Anda di halaman 1dari 4

Nomor 1

Modul 6 :
Kasus yang disampaikan mengenai Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang
mengembangkan analisis data dan visualisasi keanekaragaman hayati Indonesia dapat
dikaitkan dengan materi Modul 6 : Konsep sistem informasi.
Sistem informasi adalah sebuah sistem yang terdiri dari orang, prosedur, perangkat keras,
perangkat lunak, dan data yang bekerja bersama-sama untuk mengumpulkan, memproses,
menyimpan, dan menyebarkan informasi yang diperlukan untuk mendukung operasi,
manajemen, dan pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Dalam kasus tersebut, BRIN memanfaatkan teknologi GPU dari NVIDIA untuk memproses
data keanekaragaman hayati Indonesia dan menciptakan sistem klasifikasi objek
keanekaragaman hayati. Selain itu, mereka juga akan mengembangkan sistem virtual yang
memberikan pengalaman kepada pengguna agar bisa berinteraksi dengan objek
keanekaragaman hayati.
Dengan adanya sistem informasi yang dikembangkan oleh BRIN, diharapkan dapat membantu
memperoleh informasi yang akurat dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam
bidang keanekaragaman hayati. Selain itu, sistem informasi tersebut juga dapat membantu
meningkatkan pengalaman pengguna dalam berinteraksi dengan objek keanekaragaman hayati
melalui sistem virtual yang dikembangkan.
Dalam konteks ini, dapat dilihat bahwa pengembangan sistem informasi yang tepat dapat
membantu organisasi dalam mengelola informasi secara efektif dan efisien, meningkatkan
produktivitas, dan meningkatkan pengalaman pengguna. Oleh karena itu, konsep sistem
informasi sangat penting untuk dipahami dan diterapkan dalam organisasi atau perusahaan
untuk meningkatkan kinerja dan efektivitasnya.

Modul 7 :
Kasus yang disampaikan dalam artikel tersebut tidak terkait langsung dengan materi Modul 7:
Basis Data. Akan tetapi, pengembangan sistem analisis data dan visualisasi keanekaragaman
hayati Indonesia yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggunakan
perangkat Graphics Processing Unit (GPU) dapat dikaitkan dengan teknologi pemrosesan data
yang merupakan bagian dari basis data.
GPU yang digunakan dalam pengembangan sistem tersebut memiliki kecepatan pemrosesan
data yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan Central Processing Unit (CPU) biasa, sehingga
dapat meningkatkan efisiensi dan kecepatan pengolahan data. Selain itu, dalam pengembangan
sistem virtual yang akan memberikan pengalaman kepada pengguna untuk berinteraksi dengan
objek keanekaragaman hayati, penggunaan basis data yang terintegrasi dengan teknologi
grafika akan memungkinkan pembuatan visualisasi yang menarik dan interaktif bagi pengguna.
Dalam pengembangan sistem analisis data dan visualisasi keanekaragaman hayati Indonesia,
BRIN juga menggunakan produk NVIDIA untuk membuat model klasifikasi berbasis deep
learning. Deep learning merupakan salah satu metode pengolahan data yang mendasar dalam
teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan machine learning. Dengan demikian,
penggunaan teknologi basis data dan machine learning menjadi penting dalam pengembangan
sistem analisis data dan visualisasi keanekaragaman hayati Indonesia.

Nomor 2
Metodologi pengembangan sistem terstruktur adalah salah satu metode yang digunakan untuk
mengembangkan sistem informasi dalam sebuah perusahaan. Metode ini menggunakan
pendekatan yang terstruktur dalam memecahkan masalah dan menghasilkan sistem yang
terorganisir dengan baik.

Tahap-tahap yang terdapat dalam metodologi pengembangan sistem terstruktur antara lain:
1. Perencanaan Sistem: Pada tahap ini, dilakukan analisis atas kebutuhan sistem dan
memastikan bahwa sistem yang akan dibangun sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
perusahaan. Selain itu, juga dilakukan identifikasi terhadap sumber daya yang
dibutuhkan seperti sumber daya manusia, teknologi, dan dana.

