Anda di halaman 1dari 40

L AP 0 RAN PEN E L·IT IAN

MAI{Nl\ INTUISI DALAM EPISTEMOLOGI TAOISM£

Nomor 11

OLEH:

IMAM WA HYU Of

DILAitSANA "-AN ATAS BIAYA 1

Dant Penunjan& Pendidilc:an Universitu Gadjah Mada


!:::::=:;..-...-=-----.--=---,, DrngaD Sural Perjanjian Pelaksanaan Pen.e litian :
STAKAANUGM • UGM I 10152 1M I 09 / 0 1 I Tann al 16 Desembcr 1989

513 FAKU LTAS


U IVERSI TAS
FILSAFAT
GAOJAH MAOA
l IART PEI\IOIDIKAN DAN KE BUDAVAAN
1 9 9 0
iii
DAFTAR ISI

Prakata ...... .. ........................... i

Daftar Isi
...
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • 111

Inti Sari .. . ... . . . . .................... iv

BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Permasalahan .... .. . . . 1

B. Tinajauan Pustaka ............ . .. .. . . 2

c. Hipotesis ........... ............ 5


D. Rencana Penelitian .... ............. 5
BAB II CARA PENELITIAN
A. Bahan Dan Alat Penelitian •••••••••. • 6
B. Jalan Penelitian •. ••••••••••••• 6
C. Cara Analisis • •••••••••••• •••• 7
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Taoisme Dan Ajarannya ............. . 8

1. Riwayat Hidup ........... ....... 8

2. Ajaran Taoisme .... .... . ....... . 9


B. Pengertian Pokok
1.Pengertian Intuisi • • • • • • • • • • • • • • • • 15
2.Pengertian Mistik ............... .. 17
).Mistik Taoisme •••••••••••••• •• 20
C. Konsepsi Pengetahuan Taoisme
1. Sumber Pengetahuan ............ 24
2. Validitas Mistik-Intuitif ••••• 29
). Kebenaran Intuisi ........ 31
BAB IV KESIMPULAN .................. -..•...... 34
DAFTAR PUSTAKA ........................ 35

/
iv

INTI SARI

Inti Permasalahan
Pemikiran Taoisme adalah bentuk mistisisme alam,
yaitu merupakan suatu usaha manusia untuk bersatu
dengan Alam sebagai penjilmaan Tao yang merupakan asal
segala sesuatu.
Model berpikir mistik merupakan bentuk ~ mendapatkan

pencerahan yang mendadak dalam menghadapi obyek dengan


tidak disertai sikap kritis yang rasional, teta pi lebih
menekankan pada keselarasan dan penyerahan diri pada
arus obyek, hal yang demikian yang menjadi andalannya
adalah unsur ke j iwaan •.rasa' yang berstunber di dalam
hati.
Dorongan untuk mencapai kebenaran melalui intuisi-
mistik tidak s ama dengan dorongan mengetahui pada penge-
tahuan dan dorongan meng etahui pada penelitian ilmiah
yang menghasilkan unsur-unsur universal. Intuisi-mistik
lebih menitik beratkan pada tuntunan dalam menghadapi
kenyataan hidup yang unik dan mencari keselamatan.
Intuis1-mistik lebih merupakan insight atau pencarian
kenyataan terdalam yang bersifat mutlak.

Cara Penelitian
Penelitian ini melalui tahap-tahap sebagai ber-
ikut:
1. Mempelajari persoalan-persoalan epistemologi.
v

2. Mempelajari hasil pemikiran, metode berpikir, serta


suasana yang melingkupinya.
3. Menganalisa pemikiran Taoisme khususnya -dariLao Tzu
dan Chuang Tzu, dengan pisau analisa epistemologi.

Hasil Penelitian
1. Intuisi-mistik merupakan salah satu cara untuk men-
capai Tao sebagai " the ultimate truth " atau ke-
benaran tertinggi dan abadi pada pengetahuan intuitif.
2. Untuk mencapai kebenaran tertinggi tidak cukup dengan
transendensi diri yang rasional saja, melainkan
perlu suatu keterlibatan subyek dalam keseluruhan
eksistensinya, yaitu pengamalan subyek dalam per-
buatan.
3. Sesuatu "yang benar" adalh muncul bersama datangnya
intuisi, bukan melulu pengertian murni tentang hal-
nya, ataupun introspeksi data. Ia merupakan ke-
seluruhan dari pengalaman langsung.
BAB I

P E N. G AN T A R

A. Latar Belakan& Permasalahan


Di tengah-tengah kemajuan ilmu dan teknologi yang
serba rasional, maka semakin kita rasakan segi negatip
disamping segi positipnya yang luar biasa. Namun bila
ditimbang-timbang dari segi kemanusiaan hal itu tidak
bisa diabaikan beg itu saja, sebab ilmu dan teknolo g i
di~i_ptakan demi kesejahteraan hidup manusia.
Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi adalah
berkat pendekatan rasional semata, pendekatan rasional
mampu menganalisa suatu masalah hingga detail, sebab
manusia sebagai
.
subyek mampu mengambil jarak dari
obyek. Namun suatu pendekatan rasional adalah bersifat
parsial, akibatnya yaitu tidak ada hubungan emosional
antara subyek dengan obyek.
Untuk mengimbangi perkembangan ilmu dan t eknologi
yang cenderung mengancam otonomi manusia, maka perlu
pendekatan irasional, misalnya dengan agama, etika dan
filsaf~t. ~ istik dalam hal ini memberi alternatip bagi

manusia tentang bagaimana menghadapi dunia di luarnya,


yaitu suatu pendekatan komprehensip dan berkesinambung-
an. Pemikiran Taoisme kiranya dapat merupakan contoh ,
sebab ia bersifat mistik, yaitu suatu usaha penyatuan
manusia dengan 'rao yang menj ilma dalam EJ.lam, sehingga

1
2

dapat membentuk manusia yang sempurna.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini ingin mengungkapkan suatu epistemo-
logi yang melatar belakangi pemikiran Taoisme. Taoisme
berpandangan negatip tentang pengetahuan pada umumnya
dan ia menghargai pengetahuan intuitif yang dapat di-
peroleh melalui mistik-alam.

B. Tinjauan Pustaka
Epistemologi merupakan penyelidikan filsafati
terhadap pengetahuan, yaitu menyangkut tiga persoalan
pokok antara lain: 1. Berupa sumber pengetahuan, dengan
pertanyaan pokok dari manakah pengetahuan yang benar j_ tu
datang dan ba gaimana kita dapat mengetahui. 2. Berupa
watak peng etahuan, dengan pertanyaan pokok apakah a da
dunie. yang benar-benar berada di luar pikiran kita, dan
kalau ada apakah kita dapat mengetahuinya. 3. Berupa
kebenaran pengetahuan, dengan pertanyaan pokok apakah
pengetahuan kita itu benar, dan bagaimana kita dapat
membedakan pengetahuan yang benar dan pengetahuan yang
salah ( ~ Titus, Smih & Nolan, 1984 ).
Namun epistemologi sendiri tidak terlepas dari
cabang filsafat lainnya, misal: metafisika dan epistemo-
logi adalah saling tergantung secara logis, dan bahwa
epistemologi tanpa praanggapan metafisis tidak dapat
dicapai sebagaimana juga metafisika tanpa praanggapan
epistemologi ( Runes, 1979 ).
3

