Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN
PRAKONSEPSI DAN PERENCANAAN KEHAMILAN
DI PMB SUPARI,S.TR.KEB

DI SUSUN OLEH
APRIYANTY PUTRI SAFARI (PO71242220122)
KELAS C

DOSEN PEMBIMBING
DEWI NOPISKA LILIS,M.KEB

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENENTRIAN KESEHATAN JAMBI

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya
sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel telur
(ovum) dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah
masa sebelum kehamilan terjadi. Sehingga Masa prakonsepsi merupakan masa
sebelum hamil. Perempuan prakonsepsi diasumsikan sebagai perempuan dewasa atau
perempuan usia subur yang siap menjadi seorang ibu (Nisa, 2018).
Masa prakonsepsi merupakan periode kritis dalam mencapai hidup yang sehat,
terutama bagi pasangan yang akan membangun rumah tangga. Prakonsepsi terdiri atas
dua kata, yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel
ovum dan sel sperma sehingga terjadi pembuahan. Secara harfiah prakonsepsi adalah
periode sebelum terjadinya pembuahan yaitu pertemuan sel sperma dengan ovum.
Periode prakonsepsi memiliki rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum
konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu 100
hari sebelum konsepsi. Status gizi dalam kurun waktu tiga sampai enam bulan pada masa
prakonsepsi merupakan penentu bagi kondisi bayi yang akan dilahirkan. Wanita
prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur (WUS) yang
sudah siap menjadi seorang ibu. Pada masa prakonsepsi kebutuhan gizi pada WUS
tentunya berbeda dengan kelompok remaja, anak-anak maupun lansia. Prasyarat gizi
sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat
(Simotupang, 2018).
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 97 Tahun 2014, adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan pada perempuan saat remaja hingga sebelum hamil dalam rangka menyiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan melahirkan bayi yang sehat.
Kegiatan juga ditujukan pada laki-laki juga dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi
perempuan (Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Pelayanan kesehatan prakonsepsi merupakan strategi kesehatan masyarakat untuk
memperbaiki status kesehatan dan gizi serta menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Hal ini menjadi penting karena status gizi wanita sebelum konsepsi dapat memengaruhi
proses perkembangan kritis pada masa kehamilan dan anak yang dilahirkannya.
Kekurangan gizi pada ibu khususnya zat gizi mikro seperti zat besi, seng, magnesium,
tembaga, asam folat, yodium mengakibatkan keguguran, cacat bawaan, hipertensi
kehamilan, ketuban pecah dini, terlepasnya plasenta, kelahiran prematur, bayi lahir mati,
berat badan lahir rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak,4serta
menyebabkan penyakit seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, dan diabetes mellitus
tipe 2 di usia dewasa (Thaha, 2017).
Mempromosikan kesehatan keluarga prakonsepsi merupakan strategi yang
penting untuk meningkatkan kualitas anak yang akan dilahirkan sekaligus dapat
membantu pada upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi.. Konseling
prakonsepsi adalah komponen penting dalam pelayanan kesehatan pra konsepsi. Melalui
konseling, pemberi pelayanan mendidik dan merekomendasikan strategi-strategi untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan janin.
Program yang dikembangkan pemerintah saat ini sebagian besar dimulai setelah
pasangan tersebut menjalani kehamilan misalnya program nutrisi seribu hari pertama
kehidupan, program P4K (perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi) maupun
program keluarga berencana yang seluruhnya subjek sasarannya pada ibu yang telah
menjalani kehamilan dan program kesehatan ibu anak lainnya. Adapun program
Kesehatan Reproduksi Remaja menjadi salah satu program yang dikembangkan pada
perempuan yang belum hamil. Namun secara analisis sosial dan psikologis terkait
persiapan dan perencanaan kehamilan, sasaran remaja menjadi sulit karena berhadapan
dengan nilai budaya bahwa remaja belum disiapkan mendisikusikan tentang perencanaan
kehamilan. Program pemerintah saat ini yang terkait perencanaan kehamilan baru pada
seputar mencegah kehamilan tidak diinginkan melalui program Keluarga Berencana dan
kelas calon pengantin (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
2. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan prakonsepsi dan perencanaan kehamilan dapat dilakukan
dengan pendekatan asuhan kebidanan?
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan dengan pendekatan asuhan kebidanan.
b. Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian berupa data subyektif yang didapat dari
2) Mampu melakukan pengkajian berupa data obyektif yang didapat dari dari
3) Mampu menegakkan diagnosis berdasarkan data subjektif dan data objektif
dalam assesment
4) Mampu melaksanakan tindakan dan asuhan yang diberikan
4. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Menambah pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori dan evidence based
practice pemberian asuhan kebidanan Pra Konsepsi dan perencanaan kehamilan

b. Bagi lahan praktik


Manfaat asuhan ini bagi lahan praktik sebagai bahan untuk memberikan gambaran
dan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di lahan praktik dalam memberikan asuhan
kebidanan

c. Bagi Masyarakat / Klien


Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan dan evidence based practice.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan (Prakonsepsi)


