciptakan kondisi yg kondusif, memberikan kesempatan &
mengadakan permainan & alat permainan tertentu yg dapat memicu munculnya Masa
Peka/menumbuh kembangkan potensi anak yg sudah memasuki Masa Peka atau Masa
Kritis Perkembangan.
b. Masa Egosentrisme
Pendidik harus dapat memberikan pengertian secara bertahap pada anak agar anak
dapat menjadi mahluk sosial yg baik, dengan memberikan contoh & teladan bagaimana
seharusnya bersikap & bertingkah laku dalam kehidupan masyarakat.
c. Masa Meniru
Pendidik harus dapat menjadi tokoh & contoh teladan bagi ana dalam bersikapm
berperilaku & bertutur kata.
3. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN BALITA (lanjutan)
d. Masa Berkelompok
Pendidik harus dapat memfasilitasi & memberikan kesempatan anak dengan cara
membiarkan anak bermain bersama teman sebaya, bersosialisasi, berdaptasi sesuai perilaku
di lingkungan sosialnya dengan mengawasi & memantau
e. Masa Berekspresi
 Pendidik harus memahami pentingnya eksplorasi bagi anak;
 Pendidik harus dapat memfasilitasi & memberikan kesempatan seluas-luasnya pada
anak untuk menyalurkan rasa ingin tahunya tesebut dengan cara membiarkan anak
mengeksplorasi & memanfaatkan benda-benda yg ada, membiarkan anak melakukan
COBA RALAT (trial & error) karena anak adalah PENJELAJAH YANG ULUNG
f. Masa Pembangkangan
 Pendidik disarankan cukup menegur dengan penuh kasih sayang apabila anak dalam
kondisi membangkang;
 Fase ilmiah masa pembangkangan  3 – 5 tahun;
 Jika terjadi pembangkangan, anak diberi waktu untuk pendinginan (cooling down),
setelahnya baru dinasehati.
4. TEORI PERKEMBANGAN ANAK
a. Teori Perkembangan Psikososial – Erik Erikson
 Menjelaskan Teori Perkembangan Psikososial beraku sejak lahir sampai dengan dewasa, yg
terjadi dalam 8 Tahap (Newman & Newman, 1979 : 134);  Lihat Tabel 1.1. halaman 1.20
 Setiap orang akan melewati Tahapan Perkembangan  setiap tahap berpotensi
mendapatkan pengalaman Positif maupun Negatif.
b. Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget
 Menganut konsep kecerdasan;
 Pertumbuhan kecerdasan dipengaruhi oleh Lingkungan fisik sosial, kematangan & ekuilibrasi
(Laura Berk: 1999 : 212 – 214);
 Organisme cenderung untuk beradaptasi dengan lingkungan. Adaptasi terjadi melalui suatu
proses ASIMILASI & AKOMODASI;
 Adaptasi : individu merespons dunia dengan menghubungkan pengalaman yg baru
diterimanya dengan pengalaman masa lalunya;
 Akomodasi: Aspek baru yg menyebabkan terjadinya perubahan dalam Struktur Kognitif
 Perkembangan kognitif diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi.
b. Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget (lanjutan)
 Proses ini disebut ekuilibrium yaitu oengaturan diri secara mekanis yang diperlukan untuk
mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
 Diskuilibrium : Keadaan tdk seimbang antara asimilasi an akomodasi
 Ekuilibrasi : Proses bergerak dari keadaan disekuilibrium ke ekuilibrium  Membuat
seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dan struktur dalamnya
 Jika terjadi disekuilibrium maka orang dipacu utk mmencari keseimbangan baru dg asimilasi
dan akomodasi
 Bagi piaget proses akomodasi tsb dapat disamakan dg belajar, pendidik agar dapat memilih
dan menyesuaikan materi pembelajaran yg berpijak dari ide dasar yg diketahui anak,
dikembangkan dg simulasi yg lebuh luas.
 Piaget menyatakan bahwa pembangunan struktur berfikir melalui beberapa tahapan yaitu
disebut dg Tahapan Perkembangan Kognitif
 Tahapan perkembangan kognitif
• Setiap tahapan saling berkaitan
• Urutan tdk dapat ditukar karena tahap senbelumnya melandasi tahap selanjutnya
• Proses dan saat terbentuknya tahap tsb berubah-ubah sesuai situasi orang tersebut
Tahap sensormotorik dan tahap praoperasional dipandang sesuai dg kegiatan belajar
pengelolaan kegiatan di KB { Agus mahendra, 1988:74 }.
Tahap sensormotorik (Usia lahir-2th) masa interaksi dg lingkungan benar-benar merupakan
tahap sensormotorik berhubungan dg kekinian
 Tahap ini anak sangat egosentris
 Pada akhir tahap anak mengembangkan konsep objek permanen, yaitu anak sadar bahwa
objek-objek tertentu tetap ada walau tidak terlihat
Tahap Praoperasional (Usia 2 – 7 th ) terdiri dari 2 bagian :
 Tahap yg dicirikan dg pemikiran prakonsep ( pemahaman konsep masih kasar, sudut pandang
yg egosentris)
 Tahap dimana anak dpt memecahkan masalahnya dg intuitif ( kemampuan untuk menyadari
bahwa jumlah, panjang dan substansi akan tetap konstan aatau tetap walau hal tsb
ditampilkan dg cara yg berbeda
Dengan implikasi ini maka pendidikan seharusnya menekankan pd belajar dg menemukan atau
discover learning, anak hrs didorong untuk membangun pemahamannya sendiri dari hasil
interaksi langsung dg lingkungan
Pengorganisasian kegiatan belajar hrs memberikan kesempatan pd anak untuk memilih
kegiatan yg diminatinya)
Pendidikan hrs peka terhadap kesiapan anak ( Konsep pembelajaran yg sesuai kebutuhan anak /
Developmentally appropriate practice )
Sifat egosentris dan ketidakmampuan konservasi jumlah benda ( jangan dipandang sebagai
kesalahan tetapi dipahami sebagai proses kematangan )

