Anda di halaman 1dari 12

REVIEW MATERI

Uncertainty Reduction Theory

Oleh Kelompok 7:

Afif NPM 2206017260

Atika Silvia NPM 2206017336

Ratu Suud Hanum NPM 2206017885

Pascasarjana Manajemen Komunikasi

Universitas Indonesia

2022

1. PENGEMBANGAN TEORI
Uncertainty Reduction Theory (URT) adalah teori komunikasi yang mencoba
menjelaskan dan memprediksi kapan, mengapa, dan bagaimana orang menggunakan
komunikasi untuk mengurangi ketidakpastian yang dialami ketika berinteraksi dengan orang
lain. (Dainton & Zelley, 2019) Teori ini dikemukakan oleh Chuck Berger dan Richard
Calabrese (1975) dalam jurnal mereka "Some Explorations in Initial Interaction and Beyond:
Toward a Developmental Theory of Interpersonal Communication." Teori ini menjelaskan
bahwa ketika antar individu bertemu, perhatian utama mereka adalah mengurangi
ketidakpastian tentang satu sama lain dan hubungan mereka. Ketidakpastian dikaitkan dengan
pencarian informasi dan timbal balik.
Menurut Berger dan Calabrese (1975), keinginan kita untuk mengurangi
ketidakpastian tentang kenalan baru didorong oleh salah satu dari tiga kondisi sebelumnya:
1. Antisipasi interaksi di masa depan: Kita tahu kita akan melihat orang tersebut kembali.
2. Nilai insentif: Orang tersebut memiliki sesuatu yang kita inginkan.
3. Penyimpangan: Orang tersebut bertindak aneh.
Berger berfokus pada prediktabilitas, yang ia lihat sebagai kebalikan dari
ketidakpastian. Dengan demikian, teori URT menekankan bagaimana komunikasi manusia
digunakan untuk mendapatkan pengetahuan dan menciptakan pemahaman. (Griffin, 2019)
Lebih lanjut, Berger dan Bradac (1982) mencatat bahwa setidaknya ada dua jenis
ketidakpastian:
Ketidakpastian Perilaku (Behavioural Uncertainty)
Ketidakpastian ini menjelaskan tentang kegelisahan kita mengenai tindakan apa yang
tepat dalam situasi tertentu. Dainton dan Zelley (2019) memberi contoh untuk ketidakpastian
perilaku saat seseorang bekerja di perusahaan baru. Sering kali ada beberapa ambiguitas
tentang jam yang "diperlukan." Apakah karyawan di posisi saya segera mulai pukul 09.00
dan berangkat tepat pukul 17.00? Atau apakah orang tersebut diharapkan datang lebih awal
dan begadang?
Ketidakpastian Kognitif (Cognitive Uncertainty)
Ketidakpastian ini menekankan keraguan dalam kemampuan Anda untuk
menunjukkan dengan tepat sikap dan keyakinan orang lain (Dainton & Zelley, 2019). Secara
lebih lanjut Dainton & Zelley (2019) memberi contoh mengenai ketidakpastian kognitif ini
pada situasi jika seseorang menerima komentar yang ambigu. Misalnya, ketika seorang
kolega berkomentar tentang betapa "nyamannya" penampilan kita pada hari Jumat yang
santai, kita mungkin bertanya-tanya, apakah ini pujian? Atau apakah pernyataan itu
merupakan petunjuk halus bahwa kita mungkin berpakaian dengan cara yang terlalu santai
untuk kantor?
Griffin (2019) menjabarkan 8 aksioma yang dikemukakan oleh Berger dalam teori URT:

2. PERSPEKTIF
Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949) mengatakan dalam teori informasinya
bahwa ketidakpastian ada ketika jumlah alternatif yang mungkin dalam sebuah situasi tinggi
dan kemungkinan terjadinya alternatif-alternatif itu relatif setara. Sebaliknya, ketidakpastian
menurun ketika alternatif-alternatif yang ada terbatas jumlahnya dan/atau terdapat sebuah
alternatif yang biasanya dipilih.
Seiring berjalannya waktu ketidakpastian menjadi sebuah teori sendiri yang juga disebut
dengan teori interaksi awal (initial interaction teori) teori pengurangan ketidakpastian
(Uncertainty Reduction Theory-URT) dicetuskan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese
pada tahun 1975 dan perluasan Gudykunst atas karya Berger disebut pengelolaan
ketidakpastian dan kecemasan (Anxiety uncertainty management-AUM ).
Berger & Calabrese (1975), “Ketika orang tidak mampu untuk memahami
lingkungannya, mereka biasanya menjadi cemas”. Teori pengurangan ketidakpastian
berpendapat gerakan dinamis hubungan interpersonal di tahap awal mereka. Teori ini telah
digambarkan sebagai contoh teori asli di bidang komunikasi (Miller, 1981) karena
menggunakan konsep ( seperti mencari informasi, membuka diri ) yang secara khusus relevan
dengan belajar perilaku komunikasi. Teori pengurangan ketidakpastian berusaha
menempatkan komunikasi sebagai batu penjuru perilaku manusia.

