Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 3

Mata Kuliah : Sosiologi Pendidikan


Nama : Berlina Sibagariang
NIM : 043885355
UPBBJ : Medan
Prodi : Sosiologi S-1

Tujuan tugas: melalui tugas ini mahasiswa diharapkan mampu membuat satu makalah
dengan tema “Pendidikan Sebagai Sarana Mobilitas Sosial Vertikal”

Deskripsi tugas:

1. Tentukan judul makalah,


2. Buat karangan yang didasarkan pada tema/judul tersebut dengan mengacu pada
minimal tiga sumber bacaan yang Anda cari sendiri,
3. Format mengikuti format makalah

 Pendahuluan  (yang berisi:Latar belakang Masalah dan perumusan masalah)


 Tinjauan Pustaka (konsep atau teori mobilitas sosial yang bersumber dari BMP dan
sumber lainny)
 Pembahasan
 Kesimpulan
 Daftar Pustaka (bacaan yang digunakan dalam catatan perut/catatan kaki harus sama
dengan yang ada di daftar pustaka)

1. Font Times New Roman 12


2. Spasi 1.5
3. Jumlah halaman maksimal 5 halaman

Range penilaian adalah 10 - 100

 Relevan dengan tema yang diberikan


 Ketepatan dalam perumusan masalah
 Relevansi dan ketepatan dalam menggunakan konsep atau teori
 kualitas pembahasan dengan mengaitkan konsep atau teori yang digunakan dalam
tinjauan pustaka
 kualitas kesimpulan
 Mencantumkan referensi yang digunakan
ANDA TIDAK DIPERBOLEHKAN COPY-PASTE DARI SUMBER
INTERNET
Selamat Mengerjakan Tugas!

“PERAN PENDIDIKAN TERHADAP PENGENTASANKEMISKINAN DI DAERAH”

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan


sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan
orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Etimologi kata pendidikan itu sendiri
berasal dari bahasa Latin yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin”
dan awalan e, berarti “keluar”. Jadi, pendidikan berarti kegiatan “menuntun ke luar”. Setiap
pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan
dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah,
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan kemudian perguruan
tinggi, universitas atau magang.
 Tujuan Pendidikan seperti yang tertuang dalam UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang
sistem pendidikan nasional pasal 3 disebutkan tentang tujuan pendidikan yakni
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta
menjadi warga negara yang demokratis juga bertanggung jawab. Sedangkan menurut Ki
Hajar Dewantara pendidikan adalah salah satu hal penting yang wajib dilakukan, baik di
Indonesia ataupun luar negeri dan adapun tujuan pendidikan itu sendiri adalah untuk
menjadikan seseorang mempunyai kepribadian yang baik dan memiliki wawasan luas.
Berbicara menegenai Tujuan, tentu hal ini sejalan dengan fungsi pendidikan itu
sendiri, yang mana menurut pendapat Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan
dengan fungsi yang nyata (manifest) yakni mempersiapkan anggota masyarakat untuk
mencari nafkah, mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi
kepentingan masyarakat, melestarikan kebudayaan, dan menanamkan keterampilan yang
perlu bagi partisipasi dalam demokrasi. Dengan demikian secara garis besar, fungsi lain dari
lembaga pendidikan adalah sebagai berikut: (1) Mengurangi pengendalian orang tua terhadap
anak-anaknya,yakni melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas serta
wewenangnya dalam mendidik anak kepada pihak sekolah; (2) Menyediakan sarana untuk
pembangkangan, yakni sekolah mempunyai potensi untuk menanamkan nilai
pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan
antara sekolah serta masyarakat tentang sesuatu hal, seperti pendidikan seks serta sikap
terbuka; (3) Mempertahankan sistem kelas sosial, yakni pendidikan sekolah diharapkan bisa
mensosialisasikan kepada anak-anak didiknya guna menerima perbedaan prestise, privilise,
serta status yang ada dalam masyarakat. Sekolah pun diharapkan menjadi saluran mobilitas
siswa ke status sosial yang lebih tinggi ataupun paling tidak sesuai dengan status orang
tuanya; dan yang terakhir adalah (4) Memperpanjang masa remaja, yakni pendidikan sekolah
bisa pula memperlambat masa dewasa seseorang sebab siswa masih tergantung secara
ekonomi kepada orang tuanya.
Jika berangkat dari fungsi pendidikan berdasarkan pendapat Horton dan Hunt yakni
“mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah” tentu menjadi salah satu alasan
pendidikan dikatakan sebagai pengentas kemiskinan di daerah. Pengentasan sendiri
berarti proses menyadarkan dan memperbaiki kondisi psikologis dan sosiologis. Oleh karena
itu jika pendidikan dijadikan sebagai wadah mempersipkan anggota masyarakat untuk
mencari nafkah, tentunya hal ini didasari oleh filosofi dari pendidikan itu sendiri yakni
pendidikan diyakini sebagai sarana paling efektif untuk memutus mata rantai kemiskinan
dikarenakan pendidikan memberi bekal pengetahuan dan keterampilan bagi setiap warga
masyarakat untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Konsep pendidikan untuk pengentasan kemiskinan mempunyai dua makna. Makna
pertama didasarkan pada teori human capital yang menyatakan bahwa di samping modal dan
teknologi, manusia juga merupakan salah satu faktor utama untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi di Jepang dan Korea Selatan merupakan
contoh. Kedua negara ini miskin sumber daya alam, tetapi pertumbuhan ekonominya tinggi
karena mempunyai sumber daya manusia dengan kompetensi tinggi, terutama di bidang
teknologi dan ilmu pengetahuan. Makna kedua berkaitan dengan kebijakan afirmatif.
Kebijakan ini pada prinsipnya menegaskan bahwa pelayanan pendidikan harus
bersifat nondiskriminatif. Minat dan bakat menjadi satu-satunya dasar untuk melakukan
seleksi (bukan mendiskriminasikan) setiap siswa untuk mendapatkan pelayanan pendidikan.
Kebijakan pendidikan, baik di negara berkembang maupun maju, selalu diarahkan pada
peningkatan pemerataan dan mutu pelayanan pendidikan. Kriteria efisiensi dan efektivitas
menjadi pertimbangan manajemen ketika ketersediaan sumber dana senantiasa terbatas.
Akibatnya alokasi dana untuk menunjang kebijakan pendidikan selalu dihadapkan pada
fenomena trade-off. Adanya fenomena trade-off menuntut kejelian pemerintah dalam
melakukan prioritas. Penetapan target yang akan dicapai pada periode tertentu tentu saja
tidak hanya mempertimbangkan jumlah anggaran yang dapat disediakan pemerintah, tetapi
juga karakteristik target pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas perlu adanya tindak lanjut dari penulis dalam hal
memperdalam pengetahuan tentang apa saja peran pendidikan yang bisa dilakukan untuk
mengentas kemiskinan di Indonesia secara terkhususnya di Daerah.
 

