Anda di halaman 1dari 11

Praktikum Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kerja

Dosen : Muhajirin Maliga, S.Kep., Ns., M.Kes

LAPORAN PENDAHULUAN
PENANDAAN AREA OPERASI (MARKING SIDE) DAN SIGN IN, TIME
DAN OUT SIGN OUT & KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN TEKNIK
TBaK & SBAR

OLEH :

Nama Mahasiswa : Nurjannatul Ma’wa


Stambuk : 14220210007
Kelas : C1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR

2022
PEMBAHASAN
PENANDAAN AREA OPERASI (MARKING SIDE) DAN SIGN IN, TIME
DAN OUT SIGN OUT
A. DEFINISI
1. Merking Side (Penandaan)
Penandaan lokasi operasi adalah penandaan yang melibatkan pasien dan
dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan
secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator / orang yang akan
melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi
operasi ditandai dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel
struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang belakang). (Joni
Krismanto, 2021)
2. Sign In
Sign In adalah meverifikasi pasien pertama sesaat pasien tiba diruang
terima atau ruang persiapan atau sebelum dilakukan induksi anestesi sedasi. (Joni
Krismanto, 2021)
3. Time Out
Time Out adalah meverifikasi yang dilaksanakan ketika pasien sudah siap
diatas meja operasi, sudah dalam keadaan terbius, dimana tim anestesi dalam
keadaan siaga dan tim bedah telah dalam posisi steril. (Joni Krismanto, 2021)
4. Sign Out
Sign Out adalah meverikasi Sesaat setelah selesai operasi, sebelum pasien
dikeluarkan dari ruang operasi, dipastikan kembali akan beberapa hal yang
menyangkut dengan prosedur yang telah dikerjakan sebelumnya. (Joni Krismanto,
2021)
B. TUJUAN
1. Untuk meningkatkan kualitas dan menurunkan kematian dan
komplikasi akibat pembedahan
2. Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
3. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil
pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan
dipampang;
4. Lakukan verifikasi ketersediaan setiap peralatan khusus dan/atau
implantimplant yang dibutuhkan. (Joni Krismanto, 2021)

C. TEKNIK PENANDAAN LOKASI OPERASI


Berikut merupakan teknik yang dilakukan dalam penandaan lokasi
operasi:
1. Pasien diberi tanda saat informed concent telah dilakukan
2. Penandaan dilakukan sebelum pasien berada di kamar operasi
3. Pasien harus dalam keadaan sadar saat dilakukan penandaan lokasi
operasi

4.Tanda yang digunakan dapat berupa : tanda panah/tanda ceklist


5.Penandaan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi operasi
6.Penandaan dilakukan dengan spidol hitam (anti luntur, anti air) dan
tetap terlihat walau sudah diberi desinfektan
Bagian Organ mana yang perlu dilakukan penandaan adalah Semua tempat
yang melibatkan incisi kulit dan lateralisasi harus ditandai. Bila operasi dilakukan
di sekitar orifisium maka penandaan dilakukan disebelahnya dengan tanda panah.
yang berhak melakukan penandaan lokasi operasi dokter Bedah atau dokter
operator.
Tindakan operasi yang tidak perlu dilakukan penandaan :
1. Prosedur endoskopi
2. Cateterisasi Jantung
3. Prosedur yang mendekati atau melalui garis midline tubuh :
SC,Histerektomi, Tyroidektomi, laparatomi.
4. Pencabutan gigi
5. Operasi pada membran mukosa
6. Perineum
7. Kulit yang rusak
8. Operasi pada Bayi dan neonates
9. Pada lokasi lokasi intra organ seperti mata dan organ THT maka
penandaan dilakukan pada daerah yang mendekati organ berupa tanda
panah
10.Operasi yang tidak dilakukan penanndaan diverifikasi pada saat
time. (Joni Krismanto, 2021)