a. Definisi perencanaan kehamilan dan prakonsepsi
Asuhan Kebidanan Pra konsepsi merupakan asuhan kesehatan bagi laki laki dan
perempuan yang di berikan oleh tenaga medis professional yang fokusnya pada
upaya untuk memiliki anak yang sehat (Anggraeny & Ariestiningsih, 2017).
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014, adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang ditujukan pada perempuan saat remaja hingga sebelum hamil dalam
rangka menyiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan
melahirkan bayi yang sehat. Kegiatan juga ditujukan pada laki-laki juga dapat
mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan (Kementerian kesehatan Republik
Indonesia, 2014).
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya sebelum
(Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel telur (ovum)
dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah masa sebelum
kehamilan terjadi. Sehingga prakonsepsi adalah sebelum terjadinya pertemuan antara
sel telur dengan sperma yang dapat menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi
adalah perawatan yang diberikann sebelum kehamilan dengan sasaran
mempermudah seorang wanita mencapai tingkat kesehatan yang optimal sebelum ia
mengandung (Nisa, 2018).
Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan proses
terjadinya pembuahan. Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit
sekunder) dengan spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Proses
fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi sprematozoa dan
ovum, dan diakhiri dengan fusi materi genetik. Kehamilan terjadi ketika hasil
konsepsi mengalami nidasi (implantasi) pada dinding uterus. Sehingga untuk dapat
terjadinya kehamilan perlu ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi),
dan nidasi hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2010).
Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam
rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat (Kementerian kesehatan
Republik Indonesia, 2014).
Menurut WHO (2013), pelayanan kesehatan masa sebelum hamil adalah
penyedian pelayanan kesehatan komprehensif yang meliputi promotif , preventif,
kuratif, dan intervensisosial sebelum terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk:
1) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
2) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
3) Mencegah terjadinya komplikasi selama kehamilan dan persalinan
4) Mencegah terjadinya kematian bayi dalam kandungan, prematuritas, BBLR
5) Mencegah kelainan bawaan pada bayi
6) Mencegah infeksi neonatal
7) Mencegah stunting dan dan KEK
8) Mencegah penularan HIV dan IMS dari ibu ke anak
9) Menurunkan risiko kejadian kanker pada anak
10) Menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan gangguan kardiovasikuler di kemudian
hari.
b. Tanda dan Gejala
Ada beberapa tanda dan gejala yang perlu diketahui dala masa prakonsepsi sebagi
persiapan sebelum konsepsi. Tanda dan gejala tersebut di antaranya adalah :
a. Tanda dan Gejala Masa Subur
Masa Subur merupakan masa dalam siklus menstrulasi wanita dimana
terdapat sel telur yang matang yang siap di buahi, sehingga bila wanita
tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan
(Simotupang, 2018).
Masa subur adalah masa dimana tersedia sel telur yang siap dibuahi. Masa
subur berkaitamn erat dengan menstrulasi dan siklus menstrulasi. Adanya
hasrat antara suami dan istri adalah suatu yang wajar, penyaluran hasrat
tersebut akan memulai hasil yang baik jika pertemuan antara suami istri
diatur waktu. Menurut Kemenkes (Kemenkes, 2017) tanda-tanda masa subur
pada WUS yaitu:
1) Perubahan lendir serviks
Jika dalam masa subur cairan ini bertekstur lengket dan kental. Perubahan yang
terjadi menjelang masa subur yaitu dengan meningkatnya jumlah cairan dan
perubahan tekstur menjadi berwarna bening dan tekstur lebih cair.
2) Dorongan seksual meningkat
Hormon kewanitaan akan meningkat dalam masa subur sehingga berpengaruh
terhadap hasrat seksual.
3) Temperatur tubuh meningkat dan payudara lebih lunak.
Meningkatnya hormon progesteron ketika masa subur akan memicu kenaikan
suhu tubuh, namun kenaikan suhu tubuh tersebut hanya sedikit (± 0,5°C), maka
cukup sulit mengamati kenaikan suhu tubuh pada wanita.
b. Cara-cara mengetahui masa subur
Menurut (Puspita, 2016) dalam (Atika et al., 2017) disebutkan bahwa ada beberapa
cara untuk mengetahui masa subur, diantaranya adalah:
1) Sistem kalender
Sebagai pedoman, hari pertama menstruasi dihitung sebagai siklus menstruasi hari
ke-1. Lamanya siklus menstruasi dimulai dari hari ke-1 hingga menstruasi
berikutnya (Puspita, 2016). Ada beberapa siklus menstruasi, yaitu :
a) Siklus menstruasi 28 hari. Pada siklus ini, ovulasi akan terjadi pada hari ke
-14, dan masa subur adalah 2-3 hari sebelum hingga sesudah ovulasi. Jadi
masa subur terjadi antara hari ke-11 hingga hari ke17 (Puspita, 2016).
b) Siklus 35 hari. Ovulasi terjadi pada hari ke-21. Jika siklus menstruasi pendek
maka ovulasi juga semakin cepat (Puspita, 2016).
c) Jika siklus menstruasi anda tidak teratur, anda harus mempunyai catatan siklus
selama minimal 6 bulan (6 siklus) berturut-turut untuk mendapatkan siklus
terpanjang dan siklus terpendeknya (Puspita, 2016). Untuk siklus menstruasi
tidak teratur, maka masa subur dihitung dengan rumus, yaitu : Siklus
terpanjang – 11 hari & Siklus terpendek – 18 hari
2) Perubahan Skresi Lendir Leher Rahim (Serviks).
Masa subur juga bisa diketahui lewat pemeriksaan getah lendir (mukus)
mulut rahim (serviks). Ini pun dapat anda lakukan sendiri. Caranya, lendir dari
mulut rahim diperiksa setiap hari. Hormon Estrogen mencapai puncaknya pada
saat ovulasi biasanya lendir rahim jadi agak encer dan bila diraba dengan jari
telenjuk atau ibu jari, lalu rekatkan lendir tersebut seperti membentuk benang
dengan jarak 2-3 cm, jika lendir tersebut terputus tandanya tidak subur, dan
apabila lendir tersebut tidak terputus maka anda dalam masa subur, tingkat
keberhasilan dengan cara ini hanya sekitar 60% - 70% (Sitompul Ewa Molika,
2015).
3) Menggunakan alat ovulasi (Ovulation Predictor Kit / OPK)
Ini adalah pilihan yang paling praktis untuk mengetahui masa subur. Alat ini
mirip dengan pendeteksi kehamilan dan kita bisa mendapatkannya di apotek-
apotek terdekat. Cara menggunakan alat ini pun sama dengan menggunakan alat
pendeteksi kehamilan, yaitu dengan meneteskan air seni lalu kita bisa melihat
indikatornya. Jika terlihat ada dua garis, itu artinya positif dan kita sedang dalam
kondisi subur (Puspita, 2016).
4) Metode ukur suhu (metode suhu basal)
Suhu tubuh normal biasanya 35,5 – 36 oC. Pada waktu ovulasi turun dulu
dan naik kembali mencapai 27 – 28 oC dan tidak akan kembali ke suhu normal 35
derajat. Kenaikan suhu tubuh terjadi apabila sudah terbentuknya Progesteron yang
bertugas menyiapkan jaringan dalam rahim untuk menerima sel telur yang telah
dibuahi. Caranya lakukan pengukuran suhu tubuh pada pagi hari setelah bangun
tidur sebelum melakukan aktivitas apapun, kemudian masukan termometer ke
dalam dubur atau mulut vagina selama 5-6 menit. Tutup kembali mulut vagina
selama pengukuran berlangsung, lakukan hal ini setiap hari selama 3 bulan
(Sitompul Ewa Molika, 2015).
c. Faktor yang mempengaruhi kesuburan
Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri) untuk menjadi
hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami) yang mampu
menghamilkannya (Hadayani et al., 2019). Masa subur adalah suatu masa dalam siklus
menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah, sehingga bila
perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi
kehamilan. Masa subur merupakan rentang waktu pada wanita yang terjadi “sebulan
sekali”. Masa subur terjadi pada hari ke-14 sebelum menstruasi selanjutnya terjadi
(Purwandari, 2011). Menurut (Prawirohardjo, 2010), untuk perhitungan masa subur
dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi 18.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia subur antara


lain:

1) Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo, 2010). Rentang usia risiko tinggi
adalah <20 tahun dan ≥ 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun
secara fisik dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar
mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan prematur.
Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah. Meskipun pada
umur 40 tahun keatas perempuan masih dapat hamil, namun fertilitas menurun
cepat sesudah usia tersebut. Usia reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia
20 tahunan, selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30 tahun,
terutama setelah usia 35 tahun (American Society for Reproductive Medicine,
2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun secara perlahan-
lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan
perkembangan organ reproduksi, rata-rata umur 12 tahun. Perkembangan organ
reproduksi laki-laki mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan
akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai
puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai
menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena
perubahan bentuk dan faal organ reproduksi . Disarankan pria untuk menikah
pada usia kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas,
konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA telah mengami penurunan
kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan janin.
2) Frekuensi senggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara
spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus (senggama) berlangsung pada
saat ovulasi. Dalam keadaan normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3
hari dalam organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jika
ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung. Sedangkan ovum
seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga bila kiotus
dilakukan-pada waktu tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan. Hal
ini berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan seksual tapi tidak
bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu kali dalam sebulan,
maka tidak akan terjadi pembuahan dan tidak akan terjadi kehamilan pada istri.
3) Lama berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri akan hamil
dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam tiga bulan pertama, 72.1% dalam enam
bulan pertama, 85,4% dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan
pertama. Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan
adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi lama suatu pasangan suami istri berusaha secara
teratur merupakan faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan.
4) Obesitas
Obesitas juga diketahui sebagai salah satu faktor yang berhubungan
dengan infertilitas. Obesitas diketahui menjadi salah satu faktor risiko terjadinya
infertilitas karena obesitas dapat memacu terjadinya resistensi insulin dimana
tubuh tidak mampu mengelola glukosa secara cepat. Resistensi insulin
menyebabkan peningkatan kadar insulin darah (hiperinsulinemia) sehingga
semakin tinggi insulin semakin besar hambatan perkembangan foliker (sel telur)
dalam ovarium.

c. Persiapan kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan yang sehat
diantaranya:

1) Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari pelayanan
kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk mempersiapkan calon ibu dalam
menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi
yang sehat. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas atau rumah sakit.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bagi PUS diberikan kepada PUS laki-laki
maupun perempuan, baik yang belum mempunyai anak maupun yang sudah
memiliki anak dan ingin merencanakan kehamilan selanjutnya. Pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil pada PUS meliputi:
a) Anamneis
(1) Anamnesis Umum
Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara tenaga kesehatan dan
klien untuk memperoleh informasi tentang keluhan, penyakit yang diderita,
riwayat penyakit, faktor resiko pada PUS, status imunisasi tetanus, riwayat
KB, serta riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya.
(2) Deteksi Dini Masalah Kesehatan Jiwa
Deteksi masalah kesehatan jiwa yang relatif murah, mudah, dan efektif untuk
PUS dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh
WHO yaitu Self Reporting Questionnaire (SRQ).