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana peran pendidikan terhadap pengentasan kemiskinan di daerah?


2. Apa saja strategi yang perlu dilakukan dalam mencapai peran pendidikan sebagai
pengentas kemiskinan di Daerah?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Pendidikan

Salah satu peran atau fungsi pendidikan menurut pendapat Horton dan Hunt adalah
lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifest) yakni sebagai persiapan
anggota masyarakat untuk mencari nafkah.

B. Pengentasan Kemiskinan

Pengentasan atau penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan pemerintah


Daerah yang dilakukan secara sistematis, terancam dan bersinergi dengan dunia usaha dan
masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat
kesejahteraan rakyat.

C. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian sejenis sebelumnya adalah Syamsidar, yaitu Peranan Pendidikan
Dalam Memerangi Keterbelakangan.

Tujuan dari penelitian ini adalah guna mengetahui peranan pendidikan dalam hal
pengentasan kemiskinan di Daerah.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Peran Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan sesorang.


Pendidikan lah yang menentukan dan menuntun masa depan dan arah hidup seseorang.
Walaupun tidak semua orang berpendapat seperti itu, namun pendidikan tetaplah menjadi
kebutuhan manusia nomor wahid. Bakat dan keahlian seseorang akan terbentuk dan terasah
melalui pendidikan. Pendidikan juga umumnya dijadikan tolak ukur kualitas setiap orang.

Ki Hajar Dewantara, ia mengemukakan bahwa pengertian pendidikan ialah tuntunan


tumbuh dan berkembangnya anak. Artinya, pendidikan merupakan upaya untuk menuntun
kekuatan kodrat pada diri setiap anak agar mereka mampu tumbuh dan berkembang sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat yang bisa mencapai keselamatan dan
kebahagiaan dalam hidup mereka.

Di dalam UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional pasal 3
disebutkan tentang tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis
juga bertanggung jawab.
Menurut pendapat Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi
yang nyata (manifest) yakni sebagai berikut:

a. Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.


b. Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan
masyarakat.
c. Melestarikan kebudayaan.
d. Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

B. Pengentasan Kemiskinan

Secara sosiologis, bentuk keterbelakangan selalu identik dengan kebodohan,


kemiskinan, dan ketertindasan. Keterbelakangan ditentukan oleh tiga faktor; yakni kesadaran
manusia, struktur yang menindas, dan fungsi struktur yang tidak berjalan semestinya. Dalam
konteks kesadaran, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan biasanya merujuk pada
kesadaran fatalistik dan menyerah pada takdir. Suatu kondisi diyakini sebagai pemberian
Tuhan yang harus diterima, dan perubahan atas nasib yang dialaminya hanya mungkin
dilakukan oleh Tuhan. Tak ada usaha manusia yang bisa mengubah nasib seseorang, jika
Tuhan tak berkehendak. Kesadaran fatalistik bersifat pasif dan pasrah serta mengabaikan
kerja keras.