3. PENDEKATAN SCIENTIFIC-HUMANISTIC-SOCIAL SCIENCES


Menurut Littlejohn dalam bukunya yang berjudul Theories of Human
Communication, secara umum dunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek
pokok pengamatannya dapat dibagi dalam 3 (tiga) aliran pendekatan yakni pendekatan
scientific (ilmiah–empiris), pendekatan humanistic (humaniora–interpretatif), serta
pendekatan social sciences (ilmu-ilmu sosial).
1. Pendekatan scientific (ilmiah-empiris), yaitu Pendekatan yang dikenal sebagai
objective, diasosiasikan melalui sebab akibat, kesederhanaan menjadi kunci daya
tarik, menggunakan penelitian kuantitatif maupun kualitatif.
2. Pendekatan Humaniora Interpretatif, yaitu Pendekatan yang sering digunakan
dalam aliran Humanistic yaitu “partisi observasi”. Pendekatan ini bersifat
subjektif-interpretatif, dengan tujuan teori memahami dengan fokus penelitian
mengkaji persoalan yang menyangkut kesenian, budaya, sejarah, dan pengalaman
pribadi.
3. Pendekatan social sciences (ilmu-ilmu sosial), yaitu pendekatan yang
menggabungkan pendekatan Scientific dan Humanistic. Bersama memahami dan
memprediksi kehidupan manusia menggunakan metode penelitian eksperimen,
survey kuantitatif dan analisis tekstual.
Uncertainty Reduction Theory berusaha untuk memahami bagaimana fungsi
komunikasi antara orang-orang sebelum komunikasi terjadi menggunakan aksioma-aksioma
yang dituliskan oleh Berger dan Calabrese. Uncertainty Reduction Theory menjelaskan
gagasan bahwa orang perlu mengurangi ketidakpastian tentang seseorang dengan
memperoleh informasi tentang mereka. Seringkali, dengan orang baru dan saling tidak
mengenal, ada tingkat ketidakpastian tertentu, dan manusia secara alami tidak nyaman
dengan ketidakpastian, sehingga ada upaya untuk menghilangkannya dengan mencari
informasi tentang orang yang tidak dikenal.
Dari pendekatan tersebut dapat dilihat bahwa Uncertainty Reduction Theory dapat
mengambil peran menggunakan Pendekatan social sciences. Pendekatan ini berfokus dalam
memahami dan memprediksi kehidupan manusia menggunakan metode penelitian
eksperimen, survey. Teori ini berusaha memahami interaksi awal pada orang asing, yang saat
bertemu, kekhawatiran dan motivasi utama mereka adalah mencari informasi atau
pengetahuan lebih tentang orang lainnya, sehingga menciptakan hubungan yang lebih bisa
diprediksi dan terkontrol.

4. PENDEKATAN KUALITATIF-KUANTITATIF-MIX METHOD


Teori ini bergantung pada logika deduktif untuk menggambarkan aksioma dan
teorema tentang bagaimana orang berkomunikasi selama fase komunikasi masuk ke
interpersonal episode (Berger & Calabrese, 1975). Aksioma adalah kausal hubungan yang
dianggap benar; teorema adalah prediksi yang menentukan ko-variasi antara dua variabel.
Uncertainty Reduction Theory memajukan tujuh aksioma yang menggambarkan hubungan
antara ketidakpastian dan komunikasi.
Secara umum, Uncertainty Reduction Theory telah diuji dalam berbagai konteks, dan
memberikan wawasan dan prediksi yang berharga tentang hubungan interpersonal. Setelah
hampir enam dekade, meskipun terjadi pergeseran budaya, Uncertainty Reduction Theory
masih banyak digunakan di bidang komunikasi. Namun, analisis-analisis yang dilakukan
terhadap pengujian teori mengungkapkan kelemahannya. Khususnya, URT dihasilkan dalam
kerangka Eurosentris, dan itu memperkuat praktik budaya dominan. Penerapan teori sebagian
besar kuantitatif, dan pengujian skala besar lintas konteks berada di luar konteks teoritis
dimana Uncertainty Reduction Theory awalnya diusulkan, yang menciptakan generalisasi dan
stereotip. Uncertainty Reduction Theory banyak digunakan dalam riset kuantitatif karena
teori ini masuk kedalam pendekatan objektif, sehingga penggunaan survei dan pendekatan
kuantitatif dapat mendukung penggunaan aksioma yang ada dan dapat memperluas lingkup
teori untuk melihat perkembangan dari hubungan manusia yang terbentuk.

