Tulis Tulisan
Tulis Tulisan
Mengingatnya aku selalu ingin tertawa, tak perlu waktu lama cukup satu purnama
Melawan ragu yang pada akhirnya membawa aku dan kamu bertemu siang itu
Mungkinkah ini benar-benar ketidaksengajaan semata atau justru takdir yang bekerja?
Saat dering telepon pertama itu kuterima helaan nafas berulang kali kulakukan
Lucu, mengapa tiba-tiba menjadi gugup? sedang tanpa tatap hanya deru suara kudengar
Si nona tegas dengan si tuan supel, “yes man” yang kau sebut itu
Raguku sebab takut tak mampu menghargaimu bila menjadi masa depan
Namun aku lupa kita bukan sepasang kutub magnet, namun insan manusia yang berbeda
Tak mesti sama untuk bersama sebab berbeda bisa saling menyempurnakan
Senyum Malu-ku terbit tak berani kutatap matamu secara langsung meski hitungan detik
Kupikir kamu tak se-sensitif dan tak setakut itu untuk mengambil keputusan
Atau sosok yang menghindar saat kerikil itu muncul bukan mengambil lalu menepikannya
Percakapan diatas rooftop dengan semilir tiupan angin dingin yang sesekali mengganggu
Terima kasih telah bercerita jika kamu telah mengatakan siapa aku kepada cinta pertamamu
Raguku berkurang….
Terima kasih sejauh ini untuk tidak mengumbara kalimat manis tak bertanggungjawab
-LS-