Faktor penyebab lain yang menyebabkan kemiskinan, kebodohan, dan


keterbelakangan karena otoritas struktural yang dominan. Kemiskinan, misalnya, bisa
disebabkan oleh ulah segelintir orang di struktur pemerintahan yang berlaku tidak adil.
Kemiskinan yang diakibatkan oleh problem struktural disebut kemiskinan struktural, yaitu
kemiskinan yang sengaja diciptakan oleh kelompok struktural untuk tujuan-tujuan politik
tertentu. Persoalan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan juga disebabkan karena
tidak berfungsinya sistem yang ada. Sebab orang-orang yang berada dalam sistem tidak
memiliki kemampuan sesuai dengan posisinya, akibatnya sistem berjalan tersendat-sendat
bahkan kacau.

Kondisi masyarakat Indonesia yang masih berkubang dalam kemiskinan, kebodohan,


dan keterbelakangan, jelas berseberangan dengan prinsip-prinsip fitrah manusia. Fitrah
manusia adalah hidup layak, berpengetahuan, dan bukan miskin atau bodoh. Untuk
mengentaskan masyarakat Indonesia dari kubangan kemiskinan, kebodohan, dan
keterbelakangan, pemerintah perlu mengambil kebijakan strategis. Kebijakan strategis
tersebut membutuhkan suatu jalur yang dipandang paling efektif. Dalam konteks inilah
pendidikan merupakan satu-satunya jalur paling efektif untuk mengentaskan seluruh problem
sosial di Indonesia. Meskipun persoalan kemiskinan bisa saja disebabkan karena struktur dan
fungsi struktur yang tidak berjalan, akan tetapi itu semua mengisyaratkan pada faktor
manusianya. Struktur jelas buatan manusia dan dijalankan oleh manusia pula. Jadi, persoalan
kemiskinan yang bertumpu pada struktur dan fungsi sistem jelas mengindikasikan problem
kesadaran manusianya. Dengan demikian, agenda terbesar pendidikan nasional adalah
bagaimana merombak kesadaran masyarakat Indonesia agar menjadi kritis. Mari kita
berantas kemiskinan dan keterbelakangan, supaya bangsa ini bisa lebih maju.
C. Peran Pendidikan dalam Pengentasan Kemiskinan di Daerah
Pendidikan adalah proses perubahan dan pada setiap proses perubahan harus terjadi
secara sistematis dan berkesinambungan. Perubahan harus dilakukan agar terjadi
keseimbangan antara kondisi dalam diri dengan kondisi luar diri. Penyeimbangan ini
terutama dilakukan agar terjadi kenyamanan dalam diri. Hal inilah yang menjadi tujuan akhir
dari setiap proses pendidikan, yang perlu dicarikan strategi untuk mewujudkannya.

Pendidikan itu sifatnya universal dan membebaskan. Siapapun yang mengikuti proses
pendidikan maka salah satu tujuannya adalah membebaskan diri dari keterbelakangan.
Dengan mengikuti proses pendidikan maka diharapkan dapat melepaskan diri dari kondisi
yang kurang menguntungkan dalam kehidupannya. Hal ini tentu sangat bermanfaat bagi
upaya menyesuaikan diri dengan dinamisasi kehidupan. Setiap individu yang mempunyai
kemampuan menyesuaikan diri dengan dinamisasi kehidupan akan mengalami perubahan
dalam kehidupannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu strategi atau upaya untuk
memutus lingkaran keterbelakangn baik itu keterbelakangan dalam ekonomi atau
kemiskinan, kebodohan atau ketidakterdidikan dan keterbelakangan dalam peradaban adalah
pendidikan.

BAB IV
KESIMPULAN

Dari uraian di atas tentang peranan pendidikan dalam memerangi keterbelakangan,


maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulkan sebagai berikut :
1. Peran pendidikan dalam memerangi keterbelakangan sangat penting. Setiap individu
selalu berharap agar dapat menjalani kehidupan dengan baik. Pendidikan merupakan
pencitraan diri setiap orang dan menjadi salah satu alat untuk mengangkat citra diri
seseorang. Pendidikan adalah investasi nyata bagi kehidupan masyarakat, oleh karena itu
setiap orang harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas dirinya melalui
pendidikan, tentunya dengan berbagai strategi dan cara sehingga dapat keluar dari
belenggu keterbelakangan tersebut.
2. Salah satu strategi untuk mengatasi segala bentuk keterbelakangan, baik itu kebodohan,
kemiskinan maupun ketertindasan adalah dengan meningkatkan pendidikan. Dengan
pendidikan maka segala ketertinggalan dapat diatasi. Pendidikan dapat mengantar
kehidupan dari yang sangat tertinggal menjadi maju..

Daftar Pustaka

Chester L. Hunt dan Paul B. Horton, 1993. Sosiologi, Jakarta: Penerbit Erlangga.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengentasan_kemiskinan

https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-Irsyad_Al-Nafs/article/view/2549/2389

UU. No. 20 Tahun 2003

Anda mungkin juga menyukai