2. Analisis Sistem: Pada tahap ini, dilakukan analisis terhadap masalah yang ada dan
menjelaskan bagaimana masalah tersebut dapat diatasi dengan menggunakan sistem
informasi.

3. Desain Sistem: Pada tahap ini, dilakukan perancangan sistem informasi yang sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan. Selain itu, juga dilakukan perancangan
terhadap struktur data dan struktur program yang akan digunakan.

4. Implementasi Sistem: Pada tahap ini, sistem informasi yang telah dirancang akan
diimplementasikan dengan menggunakan teknologi yang sesuai dan dipastikan bahwa
sistem tersebut berjalan dengan baik.

5. Pengujian Sistem: Pada tahap ini, dilakukan pengujian terhadap sistem informasi untuk
memastikan bahwa sistem tersebut berjalan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.

6. Pemeliharaan Sistem: Pada tahap ini, sistem informasi yang telah diimplementasikan
akan dipelihara dan diperbaiki jika ditemukan masalah atau kekurangan dalam sistem
tersebut.
Metodologi pengembangan sistem terstruktur memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengembangan sistem informasi.


2. Memastikan bahwa sistem yang dibangun sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
perusahaan.
3. Mengurangi risiko kesalahan dalam pengembangan sistem informasi.
4. Memudahkan pengembangan sistem informasi yang kompleks.
5. Memudahkan pengujian dan pemeliharaan sistem informasi.

Namun, metodologi pengembangan sistem terstruktur juga memiliki beberapa kelemahan,


yaitu:
1. Proses pengembangan sistem informasi memerlukan waktu yang cukup lama.
2. Membutuhkan tenaga ahli yang cukup untuk mengembangkan sistem informasi.
3. Sulit untuk melakukan perubahan pada sistem informasi yang telah dibangun.

Nomor 3
Sebuah DBMS (Database Management System) yang baik seharusnya memiliki beberapa
kualitas berikut:

1. Efisien: DBMS harus memiliki kinerja yang baik dan efisien dalam memproses operasi
basis data. Hal ini berarti bahwa DBMS harus dapat mengakses dan memanipulasi data
dengan cepat dan tepat.

2. Terpercaya: DBMS harus memiliki sistem keamanan yang baik dan mampu melindungi
data dari kerusakan, kehilangan, atau akses yang tidak sah.

3. Mudah digunakan: DBMS harus mudah digunakan oleh pengguna, baik pengguna
awam maupun pengguna yang mahir dalam basis data. Hal ini berarti bahwa DBMS
harus memiliki antarmuka pengguna yang intuitif dan mudah dipahami.

4. Kompatibilitas: DBMS harus kompatibel dengan berbagai platform, bahasa


pemrograman, dan perangkat keras.

5. Scalability: DBMS harus dapat diukur sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan dapat
digunakan untuk basis data yang semakin besar dan kompleks.
6. Fleksibilitas: DBMS harus dapat menangani berbagai jenis data dan tipe data, serta
dapat beradaptasi dengan perubahan kebutuhan bisnis dan teknologi.

7. Dukungan: DBMS harus didukung oleh vendor yang handal dan dapat memberikan
dukungan teknis yang baik dalam hal perawatan, pemeliharaan, dan pembaruan.

Dengan memiliki kualitas-kualitas di atas, sebuah DBMS akan dapat memberikan manfaat
yang signifikan bagi perusahaan, seperti meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam
pemrosesan basis data, serta meningkatkan keamanan dan keandalan data.

Sumber Referensi :
BMP Sistem Informasi Manajemen
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://rantererung.id/metodologi
-pengembangan-sistem-informasi-terstruktur/&ved=2ahUKEwjzw8KRjPn-
AhUAhGMGHclMBiwQFnoECAsQAQ&usg=AOvVaw2vlRbk2QsPOobaDrgxlRGL

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://teknik-informatika-
s1.stekom.ac.id/informasi/baca/DBMS-Database-Management-
System/c092406ce48e489d338ef5ff665680d5ef318a08&ved=2ahUKEwiy2_CcjPn-
AhX3yzgGHU2ZCK0QFnoECBAQAQ&usg=AOvVaw3YuwY0_Bb5TH6eQmlesbz-

Anda mungkin juga menyukai