Fiersa Besari atau yang akrab disapa `Bung` ini adalah penulis dan musisi asal Indonesia. Hal ini
disebabkan karena ia merasa tidak nyaman dengan pekerjaan yang dilakukan dan akhirnya beralih ke dunia
musik dan Sastra Indonesia. Di tahun 2009, Fiersa mulai membuat karya-karyanya berupa lagu dan album
dan di tahun 2011 ia pun merilis sebuah album yang berjudul “11:11”. Selain bermusik, dan kecintaannya
pada Sastra Indonesia Fiersa pun aktif menjadi seorang penulis terhitung sejak tahun 2016 hingga 2018
sudah 5 buku yang diterbitkan.
Jatuh cinta pada seseorang yang disuka akan membuat kita bahagia, seperti waktu hanya milik berdua dan
menghabiskan masa-masa bahagia bersamanya. Setiap orang yang sedang jatuh cinta pasti akan berusaha
semaksimal mungkin untuk mendapatkan hati seseorang yang dicintainya. Hal seperti itu, terkadang
dirasakan oleh banyak orang ketika sedang jatuh cinta atau mungkin kita pernah menjadi salah satu orang
yang pernah merasakan jatuh cinta yang harus berakhir dengan harapan yang pupus. Dalam percintaan,
cinta yang pupus sudah menjadi bagian didalamnya, sehingga ketika jatuh cinta seharusnya kamu sudah siap
kalau akan terjadi hal seperti itu. Dalam kesempatan kali ini, kita akan meresensi buku Garis Waktu karya
Fiersa Besari atau lebih akrab dengan panggilan Bung Fiersa.
Novel dengan judul Garis Waktu berupa kumpulan dari setiap pemikiran sekaligus perasaaan Fiersa
Besari yang dikemas dalam bentuk cerita. Novel ini seperti berisi tentang cerita cinta yang harus
berakhir dengan luka yang cukup dalam, sehingga harus mencari tahu cara agar luka itu dapat hilang.
Mengenai garis waktu
Dengan menulis, kita sedang mewariskan pandangan di hari ini untuk mereka yang hidup di masa depan.
Karena ia mampu mereprestasikan titik-titik peristiwa penting sang `aku` dengan `kamu`/ mulai dari
perkenalan, kasmaran, patah hati hingga pengikhlasan, yang tersusun secara kronologis berdasarkan bulan
dan tahun. Disaat yang sama `garis waktu` mewakili proses menulis di dunia maya selama bertahun-tahun
sampai akhirnya membuahkan buku.
Dimensi tentangmu pada sebuah garis waktu
Pernahkah kau berada di titik dimana hidupmu begitu teratur, melakukan segala hal yang kau mampu untuk
menjadi seragam, berharap semua akan baik-baik adanya, namun tetap merasa ada yang hilang? Ijinkanlah aku
mengabadikan perjalanan kita, agar aku tidak lupa bahwa suatu ketika diantara perjumpaan dan selamat
tinggal, malam pernah dipenuhi senyum, senja pernah menjadi bait puisi, hujan pernah menghantarkan
kerinduan, dan tangan kita pernah saling bergandengan. Diantara perjumpaan dan selamat tinggal, kita pernah
sekuat tenaga berjuang menyatukan perbedaan, meski diakhiri dengan kerelaan untuk menyerah. Di antara
perjumpaan dan selamat tinggal, kau dan aku pernah menjadi kita.
“Pada akhirnya,
jemari yang menemukan genggaman yang tepat,
kepala akan menemukan bahu yang tepat,
hati akan menemukan rumah yang tepat.”
Bagian 8- Penantian
Oktober, tahun pertama
Aku rindu sosokmu yang memberitahuku bahwa cinta terpendam adalah bahasa keheningan dengan hati
yang saling menggenggam. Lambat laun kusadari, beberapa rindu memang harus sembunyi-sembunyi.
Beberapa rasa memang harus dibiarkan menjadi rahasia.