Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEBIJAKAN PUBLIK DAN HUMAN GOVERNANCE

Dosen Pengampu : Bapak Aditya Nugroho, S.E., M.M

Disusun Oleh :

FATHAN MUBINA 20210208049


RAHMAT HIDAYAT 20210208054
HETY NURUL INAYAH 20210208044
RENITA NUR ARIFAH 20210208038

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS SOSIAL EKONOMI
DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NAHDLATUL
ULAMA PURWOKERTO
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kebijakan Publik dan Human
Governance” dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kebijakan Publik. Selain itu tujuan dari penulisan makalah ini adalah
menambah wawasan tentang Kebijakan Publik dan semoga bermanfaat bagi para
pembaca. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Aditya Nugroho, S.E.,
M.M selaku dosen pengampu mata kuliah Kebijakan Publik. Ucapan terimakasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 19 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah.................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Publik................................................................. 5


B. Bentuk-Bentuk Kebijakan Publik ......................................................... 5
C. Tujuan Kebijakan Publik....................................................................... 6
D. Urgensi Kebijakan Publik ...................................................................... 7
E. Tahap Kebijakan Publik ........................................................................ 8
F. Pengertian Human Governance ............................................................ 9
G. Prinsip Deklarasi Human Governance ................................................. 9
H. Faktor yang Mempengaruhi Human Governance ............................... 10

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan ................................................................................................. 12

B.Saran ............................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup


berbagai bidang dansektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum,
dan sebagainya. Di samping itu dilihatdari hirarkinya, kebijakan publik
dapat bersifat nasional, regional maupun lokal seperti undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan
pemerintahdaerah/ provi nsi , keputusan gubernur, peraturan daerah
kabupat en/kot a, dan keput usanbupati/walikota. Secara terminologi
pengertian kebijakan publik (public policy) itu ternyatabanyak sekali,
tergantung dari sudut mana kita mengartikannya. Kekuasaan yang
mendukungterciptanya human governance yaitu sesuai dengan kontekstual.
Kebikan publik adalah instrumenpemerintah untuk mengatur. Human
Goveranance budaya baru untuk adminstrasi publik yangdapat disebut
sebagi upaya memanusiakan adminstrasi publik,suatu kata yang ingin
menjelaskanperspektif yang berbeda dan inovatif. Human
Goveranance merupakan upaya menjadikanpemerintahan publik
berwarna kemanusiaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Kebijakan Publik dan Human Goveranance?


2. Bagaimana hubungan Kebijakan Publik dalam Human Goverance?
3. Apa saja Prinsip-prinsip dalam Human Goverance?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi Human Goverance?

C. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk mengetahui tentang Kebijakan Publik
Human Goverance danmengetahui prinsip-prinsip ,faktor-faktor pada
Human Goverance.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEBIJAKAN PUBLIK

Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai
bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya.
Disamping itu dilihat dari hirarkinya, kebijakan publik dapat bersifat nasional,
regional maupun lokal seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan
presiden, peraturan menteri, peraturan pemerintah daerah/provinsi, keputusan
gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota, dan keputusan bupati/walikota. Secara
terminology pengertian kebijakan publik (public policy) itu banyak sekali,
tergantung dari sudut mana kita mengartikannya. Carl J. Federick sebagaimana
dikutip Leo Agustino (2008: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai
tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam
suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-
kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijakan
tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

B. BENTUK-BENTUK KEBIJAKAN PUBLIK


• Kebijakan publik yang terkodifikasi
Kumpulan peraturan perundang-undangan yang berada di tingkat pusat dan
daerah. Bentuk kebijakan public ini sebagaimana dimaksud dalam permenpan
tersebut merupakan bentuk kebijakan publik yang positif atau dalam kategori
kebijakan public menurut Andersen adalah keputusan-keputusan kebijakan
(policy decisions).
• Pernyataan kebijakan public
Pernyataan-pernyataan dari pejabat public di depan public, baik dalam bentuk
pidato tertulis, pidato lisan, termasuk pernyataan ke media massa. Bentuk
kebijakan public berupa pernyataan pejabat public sebagaimana dimaksud
dalam permenpan tersebut dalam kategori kebijakan public menurut Andersen
adalah sebagai pernyataan kebijakan (policy statements).

5
C. TUJUAN KEBIJAKAN PUBLIK
Kebijakan publik disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Secara umum, kebijakan publik disusun dengan tujuan untuk
mengatur kehidupan bersama (Nugroho 2009). Dalam perspektif
instrumental, kebijakan publik merupakan alat untuk mencapai
tujuan yang berkaitan dengan upaya pemerintah dalam
mewujudkan nilai-nilai kepublikan. Wujud dari nilai-nilai
kepublikan bermacam-macam, di antaranya adalah :
• nilai-nilai yang diidealkan masyarakat, seperti keadilan, persamaan,
dan keterbukaan
• memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat,
seperti kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, dan pelayanan
publik yang buruk
• memanfaatkan peluang baru bagi kehidupan
yang lebih baik bagi masyarakat, seperti mendorong investasi,
inovasi pelayanan, dan peningkatan ekspor
• melindungi
masyarakat dari praktik swasta yang merugikan masyarakat,
misalnya dengan membuat undang-undang perlindungan
konsumen, izin trayek, dan izin gangguan.
Tujuan kebijakan dapat bersifat politis, ekonomi, sosial,
maupun hukum. Dari aspek politik, kebijakan publik ditetapkan
untuk mendistribusikan dan mengalokasikan nilai-nilai, berupa
barang dan jasa kepada seluruh anggota masyarakat. Dilihat dari sisi
kekuasaan, kebijakan publik dibuat agar pemerintah dapat
mempertahankan monopolinya terhadap masyarakat serta
kekuasaan pemerintah atau negara dapat diterima dan diakui oleh
masyarakat.

