Nawa Cantikkk 2 Prasad - Marking Side
Nawa Cantikkk 2 Prasad - Marking Side
LAPORAN PENDAHULUAN
PENANDAAN AREA OPERASI (MARKING SIDE) DAN SIGN IN, TIME
DAN OUT SIGN OUT & KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN TEKNIK
TBaK & SBAR
OLEH :
2022
PEMBAHASAN
PENANDAAN AREA OPERASI (MARKING SIDE) DAN SIGN IN, TIME
DAN OUT SIGN OUT
A. DEFINISI
1. Merking Side (Penandaan)
Penandaan lokasi operasi adalah penandaan yang melibatkan pasien dan
dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan
secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator / orang yang akan
melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi
operasi ditandai dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel
struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang belakang). (Joni
Krismanto, 2021)
2. Sign In
Sign In adalah meverifikasi pasien pertama sesaat pasien tiba diruang
terima atau ruang persiapan atau sebelum dilakukan induksi anestesi sedasi. (Joni
Krismanto, 2021)
3. Time Out
Time Out adalah meverifikasi yang dilaksanakan ketika pasien sudah siap
diatas meja operasi, sudah dalam keadaan terbius, dimana tim anestesi dalam
keadaan siaga dan tim bedah telah dalam posisi steril. (Joni Krismanto, 2021)
4. Sign Out
Sign Out adalah meverikasi Sesaat setelah selesai operasi, sebelum pasien
dikeluarkan dari ruang operasi, dipastikan kembali akan beberapa hal yang
menyangkut dengan prosedur yang telah dikerjakan sebelumnya. (Joni Krismanto,
2021)
B. TUJUAN
1. Untuk meningkatkan kualitas dan menurunkan kematian dan
komplikasi akibat pembedahan
2. Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
3. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil
pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan
dipampang;
4. Lakukan verifikasi ketersediaan setiap peralatan khusus dan/atau
implantimplant yang dibutuhkan. (Joni Krismanto, 2021)
D. FASE OPERASI
Berikut tiga fase operasi :
1. Fase Sign In adalah fase sebelum induksi anestesi, koordinator secara
verbal memeriksa apakah identitas pasien telah dikonfirmasi, prosedur dan sisi
operasi sudah benar, sisi yang akan dioperasi telah ditandai, persetujuan untuk
operasi telah diberikan, oksimeter pulse pada pasien berfungsi. Koordinator
dengan profesional anestesi mengkonfirmasi risiko pasien apakah pasien ada
risiko kehilangan darah, kesulitan jalan nafas, reaksi alergi. Cek keselamatan ini
penting untuk dilengkapi sebelum induksi anestesi dalam rangka untuk
keselamatan. Dalam hal ini membutuhkan kehadiran dari setidaknya anestesist
dan perawat. (Joni Krismanto, 2021)
2. Fase Time Out adalah fase setiap anggota tim operasi memperkenalkan
diri dan peran masing-masing. Tim operasi memastikan bahwa semua orang di
ruang operasi saling kenal. Sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim
mengkonfirmasi dengan suara yang keras mereka melakukan operasi yang benar,
pada pasien yang benar. Mereka juga mengkonfirmasi bahwa antibiotik
profilaksis telah diberikan dalam 60 menit sebelumnya. Sebelum membuat insisi
bedah yang pertama, perlu dilakukan pengecekan bahwa cek keselamataan yang
penting sudah dilakukan. Cek ini akan dilakukan oleh semua anggota tim.Pastikan
semua anggota tim memperkenalkan diri dengan nama dan perannya Tim operasi
mungkin sering berubah, Efektif manajemen dari situasi yang berisiko tinggi
membutuhkan pengertian siapa anggota tim operasi dan peran serta kemampuan
mereka. Sebuah perkenalan yang simpel seperti menyuruh semua orang di ruang
untuk memperkenalkan diri dengan nama dan perannya. Tim yang sudah familiar
dengan satu sama lain dapat mengkonfirmasi bahwa sudah diperkenalkan semua
namun anggota baru atau staff baru harus memperkenalkan diri termasuk siswa
atau personel lain. (Joni Krismanto, 2021)
3. Fase Sign Out adalah fase tim bedah akan meninjau operasi yang telah
dilakukan. Dilakukan pengecekan kelengkapan spons, penghitungan instrumen,
pemberian label pada spesimen, kerusakan alat atau masalah lain yang perlu
ditangani. Langkah akhir yang dilakukan tim bedah adalah rencana kunci dan
memusatkan perhatian pada manajemen post operasi serta pemulihan sebelum
memindahkan pasien dari kamar operasi. (Joni Krismanto, 2021)
A. KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berhasil menyampaikan
pikiran dengan menggunakan perasaan yang disadari. Komunikasi efektif dalah
penyampaian pesan yang dilakukan oleh pemberi pesan kepada penerima pesan
pada saat pengalihan pelayanan antar unit, operan pasien antar staf (hand over),
komunikasi antar staf secara lisan/ melalui telepun dalam rangka pemberian
pelayanan kesehatan dengan menggunakan langkah SBAR dan TbaK.