D. FASE OPERASI
Berikut tiga fase operasi :
1. Fase Sign In adalah fase sebelum induksi anestesi, koordinator secara
verbal memeriksa apakah identitas pasien telah dikonfirmasi, prosedur dan sisi
operasi sudah benar, sisi yang akan dioperasi telah ditandai, persetujuan untuk
operasi telah diberikan, oksimeter pulse pada pasien berfungsi. Koordinator
dengan profesional anestesi mengkonfirmasi risiko pasien apakah pasien ada
risiko kehilangan darah, kesulitan jalan nafas, reaksi alergi. Cek keselamatan ini
penting untuk dilengkapi sebelum induksi anestesi dalam rangka untuk
keselamatan. Dalam hal ini membutuhkan kehadiran dari setidaknya anestesist
dan perawat. (Joni Krismanto, 2021)
2. Fase Time Out adalah fase setiap anggota tim operasi memperkenalkan
diri dan peran masing-masing. Tim operasi memastikan bahwa semua orang di
ruang operasi saling kenal. Sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim
mengkonfirmasi dengan suara yang keras mereka melakukan operasi yang benar,
pada pasien yang benar. Mereka juga mengkonfirmasi bahwa antibiotik
profilaksis telah diberikan dalam 60 menit sebelumnya. Sebelum membuat insisi
bedah yang pertama, perlu dilakukan pengecekan bahwa cek keselamataan yang
penting sudah dilakukan. Cek ini akan dilakukan oleh semua anggota tim.Pastikan
semua anggota tim memperkenalkan diri dengan nama dan perannya Tim operasi
mungkin sering berubah, Efektif manajemen dari situasi yang berisiko tinggi
membutuhkan pengertian siapa anggota tim operasi dan peran serta kemampuan
mereka. Sebuah perkenalan yang simpel seperti menyuruh semua orang di ruang
untuk memperkenalkan diri dengan nama dan perannya. Tim yang sudah familiar
dengan satu sama lain dapat mengkonfirmasi bahwa sudah diperkenalkan semua
namun anggota baru atau staff baru harus memperkenalkan diri termasuk siswa
atau personel lain. (Joni Krismanto, 2021)
3. Fase Sign Out adalah fase tim bedah akan meninjau operasi yang telah
dilakukan. Dilakukan pengecekan kelengkapan spons, penghitungan instrumen,
pemberian label pada spesimen, kerusakan alat atau masalah lain yang perlu
ditangani. Langkah akhir yang dilakukan tim bedah adalah rencana kunci dan
memusatkan perhatian pada manajemen post operasi serta pemulihan sebelum
memindahkan pasien dari kamar operasi. (Joni Krismanto, 2021)

KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN TEKNIK TBaK DAN SBAR

A. KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berhasil menyampaikan
pikiran dengan menggunakan perasaan yang disadari. Komunikasi efektif dalah
penyampaian pesan yang dilakukan oleh pemberi pesan kepada penerima pesan
pada saat pengalihan pelayanan antar unit, operan pasien antar staf (hand over),
komunikasi antar staf secara lisan/ melalui telepun dalam rangka pemberian
pelayanan kesehatan dengan menggunakan langkah SBAR dan TbaK.
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau
tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah
diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon. Komunikasi lain yang
mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis,
seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan untuk melaporkan hasil
pemeriksaan segera / cito dan nilai kritis. Komunikasi efektif dapat terjadi dengan
menggunakan suatau format baku agar komunikasi terstandar dan berlangsung
secara efektif dan efesien. Salah satu format baku yang dipergunakan adalah
format SBAR yang diikuti langkah TbaK. SBAR merupakan kerangkan
komunikasi yang mempermudah mengatasi hambatan dalam komunikasi. SBAR
merupakan bentuk struktur yang mendasari komunikasi antar pemberi informasi
dengan penerima informasi. SBAR mudah diingat dan praktis untuk komunikasi
atau percakapan. (Tutiany dkk. 2018)

