Anda di halaman 1dari 4

Bab 1 ( Pendahuluan)

A. Latar Belakang :
Rasisme adalah hal yang kerap terjadi di negara yang memiliki banyak keberagaman,
tak terkecuali Indonesia. Rasisme secara umum dapat diartikan sebagai serangan
sikap, kecenderungan, pernyataan, dan tindakan yang mengunggulkan atau memusuhi
kelompok masyarakat terutama karena identitas ras. Indonesia menjadi salah satu
negara dengan penduduk yang memiliki banyak keberagamanan dan tentu saja Indonesia
tidak lepas dari rasisme.

Rasisme di Indonesia berkembang dengan adanya penindasan dari para penjajah


terhadap kaum pribumi dan kesenjangan antara kaum bangsawan dan rakyat jelata. Hal-
hal tersebut sangat umum terjadi pada zaman itu, dan tidak jarang juga ada beberapa
ras yang menganggap mereka lebih unggul dari pada ras lain, bahkan sifat itu tidak
hilang setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya dan masih terjadi sampai saat ini.

Di zaman yang modern ini, masyarakat Indonesia bisa dengan mudah mengakses internet
dan sosial media sepuasnya. Tentunya hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pola pikir rakyat Indonesia. Pada sisi positifnya, Internet menjadikan
rakyat Indonesia semakin cerdas dalam berwawasan tetapi hal itu tidak selalu
menjadi hal yang baik. Masyarakat dari negara barat seperti Amerika dan Inggris
masih mengalami banyak kasus rasisme terutama terhadap ras negro dan ras melanosoid
yang terjadi karena sejarah negara mereka yang terkenal akan penindasan terhadap
masyarakat kulit hitam. Bahkan saking seringnya rasisme itu terjadi, mereka
menganggap itu adalah hal yang umum dan sering dijadikan sebagai candaan di dalam
pembicaraan masyarakat sehari-hari.

Tentu saja bukan hanya media massa yang dapat mempengaruhi seseorang. Lingkungan
sosial dan pendidikan seseorang dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
sikap dan pandangan mereka terhadap rasisme. Teman sebaya dapat memengaruhi
pandangan seseorang tentang rasisme. Jika seseorang sering bergaul dengan teman-
teman yang toleran dan menghargai keragaman, maka mereka akan lebih cenderung untuk
memiliki pandangan yang sama. Sebaliknya, jika seseorang bergaul dengan teman-teman
yang non-toleran dan memegang nilai-nilai rasial yang buruk, maka mereka mungkin
akan mengadopsi sikap tersebut. Sama hal dengan pendidikan yang dapat mempengaruhi
sikap seseorang melalui selaku program-program yang menekankan hal-hal propaganda
melalui nilai pikiran pemerintah maupun pendidik.

Oleh karena rasa penasaran kami terhadap pola pikir masyarakat Indonesia mengenai
fenomena tersebut, terutama pada kalangan remaja terdapat murid-murid yang membuat
berbagai macam bahan candaan kepada masyarakat berkulit hitam. Hal ini dapat
diartikan sebagai humor biasa yang tidak memiliki niat dari individu tersebut
untuk merendahkan ras individu lain. Berbeda dengan yang dilakukan sebuah kelompok
supremasi ras maupun seorang pribadi dalam arti menghina suatu ras atau golongan
orang lain bukan sebagai humor tapi sebuah ideologi yang dimiliki maupun yang
mereka percayai.

Dalam mendalami rasa penasaran tersebut, kami sebagai kelompok peneliti pada materi
pelajaran sosiologi SMAN 7 meriset para murid dalam lingkungan Sekolah Menengah
Atas 7 Jakarta yang terpengaruhi oleh sikap prasangka tersebut untuk mengetahui
pandangan mereka maupun pengaruh sikap tersebut bagi mereka dan korban hinaan.

B. Rumusan Masalah :
1. Apa itu Rasisme?
2. Alasan seseorang melakukan sikap rasis baik itu dilakukan secara lisan maupun
perbuatan?
3. Bagaimana pola pikir warga SMA Negeri 7 Jakarta tentang Rasisme?
4. Apa saja faktor-faktor yang membuat rasisme berkembang dan memengaruhi
masyarakat?
C. Tujuan Penelitian :
1. Untuk mengetahui definisi rasisme secara mendalam
2. Memahami asal-usul, efek, dan manifestasi rasisme pada warga SMAN 7 Jakarta
3. Memberikan bukti empiris untuk mendukung kampanye dan advokasi untuk perubahan
sosial dan kebijakan publik yang lebih inklusif dan adil

D. Manfaat Penelitian :
A.) Manfaat Praktis
1. Membantu mengidentifikasi ketidaksetaraan dan diskriminasi dalam ruang lingkup
SMAN 7 dan memberikan solusi untuk mengatasi masalah tersebut
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang rasisme dan dampaknya terhadap
individu dan kelompok tertentu
3. Memberikan informasi yang berguna bagi kebijakan murid dan praktik-praktik yang
berkontribusi pada inklusi sosial dan persamaan

B.) Manfaat Teoritis


1. Membantu mengembangkan teori tentang bagaimana rasisme terjadi dan beroperasi
dalam Sekolah
2. Menyediakan data empiris untuk menguji teori-teori sosial tentang rasisme dan
diskriminasi.
3. Memberikan wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi cara murid memahami,
mengalami, dan bereaksi terhadap rasisme.
4. Memberikan kontribusi pada perkembangan teori-teori yang berkaitan dengan
ketidaksetaraan, dan ketidakadilan sosial.