b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi status
kesehatan melalui pemeriksaan denyut nadi, frekuensi nafas, tekanan darah, suhu
tubuh, dan pemeriksaan lengkap. Selain itu dilakukan pemeriksaan status gizi
yang meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, LILA, dan tanda anemia.
(1) Pemeriksaan Tanda Vital
Bertujuan untuk mengetahui kelainan suhu tubuh, tekanan darah, kelainan
denyut nadi, serta kelainan paru-paru dan jantung. Pemeriksaan tanda vital
dilakukan melalui pengukuran suhu tubuh ketiak, tekanan darah (systole dan
diastole), denyut nadi per menit, frekuensi nafas per menit, serta auskultasi
jantung dan paru.
PUS/WUS yang mengalami masalah dengan tanda vital dapat
mengindikasikan masalah infeksi, hipertensi, penyakit paru (asma,
tuberculosis), dan jantung yang jika tidak segera diobati beresiko
mengganggu kesehatannya karena malaise (lemah), sakit kepala, sesak nafas,
nafsu makan menurun.
Pada PUS yang sudah mempunyai anak sebelumnya, pemeriksaan lebih
difokuskan pada persiapan fisik untuk kehamilan yang diinginkan. Pada PUS
yang mempunyai masalah terkait infertilitas, pemeriksaan fisik difokuskan
pada organ reproduksi laki-laki dan perempuan. Apabila diperlukan
pemeriksaan fisik lebih lanjut klien dapat dirujuk ke rumah sakit.
(2) Pemeriksaan Status Gizi
Pelayanan gizi bagi PUS/WUS dilakukan melalui pemeriksaan:
(a) Indek Massa Tubuh (IMT)
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT. Indek Massa
Tubuh atau IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap
tinggi badan (TB). IMT perlu diketahui untuk menilai status gizi
PUS/WUS dalam kaitannya dengan persiapan kehamilan. Jika
perempuan dengan status gizi kurang menginginkan kehamilan,
sebaiknya kehamilan ditunda terlebih dahulu untuk dilakukan intervensi
perbaikan gizi sampai status gizinya baik.
Ibu hamil dengan kekurangan gizi memiliki resiko yang dapat
membahayakan ibu dan janin antara lain anemia pada ibu dan janin,
resiko perdarahan saat melahirkan, BBLR, mudah terkena penyakit
infeksi, resiko keguguran, bayi lahir mati, serta cacat bawaan pada janin.
PUS laki-laki juga harus memiliki status gizi yang baik.
(b) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Selain IMT, penapisan status gizi pada perempuan juga dilakukan
dengan pengukuran menggunakan pita LILA untuk mengetahui adanya
resiko KEK pada WUS. Ambang batas LILA pada WUS dengan resiko
KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran kurang dari
23,5 cm atau dibagian merah pita LILA artinya perempuan tersebut
mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi
lahir rendah.
(3) Pemeriksaan Fisik Lengkap
Pemeriksaan fisik pada PUS dilakukan untuk mengetahui status
kesehatan PUS. Pemeiksaan ini dilakukan secara lengkap sesuai indikasi
medis. Dari pemeriksaan ini diharapkan tenaga kesehatan mampu mendeteksi
adanya gangguan kesehatan pada PUS, misalnya gangguan jantung atau paru,
tanda anemia, hepatitis, IMS, dan lain-lain.
2) Darah Pemeriksaan
a) Pemeriksaan hemoglobin (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin sangat penting dilakukan dalam menegakkan
diagnosa dari suatu penyakit, sebab jumlah kadar hemoglobin dalam sel darah
akan menetukan kemampuan darah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru
keseluruh tubuh. Disebut anemia bila kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah
kurang dari normal. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan melalui sampel darah
yang diambil dari darah tepi.

Rekomendasi WHO tentang pengelompokkan anemia (g/dl) berdasarkan umur

Tidak Anemia
Populasi RinganSedang Berat
anemia
Wus tidak hamil 12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
Ibu hamil 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Laki-laki > 15 13 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0
Sumber:pedoman penatalaksanaan pemberian tablet tambah darah

b) Pemeriksaan golongan darah dan rhesus


Golongan darah tidak hanya sebagai pelembab kartu indentitas. Golongan
darah wajib kita ketahui karena dapat mencegah resiko kesehatan, membantu
orang dalam keadaan darurat dan dalam proses transfuse darah.
Jenis golongan darah

No Golongan Aglutinogen dalam sel darah


darah merah
1. A A
2. B B
3. AB A DAN B
4. O -
Manfaat mengetahui golongan darah yaitu :

(1) Proses transfuse darah


Bila terjadi sebuah kecelakaan parah/bencana atau terkena spenyakit
yang membutuhkan transfuse darah dan harus segera mendapatkan bantuan
maka dengan mengetahui golongan darah akan memudahkan proses transfuse
darah tersebut.
(2) Terhindar dari penyakit
Selain hemolysis ada kelainan genetic lain yang juga mengancam ibu
dan bayi yang diakibatkan bila ada perbedaan rhesus dari pasangan suami
istri. Apabila rhesus negative sementara ayah memiliki rhesus positif, bila
terjadi kehamilan dapat beresiko terhadap kesehatan janin yang dikandung.
Saat dilakukan pemeriksaan golongan darah seseorang sekaligus akan
diketahui jenis rhesusnya. Rhesus (Rh) merupakan penggolongan atas ada
dengan tidaknya antigen-D, disebut didalam darah seseorang. Orang yang
dalam darahnya mempunya antigen D didalam darah disebut rhesus positif ,
sedang orang yang dalam darahnya tidak dijumpai antigen –D disebut rhesus
negative. Orang dengan rhesus negative mempunyai sejumlah kesulitan
karena didunia ini, jumlah orang dengan rhesus negative relative sedikit.
Pada orang kulit putih sekitar 15% pada orang kulit hitam sekitar 8 %, dan
pada orang asia bahkan hamper seluruhnya merupakan orang dengan rhesus
positife.
Apabila terdapat inkontabilitas rhesus (ketidakcocokan rhesus) akan
dapat terjadi pembekuan darah yang berakibat fatal, yaitu kematian penerima
darah, hal ini juga dapat menimbulkan resiko pada ibu hamil yang
mengandung bayi dengan rhesus yang berbeda. Umumnya dijumpai pada
orang asing atau orang yang mempunyai garis keturunan asing seperti Eropa
dan Arab, namun demikian tidak menutup kemungkinan terdapat juga orang
yang tidak mempunyai riwayat keturunan asing memiliki rhesus negative,
namun jumlahnya lebih sedikit. Di Indonesia, kasus kehamilan dengan rhesus
negatife ternyata cukup banyak dijumpai,terutama pada pernikahan dengan
ras non-Asia (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
c) Pemeriksaan Urin Rutin
Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan
makroskopik, mikroskopk, dan kimia urin. Pemeriksaan urin rutin dilakukan
untuk mengetahui dan memantau kelainan ginjal/ saluran kemih termasuk infeksi
saluran kemih (ISK) dan mendeteksi penyakit metabolic atau sistemik
Pemeriksaan urin rutin meliputi:
(1) Pemeriksaan makroskopik: warna, volume, berat jenis, baud an PH urin.
(2) Pemeriksaan mikroskopik: sedimen urinritrosit, lekosit, silinder, Kristal, dan
epitel.
(3) Pemeriksaan kimia: protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, dan benda-
benda keton.
d) SADANIS (Periksa Payudara Klinis)
Pemeriksa klinis payudara dikerjakan oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
SADANIS dilakukan sekurangnya 3 tahun sekali atau apabila ditemukan adanya
abnormalitas pada proses SADARI (Periksa Payudara Sendiri).
Setelah dilakukan sadanis maka dapat ditentukan apakah memang benar ada
kelainan dan apakah kelainan termasuk kelainan jinak, ganas, atau perlu
pemeriksaan lebih lanjut setelah membutuhkan rujukan ketingkat pelayanan lebih
lanjut.
e) IVA Test atau Pap Smear (untuk PUS)
(1) IVA test
IVA (inspeksi visual Asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi
kanker leher Rahim sedini mungkin. IVA merupakan pemeriksaan leher
Rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher
Rahim setelah memulas leher lahir dengan larutan asam Asetat 3-5%.
Pemeriksaan IVA merupakan salah satu pemeriksaan skrining kanker leher
Rahim yang lebih murah,praktis,sangat mudah untuk dilaksanakan,peralatan
sederhana serta dapat dilakukan oleh dokter, bidan atau perawat yang terlatih.
Pemeriksaan IVA sebaiknya dilakukan pada perempuan yang sudah
melakukan kontak seksual (bukan hanya melakukan hubungan seksual tetapi
termasuk penggunaan alat ,jari , dll
Deteksi dini kanker leher Rahim dengan metode IVA dilakukan dengan
jadwal sebagai berikut:
(a) Skrining pada setiap perempuan minimal 1 kali pada usia 35-40 tahun.
(b) Jika fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun.
(c) Jika fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun.
(d) Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada perempuan
usia 25-60 tahun.
(e) Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup
memiliki dampak yang cukup signifikan.
Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila hasil positif (+)
adalah 1 tahun dan apabila negatife (-) adalah 5 tahun.
(2) Pas Smear
Pemeriksaan pap smear adalah metode skrining ginekologi yang dilakukan
oleh dokter kandungan untuk memeriksa leher Rahim (serviks) pemeriksaan
ini dilakukan pada perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan
seksual,idealnya dilakukan setiap tahun dan wajib dilakukan setelah 3 tahun
dari kontak seksual pertama, bagi perempuan yang sudah menopause perlu
dilakukan pap smesr setiap 2-3 tahun.