Dalam metafisilcanya Taoisme_ berprinsip bahwa manusia


harus mengatur diri sendiri dalam berhubungan dengan
alam, bukan dalam mengatur dan memanipulasi alam, tetapi
berupa suatu mistik dimana alam d:Lpandang sebagai bagian
dari kodrat manusia.
Bentuk tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang
manusia yaitu menjadi seorang bijaksana, dan hasil ter-
tinggi yang dapat dicapai oleh seorang bijaksana adalah
penunggalan atau penyatuan dirinya dengan alam semesta.
Fungsi filsafat Cina bulcan untulc menambah pengetahuan
positip mengenai fakta-fakta, melainkan ~ntuk meninggi-
kan taraf jiwa, sehing{!;a menjadi manusia bijaksana
( shang ) yang hidup dalam lingkungan transenden, .karena
{a telah mencapai kes~mpurnaan yang tertinggi ( Fung Yu
Lan, tanpa tahun ) •
I~ L uisi pada Taoisme diperoleh melalui mistik, yaitu
penyatuan diri manusia dengan Tao yang berarti "jalan",
dalqm arti lebih luas: realitas absolut, yang tak ter-
selami, dasar penyebab, akal budi, logos. Mi stik ini
percaya. adanya suatu daya gaib ( Te ) yang kalau di-
pelihara dapat menyempurnakan hati-sanubari diri
sendiri ( Lao Tzu, 1962 ).
Penge tahuan intuiti f ditemukan dalam penjabaran-
penjabaran mistik, sehingga memungkinkan kita untuk
mendapatkan pengetahuan yang langsung-mengatasi ( trans-
cend ) pengetahuan yang kita peroleh dengan akal dan
4

pengalaman indera. Pengetahuan intuisi merupaknn hasil

dari suatu k e giatan kejiwaan " rasa " dalam meng-


hadapi obyek, pengetahuan ~asa yang demikian memberi

rasa yang benar tentang obyek. Intuisi adalah suatu


macam pengetahuan yang lebih tinggi, wataknya berbeda

dengan pengetahuan yang diungkapkan oleh akal ma upun

pengalaman indera ( Titus ,Smith& ' Nolan, 1984 ) •

Pengetahuan intuisi merupakan pengetahuan langsung,

yang mutlak dan bukannya pengetahuan yang nisbi atau


yang ada perantaranya, sehingga dapat dikatakan dengan
intuisi kita dapat memperoleh pengetahuan tentang kejadi-
an. Pengetahuan intuisi tidak dapat diinformasikan ke-

pada orang lain, lcarena untuk menginformasikan perlu ·

penterjemahan lebih dahulu ke dalam simbol-simbol, yang

berarti berbicarn tentang pengetahuan itu ( Kattsoff


Louis O, 1986 ).

Secara epistemologis, pada Taoisme pengetahuan


tidak pernah berkembang, sebab persoalan-persoalan

epistemologi hanya dapat timbul apa bila ada g8.ris


batas ~ang jelas antara subyek dan obyek. Akibatnya

bahasa yang dipergunakan oleh Lao Tzu dan Chuang Tzu


sebagai tokoh dari Taoisme bersifat sugestif dan tidak

jelas ( Fung YuLan, tanpa tahun ). Pemakaian metode


int11isi secara tunggal dapat menghasilkan pengetahuan
yang tidak masuk akal. Pengetahuan yang tidak masuk

akal atau mustahil dapat dihindari kalau dikendalikan


5

atau dicek dengan akal dan dengan indera ( Ali Mudhofir,


198 3 ) •

c. Hipotesis
Pengetahuan intuitif pada Taoisme sifat kebenaran-
nya adalah mutlak, Sebab obyeknya adalah Tao yang tran-
senden sekaligus imanen, oleh karena itu hanya dapat di-
dekati dengan sarana mistik. Mistik dalam Taoisme adalah
mistik alam, sebab untuk menjadi manusia yang sempurna
manusia harus menyatukan diri dan selaras dengan Alam.

D. Rencana Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat
historis faktual, oleh karena itu dalam pelaksanaan
pengumpulan data menyangkut dua hal: pertama yaitu
ajaran-ajaran Taoisme dan latar belakang historisnya,
kedua yaitu bidang filsafat khususnya metafisika.
Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data, baik
data-dat a historis maupun konsep-kortsep tentane p e-
ngetahuan dan mistik.
Data yang telnh dikumpulkan kemudian dikl asifikas i-
kan sesuai dengan ciri-cirinya masing-masing. Setelah
p engklasifikasian data kemudian masing-masing dnta
dianalisis dari sudut epistemologi baik ajaran Lao Tzu
maupun Chuang Tzu. Dengan dibantu metode Verstehen
yang berupa pemahaman dan penafsiran, akhirnya disintesa-
kan sehingga menjadi pengetahuan intuitif melalui mistik.
BAB II
CARA PENELITIAN

A.Baha.n~ Alat r_~nelitian

Penelitian historis faktual ini adalah penelitian


kepustakaan, oleh karena itu yang dipergunakan sebagai
obyek penelitian adalah buku-buku kepustakaan, terutama
yang berkaitan dengan ajaran Taoisme, selain itu juga
buku-buku tentang epistemologi, terutama yang berkaitan
dengan intuisi.

B.Jalan Penelitian
Pengumpulan Data
Mengumpulkan data baik yang berhubungan dengan
ajaran-ajaran Taoisme maupun konsep-konsep epistemologi,
terutama yang berkaitan dengan pengetahuan intuitif. ·

Klasifikasi Data
Mengklasifikasikan data sesuai dengan ciri-cirinya,
yaitu data mengenai hubungan manusia dengan Alam sebagai
manifestasi Tao atau disebut mistik Taoisme.
Mengklasifikasikan data yang berupa konsep-
konsep pengetahuan sesuai dengan alirannya, kemudi~n

dilanju~kan dengan mengklasifikasikan setiap aliran


tersebut ke dalarn setiap rincian pandangannya.

Analisis Data
Data yang telah diklasifikasikan sesuai dengan

6
7

ciri-ciri masing-masing kemudian dianalisis, yaitu


dengan memilah-milahkan setiap ajaran Taoisme, yang mem-
bentuk manusia sempurna ( Te ) dan bijaksana ( Shang )
yaitu dengan Wu-wei; lemah lembut, rendah hati dan
mengingkari diri, kemudian dianalisie lebih lanjut sampai
pada dasar tentang intuisi-mistik. Selanjutnya pernyata-
an-pernyataan ters ebut dianalisis dengan pisau epistemo-
logi.

c. Car.a Anal isis


Dalam mempelajari data-data dari ajaran Taoisme
perlu pemahaman, untuk itu dipergunakan metode Verstehen,
yaitu memahami suatu teks dengan mempertimbangkan situasi
dan kondisi pemikiran itu muncul dan dilanjutkan d~ngan

penafsiran. Adapun dalam menganalisis data dipergtmakan


metode " Analisis-sintesis "·
Analisis dimaksudkan untuk mengetahui secara ter-
rinci meng enai masalah yang dibahas sampai pada hal
yang terke cil, hal tersebut diterapkan untuk mengadakan
penelaahan tentang konsep-konsep pemikiran yang ter-
ka.ndung · dalam ajaran Taoisme yang menyangkut manusia
sempurna dan bijaksana, juga diterapkan pada perincian
tentang konsep pengetahuan intuitif.
Sedangkan sintesis dimaksudkan untuk mengetahui
masalah-masalah sebenarn:)Ta dalam arti keseluruhan, dan
dalam hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang
lain seca ra menyeluruh terhadap pemikiran Taoisme.
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. TAOISME DAN AJARANNYA