Bab 2 (Pembahasan)
A. Pengertian Rasisme :
Rasisme adalah sikap atau keyakinan bahwa satu ras atau etnis dianggap lebih
superior atau lebih rendah daripada ras atau etnis lainnya. Hal ini melibatkan
diskriminasi, prasangka, atau perlakuan tidak adil terhadap individu atau kelompok
berdasarkan ras atau etnis mereka. Rasisme mencerminkan ketidakadilan sosial dan
dapat merugikan masyarakat dengan menciptakan ketidaksetaraan, konflik antar
kelompok, dan penghambatan dalam perkembangan sosial yang adil dan inklusif.

Rasisme juga mencakup peran kuasa dan dominasi yang melekat dalam hubungan
antarrasial atau antartis. Hal ini terkait dengan penindasan, penjajahan, atau
eksploitasi sejarah yang dilakukan oleh ras atau etnis yang dianggap superior
terhadap kelompok yang dianggap lebih rendah. Rasisme dapat beroperasi secara
terang-terangan atau terselubung, dan dapat dilihat dalam bentuk stereotype,
prasangka, kekerasan, atau tindakan diskriminatif.

B. Alasan seseorang dapat terikat oleh sikap rasis :


Berdasarkan riset yang kami lakukan ada beberapa hal yang mungkin akan memicu
seseorang untuk melakukan perilaku rasis, yaitu :
-Pendidikan dan pengaruh lingkungan:
Pendidikan dan lingkungan di sekitar seseorang dapat memainkan peran penting dalam
membentuk pandangan dan sikap terhadap kelompok ras atau etnis tertentu. Jika
seseorang hidup dan tumbuh dalam lingkungan yang mendorong prasangka atau memiliki
pandangan rasialis, hal itu dapat mempengaruhi keyakinan dan perilaku mereka
terkait rasisme.

-Stereotype dan prasangka: Stereotype adalah pandangan umum dan sering kali
menyimpulkan secara cepat tentang suatu kelompok ras atau etnis. Prasangka adalah
sikap negatif yang ditujukan kepada kelompok tertentu. Jika seseorang percaya atau
terpengaruh dan menerima stereotip dan prasangka yang negatif terhadap suatu ras
atau etnis, hal itu dapat mengarah pada perilaku rasis.

-Ketidakpastian atau rasa takut: Beberapa orang mungkin merasa tidak aman atau
khawatir tentang perubahan sosial, ekonomi, atau politik yang melibatkan kelompok
ras atau etnis tertentu. Rasa takut ini dapat memicu perilaku rasis sebagai
mekanisme pertahanan atau upaya untuk menjaga kepentingan pribadi atau kelompok
mereka.

-Kelompok identitas dan pencarian kekuasaan: Beberapa individu mungkin merasa


terancam oleh keberadaan atau kemajuan kelompok ras atau etnis lain, dan mereka
menggunakan rasisme sebagai cara untuk mempertahankan atau memperkuat identitas
kelompok mereka sendiri. Perilaku rasis dapat terkait dengan rasa superioritas yang
dihubungkan dengan identitas ras atau etnis tertentu.

-Pengaruh budaya dan media: Budaya populer dan media massa dapat memainkan peran
dalam membentuk pandangan dan sikap terhadap ras dan etnis tertentu. Jika budaya
atau media mendorong stereotip negatif atau memperkuat prasangka, hal itu dapat
mempengaruhi pandangan dan perilaku individu terhadap rasisme.

C. Pola pikir masyarakat SMA Negeri 7 Jakarta tentang Rasisme:


Penelitian kami bertujuan untuk memahami pola pikir masyarakat SMA Negeri 7 Jakarta
terkait rasisme. Dalam melihat pandangan mereka, kami melakukan survei dan
wawancara dengan para siswa untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam. Hasil
penelitian kami menunjukkan beberapa temuan/pandangan penting:

-Kesadaran akan masalah rasisme: Sebagian besar siswa menyadari keberadaan masalah
rasisme di masyarakat. Mereka mengakui pentingnya menghargai keragaman dan
menentang perilaku rasis.