f) Pemeriksaan penunjang seksual indikasi


(1) Gula Darah
Dalam keadaan normal tingkat gula dapat berfluktuasi sepanjang hari, dan
kebanyakan cenderung naik selama beberapa jam setelah makan, tergantung
pada volume karbohidrat yang dikonsumsi.tubuh kita memiliki mekanisme
yang sangat baik untuk mengatur kadar gula darah normal. Cadangan glukosa
disimpan dalam hati sebagai glikogen.glikogen adalah gula dalam bentuk
yang kompleks dan biasa ditemukan dihati serta otot, yang fungsinya sebagai
cadangan makanan agar mudah dipecah kedalam aliran darah ketika terjadi
penurunan kadar gula.
Diabetes Melitus (DM) ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa
darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Pemantauan hasil
pengobatan dapat di lakukan dengan menggunakan pemeriksaan glikosa darah
kapiler dengan glukometer.
Pemeriksaan glukosa puasa >126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam atau pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg dl 2
jam setelah estoleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban 75 gram.(peringkat
bukti B) atau pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg dl dengan
keluhan klasik atau pemeriksaan HbA1c > 6,5% dengan menggunakan metode
High-performance Liquid Chromatography (HPLC) yang terstandarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarizatian Program (NGSP).
(2) Rapid tes malaria dan sediaan darah apus malaria.
Pemeriksaan darah malaria dilakukan pada darah remaja, catin, dan PUS
yang berada didaerah endemis malaria dalam rangka skrining. Pemeriksaan
didaerah nonendemis malaria dilakukan apabila ada indikasi. Rapid
Diagnostic Test (RDT) adalah pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan
antigen parasit malaria dengan imonocromatografi dalam bentuk dipstic. Tes
ini digunakan pada waktu terjadi KLB atau untuk memeriksa malaria pada
daerah terpencil yang tidak tersedia laboratorium, dibandingkan uji
microskopis, tes ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian cepat
diperoleh, sebaiknya dipilih RDT dengan tingkat sensitifitas dan spesifitas
lebih dari 95 %. Hasilnya didapatkan dalam 15-20 menit. rDT bisa
memastikan apakah jenis parasit yang ada didalam darah itu adalah
palsmodiumfalciparu atau jenis lain.
Selain tes RDT, malaria juga bisa didiagosi dengan pemeriksaan
mikroskopis, yaitu dengan pemeriksaan sediaan darah tebal dan sediaan darah
tipis. Tes ini bisa memastikan keberdaan jenis parasit malaria dalam darah
serta proporsi sel darah merah yang terinfksi.
(3) Tes HIV
Tes HIV terutama dilakukan pada remaja, catin dan PUS didaerah
terkonsentrasi HIV dan beresiko tinggi terinfeksi HIV, setiap remaja cati, dan
PUS ditawarkan untuk dilakukan konseling dan tes HIV bila ada indikasi
antara lain mempunyai tanda-tanda klinis/infeksi oportunistik HIV-AIDS
mempunyai perilaku seks beresiko dan gejala IMS. Tehnik ini disebut provide
ini teated testing and conceling (PITC) atau konseling dan testing atas inisiasi
petugas (KTIP) jika hasil tes HIV positif segera rujuk untuk mendapatkan
obat Anti Retroviral Treatment (ART) (Kemenkes, 2013).
(4) TB/ Sputum BTA
Pemeriksaan Sputum BTA dilakukan pada remaja, catin dan PUS yang
mempunyai tanda klinis batuk lebih dari dua minggu, demam, keringat pada
malam hari, penurunan berat badan, dan lainnya. Bila pemeriksaaan sputum
BTA positif, diberikan pengobatan TB OAT, minimal 6 bulan
(5) Tes IMS
Tes IMS dilakukan jika ada keluhan cairan dari keluan yang abnormal,
luka lecet, pembengkakan kelenjra getah bening dipangkal paha, adanya
vegetasi/candiloma, jengger ayam dikemaluan, dan rasa gatal/terbakar
dikemaluan. Pemeriksaan IMS dilakukan sedini mungkin pada pasangan
seksual sebelum terjadinya kehamilan
(6) HbsAg
Salah satu infeksi yang dapat menyerang organ hati adalah infeksi virus
Hepatitis B. Hepatitis B menular melalui darah dan cairan tubuh ( sperma dan
cairan vagina) melalui kontak seksual dengan penderita Hepatitis B. Berbagai
jarum suntik dengan penderita Hepatitis B dan juga ibu hamil yang menderita
hepatitis B pada saat persalinan. Untuk mendiagnosis Hepatisis B dilakukan
pemeriksaan HbsAg. Bila HbsAg positif menunjukkan bahwa organ hati
terinfeksi virus ini.
(7) TORCH
TORCH adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
Tksoplasma Gondii, Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex
virus II (HSV-II). TORCH dapat ditularkan melalui konsumsi makanan dan
sayuran yang tidak bersih dan tidak dimasak sempurna atau setengah matang,
kotoran yang terinfeksi virus TORCH dan juga pada ibu hamil ke janin.
TORCH dapat menimbulkan masalah kesuburan (infertilitas) baim pada
perempuan maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit terjadinya
kehamilan, kecacatan janin, dan resiko keguguran. Pemeriksaan TORCH
dapat dilakukan bila ada indikasi atas saran dokter.
(8) Darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
pada darah dan komponennya yang dapat menggambarkan kondisi tubuh
secara umum. Kelainan yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan darah
lengkap antara lain ; anemia, kekurangan asam folat, dan bahkan penyakit
genetik seperti talasemia dari hemofilia. Pemeriksaan darah lengkap
disarankan kepada pasien yang datang disertai dengan suatu gejala klinis, dan
jika didapatkan hasil diluar nilai normal, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan
yang lebih spesifik.
d. KIE kesehatan masa sebelum hamil untuk calon pengantin (Catin) dan pasangan usia
subur (PUS)
1) Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
a) Pengertian
Keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata
bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan
proses reproduksi.
b) Pentingnya kesehatan reproduksi
(1) Catin dan PUS pelu mengetahui informasi kesehatan reproduksi untuk
menjalankan proses, fungsi dan perilaku reproduksi yang sehat dan aman.
(2) Catin perempuan dan Wanita usia subur (WUS) akan menjadi calon ibu yang
harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat melahirkan anak yang sehat
dan berkualitas
(3) Laki-laki catin dan usia subur akan menjadi ayah yang harus memiliki
kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan keluarga, seperti
menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung kehamilan dan
persalinanyang aman.
(4) Laki-laki dan perempuan mempunyai resiko masalah kesehatan reproduksi
terhadap penularan penyakit, perempuan lebih rentan terhadap masalah
kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat berhubungan seksual, hamil,
melahirkan, nifas, keguguran dan pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur
alat reproduksinya lebih rentan secara sosial maupunfisik terhadap penularan
infeksi menular seksual termasuk HIV
(5) Laki-laki dan perempuan mempunyai hakdan kewajiban yang sama untuk
menjaga kesehatan reproduksi
c) Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan
(1) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika permpuan dan laki-laki dapat
saling menghormati dan menghargai satu sama lain, misalnya :
(a) Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan secara
bersama-sama dan tidak memaksakan ego masing-masing.
(b) Suami-istri saling membantu dalam pekrjaan rumah tangga, pengasuhan
dan pendidikan anak.
(c) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama.
(d) Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI Esklusif.
(2) Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal berikut :
(a) Kekerasan fisik
(b) Kekerasan secara psikis
(c) Kekerasan seksual
(d) Penelantaran rumah tangga
d) Hak dan kesehatan reproduksi
1) Hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap pasangan
yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.
2) Informasi kesehatan reproduksi yang perlu disampaikan
a) Kesehatan reproduksi, permasalahan dan cara mengatasinya
b) Penularan Penyakit menular seksual dan HIV-AIDS, dan cara
mengatasinya
c) Pelayanan KB, mengetahui dan memahami efek samping
d) Catin berhak mendapatka kebutuhan reproduksinya sehingga melahirkan
bayi yang berkualitas mulai dari sebelum hamil sampai masa nifas.
e) Perilaku yang sebaiknya dihindari dalam aktifitas seksual untuk menjaga
kesehatan reproduksi
1) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas
2) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut
f) Cara merawat organ reproduksi
Laki-laki dan Perempuan Laki-laki
perempuan
 Pakaian dalam  Bersihkan organ  Menjaga
diganti minimal dua reproduksi dari depan kebersihan
kali sehari sampai kebelakang organ kelamin
 Menggunakan dengan menggunakan air  Di anjurkan
pakaian dalam yang bersih dan dikeringkan sunat untuk
menyerap keringat  Sebaiknya tidak menjaga
dan cairan menggunakan cairan kebersihan
 Bersihkan organ pembilas vagina karena kulup
kelamin sampai dapat membunuh bakteri  Jika ada
bersih dan kering baik dalam vagina dan keluhan pada
 Menggunakan memicu tumbuhnya organ kelamin
celana yang tidak jamur dan daerah
ketat  Pilihlah pembalut yang sekitar, segera
 Membersihkan berkualitas yang lembut memeriksakan
organ kelamin dan mempunyai daya diri kepetugas
setelah BAK dan serap yang tinggi, jangan kesehatan
BAB memakan pembalut
dalam waktu yang lama
 Jika sering keputihan,
berbau, berwarna dan
terasa gatal, serta
keluhan organ
reproduksi lainnya
segrera memeriksakan
diri ke petugas kesehatan

