LP
LP
ASUHAN KEBIDANAN
PRAKONSEPSI DAN PERENCANAAN KEHAMILAN
DI PMB SUPARI,S.TR.KEB
DI SUSUN OLEH
APRIYANTY PUTRI SAFARI (PO71242220122)
KELAS C
DOSEN PEMBIMBING
DEWI NOPISKA LILIS,M.KEB
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya
sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel telur
(ovum) dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah
masa sebelum kehamilan terjadi. Sehingga Masa prakonsepsi merupakan masa
sebelum hamil. Perempuan prakonsepsi diasumsikan sebagai perempuan dewasa atau
perempuan usia subur yang siap menjadi seorang ibu (Nisa, 2018).
Masa prakonsepsi merupakan periode kritis dalam mencapai hidup yang sehat,
terutama bagi pasangan yang akan membangun rumah tangga. Prakonsepsi terdiri atas
dua kata, yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel
ovum dan sel sperma sehingga terjadi pembuahan. Secara harfiah prakonsepsi adalah
periode sebelum terjadinya pembuahan yaitu pertemuan sel sperma dengan ovum.
Periode prakonsepsi memiliki rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum
konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu 100
hari sebelum konsepsi. Status gizi dalam kurun waktu tiga sampai enam bulan pada masa
prakonsepsi merupakan penentu bagi kondisi bayi yang akan dilahirkan. Wanita
prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur (WUS) yang
sudah siap menjadi seorang ibu. Pada masa prakonsepsi kebutuhan gizi pada WUS
tentunya berbeda dengan kelompok remaja, anak-anak maupun lansia. Prasyarat gizi
sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat
(Simotupang, 2018).
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 97 Tahun 2014, adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan pada perempuan saat remaja hingga sebelum hamil dalam rangka menyiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan melahirkan bayi yang sehat.
Kegiatan juga ditujukan pada laki-laki juga dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi
perempuan (Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Pelayanan kesehatan prakonsepsi merupakan strategi kesehatan masyarakat untuk
memperbaiki status kesehatan dan gizi serta menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Hal ini menjadi penting karena status gizi wanita sebelum konsepsi dapat memengaruhi
proses perkembangan kritis pada masa kehamilan dan anak yang dilahirkannya.
Kekurangan gizi pada ibu khususnya zat gizi mikro seperti zat besi, seng, magnesium,
tembaga, asam folat, yodium mengakibatkan keguguran, cacat bawaan, hipertensi
kehamilan, ketuban pecah dini, terlepasnya plasenta, kelahiran prematur, bayi lahir mati,
berat badan lahir rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak,4serta
menyebabkan penyakit seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, dan diabetes mellitus
tipe 2 di usia dewasa (Thaha, 2017).
Mempromosikan kesehatan keluarga prakonsepsi merupakan strategi yang
penting untuk meningkatkan kualitas anak yang akan dilahirkan sekaligus dapat
membantu pada upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi.. Konseling
prakonsepsi adalah komponen penting dalam pelayanan kesehatan pra konsepsi. Melalui
konseling, pemberi pelayanan mendidik dan merekomendasikan strategi-strategi untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan janin.
Program yang dikembangkan pemerintah saat ini sebagian besar dimulai setelah
pasangan tersebut menjalani kehamilan misalnya program nutrisi seribu hari pertama
kehidupan, program P4K (perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi) maupun
program keluarga berencana yang seluruhnya subjek sasarannya pada ibu yang telah
menjalani kehamilan dan program kesehatan ibu anak lainnya. Adapun program
Kesehatan Reproduksi Remaja menjadi salah satu program yang dikembangkan pada
perempuan yang belum hamil. Namun secara analisis sosial dan psikologis terkait
persiapan dan perencanaan kehamilan, sasaran remaja menjadi sulit karena berhadapan
dengan nilai budaya bahwa remaja belum disiapkan mendisikusikan tentang perencanaan
kehamilan. Program pemerintah saat ini yang terkait perencanaan kehamilan baru pada
seputar mencegah kehamilan tidak diinginkan melalui program Keluarga Berencana dan
kelas calon pengantin (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
2. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan prakonsepsi dan perencanaan kehamilan dapat dilakukan
dengan pendekatan asuhan kebidanan?