1 • Riwayat Hidup
Menurut tradisi, kitab Lao Tzu dianggap merupakan
basil karya seseorang yang bernama Lao Tzu atau 'gu~u

tua ',Lao Tzu berusia lebih tua dibanding Confucius,


na.mun hidup sejaman dengan dia, ia hidup sebagni pe-
nyimpan arsip ibu kota, kurang lebih pada abad -1- sr.1.
Sejumlah sarjana meragukan bahwa Lao Tzu membuat
buku pada masa hidupnya Confucius, sebab pada buku-buku
kuno tidak disebut nama J:Jao Tzu sediki tpun. Ki tab T_jao
Tzu senantiasa mengacu pada gagasan-gagasan yanc tidak
dikenal pada masa hidup Confucius, dan baru pada masa
yang lama kemudian dikenal umum.
Kitab Lao Tzu juga dikenal dengan nama kit a b Tao
Te Ching, yang dapat diterjemahkan sebagai "aturan me-
ngemd j alan dan ke baj ikan '', ki tab ini berukuran
kecil, terdiri kurang lebih lima ribu huruf. Kit a b ini
sangat sulcar difahami,kBrena ditulis dengan gaya yang
singkat-padat dan sering terlihat agak berwayuh arti,
sebab tulisannya berbentuk sajak dan mempergunakan tata
bahasa yang berragam.
Tokoh yang kedua dari Taoisme yaitu Chuang Tzu
atau guru Chuang , ia lahir di Cina tengah yang sekarang

8
9

dikenal sebagai propinsi Honan, dan mempunyai jabatan


rendah dalam pemerintahan. Ia meninggal pada ± tahun 300
SM. Kitab Chuang Tzu mengisahkan bahwa penguasa .negara
Ch'u di daerah selatan mengirimkan sejumlah utusan ke-
pada Chuan Tzu dengan membawa hadiah-hadiah yang mahal
dengan maksud agar ia mau menjadi perdana menteri pe-
nguasa tersebut, namun Chuang Tzu menolak.
Kitab Churmg Tzu adalah merupakan karya dari tokoh Chuang
Tzu , narnun tidak seluruhnya ditulis oleh Chuang Tzu.
Seperti halnya de ngan Tao Te Ching, dalam kitab Chuang
Tzu inipun terdapat hal-hal dan sudut pandangan yang
saling bertentangan.
Di dalam Taoisme kini, seperti yang tercermin
dalam k:Ltab Tao Te Ching dan kitab Chuang Tzu, ada
suasana yang menunjukkan rasa muak terhadap kehidupan
manusia seperti yang dijalani dal,g.m kehidupan seha ri-
hari. Kedua kitab itu menggambarkan suatu ide untuk
mengatasi kemuakan dan ketidakmampuan tatanan yang ada
dalam mengatasi keadaan yang kacau, yaitu -dengan cara
manusi~ harus hidup sesuai dengan kodratnya yang alami
.dan menyatu dengan alam.

2. Ajaran _Taoisme
Ajaran Taoisme dimunculkan oleh Lao Tzu pada
abad ke 4 SM dan kemudian dikembangkan oleh Chuang Tzu
pada abad ke 3 SM. Chuang Tzu ajarannya -tidak berbeda
10 .

dengan Lao Tzu, tetapi lianya mempertajam saja. Ajaran


Taoisme bercorak mistik, yaitu suatu usaha m ~nusia

untuk mencapai kesempurnaan dengan cara menyatukan


dirinya dengan Tao. Namun ajaran Taoisme sukar untuk
dipahami, sebab ajarannya berbentuk simbolik yaitu
dengan memakai perumpamaan-perumpamaan. Namun dari
ajarannya yang saling terlepas dan tidak tersistemati-
sasi dengan baik tersebut masih dapat dikelompokkan
sebagai berilcut:
a!. . Tao
Tao berarti 'jalan ', dan dalam arti yang lebih
luas yaitu realitas a bs olut, yang tak terselami, dasar
penyebab, akal budi, logos. Secara metafisis dapat df-
terjemahkan sebagai suatu permul aan dari alam semesta ·.
yang dapat dianggap sebagai Ibu alam semesta,yang dapat
dikatakan sebagai asal segala sesuatu atau tempat
kembalinya sesuatu.
Menurut Taoisme segala sesuatu mempunyai jalannya.
Alam semesta sebagai ruatu keseluruhan juga mempunyai
jalann~a. Jalan setiap individu adalah kodratnya, ke-
biasaannya, hukum perkembangannya, segala keseluruhannya,
i tulah Tao setiap benda. Alain . s.~mesta sebagai keseluruhari

juga menampakkan Tao melalui cara adanya. Semua elemen


terpencar dari sumber asli yang sama, memperlihatkan
lcemampuannya dalam hidup lalu kembali lee asalnya se-
telah memenuhi tujuannya. Itulah jalan, Tao dunia.
11

Jadi Tao adalah asal asli dan pemersatu segala sesuatu


( To Thi Anh, 1984).
Dalam Tao Te Ching, Tao adalah suatu permualaan
dari alam semesta yang dianggap sebagai ibu alam semesta.
Dari ibu itu kita dapat mengenal anak-anaknya, sesudah
mengenal anak-anaknya tetaplah b~rsatu dengan ibu, maka
seluruh hidupmu bisa terhindar dari kerugian ( JJao Tzu,
1962 ).
Dalam Taoisme juga dikenal dengan ajarannya dengan
"gerak balik", yaitu bahwa di alam semesta ini selalu
terjadi perubahan dari ekstrem yang satu menuju ekstrem
yang lain. Misal: musim panas bila sudah mencapai puncak-
nya maka akan berkembang kearah musim dingin, demikian
juga sebaliknya · jika musim dingih telah mencapai puncak-
nya maka akan terjadi perubahan kearah musim panas. Hal
ini mendapat penegasan sebagai berikut:
Baile di dalam lingkungan alam kodrat maupun didalam
lingkungan yang dikuasai manusia, perkembangan yang
secara berlebih-lebihan menuju kearah tertentu
pasti akan disusul oleh perkembangan lain yang me-
nuju kearah yang sebaliknya ( Fung Yu Lan, tanpa
tahun ) •
.'!h. . Wu-wei
'
Wu-wei berarti tidak campur tanga n, tanpa coba
memaksakan pandangannya yang sempit 1 tanpa henda k me-
nyelewene dari yang alamiah dari kepentingan pribadi,
jadi manusia harus mengikuti jalan dan jejak yang sama.
Lao Tzu berkeyakinan bahwa memakai kekerasan atau ke-
12

kuatan berarti menunjukkan kelemahan dan akhirnya


akan menghasilkan kegagalan. Hal itu dapat dilihat
dari pernyataannya sebagi berikut:
Ada yang mau m~ngalahkan dunia
Dan yang menjadikannya sesuai dengan keinginannya '
Saya yakin mereka tidak akan berhasil
karena dunia adalah milik langit yang tak dapt di-
bentuk oleh campur tangan manusia
Ia yang membuat itu akan merusakkan
Ia yang memilikinya akan kehilangan (Lao Tzu,1962 ).
Dari Wu-wei muncul tiga kebajikan yaitu: lemah lembut,
rendah hati, clan menyangkal diri. Keramahan dan kelembut-
an mendapat tempat yang utama dalam Taoisme, sebab sifat
kelernbutan adalah melambangkan suatu kehidupan, sedang-
kan kekerasan melambangkan kematian. Sebagaiman diucap-
kan oleh Lao Tzu:
Ketika manusia dilahirkan ia lemah dan lembut,
waktu mati ia keras dan kaku.
Ketika benda-benda dan tumbuhan masih li dup mereka
begitu lembut dan gemulai, bila mati mereka menjadi
rapuh dan kering.
Karena itu kekerasan dan kekakuan merupakan ternan
dari kematian.
Kelembutan dan kehal usan adalah ternan kehi dupan
( Lao Tzu, 1962 ).
Rendah hati merupakan sesuatu yang hakiki dalam
sikap Wu-vvei. Sikap rendah hati i n _ p ertama-tama ter
letak dalam "tetap bersatu dengan inti", dekat selalu
dengan keaslian yang sederhana dan jujur. Sebagaimana
ucapan Lao Tzu: Tunjukkan dirimu yang sederhana ,
rangkullah kodratmu yang asli, tahanlah rasa ingat
dirirnu dan batasi keinginanmu ( La o Tzu, 1962 ). Aspek
lain dari kerendahan hati adalah kesederhanaan, puas
13