g) Pesan Utama
Catin dan PUS perlu mengetahui cara menjaga organ reproduksinya sehingga
dapat melakukan fungsi reproduksi secara bertanggung jawab.
2) Kehamilan dan perencanaan kehamilan
a) Kehamilan
(1) Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki janin yang
sedang tumbuh didalam tubuhnya setiap kehamilan harus direncanakan,
diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan baik.
(2) Catin perlu mengetahui tanda-tanda kehamilan agar mempunyai pemahaman
dan kepedulian bila kelak hamil, mempersiapkan diri untuk hamil dan bersalin
secara sehat dan aman.
(3) Perlu diperhatikan bila seseorang perempuan sedang hamil.
(a) Ibu hamil tetap dapat melakukan aktifitas rutin dengan menjaga
kesehatan dan istirahat yang cukup
(b) Tidak boleh mengkonsumsi obat-obatan diluar anjuran dokter.
(c) Boleh melakukan hubungan seksual dan tetap memperhatikan kondisi
kesehatan ibu dan janin.
b) Perencanaan kehamilan
(1) Perencanaan kehamilan adalah pengaturan kapan usia ideal dan sat yang tepat
untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak
(2) Perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah :
(a) Terlalu muda <20 tahun
(b) Terlalu Tua > 35 Tahun
(c) Terlalu dekat jarak kehamilan (<2 Tahun)
(d) Terlalu sering hamil > 3 anak
Bila terjadi kehamilan dengan 4 kategori di atas akan berdampak tidak baik
untuk kesehatan ibu dan anak. Kehamilan perlu direncanakan karena tiap catin
diharapkan memiliki kesehatan yang baik dan terhindar dari penyakit.

c) Skrining dan Imunisasi Tetanus


WUS perlu mendapat imunisasi tetanus untuk mencegah dan melindungi diri
terhadap penyakit tetanus sehingga memiliki kekebalan seumur hidup untuk
melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Setiap WUS (15-49 tahun)
diharapkan sudah mencapai status T5. WUS perlu merujuk pada status imunisasi
terakhir pada saat hamil apabila sebelumnya sudah pernah hamil.
Tabel 1.2 Imunisasi TT pada WUS

Status TT Interval Lama


TT1 0
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun
d) Metode kontrasepsi yang dapat digunakan untuk penundaan dan penjarangan
kehamilan.
(1) Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
(a) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
(b) Implan
(c) Metode operasi wanita (MOW)
(d) Metode operasi pria (MOP)
(2) Non metode kontrasepsi jangka panjang (non-MKJP)
(a) Metode Amenore Laktasi MAL)
(b) Kondom
(c) KB Suntik
(d) KB Pil
3) Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai pada prakonsepsi
a) Kondisi dibawah ini perlu diwaspadai pada catin yang akan merencanakan
kehamilan
(1) Anemia
(2) Malnutrisi (Obesitas, KEK, dll)
(3) Hipertensi dalam kehamilan
(4) Kesehatan mulut(caries,penyakit periodontal,dll)
b) Penyakit-penyakit yang perlu diwaspadai pada catin
(1) HIV AIDS
(2) Infeksi Menular Seksual (IMS)
(3) Hepatitis B
(4) Diabetes Melitus
(5) TORCH
(6) Malaria
(7) Penyakit Genetik (talasemia dan hemofilia)
(8) Depresi/genetik.
4) Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Aktivitas fisik/olahraga tidak
perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali dalam seminggu selama 1/2 jam,
dan lakukan secara rutin. Manfaat olahraga selain menyehatkan, juga mencegah
terjadinya kelebihan berat badan.

Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan membuat lebih
nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar dikontrol agar dapat aman
selama kehamilan, terutama disarankan untuk wanita yang mengalami kelebihan berat
badan serius, tetapi harus disertai dengan selalu berkonsultasi dengan dokter dan atas
rekomendasi ahli gizi. Berat badan kurang dapat mengganggu kesuburan karena
kekurangan jumlah lemak yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan berat badan
dapat mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur. Selain itu, kelebihan berat
badan berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi, seperti tekanan darah tinggi
dan diabetes selama kehamilan.

5) Menghentikan kebiasaan buruk


Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan narkoba, dapat
menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan, juga janin yang dikandung, Bayi
dapat lahir prematur, lahir dengan cacat bawaan hingga kematian janin. Perempuan
yang minum alkohol memiliki kemungkinan rendah untuk bisa hamil. Sedangkan
untuk kaum pria, minum alkohol dapat mempengaruhi kualitas sperma dengan
menurunkan tingkat testosteron dan bisa menyebabkan testis layu. Begitu pula rokok
dapat menurukan kesuburan baik pada perempuan maupun laki-laki. Racun pada
rokok dapat mengakibatkan kerusakan kromosom pada telur, dan melemahkan
kemampuan untuk menghasilkan estrogen yang sangat diperlukan untuk menyiapkan
lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi laki-laki, rokok berpengaruh terhadap
kualitas dan kuantitas sperma. Kemauan sperma membuahi sel telur dipengaruhi oleh
kualitas dan kuantitas spermatozoa. Pada penelitian yang dilakukan, persentase
wanita pasien di klinik fertilitas RSI Sultan Agung yang terpapar asap rokok sebesar
53,3 %. Hal ini menunjukan bahwa wanita yang terpapar asap rokok memiliki
kecenderungan mengalami infertil (Halimah & Winarni, 2018).

