Anda di halaman 1dari 2

Benarkah Al-Ghazali Menolak Filsafat?

Agama Islam dan filsafat seringkali dipandang sebagai dua hal yang bertentangan

Agama Islam percaya bahwa sumber utama pengetahuan adalah wahyu Ilahi.

Sedangkan, filsafat mengandalkan akal dan logika sebagai sumber pengetahuan

Perbedaan ini seringkali menimbulkan problematika karena filsafat diklaim sebagai


pemikiran yang sesat dan dianggap bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Perbedaan ini makin diperkuat dengan adanya pandangan Al-Ghazali yang seakan
menentang filsafat.

Benarkah Al-Ghazali menolak filsafat?

Melalui buku "Tahafut al-Falasifah", al-Ghazali melemparkan kritik-kritiknya


terhadap ajaran filsafat Aristoteles dan Plato. Dalam buku tersebut ia menuliskan, bahwa para
filsuf Yunani tidak dapat memberikan jawaban yang cukup terhadap pertanyaan-pertanyaan
fundamental tentang agama dan kehidupan manusia. Bahkan, ada beberapa gagasan yang
bertentangan dengan ajaran Islam. Al-Ghazali menolak gagasan-gagasan filsafat tersebut dan
menyatakan bahwa hanya ajaran Islam yang benar dan dapat membawa manusia kepada
keselamatan sejati.

Alasan

 Al-Ghazali percaya bahwa gagasan-gagasan filosofis Yunani bertentangan dengan


keyakinan agama Islam. Dia berpendapat bahwa konsep-konsep seperti kekekalan
dunia, ketidakterbatasan Tuhan, dan ketidakcacatan dunia yang dijelaskan oleh para
filsuf Yunani bertentangan dengan keyakinan Islam bahwa Tuhan adalah satu-satunya
yang kekal dan segala sesuatu yang diciptakan-Nya akan berubah dan bersifat
sementara.
 Menurut al-Ghazali para filsuf Yunani hanya mengandalkan akal untuk mencapai
kebenaran. Sedangkan, akal manusia tidak dapat mencapai kebenaran yang mutlak
karena keterbatasannya. Ia berpendapat bahwa hanya dengan mengandalkan wahyu
yang diungkapkan oleh Tuhan dalam Al-Quran manusia dapat mencapai pengetahuan
yang benar tentang kebenaran dan hakikat keberadaan. Penolakan terhadap gagasan-
gagasan filosofis Yunani ini bukanlah penolakan terhadap akal atau pemikiran
rasional. Sebaliknya, dia menganggap bahwa akal manusia tetaplah penting dalam
pemahaman agama dan kebenaran, tetapi hanya dapat dimengerti dengan cara yang
benar jika diarahkan oleh wahyu.
 Al-Ghazali menganggap bahwa para filsuf Yunani hanya memperdebatkan konsep-
konsep yang bersifat spekulatif dan teoretis, sedangkan mereka tidak memaparkan
arahan yang jelas tentang cara hidup yang benar dan bertanggung jawab. Al-Ghazali
berpendapat bahwa Islam memberikan pedoman yang jelas dan praktis tentang cara
hidup yang benar dan bertanggung jawab, serta memberikan orientasi yang jelas
tentang tujuan hidup manusia.

Sebenarnya, Al-Ghazali bukanlah penentang filsafat secara mutlak. Ia hanya menolak


penggunaan filsafat yang salah dan tidak tepat. Dia berpendapat bahwa filsafat dapat menjadi
alat untuk memperdalam pemahaman agama dan untuk mencari kebenaran, asalkan
digunakan dengan benar dan dalam konteks yang tepat. Dalam buku "Mi'yar al-'Ilm fi Fan
al-Mantiq", Al Ghazali tidak secara mutlak menolak filsafat. Sebaliknya, ia mengemukakan
kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu ilmu pengetahuan, termasuk filsafat, agar
dapat dianggap sebagai ilmu yang benar dan bermanfaat. Dalam karyanya ini, Al Ghazali
menekankan bahwa ilmu pengetahuan harus selaras dengan nilai-nilai Islam dan tidak
bertentangan dengan ajaran agama. Oleh karena itu, meskipun Al Ghazali kritis terhadap
beberapa aliran filsafat yang dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Yunani, namun ia tidak secara
mutlak menolak filsafat secara keseluruhan.

Daftar Pustaka

Imam Al-Ghazali, Kerancuan Filsafat (Tahafut al-Falasifah, Forum

Azis Anwar Fachrudin, Catatan Ngaji Mantiq #3: Al-Ghazali dan karya Filsafatnya.

Anda mungkin juga menyukai