dengan memiliki sedikit, dan suatu kesunr:;guhan untuk


menghindari semua yang keterlaluan. Hal ini tercermin
pada ucapan Lao Tzu sebagai berikut: Saya mempunyai
tiga harta, jagalah dan peliharalah mereka: yang pertama
ialah cinta, kedua yaitu kesederhanaan dan ketiga yaitu
tak pernah menjadi yang pertama di dunia ( Lao Tzu,
1962 ) •
Kebajikan yang ketiga dari Wu-wei ya:iltu mengingkari
diri, yaitu suatu sikap yang mulia dari seorang bijak-
sana, Chuang Tzu berkomentar atas Lao Tzu :
Dirimu adalah suatu tubuh yang dipinjamkan kepadamu
oleh alam semesta. Hidupmu bukan milikmu: ia adalah
harmoni yang dipinjamkan kepadamu oleh alam semesta.
Kodratmu bukan milikmu, ia adalah perkembangan alam-
iah yang dipinjamkan kepadamu oleh alam semesta • .
Engkau tidak memiliki dirimu sendiri ( Lao Tzu, 1962 ).
c.
........... Te
Te merupakan sesuatu yang ingin dituju oleh para
penganut Taoisme. Te ialah kebajikan sebagai buah atau
hasil yang didapat apa bila seseorang menjalankan Tao
( Kwee Tek Hoaij, 1935 ). Jelaslah tujuan yang ingin
dicapai oleh Taoisme adalah Te, untuk mencapai Te se-
'
seorarrg harus bertindak atau berbuat selaras dengan Tao
yang merupakan dasar filsafat Taoisme. Kebajikan ter-
tinggi bagi manusia ialah mencapai Tao, bersatu dengan
Tao. Dapat dikatakan bahwa Te yang ingin dicapai Tao-
isme merupakan kebajikan tertinggi. Manusia yang sudah
mencapai Te memandang dirinya bagian dari Tao, telah
luluh ke dalam Tao. Seseorang yang telah luluh ke dalam
14

Tao lebih kuasa dibanding dengan orang lain, sehingga


apapun yang terjadi pada dt rinya tidak te rlepas dariNya.
Maka orang berusaha untuk menyatu ke dalam Tao, I,ao Tzu
menyatakan sebagai berikut:
"Inilah yang dinamakan keluluhan secara rahasia, yang
mengalaminya tidak dapat diperlakukan secara mesra,
namun juga pantang tak diterima, Ia tak dapat dibantu
namun juga kebal cedera, Ia tak dapat dihormati,
namun juga tak dapat nista. Karenanya Ia menduduki
tempat pertama di antara makhluk jagad raya ( H.G.,
Creel, 1989 ) •
Karena ia menyatu dengan Tao maka ia adalah Tao dan di-
gambarkan mempunyai ciri-ciri atau pertanda yang di-
punyai oleh Tao sendiri. Orang yang telah menyatu
dengan Tao berarti ia telah manunggal dengan alam semesta.
Bagi Taoisme bentuk tertinggi ya.q.g dapat dicapai manusia
adalah kemanunggalan manusia dengan alam semesta.
15

B. PENG ERTIAN POKOK

1.Pengertian Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang diperoleh se-
cara langsung, artinya tanpa mencerap atau memikir.
Dengan kata lain pengetahuan intuitif bukanlah hasil
penalaran secara sadar atau hasil pencerapan indera
( Ali Mudhofir, 1983 ). Intuisi adalah suatu kemampuan
yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan ·
dengan tanpa suatu suatu rangsangan atau stimulus
mampu untuk membuat pernyataan yang berupa pengetahuan
( Abbas Hamami M, 1983 ). Pengetahuan yang diperoleh
melalui intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau
melalui kenyataan , karena pengetahuan ini muncul tanpa
adanya pengalaman lebih dahulu.
Intuisi merupakan pemahaman langsung tanpa per-
antara yang dilakukan oleh suhyek yang mengetahui.
Pemahaman itu menyangkut diri subyek itu sendiri, ke-
adaan kesadarannya, pikiran orang lain, dunia luar,
hal-hal umum, nilai-nilai dan juga kebenaran-kebenaran
rasional ( Runes Dagobert, 1979 ). Seiring dengan itu
dikatakan intuisi sebagai suatu bentuk dari ketidak-
terdugaan atau pengetahuan langsung, yaitu ketidakter- .
dugaan atas kebenaran suatu pernyataan, juga ketidak-
terdugaan pengetahuan tentang obyek yang bukan berupa
pernyataan ( Antony Flew, 1983 ).

16

John Locke mengatakan bahwa pengetahuan intuitif


adalah pengetahuan yang be~sifat pasti dan tida~ dapat
diragukan, dalam pengetahuan ini budi melihat adanya
hubungan antara ide-ide, ~de-ide ini timbul karena ada-
nya persepsi indera manusia terhadap benda-benda.
Pengetahuan yang timbul dari dalam ini terjadi karena
refleksi secara intuitif terhadap ide-ide yang ada
(Abbas Hamami.M., 1983 ) • Lain halnya dengari Rene
Descartes yang menyatakan bahwa intuisi merupakan suatu
konsepsi yang muncul dengan cepat dan tepat di dalam
akal budi yang jernih, sehingga kita sungguh-sungguh
bebas dari keragu-raguan mengenai perkara yang ada di
dalam pilciran kita ( Abbas Hamami.M., 1983 ).
Bagi Henri Bergson Intuisi merupakan suatu naluri
atau insting yang menjadi kesadaran diri sendiri, serta
dapat menuntun kita kepada kehidupan yang lebih dalam.
Intuisi mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada pe-
ngetahuan yang berasal dari akal atau dari tangkapan
panca indera, ia bersifat mutlak dan menyeluruh tanpa
terbag~-bagi . ( Henri Bergson, 1944 ).
17

2. Pengertian Mistik
Mistisisme adalah bentuk religi yang menekankan
pada kesadaran langsung akan hubungan · manusia de'ngan
Tuhan, kesadaran yang dekat dan intim akan hadirnya
~uhan ( Runes D, 1975 ). Mistisisme dikatakan sebagai
pengalaman langsung tanpa perantara akan wahyu, sebab
jiwa manusia sebentar lagi mendekati untuk bersatu
dengan Tuhan ( Flew,Antony, 1983 ). Di ~ini ditekankan
adanya suatu totalitas ketundukan dari kemauan dan
intelek manusia pada Tuhan, dalam mistik manusia me-
mandang Tuhan sebagai maha transenden.
Lasson mengatakan bahwa hakekat mistik adalah
pernyataan dari intuisi yang mengatas± kategori waktu
dengan pemahaman akan makna terdalam guna diteruskan
pada penalaran spekulatip, lain dengan rasio, sebab
rasio tidak memimpin kita pada hakekat sesuatu. Oleh
karena itu kita membutuhkan pandangan intelektual
(Happold.F.C, 1981 ) •
Mistisisme adalah sebagai bagian dari spirituali-
tas d~ngkal karena ia merupakan bentuk pengalaman, jalan
pengetahuan dan pernyataan kesadaran. Von Hartmann me•
ngatakan mistik sebagai perasaan dari kesadaran (yang
berisi· perasaan,berpikir dan kehendak ) dengan suatu
bantuan ketidaksengajaan atau spontanitas yang sama
dari kesadaran ( Happold.F.C, 1981 ).
18