5. POSITION OF RESEARCHER
Dalam melakukan penelitian, terdapat 2 proses yang dapat dilakukan untuk menguji
hipotesis, yaitu dengan menganalisis data berdasarkan tes yang diverifikasi. Sedangkan cara
lain adalah dengan menggunakan laporan subjektif dari individu untuk memahami sesuatu,
dan peneliti harus masuk ke dalam peristiwa yang diinvestigasi. Burrell dan Morgan
(LittleJohn, 2017: 27) mengkategorikan hal ini dalam kuadran subjektif dan objektif. Dimensi
objektif berarti berupaya untuk mengaplikasi model dan metode dari ilmu alam untuk
mempelajari hubungan manusia sebagaimana adanya. Sementara, untuk subjektif melihat
bahwa hubungan manusia tidak dapat dipahami dengan model dan metode ilmu alam.
Subjektif lebih melihat cara personal dalam melihat dunia.
Berdasarkan makna pemosisian peneliti dari Burrell dan Morgan, maka Uncertainty
Reduction Theory masuk ke dalam sisi objektif. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
Charles Berger ini, ketidakpastian dalam mengenal orang lain dapat diukur oleh beberapa
faktor ataupun aksioma. Berger berfokus pada prediktabilitas yang ia lihat sebagai kebalikan
dari ketidakpastian. Ia menyatakan bahwa kemampuan seseorang untuk memprediksi
alternatif yang akan terjadi semakin berkurang, maka ketidakpastian akan meningkat. Dalam
melihat dan mengukur faktor yang membuat sebuah ketidakpastian atau keraguan itu bisa
berkurang dalam proses membangun relasi, maka peneliti harus melihat dari sisi objektif atau
apa adanya dan tidak harus masuk secara personal.
Teori Uncertainty Reduction dari Berger ditandai dan dapat diukur dengan 8 aksioma
dan dilihat hubungan antar aksioma melalui 28 teorema (Griffin, et al., 2019: 109). Melalui
pengukuran dari aksioma ini, tingkat ketidakpastian atau uncertainty dalam hubungan
manusia dapat dilihat berdasarkan penambahan atau pengukuran suatu aksioma. Teori ini
juga termasuk dalam sisi objektif karena bergantung pada logika deduktif untuk
menggambarkan bagaimana orang-orang berkomunikasi di fase awal komunikasi
interpersonal. (Berger & Calabrese, 1975; Berger & Gudykunst, 1991).
Teori UR dari Berger ini merupakan prototipe awal dari bagaimana sebuah teori
objektif yang seharusnya (Griffin, et al. 2019:114). Teori ini membuat prediksi spesifik yang
membuat manusia dapat mengurangi ketidakpastian interpersonal. Posisi peneliti dalam
melakukan penelitian menggunakan teori Uncertainty Reduction seharusnya memandang dan
melihat hubungan interpersonal sebagai apa adanya untuk melihat apakah aksioma yang
berpengaruh itu terjadi secara natural dan tidak melalui intervensi subjektif.