Menurut Vygotsky :
 Perkembangan anak dapat dipicu ( trigger ) oleh lingkungan krn sangat dipengaruhi oleh
konteks sosbud dimana anak dibesarkan
 Anak dilahirkan dg kapasitas perseptual ,atensi dan memori yg pada akhirnya ditransformasi
dlm konteks social dan pendidiakan
 Percaya pada pentingnya khayalan dan anak terlibat dlm permainan yg bersifat khayali krn
dalam proses ini pikiran anak dpt terbebas dari tekanan situasi yg bersifat formal
 Saat percakapan dan pemikiran anak bertemu, terjadi percakapan khusus yg disebut
percakapan pribadi ( inner speech ) atau berbicara sendiri
 Sistem social sangat pentig dalam pengembangan kognitif anak
 Zona perkembangan proximal ( Zone Proximal Development / ZPD )
Zona /daerah potensial seorang anak untuk belajar atau suatu tahap dimana kemampuan anak
dpt ditingkatkan secara optimal dengan bantuan orang lain yg lebih ahli.
Daerah ini merupakan jarak antara tahap perkembangan actual anak yg ditandai dg
kemampuan mengatasi masalah sendiri. Contoh: Anak usia 3 tahun yg mulai belajar memakai
kaos kaki atau sepatu sendiri
Dalam mengembangkan kemampuan anak diperlukan pijakan atau “Scaffolding”, sehingga
anak mampu menguasai ketrampilan tersebut secara mandiri
Vygotsky berpendapat pikiran anak berkembang dg cara :
a. Mengambil bagian dalam dialog yg kooperatif
b. Menggabungkan dengan apa yg dikatakan pendidik dg apa yg dilakukannya

“Piaget” : Perkembangan berfikir anak dipengaruhi oleh faktor intrinsik / dlm diri anak
“Vygotsky” : Perkembangan berfikir anak dipengaruhi oleh social budaya dimana ia tinggal
5. KONTINUM PERKEMBANGAN BELAJAR
 Adalah siklus belajar anak. Hal ini bertujuan agar kegiatan yg direncanakan sesuai dg tahap
belajar anak.
 Untuk belajar sesuatu yg baru harus ada kesadaran dan perhatian melalui pengenalan
terhadap berbagai peristiwa, fakta, benda dan orang-orang disekitar, setelah muncul
kesadaran maka akan berpijak ke tahap eksplorasi, dan siklus kesadaran serta eksplorasi aka
terjadi secara berulang-ulang.
 Pada anak usia kelompok bermain mereka belajar melalui bermain (Learning through games).
 Dengan eksplorasi yg berulang-ulang maka anak akan menemukan sesuatu yg baru (Discovery
learning)

6. BENTUK PENDIDIKAN DI KELOMPOK BERMAIN


 Yaitu meliputi : Keluarga , kelompok bernain dan taman penitipan anak ( UU No. 20 th 2003
tentang sisdiknas Pasal 28 Ayat 4 )
 Erik erikson : Aspek psikososial
 Piaget : Aspek perkembangan berfikir
 Vygotsky : Aspek interaksi sosial
B. TUJUAN DALAM PENGELOLAAN KEGIATAN KELOMPOK BERMAIN