Mistik merupnkan usaha untuk mengetahui aspek dari


realitas yang tidak tampak, oleh karena itu kesadaran
normal akan melihat sesuatu yang nonsen. Namun penge -
t ahuan dari misti k ini adalah suatu pemahaman akan
sumber yang tidak jelas, ia melekat pada manusia untuk
mendapatkan rahasia umum, untuk menggenggam bukan dalam
bagian-bagian tet ap i menyeluruh.
Karakter pengalaman mistik tidak ditentuka n oleh
tingka t sadar pada yang rnengalami, tetapi O'l eh tingka t
kualitas pengalaman. Seseorang yang ingin mengalami
mistik namun tidak akan pernah mengalami, tetapi hanya
sekedar kontemplasi sebab mistik itu datangnya tib a -
tiba pada kejadian pers epsi intuitif yang cepat dan
dan mendalam, mungkin hanya sekali dua kali di a lami
manusia sepanjane hidupnya.
Pengalaman mistik sulit untuk dideskripsikan
kecuali secara ne gat ip atau metaphora juga dengan me-
makai simbol-simbol, sebab kata-kata tidak mampu untuk
m~lukiskan sesua tu yang esoteric oleh karena itu sering
dikatakan sebagai anonim. Akibat dari sifat yang
demikian maka mistik tidak mampu untuk memv~rifikasi

hasil yang diperolehnya, sehingga sering disebut " un


knowing knowing '' ( Happold.F.C, 1981 ).
19

Menurut W.T, Stace ciri yang mendasar dari mistik


yaitu:
a. Kesadaran akan kemanunggalan, kesadaran ini 'berlawan-
Rn dengan kesadaran rasional sehari-hari yang ditandai
adanya penangkapan kebinekaan dan pembedaan, maka ke-
sadaran mistik tidak menangkap kebinekaan dan pembeda-
an melainkan:"all is one and one is all".
b. Penghayatan mistik tidak sensual~ tidak intelektual
dan tidak konseptual. Dan ka.rena semua kata(kecuali
nama benda) mewakili konsep, maka pengalaman mistik
sering dinyatakan "tidak terkatakan".
c. Kesadaran mistik adalah membahagiakan, memberikan ke-
damaian karena mencapai pembebasan. · ·
d. Adanya penghayatan .manunggal dengan 'The Ultimate
Truth' atau the absolute being.
20

3. Mistik Taoisme
Mistik Taoisme adalah miQtik alam, sebab tujuan
pembebasannya adalah mencapai 'kemanunggalan' dengan
Alam ( Tao ). · Sebagaimana dikatakan oleh R. Otto:
" adalah perasaan di dalam keberadaan terlingkup oleh
kemanunggalaQ dengan alam, sehingga seseorang merasa
semua k ekhususan benda-benda alamiah ada di dalam diri-
nya" ( Y. A. Surahardjo, 1983 ) •
Dasar pemikiran Taoisme tentang alam semesta
bersifat pantheistik, yaitu Tao berada di belakang
fenomena, dunia fenomena yang kita lihat dan ketahui
ini keluar dari Tao melalui terbelahnya Tao menjadi dua
kutub y ang bertentangan; 'Yang'dan'Yin' 8tau terang dan
gelap. Kutub pertentangan ini hanya · di dunia fenomena.,
pertentangan ini tidak ada di dalam Tao, sebab Ia me -
r~pakan kesatuan yang tak terpisahkan, juga merupakan
arah kema na jiwa manusia akan kembali.
KnJ;:. ~ Tao dalam Tao Te Ching mernpunyai makna ganda, di-
satu pihak Ia merupakan aspek transendental, dilain
pihak Tao adalah jalan hidup yang berupa prinsip moral
atau 'kebijaksanaan' manusia dalam berhubungan dengan
alam. Sehingga seseorang yang menyatakan Tao maka akan
terdorong untuk mengarahkan hidupnya sesuai dengan
koclratnya yang alami ( wu- wei ).
21

Mistik alam Taoisme menyiratkan suatu intuisi,


intuisi timbul tatkala manusia menangkap 'keberlangsung-
an' Tao dalam keseluruhannya, sehingga manusia mengalami
kesatuan dengan Tao • Perasaan merupakan unsur penting
bagi kegiatan mistik-intuitif, sebab .dengan perasaannya
maka manusia dapat merasakan keadaan suatu obyek atau
suatu situasi yang melingkupinya, baik itu berupa se-
suatu yang menyenangkan, menakutkan maupun sesuatu yang
yang mencemaskan. Sebagai kegiatan sadar terhadap
situasi dari obyek tersebut maka timbul suatu cinta, pen-
cerahan ataupun suatu kesatuan (kejumbuhan) ( Ali
Mudhofir, 1933 ).
Keterlibatan subyek dalam keseluruhan eksistensi-
nya, yaitu pengamalan subyek dalam perbuatan m8rupakan
tuntutan mutlak dalam suatu mistik. Hanya manusia yang
bebas dari keinginan atau dengan kata lain manusia yang
'tanpa kegiatan' ( wu wei ) menjadi manusia yang utama.
Kesatuan manusia dengan Tao merupakan suatu kegiatan
yang spontan, yaitu sesuai dengan kodrat alam. Tindakan
alarniah yang spontan adalah suatu tindakan yang tidak
disadari. Dalam Tao Te Ching banyak contoh yang meng-
gamb a rka n ba~va k ema hira n yang paling tinggi terjadi
pada tara f tindakRn naluriah tanpa mengikutsertakan
ke giatan intelek ( Creel.H.G., 1989 ).
22

Pengal ama n mi s tik pada Taoisme merupakan ~ e suatu

ya ng unik, s ehingga tidak semua orang mengalami sesuatu


yang s a ma, semua orang punya pengalaman yang berbeda
dan tidak mungkin untuk disalahka.n atau diserang oto-
ritasnya . Seseorang tidak mungkin mempersiapkan dirinya
untuk menerima pengalaman mistik, walaupun terjadi itu-
pun hasilnya akRn berbeda yaitu sesuai dengan perasaan
terhadap suasana yang melingkupinya. Bahkan intuisi
tidak aka n diperoleh bila dibutuhkan, sebab ia ter-
gantung pada situasi dan lingkungan yang dihadapi, bahkan
sebagian orang menamakannya sebagai su~tu rahmat