6. COMMUNICATION TIER
John Powers (1995) seperti dikutip dalam buku Littlejohn (2017: 35-40) menjelaskan
mengenai empat tiers komunikasi. Dalam kaitannya dengan teori Uncertainty Reduction
Theory yang berfokus pada interaksi antara dua orang asing saat melakukan komunikasi pada
pertama digambarkan pada tier ke-2 theory and research: individual, social and cultural
aspect of message activity seperti yang dijelaskan dalam jurnalnya yang berjudul On the
intellectual structure of the human communication discipline (1995: 191-222).
Powers menjelaskan bahwa tier ke-2 komunikasi adalah aktivitas yang ditampilkan
seseorang dengan tujuan untuk mencapai goals tertentu dalam situasi sosial dan kultural yang
spesifik. Pada tier ini fokus berada pada komunikator dalam kaitannya dengan struktur pesan
dan artinya. Communicator-centered tier ini terdistribusi pada tiga rangkaian masalah yang
luas namun relatif paralel:

a. Sifat komunikator sebagai individu (baik sebagai pengirim pesan maupun


penerima pesan)
b. Sifat sosial/hubungan interaksional yang diciptakan, dipertahankan, dan terkadang
dirusak melalui pertukaran pesan yang saling menguntungkan di antara
komunikator)
c. Peran yang dimainkan komunikasi dalam pembentukan komunitas kultural dan
mentransmisikan nilai-nilai dan kepercayaannya dari generasi ke generasi.

Dalam setiap kasus, pertanyaan tier-2 mengasumsikan bahwa beberapa pendekatan


pada konsep tier-1 telah dipilih. Pada tier-2, pendekatan communicator-centered pada
individu, hubungan sosial, dan budaya selalu didasarkan pada konsep pesan.

Dalam kaitan antara pesan dengan interaksi sosial, atau yang disebut Powers dalam
kategori tier-2b (messages in relation to social interaction), tujuan utamanya adalah pada
aspek komunikasi manusia yang hanya dapat dijelaskan oleh interaksi antar individu, dimana
hal-hal yang dijelaskan adalah: (1) struktur peristiwa interaksi makro dan mikro, (2) mutual
effect dari perilaku masing-masing komunikator individu pada orang lain, (3) hubungan sosial
yang muncul melalui proses komunikasi, (4) tujuan sosial, dan (5) situasi sosial) yang
tergambar pada model berikut:
URT Bergers (1995, 1997) sendiri berkaitan dengan pesan yang berbasis rencana, seperti
yang dijabarkan dalam tujuh aksioma URT. URT memfokuskan pada kapan dan mengapa
individu menggunakan komunikasi untuk mengurangi ketidakpastian tentang orang lain, di
mana ketidakpastian diprediksi akan berkurang ketika kedekatan nonverbal, pesan verbal,
pengungkapan diri, kesamaan, dan jaringan sosial meningkat, Dainton & Zelley (2019: 76-
78).

7. TRADISI
Pada teori ini, kita banyak melibatkan komunikasi intrapersonal yang artinya hal ini
berkaitan dengan variabel psikologi dan kognitif individu. Hal ini dipertegas dengan premis
yang dikemukakan oleh Berger (1975) dimana ia menegaskan ‘Uncertainty reduction is
central to all social relations,” yang artinya terdapat serangkaian perilaku-rutinitas dengan
sosial sekitarnya yang memfasilitasi proses klarifikasi guna mengurangi ketidakpastian
tersebut.

Individu biasanya akan melakukan serangkaian strategi untuk hal-hal yang akan
dihadapinya. Salah satu strategi yang dilakukan dapat berupa mendapatkan informasi dari
pihak ketiga. Individu akan pergi ke orang lain yang mungkin tahu lebih banyak tentang
orang atau situasi yang bersangkutan. Terakhir, strategi interaktif adalah ketika individu
langsung mendatangi sumber yang dimaksud dan meminta informasi sebanyak-banyaknya.
(Dainton dan Zelley, 2019).

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa teori ini memandang
komunikasi dari sisi objektif. Sehingga tradisi yang berkaitan dengan teori ini adalah Sosio-
psychological tradition. Sebagaimana dijelaskan pada buku Littlejohn, Foss dan Oetzel
(2017) yang merujuk pada Berger (1987) yakni pada tradisi ini, pikiran merupakan lokus
untuk memproses dan memahami informasi. Dimana pikiran intrapersonal inilah yang sangat
menentukan dalam teori ini.