B. SBAR
SBAR merupakan komunikasi yang dilakukan pada saat serah terima
pasien dan pelaporan hasil kritis.
a. Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR
1. Meningkatkan keamanan keselamatan pasien
2. Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagai informasi
3. Meningkatkan kekuatan atau kejelasan dari para pemberi pelayanan
kesehatan dalam mengajukan permintaan perubahan perawatan pasien
atau untuk menyelesaikan informasi dalam keadaan kritis dengan benar
dan kurat.
4. Meningkatkan efektivitas kerja tim. (Muller, 2018)
SBAR dipergunakan sebagai landasan menyusun komunikasi verbal,
tertulis menyusun surat, dari berbagai keadaan perawatan pasien antara
lain :
1. Pasien rawat jalan dan pasien rawat inap
2. Komunikasi pada kasus atau kondisi urgent dan non urgent.
3. Komunikasi dengan pasien, perorangan atau lewat telepon
4. Keadaan khusus antara dokter dengan perawat
5. Membatu konsultasi antara dokter dengan dokter
6. Mendiskusikan dengan konsultan professional lain misalnya terapi
respirasi,fisiotherapi.
7. Komunikasi dengan mitra bestari
8. Komunikasi pada saat pergantian shift jaga
9. Meningkatkan perhatian
10.Serah terima dari petugas ambulans kepada staf rumah sakit.

(Muller, 2018)
Unsur SBAR

1. Situation (Situasi)
Melakukan situasi pasien (situation) oleh petugas kesehatan meliputi
 Nama pasien, umur dan lokasi tempat pasien dirawat.
 Masalah yang ingin disampaikan
 Tanda-tanda vital
Kekwatiran petugas terhadap kondisi pasien saat itu. (Muller, 2018)

2. Background (Basis masalah)


Berilah informasi riwayat medis pasien, atau informasi yang berkaitan
dengan permasalahan yang ditemukan. Untuk pasien perlu dijelaskan atau digaris
bawahi riwayat medis yang bermakna. Bila permasalahan dibidang lain misalnya
sampel darah salah atau permasalahan obat maka poin penting dari permasalahan
tersebut ditonjolkan. (Muller, 2018)
3. Assesment (penilaian)
Penilaian terhadap masalah yang ditemukan terkait dengan apa yang
menjadi masalah pada pasien. Berilah kesan pasien secara klinis serta hal yang
terkait dengan hal tersebut. Jelaskan pula tindakan yang sudah diberikan kepada
pasien untuk mengatasi permasalahan sambil menungggu rekomendasi yang
diterima petugas. (Muller, 2018)
4. Recommendation (Rekomendasi)
Jelaskan kepada petugas yang diberikan untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Saran disampaikan dengan jelas, bagaimana cara melaksanakan serta
tentukan waktu pelaksanaannya serta tindaklanjutnya. Terakhir rekomendasi yang
diberikan, apakah sudah sesuai dengan harapan pada akhir pembicaraan dengan
klinik atau petugas tersebut. (Muller, 2018)
Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Baca ulang (Readback)


Setiap pesan yang dilaksanakan melalui telpon, perlu dibaca ulang
(readback) ringkasan oleh penerima berita (receiver) untuk mengecek akurasi
berita dan kejelasan isi informasi tersebut. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan
bahwa penerima informasi mengerti dan jelas tindakan yang akan dilakukan
sesuai dengan informasi yang diterima. Setiap informasi yang diterima, harus
ditulis dalam rekam medik pasien. (Muller, 2018)
2. Recording SBAR
Komunikasi efektif harus dicatat dengan akurat pada rekam medik pasien.
Catatatan tersebut harus dapat dibaca (Legible), ditanda tangani (Signed), diberi
tanggal (Dated), dituliskan waktu serta ditulis dengan menggunakan tinta warna
hitam. (Muller, 2018)

Contoh penulisan SBAR

S : Anak post op hari 1 dengan Craniotomi removal e.c Astrocitoma post


pemasangan Vp Shunt
Masalah keperawatan :
 Gangguan perfusi jaringan cerebral
 Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
 Resiko infeksi
 Resiko gangguan keseimbangan cairan : kurang