6) Meningkatkan asupan makanan bergizi


Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan makanan dan
nutrisi yang diko nsumsi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengatur pola
makan dengan prinsip gizi seimbang, memperbanyak konsumsi buah dan sayuran,
menghindari makanan yang mengandung zat-zat aditif seperti penyedap, pengawet,
dan pewarna. Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat memicu
terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan kelainan fisik, dan cacat
kongenital.
Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi yang dimakan ibu
sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga calon ibu harus memperhatikan asupan
makanan yang mendukung pembentukan janin sehat. Dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung :
a) Protein
Berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma. Makanan sumber protein
seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe.
b) Asam folat
Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah janin, cukup
asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak 70%.
Jika seorang perempuan memiliki kadar asam folat yang cukup setidaknya 1
bulan sebelum dan selama kehamilan, maka dapat membantu mencegah kecacatan
pada otak dan tulang belakang bayi. Asam folat dapat diperoleh melalui makanan,
seperti sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau, caisim mini), asparagus,
brokoli, pepaya, jeruk, stroberi, rasberi, kacang-kacangan, alpukat, okra, kembang
kol, seledri, wortel, buah bit, dan jagung. Sebagian susu untuk ibu hamil pun
mengandung asam folat cukup tinggi, sehingga dapat membantu memenuhi
kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih susu untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk
mengurangi rasa mual, serta tentu merupakan produk yang berkualitas tinggi.

c) Konsumsi berbagai Vitamin


(1) Vitamin A
Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat. Terdapat
pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan berlemak, brokoli, wortel,
bayam, dan tomat.
(2) Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan hingga 75%.
Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan sinar
matahari, selain itu dapat pula diperoleh dari telur, susu, hati, minyak ikan,
ikan tuna, margarin, dan ikan salmon.
(3) Vitamin E
Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi sel telur
dan mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga kesehatan dinding
rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada minyak tumbuh-tumbuhan, bekatul
gandum, dan kecambah atau tauge.
(4) Vitamin B6
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen dan
progesteron penting untuk terjadinya kehamilan. Sumber vitamin B6 antara
lain ayam, ikan, beras merah, kacang kedelai, kacang tanah, pisang, dan
sayur kol.
(5) Vitamin C
Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur dan
pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan (bekerjasama dengan
vitamin E dan beta karoten) vitamin C berperan melindungi sel-sel organ
tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan) yang mempengaruhi kesehatan
sistem reproduksi. Vitamin C banyak terdapat pada jambu biji, jeruk,
stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat, dan cabai merah.
d) Cukupi zat seng
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga pembentukan
sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu produksi materi genetik ketika
pembuahan terjadi. Bagi calon ayah, melancarkan pembentukan sperma. Sumber
seng antara lain makanan hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging
kepiting), daging, kacang-kacangan (kacang mete dan almond), biji-bijian (biji
labu dan bunga matahari), serta produk olahan susu.
e) Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur) ibu
tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat besi akan membantu
dalam persiapan kehamilan dan menghindari anemia yang sering kali dikeluhkan
oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging merah, kuning telur, sayuran hijau, jeruk,
dan serealia yang diperkaya zat besi.
f) Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di susu, dan ikan
teri.

g) Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala kekurangan
selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi seksual dan ketidaksuburan.
Sumber selenium antara lain adalah beras, bawang putih, kuning telur, seafood,
jamur, dan semangka.
h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng dengan
minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di dalam minyak zaitun
bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh, serta level kolestrol sehingga
menyeimbangkan endokrin yang sehat.
i) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang dapat
memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan. Rekomendasi dari pakar
kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat dilakukan dengan batas
mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat dibatasi sampai
kehamilan.
j) Hindari konsumsi
(1) Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab toksoplasma,
parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli yang berbahaya bagi
kehamilan dan janin.
(2) Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang baik, dapat
mengandung virus penyebab toksoplasma.
(3) Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada bakteri
salmonella penyebab diare berat.
(4) Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di darah akan
memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan tuna kalengan, tuna
beku, kakap putih, bawal hitam, marlin, tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3
dan 6, ikan dari sebagian perairan Indonesia diduga tercemar merkuri melalui
penurunan kualitas air maupun rantai makanan.
7) Persiapan secara psikologis dan mental
Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan memikirkan tujuan
memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan bagaimana mencapai tujuan ini. Hal ini
disebut dengan rencana hidup reproduktif. Misalnya bila Ibu berpikir ingin menunda
kehamilan, pilihlah kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Jika Ibu
berpikir untuk hamil, sangatlah penting untuk mengambil langkah-langkah agar Ibu
dapat hamil sehat dan melahirkan bayi yang sehat pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang berhubungan
dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan, menjelang persalinan, pasca
persalinan dan juga perawatan bayi dari berbagai sumber yang terpercaya.
Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan ketegangan, hindari hal –
hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam keseimbangan hormonal. Stres dapat
merusak siklus bulanan, dan mencegah proses ovulasi. Sebuah studi membuktikan,
wanita dengan tingkat stres tinggi umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika calon
ibu mulai belajar mengatasi stres sehingga tidak mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Sebaiknya ibu mulai mempersiapkan mental dalam menghadapi perubahan yang akan
terjadi pada saat kehamilan. Ibu harus mendapat dukungan selama kehamilan dari
orang terdekat seperti suami dan keluarga sehingga semakin siapuntuk menjadi ibu
baru.
8) Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan pemeliharaan
kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan persalinan penting dilakukan
karena timbulnya ketegangan psikis serta tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang
baik pada saat kehamilan sebagian besar disebabkan karena ketidaksiapan pasangan
dalam hal financial/keuangan. Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan
termasuk biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan isteri
karena biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan berumah tangga.
Adapun biaya yang perlu diperhatikan guna persiapan kehamilan ini, diantaranya
mencakup biaya kesehatan (biaya konsultasi, pemeriksaan, obat dan melahirkan),
biaya-biaya pasca melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll)
dan persiapkan pula biaya untuk hal-hal yang tak terduga.
9) Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan
dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengenai kesehatan reproduksi ibu dan
pasangan. Dokter/bidan akan memberikan saran mengenai masalah yang dikeluhkan.
Konsultasikan pada dokter mengenai riwayat kesehatan keluarga yang perlu
mendapat perhatian.
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), maka ibu
disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang tidak diselesaikan dengan baik dapat
menyebabkan cedera hingga kematian, termasuk selama kehamilan (BKKBN, 2014).