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan dengan pendekatan asuhan kebidanan.
b. Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian berupa data subyektif yang didapat dari
2) Mampu melakukan pengkajian berupa data obyektif yang didapat dari dari
3) Mampu menegakkan diagnosis berdasarkan data subjektif dan data objektif
dalam assesment
4) Mampu melaksanakan tindakan dan asuhan yang diberikan
4. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Menambah pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori dan evidence based
practice pemberian asuhan kebidanan Pra Konsepsi dan perencanaan kehamilan
TINJAUAN PUSTAKA
1) Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo, 2010). Rentang usia risiko tinggi
adalah <20 tahun dan ≥ 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun
secara fisik dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar
mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan prematur.
Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah. Meskipun pada
umur 40 tahun keatas perempuan masih dapat hamil, namun fertilitas menurun
cepat sesudah usia tersebut. Usia reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia
20 tahunan, selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30 tahun,
terutama setelah usia 35 tahun (American Society for Reproductive Medicine,
2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun secara perlahan-
lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan
perkembangan organ reproduksi, rata-rata umur 12 tahun. Perkembangan organ
reproduksi laki-laki mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan
akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai
puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai
menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena
perubahan bentuk dan faal organ reproduksi . Disarankan pria untuk menikah
pada usia kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas,
konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA telah mengami penurunan
kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan janin.
2) Frekuensi senggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara
spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus (senggama) berlangsung pada
saat ovulasi. Dalam keadaan normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3
hari dalam organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jika
ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung. Sedangkan ovum
seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga bila kiotus
dilakukan-pada waktu tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan. Hal
ini berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan seksual tapi tidak
bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu kali dalam sebulan,
maka tidak akan terjadi pembuahan dan tidak akan terjadi kehamilan pada istri.
3) Lama berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri akan hamil
dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam tiga bulan pertama, 72.1% dalam enam
bulan pertama, 85,4% dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan
pertama. Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan
adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi lama suatu pasangan suami istri berusaha secara
teratur merupakan faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan.
4) Obesitas
Obesitas juga diketahui sebagai salah satu faktor yang berhubungan
dengan infertilitas. Obesitas diketahui menjadi salah satu faktor risiko terjadinya
infertilitas karena obesitas dapat memacu terjadinya resistensi insulin dimana
tubuh tidak mampu mengelola glukosa secara cepat. Resistensi insulin
menyebabkan peningkatan kadar insulin darah (hiperinsulinemia) sehingga
semakin tinggi insulin semakin besar hambatan perkembangan foliker (sel telur)
dalam ovarium.
c. Persiapan kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan yang sehat
diantaranya:
1) Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari pelayanan
kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk mempersiapkan calon ibu dalam
menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi
yang sehat. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas atau rumah sakit.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bagi PUS diberikan kepada PUS laki-laki
maupun perempuan, baik yang belum mempunyai anak maupun yang sudah
memiliki anak dan ingin merencanakan kehamilan selanjutnya. Pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil pada PUS meliputi:
a) Anamneis
(1) Anamnesis Umum
Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara tenaga kesehatan dan
klien untuk memperoleh informasi tentang keluhan, penyakit yang diderita,
riwayat penyakit, faktor resiko pada PUS, status imunisasi tetanus, riwayat
KB, serta riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya.
(2) Deteksi Dini Masalah Kesehatan Jiwa
Deteksi masalah kesehatan jiwa yang relatif murah, mudah, dan efektif untuk
PUS dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh
WHO yaitu Self Reporting Questionnaire (SRQ).
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi status
kesehatan melalui pemeriksaan denyut nadi, frekuensi nafas, tekanan darah, suhu
tubuh, dan pemeriksaan lengkap. Selain itu dilakukan pemeriksaan status gizi
yang meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, LILA, dan tanda anemia.
(1) Pemeriksaan Tanda Vital
Bertujuan untuk mengetahui kelainan suhu tubuh, tekanan darah, kelainan
denyut nadi, serta kelainan paru-paru dan jantung. Pemeriksaan tanda vital
dilakukan melalui pengukuran suhu tubuh ketiak, tekanan darah (systole dan
diastole), denyut nadi per menit, frekuensi nafas per menit, serta auskultasi
jantung dan paru.
PUS/WUS yang mengalami masalah dengan tanda vital dapat
mengindikasikan masalah infeksi, hipertensi, penyakit paru (asma,
tuberculosis), dan jantung yang jika tidak segera diobati beresiko
mengganggu kesehatannya karena malaise (lemah), sakit kepala, sesak nafas,
nafsu makan menurun.