 TUJUAN UMUM dalam pengelolaan kegiatan di Kelompok Bermain adalah memberikan


pelayanan pada anak usia 2 − 4 tahun di Kelompok Bermain sesuai dengan amanat Undang-
Undang Dasar 1945 DAN UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II
Pasal 3.
 TUJUAN KHUSUS pengelolaan kegiatan di Kelompok Bermain adalah memberikan pelayanan
pada anak usia 2 − 4 tahun di Kelompok Bermain yaitu sebagai berikut :
 Mengembangkan nilai agama sedini mungkin
 Mengembangkan kemandirian
 Mengembangkan kemampuan berbahasa
 Mengembangkan kemampuan kognitif
 Mengembangkan kemampuan kreatifitas
 Mengembangkan kemampuan social emosional
 Mengembangkan kemampuan bermasyarakat
 Mengembangkan kemampuan ketrampilan
 Mengembangkan kemampuan jasmani
 Mengembangkan proses tumbuh kembang
 Mengembangkan pengelolaan kegiatan secara sistematis, holistic dan integrative
C. PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KEGIATAN DI
KELOMPOK BERMAIN
Ada tiga prinsip pendekatan dalam pengelolaan kegiatan di Kelompok Bermain yaitu:
1.Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
 Berorientasi kepada kebutuhan anak
 Kegiatan pengembangan dilakukan melalui bermain
 Merangsang munculnya kreativitas dan pemikiran yang inovatif
 Menyediakan lingkungan yang mendukung proses pengembangan
 Mengembangkan kecakapan hidup anak
 Menggunakan berbagai sumber dan media pengembangan yang ada di lingkungan sekitar
anak
 Dilaksanakan secara bertahap dengan mengacu pada prinsip perkembangan anak
 Rangsangan pendidikan mencakup semua aspek perkembangan

2. Prinsip perkembangan anak


 Anak akan belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi dan merasakan aman
serta nyaman dalam lingkungannya.
 Anak belajar secara terus-menerus dimulai dari membangun pemahama tentang sesuatu,
mengeksplorasi lingkungan, menemukan kembali sesuatu konsep hingga mampu membuat
sesuatu yang berharga.
2. Prinsip perkembangan anak (lanjutan)
 Anak belajar melalui interaksi sosial baik dengan orang dewasa maupun dengan teman
sebaya yang ada di lingkungannya.
 Minat dan ketekunan anak akan memotivasi belajarnya.
 Perkembangan dan gaya belajar anak seharusnya dipertimbangkan sebagai perbedaan
individu.
 Anak belajar dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang konkret ke yang abstrak, dari
gerakan ke verbal, dan dari diri sendiri ke sosial.

3. Prinsip Pendidikan pada Kelompok Bermain adalah Belajar melalui Bermain


 Setiap anak itu unik. Mereka tumbuh kembang dari kemampuan, kebutuhan, keinginan,
pengalaman dan latar belakang keluarga yang berbeda.
 Anak usia 2−6 tahun adalah anak yang senang bermain. Bagi anak-anak bermain adalah
cara mereka belajar. Untuk itu, kegiatan bermain harus dapat memfasilitasi keberagaman
cara belajar dalam suasana senang, sukarela dan kasih sayang dengan memanfaatkan kondisi
lingkungan sekitar.
 Pendidik yang bertugas dalam kegiatan bermain adalah pendidik yang memiliki kemauan
dan kemampuan mendidik, memahami anak, bersedia mengembangkan potensi yang
dimiliki anak, penuh kasih sayang dan kehangatan serta bersedia bermain dengan anak
KEGIATAN BELAJAR 03:
PENGELOLAAN KEGIATAN DI TAMAN PENITIPAN
ANAK
A. HAKIKAT PENGELOLAAN KEGIATAN DI TAMAN PENITIPAN ANAK
 Taman Penitipan Anak (child care center):
 wahana asuhan kesejahteraan.
 wahana pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak ( berfungsi sebagai pengganti
orangtua)
 Masa emas + masa kritis  menentukan perkembangan anak.
 ANAK meneruskan kelangsungan bangsa,aset keluarga,aset masyarakat dan bangsa.
 Anak wajib mendapatkan perawatan, pengasuhan, pembinaan jasmani, mental, spiritual, sosial.

B. HAKIKAT TAMAN PENITIPAN ANAK (TPA)


1. TPA sebagai kebutuhan
 Orangtua- sibuk bekerja- pengasuh anak mahal- TPA.
2. Perijinan TPA.
 Fungsi : wujud kuliatas layanan TPA,memberikan perlindungan anak, sebagai pertangung-
jawaban penyelenggara di badan hukum
3. Bentuk dan karakter TPA
a. TPA sehari / fullday care (9 jam)
b. TPA setengah hari / halfday (5 jam)
c. TPA insindental / insidental day care.