8. ANALYTICAL APPROACH
Pendekatan analitis dibagi menjadi dua oleh Glenn Sparks dan Marty Medhurst.
Kedua orang ini memiliki pandangan yang berbeda dalam pendekatan pada komunikasi.
Glenn mengatakan dirinya sebagai behavioral scientist, sedangkan Marty sebagai
rhetorician. (Griffin, et al., 2019:13) Glenn lebih banyak melakukan penelitian empiris,
sedangkan Marty mempelajari tentang teori retorika dan kritisisme. Glenn melakukan
eksperimen, sedangkan Marty menginterpretasi teks. Oleh karena itu, terdapat dua
pendekatan berbeda terhadap komunikasi berdasarkan pandangan Glenn dan Marty, yaitu
pendekatan objektif dan interpretif.
Pendekatan objektif merupakan asumsi bahwa kebenaran adalah tunggal dan dapat
diakses melalui observasi yang tidak bias, dan berkomitmen untuk mengungkap sebab dan
akibat dari suatu hubungan. Sedangkan pendekatan interpretif adalah karya linguistik untuk
memberikan makna atau nilai pada teks komunikatif dan mengasumsikan bahwa beberapa
makna atau kebenaran itu adalah mungkin.
Teori Uncertainty Reduction termasuk ke dalam pendekatan objektif karena dalam
mengungkap faktor ketidakpastian dalam hubungan interpersonal, harus melalui observasi
yang tidak memihak atau bias. Teori ini juga berfungsi untuk mengungkap sebab dan akibat
dari adanya ketidakpastian atau keraguan dalam suatu hubungan. Sebagai prototipe awal dari
teori objektif, Uncertainty Reduction Theory membuat prediksi yang dapat diuji secara
spesifik dan menawarkan kebutuhan bagi manusia untuk mengurangi ketidakpastian
interpersonal sebagai penggerak aksioma yang terkait.
Teori ini memperlihatkan bahwa kombinasi aksioma dapat menciptakan teorema, dan
teori ini konsisten secara logika dan mudah dimengerti. Uncertainty Reduction Theory masuk
ke dalam pendekatan objektif karena penggunaan survei dan riset kuantitatif dapat
mendukung aksioma yang ada dan memperluas lingkup teori untuk melihat perkembangan
dari hubungan manusia yang terbentuk. Hal ini berarti dalam menganalisis suatu fenomena,
penggunaan teori Uncertainty Reduction dilakukan dari penelitian empiris yang melihat
faktor-faktor penggerak aksioma melalui respon individu.

9. STUDI KASUS JURNAL


Para peneliti telah menggunakan URT untuk menjelaskan berbagai konteks
komunikasi baik di dalam maupun di luar kondisi lingkup asli teori (Knobloch & McAninch,
2014). URT dapat digunakan dalam komunikasi interpersonal pada berbagai lingkup, seperti
dunia kesehatan, organisasi, proses marketing, dsb. Namun umumnya URT paling banyak
digunakan dalam interaksi awal antar individu, proses pertukaran sosial, perbedaan individu,
hubungan yang sedang berjalan, komunikasi yang dimediasi oleh komputer, komunikasi
interpersonal dalam organisasi, dan komunikasi antar budaya.

Contoh Aplikasi Teori URT Dalam Jurnal Terkini


Gambo, Sarah and Bahire Özad. 2020. The Influence of Uncertainty Reduction Strategy
over Social Network Sites Preference, Journal of Theoretical and Applied Electronic
Commerce Research, 16
https://www.scielo.cl/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0718-18762021000200108