Pada PUS yang sudah mempunyai anak sebelumnya, pemeriksaan lebih
difokuskan pada persiapan fisik untuk kehamilan yang diinginkan. Pada PUS
yang mempunyai masalah terkait infertilitas, pemeriksaan fisik difokuskan
pada organ reproduksi laki-laki dan perempuan. Apabila diperlukan
pemeriksaan fisik lebih lanjut klien dapat dirujuk ke rumah sakit.
(2) Pemeriksaan Status Gizi
Pelayanan gizi bagi PUS/WUS dilakukan melalui pemeriksaan:
(a) Indek Massa Tubuh (IMT)
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT. Indek Massa
Tubuh atau IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap
tinggi badan (TB). IMT perlu diketahui untuk menilai status gizi
PUS/WUS dalam kaitannya dengan persiapan kehamilan. Jika
perempuan dengan status gizi kurang menginginkan kehamilan,
sebaiknya kehamilan ditunda terlebih dahulu untuk dilakukan intervensi
perbaikan gizi sampai status gizinya baik.
Ibu hamil dengan kekurangan gizi memiliki resiko yang dapat
membahayakan ibu dan janin antara lain anemia pada ibu dan janin,
resiko perdarahan saat melahirkan, BBLR, mudah terkena penyakit
infeksi, resiko keguguran, bayi lahir mati, serta cacat bawaan pada janin.
PUS laki-laki juga harus memiliki status gizi yang baik.
(b) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Selain IMT, penapisan status gizi pada perempuan juga dilakukan
dengan pengukuran menggunakan pita LILA untuk mengetahui adanya
resiko KEK pada WUS. Ambang batas LILA pada WUS dengan resiko
KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran kurang dari
23,5 cm atau dibagian merah pita LILA artinya perempuan tersebut
mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi
lahir rendah.
(3) Pemeriksaan Fisik Lengkap
Pemeriksaan fisik pada PUS dilakukan untuk mengetahui status
kesehatan PUS. Pemeiksaan ini dilakukan secara lengkap sesuai indikasi
medis. Dari pemeriksaan ini diharapkan tenaga kesehatan mampu mendeteksi
adanya gangguan kesehatan pada PUS, misalnya gangguan jantung atau paru,
tanda anemia, hepatitis, IMS, dan lain-lain.
2) Darah Pemeriksaan
a) Pemeriksaan hemoglobin (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin sangat penting dilakukan dalam menegakkan
diagnosa dari suatu penyakit, sebab jumlah kadar hemoglobin dalam sel darah
akan menetukan kemampuan darah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru
keseluruh tubuh. Disebut anemia bila kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah
kurang dari normal. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan melalui sampel darah
yang diambil dari darah tepi.
Tidak Anemia
Populasi RinganSedang Berat
anemia
Wus tidak hamil 12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
Ibu hamil 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Laki-laki > 15 13 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0
Sumber:pedoman penatalaksanaan pemberian tablet tambah darah
g) Pesan Utama
Catin dan PUS perlu mengetahui cara menjaga organ reproduksinya sehingga
dapat melakukan fungsi reproduksi secara bertanggung jawab.
2) Kehamilan dan perencanaan kehamilan
a) Kehamilan
(1) Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki janin yang
sedang tumbuh didalam tubuhnya setiap kehamilan harus direncanakan,
diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan baik.
(2) Catin perlu mengetahui tanda-tanda kehamilan agar mempunyai pemahaman
dan kepedulian bila kelak hamil, mempersiapkan diri untuk hamil dan bersalin
secara sehat dan aman.
(3) Perlu diperhatikan bila seseorang perempuan sedang hamil.
(a) Ibu hamil tetap dapat melakukan aktifitas rutin dengan menjaga
kesehatan dan istirahat yang cukup
(b) Tidak boleh mengkonsumsi obat-obatan diluar anjuran dokter.
(c) Boleh melakukan hubungan seksual dan tetap memperhatikan kondisi
kesehatan ibu dan janin.
b) Perencanaan kehamilan
(1) Perencanaan kehamilan adalah pengaturan kapan usia ideal dan sat yang tepat
untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak
(2) Perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah :
(a) Terlalu muda <20 tahun
(b) Terlalu Tua > 35 Tahun
(c) Terlalu dekat jarak kehamilan (<2 Tahun)
(d) Terlalu sering hamil > 3 anak
Bila terjadi kehamilan dengan 4 kategori di atas akan berdampak tidak baik
untuk kesehatan ibu dan anak. Kehamilan perlu direncanakan karena tiap catin
diharapkan memiliki kesehatan yang baik dan terhindar dari penyakit.