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau
tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah
diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon. Komunikasi lain yang
mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis,
seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan untuk melaporkan hasil
pemeriksaan segera / cito dan nilai kritis. Komunikasi efektif dapat terjadi dengan
menggunakan suatau format baku agar komunikasi terstandar dan berlangsung
secara efektif dan efesien. Salah satu format baku yang dipergunakan adalah
format SBAR yang diikuti langkah TbaK. SBAR merupakan kerangkan
komunikasi yang mempermudah mengatasi hambatan dalam komunikasi. SBAR
merupakan bentuk struktur yang mendasari komunikasi antar pemberi informasi
dengan penerima informasi. SBAR mudah diingat dan praktis untuk komunikasi
atau percakapan. (Tutiany dkk. 2018)
B. SBAR
SBAR merupakan komunikasi yang dilakukan pada saat serah terima
pasien dan pelaporan hasil kritis.
a. Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR
1. Meningkatkan keamanan keselamatan pasien
2. Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagai informasi
3. Meningkatkan kekuatan atau kejelasan dari para pemberi pelayanan
kesehatan dalam mengajukan permintaan perubahan perawatan pasien
atau untuk menyelesaikan informasi dalam keadaan kritis dengan benar
dan kurat.
4. Meningkatkan efektivitas kerja tim. (Muller, 2018)
SBAR dipergunakan sebagai landasan menyusun komunikasi verbal,
tertulis menyusun surat, dari berbagai keadaan perawatan pasien antara
lain :
1. Pasien rawat jalan dan pasien rawat inap
2. Komunikasi pada kasus atau kondisi urgent dan non urgent.
3. Komunikasi dengan pasien, perorangan atau lewat telepon
4. Keadaan khusus antara dokter dengan perawat
5. Membatu konsultasi antara dokter dengan dokter
6. Mendiskusikan dengan konsultan professional lain misalnya terapi
respirasi,fisiotherapi.
7. Komunikasi dengan mitra bestari
8. Komunikasi pada saat pergantian shift jaga
9. Meningkatkan perhatian
10.Serah terima dari petugas ambulans kepada staf rumah sakit.
(Muller, 2018)
Unsur SBAR
1. Situation (Situasi)
Melakukan situasi pasien (situation) oleh petugas kesehatan meliputi
Nama pasien, umur dan lokasi tempat pasien dirawat.
Masalah yang ingin disampaikan
Tanda-tanda vital
Kekwatiran petugas terhadap kondisi pasien saat itu. (Muller, 2018)
C. TBAK
TBAK merupakan teknik komunikasi lisan menggunakan telepon dengan
menulis, membaca ulang dan melakukan konfirmasi pesan yang diterima oleh
pemberi pesan.
a. Tujuan TBAK
1. Membantu tenaga kesehatan melakukan komunikasi pertelopon
dengan teknik TBAK
2. Tidak ada kesalahan dalam menerima pesan/intruksi.
(Muller,2018)