B. Tijauan Teori Asuhan Kebidanan


1. Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien Asuhan kebidanan terdiri
dari tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai dengan pengumpulan data dasar
dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh langkah yang dikembangkan Helen Varney
tersebut membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan dalam suatu
situasi dan dapat dipertanggung jawabkan.
b. Tahapan asuhan kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan. Menurut (Varney & Jan M.K, 2010), manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan, keterampilan-keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Menurut (Varney, Helen & Marlyn HE, David W, 2012), langkah-langkah
manajemen kebidanan tersebut adalah:
1) Langkah I: Tahap pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap yang
berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus bersifat komprehensif
meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan.
2) Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Diagnosa
wanita hamil normal meliputi nama, umur, gestasi (G) paritas (P) abortus (A),
umur kehamilan, tunggal, hidup, intra-uteri, letak kepala, keadaan umum baik.
3) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasikan..
4) Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien.
5) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah
ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6) Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan efisien dan aman
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus
dilaksanakan secara efisien dan aman.
7) Langkah VII: Mengevaluasi hasil tindakan
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.
2. Pengkajian
a. Data Subjektif
Data subjektif berisi hasil anamnesa yang meliputi identitas, riwayat
kehamilan sekarang termasuk keluhan yang dialami, riwayat obstetri lalu,
riwayat kontrasepsi, riwayat medis lain dan riwayat sosial ekonomi termasuk
pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Biodata / Identitas
Hal utama yang penting dikaji pada pasangan prakonsepsi antara lain;
a) Nama
Nama Klien ditanyakan baik catin maupun pasangannya untuk dapat
mengenal dan memanggil serta mencegah kekeliruan dengan pasien
lain,(Cristina, 1993/ Dalam Marmi ,2012 : 120).
b) Umur
Untuk mengetahui apakah catin tergolong usia normal untuk persiapan
kehamilan disaat akan prakonsepsi akan tergolong primitua atau
primimuda. (Marmi ,2012 : 120).
c) Alamat
Mempermudah mengetahui di mana tempat tinggal ibu , mencegah
kekeliruan alamat yang sama, memudahkan menghubungi keluarga,
menjadi petunjuk bila ada kunjungan rumah. Kondisi lingkungan
tempat tinggal ikut memberikan pengaruh terhadap kesehatan istri dan
suami pada masa prakonsepsi. (Marmi ,2012 : 120).
d) Pendidikan
Menurut Depkes RI (1995) dalam . (Marmi ,2012 : 121), bahwa
Tingkat pendididkan sangat berpengaruh pada tingkat intelektual
seseorang, kemampuan berfikir, sehingga bidan akan mampu
menyampaikan atau memberikan penyuluhan atau KIE pada pasien
sesuai tingkat pemahaman pasien dengan lebih mudah.
e) Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi catin agar bidan
dapat menyesuaikan dalam memberi nasehat atau edukasi. Oleh karena
pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan
kesehatan yang diinginkan. Pendapatan seseorang berpengaruh
terhadap kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, salah
satunya adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi yang kurang baik
dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil, gangguan
pertumbuhan janin dalam uterus, BBLR, dan prematur . (Marmi ,
2012 : 121).
2) Riwayat menstruasi
a) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami menarche usia 12-
16 tahun.. ( Mohtar R, 1999,/ Dalam . Marmi ,2012 : 123).
b) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari
pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya.
Siklus yang klasik adalah 28 hari -30 hari sedangkan pola haid dan
lamanya perdarahan biasanya 3-8 hari. (Pusdiknakes, 1998 / Dalam
Marmi ,2012 : 123).
c) Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/ dismenorea
(Prawirohardjo, 2010)
d) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau, berwarna
putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai
adanya kemungkinan infeksi alat genital (Prawirohardjo, 2010).
3) Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu terutama
imuniasai TT. Indonesia merupakan salah satu negara yang belum dapat
mengeliminasi tetanus 100% sehingga status imunisasi ibu/calon ibu harus
selalu diskrining. Status imunisasi lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis
B, HPV, TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki
prevalensi tinggi di daerah tempat tinggal calon pengantin wanita dan laki –
laki. (Kemenkes RI, 2012).
4) Riwayat kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa kembalinya
kesuburan pada perempuan. Organ reproduksi memerlukan waktu untuk
pemulihan setelah lepas/berhenti dari pemakaian kontrasepsi. Hal ini seperti
diungkapkan oleh (Harni & Anita, 2017), bahwa lama kembalinya
kesuburan dari wanita pasca menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 6
bulan dan yang paling lama adalah 13 bulan.
5) Riwayat obstetri yang lalu
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu yang berkaitan
dengan morbiditas, ditolong siapa, di mana persalinannya, dan masalah-
masalah lain adalah signifikan dan perlu digali dengan cermat untuk
menghasilkan riwayat yang akurat sebelum memberikan nasihat tentang
konsepsi. Marmi ,2012 : 123).
a) Riwayat kesehatan klien
(1) Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi medis yang paling sering
mempengaruhi wanita usia subur
(2) Diabetes Melitus (DM)
Diabetes disebabkan oleh tidak adanya atau terbatasnya insulin
yang meriupakan hormon penting untuk metabolisme karbohidrat.
(3) Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan adaptif
ginjal untuk mempersiapkan kehamilan.
(4) Asma
Merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran pernafasan
yang menyebabkan episode berulang, sesak nafas, , sesak dada
batuk serta kadang terjadindi malam dan dini hari. Dalam asuhan ini
perlunya menjaga kesehatan catin secara optimal, kebutuhan akan
obat inflamasi harus tersedia dan jika keadaan lebih buruk butuh
penanganan lanjut dengan steroid hirup yang dikombinasikan
dengan agonis beta kerja panjang yang dihirup dapat membantu.
(5) Anemia dan thalassemia
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau thalassemia
akan bertambah buruk saat kehamilan. Pada kehamilan kebutuhan
oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritropoetin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah
merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma
terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
haemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
(6) Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B (defisiensi
faktor IX) diwariskan secara X-linked recessive. Perempuan () dari
keluarga penderita hemofilia umumnya adalah pembawa (carrier)
yang asimptomatik. Namun 10-20% perempuan pembawa dapat
beresiko terhadap komplikasi perdarahan yang bermakna karena
penurunan faktor VIII atau IX di bawah jumlah minimal untuk
mempertahankan keseimbangan hemostatik. Hemofilia dapat
menyebabkan infertilitas, namun sejumlah kecil penderita mungkin
mempunyai cukup folikel-folikel untuk hamil. (Prawirohardjo,
2010)
(7) Jantung
Pada kehamilan terdapat resiko gagal jantung, aritmia dan
tromboembolisme, beberapa ahli menyarankan pemberian aspirin
dosis rendah untuk menurunkan resiko tersebut
(8) Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan
mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi
kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat dalam bentuk
keguguran atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam
rahim. (Prawiroharjo, 2010)
(9) IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleg
bakteri, virus, parasit, atau jamur yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada
mitra seksualnya. Infeksi menular sekusual merupakan salah satu
penyebab Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). IMS seperti gonore,
klamidiasis, sifilis, trikomoniasis, herpes genitalis, kondiloma
akuminata, bacterial vaginosis, dan infeksi HIV. (Kemenkes RI,
2015:52)
(10) TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks.
Kelima jenis penyakit yang disebutkan di atas merupakan penyakit
yang dapat menjangkiti pria maupun wanita dan dapat berpengaruh
burukpada janin yang dikandung. Toksoplasmosis merupakan
infeksi yang disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma
gondii. Penyakit ini sering diperoleh dari tanah atau kotoran kucing
yang terinfeksi toksoplasma, atau memakan daging dari hewan
terinfeksi yang belum matang sempurna. Gejala yang sering muncul
meliputi: demam, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar
limfe.
Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena toxoplasmosis
dapat menimbulkan aborsi dan gangguan fertilitas. Janin bisa
terinfeksi melalui saluran plasenta. Infeksi parasit ini bisa
menyebabkan keguguran atau cacat bawaan seperti kerusakan pada
otak dan fungsi mata (Prawirohardjo, 2010).
b) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor
genetik, dan bisa menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga
memegang peran penting dalam mengkaji kondisi medis yang
diwariskan dan kelainan gen tunggal. Beberapa jenis kanker, penyakit
arteri koroner, diabetes melitus tipe 2, depresi, dan trombofilia
merupakan penyakit yang memiliki tendensi familial dan dapat
berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-laki (Marmi ,
2012 : 125)..
6) Pola fungsional kesehatan
a) Nutrisi
Status nutrisi wanita akan mempengaruhi efek samping langsung saat
kehamilan dan pada pertumbuhan dan perkembangan janin disaat hamil.
(Marmi ,2012 : 126).
b) Aktivitas
Wanita yang tidak biasanya berolah raga harus memulai kegiatan fisik
dan intensitasnya rendah dan meningkatkan aktivitas secara teratur.
(Marmi, 2012: 127). Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1,
Ayat 8: ”Nilai Ambang Batas” yang selanjutnya disingkat NAB adalah
standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata
tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga
kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40
jam seminggu.
c) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada organ
reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari,
tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik.
Saat menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau
sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015).
d) Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda dalam
melakukan suatu aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat yang cukup,
artinya tidak kurang dan lebih. Ketidakseimbangan istirahat/tidur,
misalnya kurang istirahat, dapat menyebabkan tubuh mudah terserang
penyakit. Tidur/ istirahat pada malam hari sangat baik dilakukan sekitar
7- 8 jam dan istirahat siang sekitar 2 jam . Wanita yang tidak biasanya
berolah raga harus memulai kegiatan fisik dan intensitasnya rendah dan
meningkatkan aktivitas secara teratur. (Marmi, 2012: 127)
e) Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama dengan perokok
aktif. Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh
rokok, seperti abortus, solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta
previa dan BBLR. Selain itu dapat menyebabkan dampak buruk bagi
janin antara lain SIDS (sindroma kematian bayi mendadak), penyakit
paru kronis, asma, otitis media. Konsumsi obat-obatan tertentu,
kesalahan subklinis tertentu atau defesiensi pada mekanisme intermediat
pada janin mengubah obat yang sebenarnya tiddak berbahaya menjadi
berbahaya, a[palagi pada perkembangan janin. (Marmi ,2012 : 128).
f) Riwayat pernikahan
Agar mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia
pernikahan, alasan berpisah. Tujuannya mengetahui jumlah pasangan
sebelumnya dan hubungan dengan pasangan sebelumnya yang dapat
mempengaruhi hubungannya dengan pasangan sekarang. Ditanyakan
untuk mengetahui berapa lama pernikahan agar diketahui bagaimana
keadaan alat reproduksi internal ibu, misal dengan pernikahan yang lama
belum pernah hamil sehingga perlu penanganan khusus. (Marmi ,2012 :
121).
g) Riwayat psikososial budaya dan spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat premarital
psychological screening antara lain : kepercayaan diri kedua pihak
sebelum membangun sebuah keluarga, kemandirian masing-masing
calon dalam memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja atau
kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu bergantung pada
orang tua, kemampuan komunikasi antara kedua belah pihak yang dapat
membantu menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga serta
penentuan pengambil keputusan dalam keluarga, efek masa lalu yang
belum terselesaikan harus dapat dikomunikasikan secara terbuka antara
kedua pihak. Selain itu hubungan antara kedua pihak keluarga, seberapa
jauh keluarga besar dapat menerima atas pernikahan tersebut (Kemenkes
RI, 2013).
b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui observasi dan hasil
pemeriksaan, pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Varney langkah
pertama pengkajian data.
1) Pemeriksaan umum
Tanda-tanda vital, normal jika :
a) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem kardiiovaskuler.
Normal 100/60-140/90 mmHg.
(Marmi ,2012 : 129).
b) Nadi
Untuk mengetahui fungsi jantung ibu, normalnya 80 – 90 x/ menit. .
(Marmi ,2012 : 129).
c) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu
menentukan diagnosis penyakit. Normal antara 36,0°C – 37,0°C .
(Marmi ,2012 : 130).
d) Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan normal, irama,
kedalaman, dan tipe/pola pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24
kali per menit. . (Marmi ,2012 : 130).