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan membuat lebih
nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar dikontrol agar dapat aman
selama kehamilan, terutama disarankan untuk wanita yang mengalami kelebihan berat
badan serius, tetapi harus disertai dengan selalu berkonsultasi dengan dokter dan atas
rekomendasi ahli gizi. Berat badan kurang dapat mengganggu kesuburan karena
kekurangan jumlah lemak yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan berat badan
dapat mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur. Selain itu, kelebihan berat
badan berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi, seperti tekanan darah tinggi
dan diabetes selama kehamilan.
g) Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala kekurangan
selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi seksual dan ketidaksuburan.
Sumber selenium antara lain adalah beras, bawang putih, kuning telur, seafood,
jamur, dan semangka.
h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng dengan
minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di dalam minyak zaitun
bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh, serta level kolestrol sehingga
menyeimbangkan endokrin yang sehat.
i) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang dapat
memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan. Rekomendasi dari pakar
kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat dilakukan dengan batas
mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat dibatasi sampai
kehamilan.
j) Hindari konsumsi
(1) Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab toksoplasma,
parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli yang berbahaya bagi
kehamilan dan janin.
(2) Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang baik, dapat
mengandung virus penyebab toksoplasma.
(3) Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada bakteri
salmonella penyebab diare berat.
(4) Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di darah akan
memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan tuna kalengan, tuna
beku, kakap putih, bawal hitam, marlin, tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3
dan 6, ikan dari sebagian perairan Indonesia diduga tercemar merkuri melalui
penurunan kualitas air maupun rantai makanan.
7) Persiapan secara psikologis dan mental
Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan memikirkan tujuan
memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan bagaimana mencapai tujuan ini. Hal ini
disebut dengan rencana hidup reproduktif. Misalnya bila Ibu berpikir ingin menunda
kehamilan, pilihlah kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Jika Ibu
berpikir untuk hamil, sangatlah penting untuk mengambil langkah-langkah agar Ibu
dapat hamil sehat dan melahirkan bayi yang sehat pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang berhubungan
dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan, menjelang persalinan, pasca
persalinan dan juga perawatan bayi dari berbagai sumber yang terpercaya.
Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan ketegangan, hindari hal –
hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam keseimbangan hormonal. Stres dapat
merusak siklus bulanan, dan mencegah proses ovulasi. Sebuah studi membuktikan,
wanita dengan tingkat stres tinggi umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika calon
ibu mulai belajar mengatasi stres sehingga tidak mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Sebaiknya ibu mulai mempersiapkan mental dalam menghadapi perubahan yang akan
terjadi pada saat kehamilan. Ibu harus mendapat dukungan selama kehamilan dari
orang terdekat seperti suami dan keluarga sehingga semakin siapuntuk menjadi ibu
baru.
8) Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan pemeliharaan
kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan persalinan penting dilakukan
karena timbulnya ketegangan psikis serta tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang
baik pada saat kehamilan sebagian besar disebabkan karena ketidaksiapan pasangan
dalam hal financial/keuangan. Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan
termasuk biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan isteri
karena biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan berumah tangga.
Adapun biaya yang perlu diperhatikan guna persiapan kehamilan ini, diantaranya
mencakup biaya kesehatan (biaya konsultasi, pemeriksaan, obat dan melahirkan),
biaya-biaya pasca melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll)
dan persiapkan pula biaya untuk hal-hal yang tak terduga.
9) Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan
dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengenai kesehatan reproduksi ibu dan
pasangan. Dokter/bidan akan memberikan saran mengenai masalah yang dikeluhkan.
Konsultasikan pada dokter mengenai riwayat kesehatan keluarga yang perlu
mendapat perhatian.
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), maka ibu
disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang tidak diselesaikan dengan baik dapat
menyebabkan cedera hingga kematian, termasuk selama kehamilan (BKKBN, 2014).
2) Antropometri
a) Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi
mengalami amenore dan berat badannya dibawah normal, ia harus
diindikasikan untuk meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia
mengalami obesitas, ia harus dianjurkan untuk mengurangi asupan
kalori supaya berat badannya turun sampai rentang normal pada saat
konsepsi, karena obesitas dalam masa kehamilan meningkatkan resiko
preeklampsia dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga harus
dianjurkan untuk meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per
hari (Kemenkes RI, 2015)
b) Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki TB
<145cm (low high) akan meningkatkan resiko panggul sempit (Laming,
dkk, 2013).