-Pengalaman pribadi dan kesaksian: Beberapa siswa memiliki pengalaman pribadi atau
kesaksian terhadap tindakan rasisme. Pengalaman ini telah membentuk pandangan
mereka dan membuat mereka lebih peka terhadap masalah ini.

-Pengaruh lingkungan dan pendidikan: Lingkungan sosial dan pendidikan memiliki


peran signifikan dalam membentuk pandangan siswa tentang rasisme. Siswa yang tumbuh
dalam lingkungan yang mempromosikan toleransi dan inklusi cenderung memiliki sikap
yang lebih positif terhadap keragaman.

-Kekuatan media dan budaya: Siswa mengakui pengaruh media dan budaya dalam
membentuk pandangan mereka tentang rasisme. Mereka menyadari pentingnya
mengkonsumsi konten yang tidak mempromosikan stereotip dan prasangka.

-Peran pendidikan dan kesadaran: Siswa merasa penting untuk mendapatkan pendidikan
yang menyeluruh tentang keragaman, rasisme, dan nilai-nilai inklusi/tolernasi.
Mereka percaya bahwa pendidikan yang baik dapat membantu mengubah pandangan dan
perilaku yang rasis.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku rasisme di Sekolah :


-Kurangnya pendidikan tentang keragaman: Jika kurikulum sekolah tidak mencakup
pendidikan tentang keragaman, kesetaraan, dan nilai-nilai inklusi, maka siswa
mungkin tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang masalah rasisme dan cara
menghadapinya.

-Ketidaktahuan atau ketidakpedulian staf dan pengajar: Jika staf sekolah atau
pengajar tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang masalah rasisme, mereka
mungkin tidak dapat mengatasi tindakan rasisme di dalam lingkungan sekolah.
Ketidakpedulian terhadap masalah ini juga dapat membiarkan sikap rasialis
berkembang.

-Perilaku siswa dan tekanan kelompok: Sikap rasisme dapat berkembang karena
pengaruh teman sebaya dan tekanan kelompok maupun senioritas di sekolah. Jika
sekelompok siswa mempraktikkan atau mendorongkan sikap rasialis, siswa lain mungkin
merasa terpaksa untuk mengikuti dan mengadopsi sikap tersebut. mereka mungkin juga
menyetujui sikap ketidakadilan tersebut dan ikut menyebarkan perilaku rasisme.

Bab 3 (Penutup) :
Kesimpulan:
Berdasarkan riset mengenai rasisme di SMAN 7 Jakarta, ditemukan bahwa rasisme
merupakan fenomena yang ada dan dapat mempengaruhi lingkungan maupun keadaan
sekolah. Rasisme diidentifikasi sebagai sikap atau keyakinan bahwa satu ras atau
etnis dianggap lebih superior atau lebih rendah daripada ras atau etnis lainnya.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan rasisme di lingkungan
sekolah meliputi pengaruh lingkungan sosial, kurangnya pendidikan tentang
keragaman, penguatan stereotype dan prasangka, ketidaktahuan atau ketidakpedulian
staf dan pengajar, perilaku siswa dan tekanan kelompok, serta ketidakadilan
sistemik.

Saran:

Berdasarkan hasil riset ini, berikut adalah beberapa saran yang kami usulkan untuk
dapat diimplementasikan untuk mengatasi dan mencegah rasisme di SMAN 7 Jakarta:

Pendidikan tentang keragaman: Pihak sekolah perlu memperkuat pendidikan tentang


keragaman, kesetaraan, dan nilai-nilai inklusi dalam kurikulum. Ini dapat mencakup
pelajaran, kegiatan, dan diskusi yang mendorong pemahaman yang lebih baik tentang
ras, etnis, dan budaya yang beragam.

Pelatihan staf dan pengajar: Staf sekolah dan pengajar perlu mendapatkan pelatihan
yang memadai tentang rasisme, stereotip, prasangka, dan bagaimana mengatasi sikap
rasialis di lingkungan sekolah. Pelatihan ini dapat membantu mereka mengenali
tindakan rasisme, memberikan respons yang tepat, dan mempromosikan lingkungan yang
inklusif.

Kampanye anti-rasisme: Sekolah dapat mengadakan kampanye anti-rasisme yang


melibatkan siswa, staf, dan orang tua. Kampanye ini dapat termasuk kegiatan seperti
seminar, lokakarya, pameran, dan kegiatan kesadaran yang bertujuan untuk
mempromosikan persamaan, toleransi, dan penghapusan sikap rasialis.

Penguatan pengawasan dan sanksi: Penting untuk memiliki kebijakan yang jelas
tentang perlindungan terhadap rasisme di sekolah. Hal ini termasuk penguatan
pengawasan, pengaduan, dan prosedur pengadilan bagi pelaku rasisme. Sanksi yang
tegas dan sesuai harus diberlakukan untuk mencegah dan mengurangi tindakan rasisme
di lingkungan sekolah.

Anda mungkin juga menyukai