( Northrop.F.S.C., 1950 ). Dalam mistik Taoisme, intuisi


lebih merupakan bentuk perbuatan mengalami da~ipada .
merupakan kemampuan untuk mernperoleh pengetahuan, sebab
pencapaian Tao sebagai'the ultimate truth' diperoleh
dengan melibatka n diri dalam perbuatan. Apa yang di-
kp+~kan oleh intuisi kepada kita tidak pernah dapat di-
beritahukan, ka rena untuk pemberitahuan perlu diter-
jemahkan terl~bih dahulu kedalam simbol-simbol ( Yolton.
J.W., 1965 ).
Pengalaman mistik adalah merupakan pengalaman
langsung , t anpa perantara simbol-simbol. Dalam kesatuan
manusia dengan Tao adalah lebih dari sekedar subyek
yang menghadapi obyek, melainkah gabungan atau kesatuan
satu dan lainnya , lebih dalam dan memperjelas, Jadi
tidak ada pemis ahan antara yang subyekt·ip dengan yang
23

obyektip. Menurut E.Cassirer; ekspresi mistik adalah


tarap tertinggi ekspresi mitis. Asal mula kedua hal ter-
sebut dapat ditelusuri dan berakar dari dalam sikap
religius, disebabkan budi manusiawi menampilkan diri
dalam pelbagai bentuk yang semuanya lewat proses simbol~

isasi. Dengan demikian fungsi simbolis dan metaphorik


yang terdapat dalam ungkapan mistik harus ditanggapi se-
bagai salah satu cara berada budi manusiawi yang non-
rasional disamping cara berada yang logis-rasional.
Bahasa 'teks' mistik pada umumnya berupa perlambang,
alegoris bahkan paradoksal. Pernyataan mistik tidak
dapat dibenarkan ataupun disalahkan oleh empiri maupun
verifikasi, juga tidak memberikan informasi tentang
obyeknya. Bahasa dalam teks-teks mistik terutama yang
religius bersifat senada dengan bahasa teologis, oleh
karena itubahasamistik . memang tidak akan dapat dipahami
kalau diperlakukan sebagai pernyat~an-pernyataan yang
informatip-deskriptip sesuai dengan kriteria kaum logis-
positivis ( Y.A. Surahardjo, 1983 ).
24

C. KONSEPSI PENGETAHUA.N TAOISME


1 • Sumber _P engetahua.a

Taoisme beranggapan bahwa agar manusia dalam hidup-


nya berbahagia maka ia harus berusaha kembali kepada
Tao sebagai'kenyataan tertinggi'. Adapun yang menjadi
penghalang bagi manusia untuk bersatu dengan Tao yaitu
berupa 'pengetahuan'; oleh karena itu agar manusia dapat
bersatu dengan Tao maka ia harus meninggalkan 'pengetahu-
an', sehingga orang yang'tidak berpengetahuan' adalah
berbahagia. Keingintahuan dan pengetahuan pada manusia
perlu dibatasi, sebab pengetahuan adalah obyek dari ke-
ingintahuan dan sekaligus ia bisa mengarahkan keingin-
tahuan. Pengetahuan bisa menjadi budak dan tuan keingin-
tahuan. Bila pengetahuan bertambah maka ia mulai tidak
lagi bersikap spontan dan natural, berarti tidak sesuai
dengan prinsip wu wei. Seperti kita ketahui karena Tao-
isme bersikap anti intelektualisme ( Yosep Umarhadi,1983 ).
Hal ini sesuai dengan ucapan JJao Tzu: " dalam u saha me-
ng erti alam-dunia, dapatkah kamu meniadakan pengetahuan '' ?
( Lao Tzu, 1962 ).
r~enurut 'raoisme, manusia yang berpengetahuan a tau

mengandalkan intelek ad.alah manusia yang dengan akalnya


secara sadar mengambil jarak dari Alam, kemampuan dari
manusia yang demikian mengakibatkan manusia tidak dapat ·
menangkap dan m~nghayati eksistensi Tao yang memanifes-
tasikan diriNya d.alam Alam secara utuh. _Dengan akal dan
inderanya manusia hanya mampu mengetahui secara parsial
25

dari bagian luar atau fenomena Tao tanpa dapat menemulcan


Tao itu sendiri. Taoisme lebih mempercayai intuisi dari-
pada akal budi, menurutnya pusat kesadaran manusia · bukan-
lah terletak pada inteleknya melainkan pada hatinya,ia
mempersatukan akal budi dan intuisi, intelegensi dan
perasaan. Ia menghayati hidup dalam keseluruhan bukan
dengan otak ( Lin Yu Tang, 1962 ). Lin Yu Tang dalam
hal ini mengatakan :
Sebagai pengganti pemiki~an berdasarkan logika yang
lcaku dan serba terbatas dalam menghadapi kebenaran
hidup, kami memiliki suatu bentuk pemikiran berdasar
intuisi, yang alcrab, hangat dan personal, biasanya
lebih dekat dengan kenyataan. Logika secara tepat
membagi realitas kedalam bagian-bagian yang saling
berbeda' dan karena i tu ia d.a lam proses membunuh'
sedang pemikiran intuitif yang simbolik merangkum
sesuatu secara menyeluruh ( Lin Yu Tang, 1962 . ). ·
Pengetahuan tentang " the ultimate truth " adalah pe-
ngetahuan yang dangkal bila manusia memaksanya dalam
term intelek manusia sehingga Tao tidak dapat dipahami
dengan kemampuan rasional. Hal itu tidak dapat diketahui
dan tak terket a hui lewat proses 'tahu'. Sebagaimana
ucapan Lao Tzu dalam Tao Te Ching:
Tao yang dapat dijadikan bahan perbincangan bukanlah
Ta<J yang abadi.
Nama yang dapat dinamakan bukanlah nama yang kekal,
Yang tak bernama adalah asal-usul Surga dan Bumi;
Yang bernama adalah ibu segala sesuatu.
Mereka yang mengetahuinya tidak memperbincangkannya,
dan mereka yang memperbincangkannya tidak meng etahui-
nya ( Lao Tzu, 1962 ).
Lao Tzu mengajarkan bahwa Tao adalah sumber misteri, ke-
dalaman, dasar dari ada. Untuk menyingkap misteri itu .
26

ada dua jalan yaitu jalan informasi dan jalan negatip,

kedua pendekatan ini bukanlah merupakan oposisi, namun


saling melengkapi. Metode positip merupakan jalan

informasi, ialah membicarakan tentang obyek metafisik


yang merupakan masal a h yang sedang diselidikinya, sedang
hakekat metode ne ga tip ingin mengungkapkan aspek-aspek
tertentu yang tidak dapat dianalisa secara positip

( Fung YuLan, tanpa tahun ).


Taoisme menolak bentuk pengetahuan yang bermetode

positip, sebab pengetahuan yang demikian terlalu dingin


dan kering dalam memprosesnya. Lain halnya dengan bentuk
penget ahuan yang bermetode negatip, pengetahuan yang di-
hasilkannya ialah suatu pengertian yang menunjukkan, · dan

yang arti sepenuhnya diberikan oleh barang sesuatu yang

ditangkap secara langsung, konsep yang demikian oleh

Northrop dinamakan " A concept by intuition "

Alat utama yang dipergunakan lewat gejala'tahu'

ialah rasio. Di dalam gejala tahu tidak mungkin segi

realitas terraih kesemuanya oleh segi idealitas (subyek).