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks Massa
Tubuh (IMT) dengan rumus :
Berat Badan
Indeks Massa Tubuh =
Tinggi Badan2
Dengan klasifikasi :
Kategori IMT
(kg/m2)
Kekurangan berat < 17,0
badan tingkat berat
Kurus
Kekurangan berat 17,0 – 18,4
badan tingkat ringan
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan 25,1 – 27,0
tingkat ringan
Gemuk
Kelebihan berat badan > 27,0
tingkat berat
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas ekstrem
> 40
(kelas 3)
(sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2007)
Pada penelitian didapatkan hasil, wanita infertil dengan IMT berisiko
lebih tinggi daripada yang tidak berisiko yaitu sebesar 58,8% (Hadayani
et al., 2019).
c) Lingkar lengan atas (LiLA)
Normal status gizi ibu 28,5 cm. Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm.
Jika < 23,5 cm merupakan indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko
untuk melahirkan BBLR. (Marmi ,2012 : 130).
3) Pemeriksaan fisik
a) Wajah
Apakah ada oedema atau tidak, cyanosis atau tidak. . (Marmi ,2012 :
130).
b) Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya infeksi
pada klien. Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui adanya
kelainan jantung, dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit
Graves dan mencegah tirotoksikosis. (Marmi ,2012 : 130).
c) Payudara
Tidak terdapat benjolan/ masa yang abnormal. Simetris. (Marmi, 2012 :
130).
d) Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri, tekan,
tidak ada bekas luka atau bekas operasi, striae. (Marmi ,2012 : 131).
e) Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet,
kutil seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat
tanda-tanda keputihan patologis. (Marmi ,2012 : 131).
f) Ekstremtas
Tidak ada odema, akral hangat, pergerakan bebas (Sugiarto, dkk, 2017).
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Albumin
Untuk menyingkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan
pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
b) Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan diabetes
melitus).
c) Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan
terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
d) Golongan darah dan rhesus
e) HbsAg
f) HIV/AIDS
g) IMS (Sifilis)
h) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan
gigi, tes sperma, tes tuberculosis.
(Kemenkes RI, 2015:8)
Anggraeny, & Ariestiningsih. (2017). Gizi Konsepsi, Kehamilan dan Menyusui. UBpress.
American Society for Reproductive Medicine. 2012. Age and Fertility. Alabama: American
Society for Reproductive Medicine.
Atika, S. F., Yunus, M., & Primandari, L. A. (2017). Aplikasi Penghitung Masa Subur Wanita
Berbasis Android. Seminar Nasional Sistem Informasi, September, 699–708.
Hadayani, pasar ibu, Rahayu, M. A., & Marlina, R. (2019). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Infertilitas Pada Wanita Di Rumah Sakit Dewi Sri Karawang. Health Science Growth
Journal, 4(2), 62–73.
Halimah, A. N., & Winarni, S. (2018). Paparan Rokok, Status Gizi, Beban Kerja Dan Infeksi
Organ Reproduksi Pada Wanita Dengan Masalah Fertilitas Rsi Sultan Agung Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(5), 202–208.
Harni, A. J., & Anita, A. (2017). Perbedaan Lama Waktu Kembali Hamil pada KB Suntik 1
Bulan dengan KB Suntik 3 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Daya Murni Kabupaten
Tulang Bawang Barat Lampung. Jurnal Kesehatan, 8(3), 429.
https://doi.org/10.26630/jk.v8i3.538
Kemenkes RI. 2013. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes. (2017). Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi Calon
Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Kementrian Kesehatan dan Kementerian Agama.
Nisa, K. (2018). Pengaruh Konseling Mengenai Gizi Prakonsepsi Terhadap Asupan Protein,
Kalsium, Zat Besi, Asam Folat Dan Status Gizi Pada Wanita Usia Subur Di Desa
Paluh KemirI. Prakonsepsi.
Setiawan. (2017). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online versi 2.0 (B. P. dan P. Bahasa (ed.)).
Kemdikbud.
Sitompul Ewa Molika. (2015). Panduan Pintar Menghitung Masa Subur. Kunci Aksara.
Thaha, A. R. (2017). Peran Kader Posyandu Pada Pelayanan Terpadu Wanita Prakonsepsi Di
Wilayah Puskesmas Pattigalloang. Jurnal Mkmi, 102–109.
Varney, Helen & Marlyn HE, David W, M. L. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi
4 Volume 2. EGC.
Varney, H., & Jan M.K, C. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th ed.). EGC.