2) Antropometri
a) Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi
mengalami amenore dan berat badannya dibawah normal, ia harus
diindikasikan untuk meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia
mengalami obesitas, ia harus dianjurkan untuk mengurangi asupan
kalori supaya berat badannya turun sampai rentang normal pada saat
konsepsi, karena obesitas dalam masa kehamilan meningkatkan resiko
preeklampsia dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga harus
dianjurkan untuk meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per
hari (Kemenkes RI, 2015)
b) Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki TB
<145cm (low high) akan meningkatkan resiko panggul sempit (Laming,
dkk, 2013).
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks Massa
Tubuh (IMT) dengan rumus :
Berat Badan
Indeks Massa Tubuh =
Tinggi Badan2

Dengan klasifikasi :

Kategori IMT
(kg/m2)
Kekurangan berat < 17,0
badan tingkat berat
Kurus
Kekurangan berat 17,0 – 18,4
badan tingkat ringan
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan 25,1 – 27,0
tingkat ringan
Gemuk
Kelebihan berat badan > 27,0
tingkat berat
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas ekstrem
> 40
(kelas 3)
(sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2007)
Pada penelitian didapatkan hasil, wanita infertil dengan IMT berisiko
lebih tinggi daripada yang tidak berisiko yaitu sebesar 58,8% (Hadayani
et al., 2019).
c) Lingkar lengan atas (LiLA)
Normal status gizi ibu 28,5 cm. Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm.
Jika < 23,5 cm merupakan indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko
untuk melahirkan BBLR. (Marmi ,2012 : 130).
3) Pemeriksaan fisik
a) Wajah
Apakah ada oedema atau tidak, cyanosis atau tidak. . (Marmi ,2012 :
130).
b) Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya infeksi
pada klien. Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui adanya
kelainan jantung, dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit
Graves dan mencegah tirotoksikosis. (Marmi ,2012 : 130).
c) Payudara
Tidak terdapat benjolan/ masa yang abnormal. Simetris. (Marmi, 2012 :
130).
d) Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri, tekan,
tidak ada bekas luka atau bekas operasi, striae. (Marmi ,2012 : 131).
e) Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet,
kutil seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat
tanda-tanda keputihan patologis. (Marmi ,2012 : 131).
f) Ekstremtas
Tidak ada odema, akral hangat, pergerakan bebas (Sugiarto, dkk, 2017).
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Albumin
Untuk menyingkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan
pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
b) Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan diabetes
melitus).
c) Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan
terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
d) Golongan darah dan rhesus
e) HbsAg
f) HIV/AIDS
g) IMS (Sifilis)
h) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan
gigi, tes sperma, tes tuberculosis.
(Kemenkes RI, 2015:8)

c. Analisa Perumusan diagnosis dan masalah


Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Varney langkah kedua, ketiga dan keempat, meliputi diagnosis/masalah
kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan segera yang harus
diidentifikasi menurut kewenangan bidan melalui tindakan mandiri, tindakan
kolaborasi dan tindakan merujuk klien.
1) Diagnosis dan masalah
Langkah ini mengidentifikasi masalah yang ada Keluhan dan masalah.
Masalah yang diidentifikasi dilakukan pencegahan , bidan diharapkan
waspada dan siap dalam menangani masalah atau kemungkinan masalah..
2) Kebutuhan
Masalah yang diidentifikasi dilakukan pencegahan , bidan diharapkan
waspada dan siap dalam menangani masalah atau kemungkinan masalah,
sesuai kebutuhan klien
(Kemenkes RI, 2015:385)
3) Diagnosa dan masalah potensial
Tidak ada
4) Kebutuhan tindakan segera
Tidak ada
d. Penatalaksanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam
pengkajian, meliputi:
1) Jelaskan hasil pemeriksaan
Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti
sangat penting agar calon ayah dan ibu memahami kondisinya dan dapat
mengambil keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi
2) Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikahan, dan
persiapan kehamilan sesuai panduan konseling calon pengantin yang telah
ditentukan oleh Kemenkes (2015)
3) Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan reproduksi dan
prakonsepsi.
4) Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam folat
untuk pranikah. Disarankan mengkonsumsi asam folat minimal 1 bulan
sebelum hamil agar indung telur yang dihasilkan berkualitas. Selain itu
asam folat mampu menurunkan resiko gangguan metabolisme DNA yang
bisa saja terjadi.
(Kemenkes RI, 2015:10-75)
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeny, & Ariestiningsih. (2017). Gizi Konsepsi, Kehamilan dan Menyusui. UBpress.

American Society for Reproductive Medicine. 2012. Age and Fertility. Alabama: American
Society for Reproductive Medicine.
Atika, S. F., Yunus, M., & Primandari, L. A. (2017). Aplikasi Penghitung Masa Subur Wanita
Berbasis Android. Seminar Nasional Sistem Informasi, September, 699–708.
Hadayani, pasar ibu, Rahayu, M. A., & Marlina, R. (2019). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Infertilitas Pada Wanita Di Rumah Sakit Dewi Sri Karawang. Health Science Growth
Journal, 4(2), 62–73.

Halimah, A. N., & Winarni, S. (2018). Paparan Rokok, Status Gizi, Beban Kerja Dan Infeksi
Organ Reproduksi Pada Wanita Dengan Masalah Fertilitas Rsi Sultan Agung Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(5), 202–208.

Harni, A. J., & Anita, A. (2017). Perbedaan Lama Waktu Kembali Hamil pada KB Suntik 1
Bulan dengan KB Suntik 3 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Daya Murni Kabupaten
Tulang Bawang Barat Lampung. Jurnal Kesehatan, 8(3), 429.
https://doi.org/10.26630/jk.v8i3.538

Kemenkes RI. 2013. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes. (2017). Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi Calon
Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Kementrian Kesehatan dan Kementerian Agama.

Kementerian kesehatan Republik Indonesia. (2014). Permenkes RI.No. 97 Tahun 2014


tentang Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa
sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta pelayanan kesehatan
seksual.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Kesehatan Reproduksi dan Seksual


Bagi Calon Pengantin. Keementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Pedoman Pelayanan Kesehatn


masa sebelum hamil.

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil edisi 7. Yogyakarta

Nisa, K. (2018). Pengaruh Konseling Mengenai Gizi Prakonsepsi Terhadap Asupan Protein,
Kalsium, Zat Besi, Asam Folat Dan Status Gizi Pada Wanita Usia Subur Di Desa
Paluh KemirI. Prakonsepsi.

Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kandungan. PT. Bina Pustaka.

Purwandari. (2011). Permulaan Kehidupan Manusia (Perkembangan Pranatal (B. M. K. FIP.


(ed.)). UNY.

Puspita, Y. (2016). Panduan Cepat Mendapatkan Buah Hati. Stiletto Book.

Setiawan. (2017). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online versi 2.0 (B. P. dan P. Bahasa (ed.)).
Kemdikbud.

Simotupang, A. M. (2018). PENGARUH KONSELING GIZI PRAKONSEPSI


TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PRANIKAH DI
KECAMATAN BATANG KUIS.

Sitompul Ewa Molika. (2015). Panduan Pintar Menghitung Masa Subur. Kunci Aksara.

Thaha, A. R. (2017). Peran Kader Posyandu Pada Pelayanan Terpadu Wanita Prakonsepsi Di
Wilayah Puskesmas Pattigalloang. Jurnal Mkmi, 102–109.

Varney, Helen & Marlyn HE, David W, M. L. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi
4 Volume 2. EGC.

Varney, H., & Jan M.K, C. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th ed.). EGC.

Anda mungkin juga menyukai