Kaum Iptelektualis ( logis-positivis ) berhenti sampai


pengetahuan yang terletak dalarn batas-batas kemungk inan
yang dapat dicapai oleh rasio. Adanya kehenaran yang
terungkap lewat putusan-putusan ilmiah yang dicapai se~

car~ rasional adalah sah , dengan demikian putusan-


putusan analitis adalah putusan yang sesuai dengan hukum-
hukum lo g ika ( kebenaran yang dicapai:coherence truth )
27

dan putusan sintetis yaitu putusan· yang dapat diverifi-


kasikan atau difalsifikasikan oleh fakta ( kebenaran
yang dicapai : correspondence truth ) adalah sah,
tetapi kebenaran tersebut adalah terbatas ~arena tidak
dapat menjawab hal-hal yang paling fundamental dan me-
nyentuh pribadi kita yaitu yang menentukan eksistensi
kita secara manusiawi. Dalam Tao Te Ching diungkapkan
sebagi berikut: " KalA.u kami dengan pengetahuan yang
sempi t, rnaka penyesatanlah yang dikhawatirkan ( JJao Tzu,
1962 ) •
Didalam dunia empiris, realitas tidak mungkin
terjangkau secara keselu:ruhan dengan sempurna oleh segi
kesadaran sebab di dunia empiri ini 'kesadaran' tddak
bisa mencapai keindetikan secara sempurna dengan se-
luruh realitas, tetapi hanya satu segi saja atau aspek-
tual.
Ajaran Taoisme menyiratkan suatu bentuk mistik
AlP~, yaitu suatu usaha manusia untuk menyatu dengan
Tao yang memanifestasikan diri dalam alam. Dalam mistik
yang oomikian peran intuisi sangat besar, sebab dengan
intuisi manusia dapat menangkap 'keberlangsungan' Tao
dalam keseluruhannya, sehingga manusia mengalami kesatu-
an dengan Tao. Kalangan mistik mengatakan bahwa obyek
mistik tidak dapat dijangkau oleh rasio apalagi oleh
persepsi indera, namun dapat dicapai dalam hati. Sebab
rasio adalah kemampuan yang aspektual serta terbatas, -
28

sedangkan realitas yang tidak terbatas tidak akan ter-


muat oleh rasio. Rasio menghendaki pemahaman dengan
hukum-hukum logika, namun seringkali realitas menginglcari
hukum-hukum logika, apalagi rasio tidak mampu menguasai
realitas sepenuhnya. Obyek-obyek mistik melampaui obyek-
obyek empiri, sehingga sesuai dengan obyek-obyek religi-
us pernyataan-pernyataan tersebut merupakan pernyataan
"evokatif-deskriptif", sehingga untuk memahami pengalam-
an mistik lewat teks-teks mistik lcita tidak boleh me-
nafsirkannya sama dengan menafsirkan pernyataan-per-
nyataan "deskriptif-normatip" yang dipakai ilmu-ilmu
empiri, sebab tentu tidak akan mengena ( Y.A. Surahardja,
198 3 ) •
Perasaan merupakan unsur penting bagi kegiatan
mistik-intuitif, sebab dengan perasaan manusia dapat me-
rasakan keadaan suatu obyek atau situasi yang melingkupi-
nya, baik itu berupa situasi yang menyenangkan, menakut-
kan maupun sesuatu yang mencemaskan. Sebagai akibat atau
hasil dari kegiatan sadar (kesadaran) terhadap situasi
dari obyek tersebut maka timbul suatu cinta, pencerahan
ataupun suatu kesatuan ( Ali Mudhofir, 1983 ).
Intuisi memungkinkan manusia menemukan Tao sebagai ke-
benaran tertinggi, hal ini dapat tercapai karena manusia
sebagai subyek dalam menghadapi Tao tidak menganggapnya
sebagai obyek yang harus diselidiki sebagaimana dalam
penelitian ilmu, tetapi dengan menganggap Tao sebagai
subyek yang bereksistensi dengan segala keunikannya.
29

2. Validitas Mistik-Intuitif

Pemahaman yang diperoleh dari pengalaman langsung


mistikus tidak melulu berupa keterangan dari data obyek
yang dimengerti seperti: warna, bau dan suara, tetapi
mencakup segala sesuatu secara keseluruhan yang ber-
macam-macam. Keanekaragamannya adalah sebanyak isi "ke-
sadaran" dan isi pengalam langsung terhadap alam yang
beraneka ragam. 'Kesadaran yang identik secara sempurna
dengan 'ada'nya realitas atau 'segala yang ada' menjadi-
kan kesadaran bukanlah bersifat individual empiri, me-
lainkan berupa 'kesadaran mutlak'. Hal ini menjadikan
pengalaman mistik bukanlah ilusi ~elaka, sebab ia ber-
laku bagi orang banyak, meskipun hanya untuk orang-
orang tertentu.
Menurut Lao Tzu, sesuatu yang 'benar' adalah
muncul bersama datangnya intuisi dan bukan melulu pe-
ngertian murni halnya ataupun introspeksi data. Ia me-
rupakan rangkaian keseluruhan intuisi dari pengalaman
langsung. Jadi sesuatu yang benar tidaklah melulu dari
dalam keberadaan manusia, juga bukan dari alam, tetapi
dari suatu keberlangsungan mistik ( Northrop.F.C.,1950 ).
Pengertian yang asli atau pengertian eksistensial dapat
diperoleh lewat pengalaman langsung-asli, hal itu hanya
30

mungkin diperoleh apa bila sudah tidak ada distansi


atau polarisasi antara subyek-obyek; pengenalan ini
terjadi secara langsung intuitif, merupakan suatu per-
jumpaan yang akrab, yaitu sebagaimana berlangsung dalam
penghayatan mistik, terjadi 'peleburan' subyek-obyek
menjadi manunggal ( Y.A. Surahardja, 1983 ).
Martin Buber mengistilahkan 'peleburan' subyek-obyek
dengan sikap Ich-Du atau I-Yu. Dalam taraf ini ke-
seluruhan pribadi subyek terlibat dan terserap sepenuh-
nya dalam penghayatan 'perjumpaan' tersebut. Peristiwa
'perjumpaan' terutama 'peleburan' subyek-obyek sudah
memasuki kejadian meta-rasional atau metafisik, yaitu
sesuatu yang sudah tidak dapat dipikirkan bagaimana
atau begitu, namun dijumpai secara alcuab ..
Pemahaman atau pengertian yang diperoleh lewat
penghayatan ini dapat dikatakan sebagai "pengertian
eksistensiil" yaitu mengimplisitkan suatu afirmasi bahwa
"ada"nya subyek-obyek merupakan suatu paduan yang ter-
jadi dalam pengalaman atau penghayatan langsung-asli,
di sini keseluruhan eksistensi subyek termuat dalam
amal perbuatannya ( Ninian Smart, 1978 ).
31

3. Kebenaran 1ntuisi

Lao Tzu berkata bahwa semua konsep adalah nama


dari dari pemahaman langsung yang khusus dan unik, se-
hingga tidak ada realita kecuali yang ditunjuk oleh
konsep dengan intuisinya, dan tidak ada komponen yang
nyata kecuali komponen intuisi. Michael Talbot bahkan
berkata bahwa tidak ada realitas subyektip atau obyektip
yang masing-masing berdiri sendiri, atau dunia kesadaran
I

dan dunia fisik bukan merupakan'keterpisahan' melainkan


suatu jalinan yang terpadu atau 'kemanunggalan', bukan
subyektip atau obyektip melainkan 'omnijective' ( Talbot,
Michael, 1981 ).
Tao sebagai 'jalan' kenyataan terakhir tidak dapat
ditangkap dengan panca indera manusia, karena Ia me-
lampaui panca indera, Ia juga melampaui semua pemikiran
dan khayalan, sehingga manusia tidak mampu menghadapi
Tao yang mengungkapkan diri dengan penuh ketajaman, ke-
penuhan dan kegemilangan. Tao yang dirumuskan seca~a

rasional meskipun jelas dan sistematis namun tidak asli,


sudah 'jauh' dari realitas karena merupakan konstruksi
logis dari pengamat saja. Oleh karena itu kata-kata
tidak dapat menggambarkan ataupun merumuskannya ( Smith.
H., 1985).
Pengetahuan intuitif ukuran 'kebenarannya' yaitu
sejauh mana kadar keterlibatan subyek menanggung resiko
32