B : Ibu pasien mengatakan anak cenderung tidur, ubun-ubun tampak


cekung, refleks menghisap kurang, tidak ada muntah . Breast feeding hanya 20
ml. Feeding susu 8 x 50 ml. GCS E3 M5 V menangis, pupil 2/2 reaksi positif,
suhu 37,30 C, RR 24 x/mnt, Ronchi dikedua lapang paru, HR 144 x/mnt, BAB
tidak ada, hasil PA belum ada. Sedang terpasang NaCl/12 jam, BB 5,8 Kg
A : Perfusi jaringan serebral belum adekuat pasien masih cenderung
tidur. Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, batuk tidak efektif,
tanda-tanda infeksi tidak ditemukan

 Monitor status neurologi dan tanda-tanda peningkatan TIK


 Gunakan tehnik a/anti septik dalam merawat luka.
 Observasi balance cairan
 Kaji dan monitor status pernafasan
 Follow up dan diskusikan hasil PA. (Muller, 2018)

C. TBAK
TBAK merupakan teknik komunikasi lisan menggunakan telepon dengan
menulis, membaca ulang dan melakukan konfirmasi pesan yang diterima oleh
pemberi pesan.
a. Tujuan TBAK
1. Membantu tenaga kesehatan melakukan komunikasi pertelopon
dengan teknik TBAK
2. Tidak ada kesalahan dalam menerima pesan/intruksi.
(Muller,2018)

b. Komunikasi efektif secara lisan/ melalui telepun


1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah (T)
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah. (Ba)
3.Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah
atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan (K)
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi
keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
(Muller, 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Watulangkow, M. et al. (2020) 'Pengetahuan perawat terhadap teknik komunikasi


SBAR di satu rumah sakit di Indonesia Barat, Jurnal Keperawatan
Raflesia, 2(2), 81-88. https://doi.org/10.33088/jkr.v212.558
SNARS (2018) SBAR Komunikasi Efektif di Rumah Sakit, viewed 9 July 2021,
https://snars.web.id/rs/sbar-komunikasi-efektif-di-rumah-sakit.
Rut, A. et al. (2018) 'The correlation between attitude and motivation with the
implementation of SBAR communication technique done by emergency
room nurses while doing patient handover in private hospital in west
region of Indonesia', Jurnal Keperawatan,6(2), 38-46.
https://ojs.uph.edu/index.php/NCJK/article/view/1907/735
Mardiana, S. S., Kristina, T. N. and Sulisno, M. (2019) 'Penerapan komunikasi
SBAR untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam berkomunikasi
dengan dokter, Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 10(2), 273.
http://dx.doi.org/10.26751/jikk.v1012.48
Astuti, N., Ilmi, B. and Wati, R. (2019) Penerapan komunikasi situation,
background,assesment, recomendation (SBAR) pada perawat dalam
melaksanakan handover, Indonesian Journal of Nursing Practices,
https://doi.org/10.18196/ijnp.3192
Costas‐havarri, A., Thomas, H. S., Weiser, T. G., & Blanco, R. (2019). Pooled
Analysis of WHO Surgical Safety Checklist Use and Mortality After
Emergency Laparotomy. BMJ Open, 106(2), 103-112.
https://doi.org/10.1002/bjs.11051
Almeida, R. E. de, & Rodrigues, M. C. S. (2019). Implementation of the Surgical
Safety Checklist for Pediatric Operations: Compliance Assessment.
Revista Gaúcha de Enfermagem, 40(2), 30-38.
https://doi.org/10.1590/1983-1447.2019.20180270
Bampoe, S., Cook, & Haller, G. (2018). Clinical Indicators for Reporting the
Effectiveness of Patient Quality and Safety-Related Interventions: A
Protocol of a Systematic Review and Delphi Consensus Process as Part of
the International Standardised Endpoints for Perioperative Medicine
Initiative (StEP). BMJ Open, 8(11), 42-46.
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2018-023427

Anda mungkin juga menyukai