Studi ini dipublikasikan secara daring pada 24 Juli 2020. Mengangkat tentang
preferensi sosial media dengan keterkaitannya pada pengaruh strategi UR, penelitian ini
dilakukan dengan metode kuantitatif dan dilakukan terhadap pelajar internasional dan
komunitas lokal (Siprus Utara). Penelitian ini juga mengkaji tentang penggunaan strategi
aktif, pasif, dan interaktif dalam upaya untuk mengurangi uncertainty pada penggunaan
media sosial.
Pada abad 21, media sosial sudah digunakan oleh masyarakat yang sangat luas,
sehingga penggunaannya pun menjangkau khalayak dari seluruh kalangan. Sosial media
memaksa khalayak untuk beradaptasi dengan cara komunikasi baru, namun di sisi lain sosial
media cukup berpengaruh dalam uncertainty reduction terhadap orang lain dengan cirinya
dalam kemudahan mengakses informasi.
Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan beberapa faktor, yaitu 3 Strategi
UR (Pasif, Aktif, dan Interaktif), Preferensi Jaringan, dan uncertainty level rendah. Di mana 3
jenis UR akan menentukan uncertainty level rendah, lalu uncertainty level rendah dan
Preferensi Jaringan akan menentukan preferensi penggunaan SNS secara terus-menerus.
Instrumen berupa kuesioner yang menggunakan Skala Likert dirancang agar dapat
mengukur variabel 3 strategi UR, Preferensi Jaringan, uncertainty level rendah, dan
preferensi penggunaan SNS secara terus-menerus. Kuesioner dibagikan ke populasi secara
online melalui platform WhatsApp. Alasan menggunakan platform sosial untuk penyebaran
kuesioner adalah untuk mengumpulkan data melalui SNS dan memastikan bahwa penelitian
tersebut cukup mengukur distribusi statistik kuesioner yang dikumpulkan dari populasi
sasaran.
Semua peserta diminta untuk mengisi kuesioner berdasarkan informasi demografis
mereka. Sebanyak 500 pengguna SNS diberikan pertanyaan survei dan 450 responden
menyelesaikan survei, sehingga diperoleh 71,1% respon. Dari hasilnya menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa lebih memilih WhatsApp sebagai platform SNS untuk berkomunikasi
dengan orang-orang di rumah, untuk uncertainty reduction dengan orang-orang di rumah
sebagian besar siswa lebih memilih WhatsApp, dan sebagian besar responden lebih memilih
platform WhatsApp untuk mengurangi uncertainty dengan orang-orang di Siprus Utara.
Dalam semua kasus, siswa lebih memilih WhatsApp sebagai platform SNS untuk sarana
untuk berkomunikasi dan pengurangan uncertainty dengan orang-orang dalam komunitas
lokal dan internasional.
Hasil penelitian memberi kesimpulan bahwa hubungan antar variabel sangat
berkaitan. Ditunjukkan bahwa siswa lebih suka menggunakan SNS yang lebih baru
(WhatsApp) di antara platform lain, yang menunjukkan bahwa perilaku media siswa berubah
berdasarkan tahap kemajuan teknologi yang berkembang.
Sang peneliti juga menemukan pengaruh yang sangat besar dan penting dari 3 strategi
UR terhadap uncertainty level rendah dalam penggunaan media sosial. Preferensi jaringan
juga memainkan peran penting dalam efektivitas dan penggunaan preferensi SNS secara
terus-menerus Oleh karena itu, hasil studi saat ini menunjukkan bahwa pilihan jaringan
membantu siswa untuk terus-menerus menyukai penggunaan SNS.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa rendahnya tingkat uncertainty
informasi dan hubungannya dengan penggunaan preferensi SNS secara terus-menerus terkait
cukup signifikan. Secara keseluruhan, hasil menunjukkan bahwa SNS menciptakan dan
mengubah karakteristik serta kemampuan seseorang, interkonektivitas & berbagi
pengetahuan multi-kelompok juga dengan meningkatkan motivasi responden untuk
meningkatkan penggunaan SNS yang disukai secara terus-menerus.
REFERENSI
Berger, C. R., & Calabrese, R. J. (1975). Some Exploration in Initial Interaction and
Beyond: Toward a Developmental Theory of Communication. Human Communication
Research, 1, 99-112.
Dainton, Marianne, and Elaine D. Zelley. Applying Communication Theory for
Professional Life, 4th edition. Sage Publications Ltd: 2019
Dean E. Hewes and Sally Planalp, “The Individual’s Place in Communication
Science,” in Hand-book of Communication Science, ed. Charles R. Berger and Steven
H. Chaffee (Newbury Park, CA: Sage, 1987), 146–83.
Gambo, Sarah and Bahire Özad. 2020. The Influence of Uncertainty Reduction Strategy over
Social Network Sites Preference, Journal of Theoretical and Applied Electronic
Commerce Research, 16.
(https://www.scielo.cl/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0718-18762021000200108)
Griffin, Em; Ledbetter, Andrew; and Sparks, Glenn. (2019). A First Look at
Communication Theory: Tenth Edition. New York: McGraw-Hill.
Knobloch, Leanne K. (2016). The International Encyclopedia of Interpersonal
Communication, First Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Littlejohn, Stephen Little W. (2017). Theories of Human Communication: Eleventh
Edition. Illinois: Waveland Press Inc.
Powers, John H. (1995). On the intellectual structure of the human communication
discipline: Communication Education Journal 44 (3): 191-222, Routledge.
https://doi.org/10.1080/03634529509379012
Redmond, Mark V. 2015, English Technical Reports and White Papers, 3.
(http://lib.dr.iastate.edu/engl_reports/3)

Anda mungkin juga menyukai