dalam peristiwa 'perjumpaan', hal ini menandakan adanya


intensitas dan kesungguhan 'perjumpaan'tersebut.
Pengetahuan intuisi dapat dikatakan kebenarannya sangat
potensial, karena ia timbul secara spontan dan tanpa
diuji terlebih dahulu. Untuk dapat dikatakan sebagai
pengetahuan, intuisi perlu diterjemahkan ke dala~

bahasa simbol. Walaupun demikian adalah tidak mungkin


untuk dideskripsikan ke dalam term-term rasional, se -
hingga secara logis tidak dapat ditunjukkan validitasnya,
maka dapat dikatakan apa yang disebut 'tahu' merupalcan
ketidaktahuan sebab ia tidak dapat dibuktikan ( Northrop.
F.C., 1950 ).
Lao Tzu mengharapkan agar tiap orang bertindak·
seperti anak kecil, hidup anak kecil adalah ideal. Anak
mempunyai sedikit pengetahuan dan keinginan. Penguasa
seharusnya menjaga agar rakyat tetap 'tidak tahu' dan
tidak ingin, supaya mereka yang tahu tidak berani dan
tidak bertindak, dan sebagai akibatnya semua teratur
( Lao Tzu, 1962 ). 'Tidak tahu' berarti sederhana dan
murni ( Yu ). Penguasa membiarkan semua orang menjadi
'Yu'. 'Yu' itu merupakan keutamaan yang benar, namun
'Yu' seorang anak berbeda dengan 'Yu' seorang bijak.
'Yu' seorang bijak merupakan hasil proses perkembangan
kesadaran,'Yu' itu lebih benar dari pada pengetahuan.
Pepatah Cina mengatakan '' kebijaksanaan adalah ketidak-
tahuan". Sedang 'Yu' untuk orang biasa ·atau anak adalah
'Yu' yang natural ( Yosep Umarhadi, 1983 ).
33

Lao Tzu mengatakan bahwa " tahu tetapi seperti tidak


tahu adalah mulia, tidak tahu tetapi mengira tahu ada-
lah cacat ( Lao Tzu, 1962 ).
Kebenaran yang dicapai melalui intuisi-mistik
merupakan kebenaran tingkat tinggi, sebab kebenaran ter-
sebut ditemukan dalam bidang eksistesiil, di sini subyek
melibatkan diri dengan berbuat. Bahkan. dalam intuisi
dikatakan kebenaran yang dicapai adalah mutlak, sebab
di sini 'kesadaran mutlak' yang sungguh-sungguh identik
dengan 'segala yang ada'. Ia bersifat sempurna serta
merupakan 'kebenaran terakhir' (the ultimate truth) yang
tidak tergoyahkan lagi. Kebenaran yang demikian merupa-
kan puncak kemanunggalan 'kesadaran mutlak' dengan 'the
ultimate Being' (realitas) yang sekaligus merupakan
'the ultimate truth'. "The ultimate truth" itulah yang
diupayakan lewat gejala tahu (cognition) maupun lewat
penghayatan mistik. Kebenaran yang diupayakan lewat
gejala tahu yaitu kebenaran obyektip, kebenaran yang
demikian tidak menyangkut kehidupan manusiawi yang
paling ~ dalam. Kebenaran yang demikian ditemukan dalam
kebenaran ilmiah, subyek berkeduduKan sebagai penonton
terhadap obyek. Menurut kaum mistik, kebenaran yang
demikian merupakan kebenaran tingkat rendah ( Y.A. Sura-
hardja, 1983 ).
BAB IV

K E S I MP U L A N

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas,


maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dalam pene~itian

ini:
1. Intuisi mistik merupakan salah satu jalan untuk men-
capai ''the ultimate truth" atau kebenaran tertinggi
ebadi yang wajib dijunjung dan diupayakan.
2. Untuk mencapai kebenaran tertinggi tidak cukup dengan
pemahaman dan transendensi diri yang rasional saja,
melainkan perlu suatu keterlibatan subyek secara
eksistensial dalam perbuatannya berdasarkan prinsip
'wu-wei' untuk bersatu dengan Tao.
J. Sesuatu yang 'benar' muncul bersama datangnya intuisi
bukan melulu pengertian murni tentang halnya ataupun
introspeksi data. Ia merupakan rangkaian keseluruhan
dari pengalaman langsung.

34
35

DAFTAR PUSTAKA

Abbas-Hamami.M. 1983,Epistemologi, hal: 35, Fakultas


Filsafat UGM, Yogyakarta.
Ali - Mudhofir, 1983, "Intuisi Sebagai Pertgetahuan"
dalam: Beberapa Pemikiran Kefilsafatan
hal: 28,29, Fakultas Filsafat UGM
Yogyakarta.
Bergson, Henry 1944, CreativeEvolution; ha1:.391,
Modern Library, New York.
Flew, Antony, 1983, A Dictionary Of . ?hilosophy, hal; ·
178, Pan Books Ltd,London.
Fung Yu Lan , t t, Sejarah_Ringkas Filsafat Tiongkok,
disadur & diterjemahkan oleh: Soejono
Soemargono, hal: 12,32, Fak. Filsafat
UGM Yogyakarta.
Happold,F.C., 1981, Mysticism, hal:62,117, Penguin
Books Middlesex, England.
Kattsoff, JJ. 0., 1986, Pengantar Filsafat, alih bahasa:
Soejono Soemargono,hal: 144-146, Tiara
Wacana, Yogyakarta.
Kwee Tek Hoaij , 1935, Lao Tzu ' dan" Pelajara.nnya; hal:
45, TyP D1~kkery Moestika, Batavia.
1962, Tao _Te Tjing, alih bahasa: Tjan
Tjoe Som,-~- Bh1·at~ Jakarta.
Lin Yu Tang , 1962, The Pleasures of A Non Conformist
hal: 42, t lihe World .?ubli::ihing Co, Clve-
lend.
I
Northrop,F.s.c., 1950, The Meeting of East and West,
hal: 312=374, The Nracmllari Co,New York.
Runes ,D., 1979, Dictionary Of Philosophy, 2nded .
Littlefield Adams-& Co, New Jersey.
Smart, Ninian, 1978,"Interpretation and Mystical
Experience", dalam: Understanding
Mysticism;Richard Woods OP (ed)
A Division of Dobleday & Co New York.
36

•• 4\

Smith, Hustonl 1985, Agama-Agamf 1V1anusia, hal': 233 !


alih bahasa: Saa roedin Bahar, Yayasan .
Obor Indonesia, Jakarta. • .. ·"

Stace, W.T., 1955, Mysticism and Human Reason, Univ.


of Arizona Bulletin Series- Vol:XXVI
No:3, Dikutip oleh: Ya. Surahardjo
Talbot, Michael 1981, Mysticism and __New Phya·ics, ha:l:2
A.Bantam Book, USA.
Titus, Smith & 1934, Persoalan-Persoalan Filsafat,
Nolan , alih bahasa: H.M. Rasyldl, hal:205
Bulan Bintang, Jakarta.
To Thi Anh 1 1984, Nilai Buda~a _Barat dan timur, hal:
13, Gramedia, Ja ar.ta. ·
Wing Tsit Chan 1973, A Source Book Tn Chinese Philo-
sophy, hal:178, l?:r!nce~on Univ.Press,
New Jersey.
Y.A.Surahardjo 1993, Mistisisme, hal: 12, 47, Pradnya
Paramita, Jakarta.
Yol ton, John. W., 1965, Theory Of Knowledge _ , hal: 36 ,
Macmillan Co, New York.
Yosep - Umarhadi , 1983, Taoisme, Driyarkara, tahun: X No:4 ·
hal:28,29.

I
I

'.

(
•)
II • • ..
.
t

Anda mungkin juga menyukai