4. Penyelenggara TPA
 UU no.4 tahun 1979 :
kesejahteraan anak diartikan sebagi kesejahteraan sosial yang ditujukan untuk menjamin
kesejahteraan terutama terpenuhinya kebutuhan pokok.
 Fungsi layanan sosial :
a. Pencegahan : menghindari balita dari lingkungan yg menghambat terpenuhinya
kebutuhan pokok anak secara optimal.
b. Pengembangan : meningkatkan kemampuan anak sesuai tingkat perkembangan anak.
c. Rehabilitasi : menyembuhkan dan meminimalkan bentuk dampak penelantaran anak.
d. Perlindungan : mencegah terjadinya berbagai bentuk kerawanan pada balita.
e. Penunjang : mendukung sektor lain dalam peningkatan kesejahteraan anak.
 Pelayanan yang di berikan TPA :
a. Pelayanan sosial : penyediaan fasilitas sosialisasi, mendongeng, pembelajaran kongnitif, dan
psikomotorik.
b. Pelayanan asuhan : perawatan dan bimbingan.
c. Pelayanan kesehatan : promosi kesehatan, pengobatan, konsultasi kesehatan.
d. Pelayanan konsultasi dan konseling.
e. Pelayanan rujukan : menerima dan mengirim anak dari lembaga pelayanan sosial sesuai
kebutuhan.
f. Pelayanan informasi : perpustakaan anak, sarana pendidikan dan penelitian.
g. Penguasaan 6 kompetensi (moral dan nilai-nilai agama, fisik- motorik, bahasa, kongnitif,
sosial emosional, seni)

C. TUJUAN PENGELOLAAN KEGIATAN DI TPA


1. Tujuan pengelolaan kegiatan di TPA :
 mengembangkan kehidupan beragama/spiritual intelligence.
 Mengembangkan kemandirian /life skills.
 Mengembangkan daya pikir/ logika math intelligentce.
 Mengembangkan daya cipta / visual spasial.
1. Tujuan pengelolaan kegiatan di TPA : (lanjutan)
 Mengembangkan perasaan dan emosi / emosional intelligentce.
 Mengembangkan ketrampilan bermasyarakat/ dan berkehidupan bersosial / interpersonal.
 Mengembangkan pengamatan/ naturalis intelligence.
 Meningkatkan proses tumbuh kembang anak.

2. Tujuan pengelolaan TPA untuk orangtua :


a. Membantu meningaktakan proses tu.buh kembang anak sejak dini,: membentuk Sumber
daya manusia yang berkualitas
b. Memntapkan fungsi keluarga dalam meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan anak.

3. Tujuan pengelola TPA untuk masyarakat ;


Memberikan motifasi kepada masyarakat akan pentingnya pelayanan yang terpadu untuk anak
di bawah 3 thn.
D. PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KEGIATAN TPA
1. Prinsip PAUD.
a. Berorientasi pada kebutuhan anak.
b. Kegiatan pengembangan melalui bermain.
c. Merangsang kreatifitas dan pemikiran yg inovatif.
d. Menyediakan lingkungan yg mendukung proses pengembangan.
e. Mengembangkan kecakapan hidup anak.
f. Mengunakan berbagai sumber dan media pengembangan.
g. Dilaksanakan secara bertahap dengan mengcu prinsip perkembangan Anak.
h. Rangsanagn pendidikan mwncankup semua aspek perkembangan.
2. Prinsip perkembangan anak.
a. Anak akan belajar dengan baik apabila kebutuhan fisik terpenuhi dan lingkungan aman dan
nyaman.
b. Anak belajar terus menerus.
c. Anak belajar melalui interaksi social.
d. Minat dan ketekunan anak akan memotivasi belajar anak.
e. Perkembangan dan gaya belajar anak seharusnya dipertimbamgakn sebagai perbedaan
individu.
f. Anak belajar dari yang sederhana ke yang komplek.
3. Dasar fisafat pendidikan anak di TPA.
a. TEMPA : upaya untuk mewujudkan dan meningkatkan kualitas fisik anak usia dini.
(pemeliharaan kesehatan, peningkatan mutu gizi, olahraga teratur) yang memiliki nilai
karateristik (fisik yang kuat, lincah, memiliki daya tahan dan disiplin).
b. ASAH. : agar anak usia dini memiliki kondisi intelektual yang berkembang secara optimal, sehat
dan berkualitas.
c. ASIH : pendampingan dan perlindungan terhadap anak usia dini merupakan upaya
pembinaan lanjutan yang mengutamakan prinsip kepentingan terbaik bagi anak.
d. ASUH : mewujudkan kualitas kepribadian dan jati diri anak agar memiliki karateristik sbb
 integritas, iman dan taqwa.
 patriotisme, nasionalisme dan kepeloporan.
 rasa tanggung jawab, jiwa kesatria dan sportivitas.
 demokratis dan tahan uji.
 jiwa tangkap, daya kritis dan idealisme.
 optimis dan keberanian mengambil resiko.
 jiwa kewirausahaan, kreatif dan profesional.

Anda mungkin juga menyukai