Jum’at 24 februari saya dengan rekan-rekan saya angkatan 22
mengikuti kegiatan live-in di desa kenalan kami berangkat dari asrama pukul 08.00 WIB menuju desa wekas tempat dimana kami harus turun dari bis dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki kurang lebih 6km menuju desa kenalan. saya adalah salah satu orang yang sangat menunggu momen ini karena saya sudah membayangkan bagaimana suasana desa kenalan. perjalanan kami cukup melelahkan karena jalan yang menanjak namun beruntungnya jalan sudah di cor dan tidak selicin yang saya bayangkan, saya dan rekan-rekan masih bisa berjalan tanpa kendala hanya rasa lelah yang cukup berat karena berjalan kaki sejauh ini bukan suatu hal yang sering dilakukan. Namun dibalik jalan yang menanjak dan rasa lelah yang saya rasakan semangat saya terdorong oleh apa yang saya lihat di sekitar saya pemandan alam yang cukup memanjakan mata, pepohonan, sayur-sayuran juga udara yang segar membuat saya semakin penasaran akan desa kenalan. sesampai didesa kenalan tepat dengan apa yang saya pikirkan di hari sebelumnya mulai dari udara yang sangat dingin walaupun disiang hari air yang sama seperti air es, pemandangan di ketinggian yang menakjubkan, gunung yang mengelilingi desa kenalan, berbagai macam sayuran segar dan orang-orang disana yang sangat ramah, rasa lelah saya selama berjalan kaki mulai terlupakan. Selama 3 hari didesa kenalan kami akan tinggal bersama jema’at GkJ Kenalan, saya dan ika tinggal di keluarga pak wahno. awal pertemuan kami dengan beliau dan keluarga disambut dengan hangat, diawal pertemuan beliau memperlakukan saya dan ika layaknya tamu dengan suguhan cemilan yang sudah tersedia beserta teh hangat dan makan siang juga kamar yang akan menjadi tempat tidur sudah tertata sangat rapih dan lengkap juga siap sedia air hangat untuk mandi hasil dari tungku kayu bakar dan itu sangat berkesan untuk saya secara pribadi. Namun lewat obrolan sharing mengenai keluarga pak wahno dan kami dari situlah mulai mengenal mereka dan mereka pun demikin mulai mengenal kami, hal itu membuat suasana berbeda terasa lebih dekat dan merasa nyaman ada dintara mereka, kami juga meminta kepada keluarga pak wahno untuk memperlakukan kami tidak layaknya tamu dengan menyiapkan segala sesuatu harus sebaik mungkin, makanan yang enak dan semua di sediakan tuan rumah. Namun kami ingin kluarga pak wahno bisa menganggap kami juga layaknya bagian dari keluarga mereka karena itu juga menjadi kerinduan kami apabila mereka juga bersedia bisa memberikan seadanya dan biasa saja seperti kebiasaan mereka sehari-hari, kami juga mengutarakan maksud kami bisa berada di sini. Saya merasakan keharmonisan dikeluarga ini, diawal pertemuan saya merasa seperti tamu namun setelah kami mulai berdialog bersama dan melakukan aktivitas bersama saya merasa mereka menyepakati akan hal itu dan kami bisa merasakan menjadi bagian dalam keluarga pak wahno. Setelah haro pertama dan kedua saya dan ika melakukan aktivitas di rumah. Ika membantu ibu didapur saya membersihkan ruamah dan halaman setelah itu kami sarapan dan minum teh yang sudah tersedia di termos panas. Setelah itu kami melihat ibu dan bapak bersiap-siap untuk pergi ke ladang awalnya kami tidak diperbolehkan tapi kami memaksa karna ini tugas kami juga melakukan aktivitas yang menjadi rutinitas dan sumber hidup keluarga pak wahno yaitu berkebun, salah satu yang berkesan adalah berkebuh. Jarak dari rumah pak wanho dan kebuh terbilang jauh kami harus melewati jalan yang menanjak, sampai dikebun kami melakukan kegiatan matun atau membersihkan rumput dan sayuran yang sudah tidak layak lagi, semua di bersihkan untuk di tanaman kembali sayuran yang baru, ini bukan hal yang baru bagi saya karena orang tua saya juga hanya seorang petani, namun tetap ada rasa bedanya sangat menyenangkan karena melihat tanaman disekitar juga pemandangan dari ketinggian yang menyegarkan mata dan jiwa juga udara yang sangat dingin menjadi kesan tersendiri. Hal berkesan saya rasakan ketika duduk berjemur dengan mbah tumi orang tua dari pak wahno yang sangat mengasihi kami berusaha memberikan perhatian layaknya mbah saya dirumah. Selain itu hal yang berkesan lainnya ketika bapak dari salah satu teman kami wisnu mengajak saya dan sebagian dari teman-teman kegereja untuk melihat seperti apa pipa orgen bahkan kami juga diijinkan memainkannya saat itu saya merasa takjub dan menjadi pengalaman pertama yang tidak akan pernah dilupakan. Dalam 3 hari ini saya menemukan banyak hal yang menjadi pelajaran berharga bagi hidup saya secara pribadi, saya banyak belajar dari keluarga pak wahno beserta jema’at, mengenai kesederhanaan dan belajar bagaimana memperlakukan orang lain, berusaha memberikan perakuan tulus dan sikap positif kepada orang lain yang belum mengenal sekalipun. Dengan kesederhaan orang-orang masih bisa merasakan kesejahteraan, keharmonisan juga kebahagiaan itu semua tentang bagaimana kita menikmati dan mensyukurinya.