6
Secara ekonomi, kebijakan publik dibuat dengan tujuan :
• mendukung dan memfasilitasi pasar agar dapat menjalankan
menjalankan fungsinya dalam mengatur roda perekonomian secara
bebas dan kompetitif
• memberi jaminan agar aktivitas ekonomi
berlangsung tanpa ada tekanan dari pihak mana pun
• melumasi
dan memperlancar roda perekonomian bergerak bebas dalam
melakukan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi, dan
• memberi jaminan dan melindungi kepentingan masyarakat yang
tidak berdaya dari kekuasaan kapitalis.

Dari aspek sosial, kebijakan publik dibuat untuk:

• terwujudnya pengendalian sosial terhadap masyarakat,


• mengatasi konflik sosial yang terjadi di masyarakat, dan
• membangun relasi sosial di antara anggota masyarakat tanpa adanya
diskriminasi.
Ditinjau dari aspek hukum, kebijakan publik disusun untuk:
• menciptakan keadilan dan ketertiban hukum di masyarakat,
• memungkinkan masyarakat memahami dan mentaati peraturan
yang dibuat oleh pemerintah atau negara, dan
• untuk menciptakan kehidupan yang damai di dalam masyarakat.

D. URGENSI KEBIJAKAN PUBLIK


Solichin Abdul Wahab sebagaimana dikutip Suharno (2010: 16-19) dengan
mengikuti pendapat dari Anderson (1978) dan Dye (1978) menyebutkan beberapa
alasan mengapa kebijakan public penting atau urgen untuk dipelajari, yaitu:
• Alasan Ilmiah
Kebijakan public dipelajari dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan
yang luas tentang asal-muasalnya, proses perkembangnya, dan konsekuensi-
konsekuensinya bagi masyarakat. Dalam hal ini kebijakan dapat dipandang
sebagai variable terikat (dependent variable) maupun sebagai variable

7
independen (independent variable). Kebijakan dipandang sebagai variable
terikat, maka perhatian akan tertuju pada faktor-faktor politik dan lingkungan
yang membantu menentukan substansi kebijakan atau diduga mempengaruhi
isi kebijakan public. Kebijakan dipandang sebagai variable independent jika
focus perhatian tertuju pada dampat kebijakan tertuju pada system politik dan
lingkungan yang berpengaruh terhadap kebijakan public.
• Alasan Professional
Studi kebijakan public juga sebagai upaya untuk menetapkan pengetahuan
ilmiah dibidang kebijakan public guna memecahkan masalah-masalah social
sehari-hari.
• Alasan Politik
E. TAHAP-TAHAP KEBIJAKAN PUBLIK
Tahap-tahap kebijakan public menurut William Dunn sebagaimana dikutip Budi
Winarmo (2007: 32-34) adalah sebagai berikut:
• Tahap penyusunan agenda
Para pejabat yang terpilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
public. Awalnya, semua masalah ini dikompetisikan terlebih dahulu buat bisa
masuk kedalam agenda kebijakan. Akhirnya, beberapa masalah masuk ke
agenda kebijakan para perumus kebijakan. Ditahap ini bisa jadi suatu masalah
tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi
focus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu
ditunda untuk waktu yang lama.
• Tahap formulasi kebijakan
Semua masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah
terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau
pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada. Dalam
perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih
sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini
masing-masing actor akan bersaing dan berusaha untuk mengusulkan
pemecahan masalah terbaik.
• Tahap adopsi kebijakan

8
Dari sekian banyaknya alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para
perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut
diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur
lembaga atau putusan peradilan.
• Tahap implementasi kebijakan
Suatu program kebijakan diimplementasikan oleh badang-badan administrasi
maupun agen-agen pemerintah ditingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil
dilaksanakan oleh unit-unit administrasikan yang memobilisasikan sumber
daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini, berbagai
kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan
mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa yang
lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.
• Tahap evaluasi kebijakan
Pada tahap ini, kebijakan yang dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk
melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang
diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Oleh
karena itu, ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar
untuk menilai apakah kebijakan public yang telah dilaksanakan sudah
mencapai dampak atau tujuan yang diinginkan atau belum.

F. PENGERTIAN HUMAN GOVERNANCE

Menurut Thoha (2008: 156) Human governance merupakan suatu model


cultural yang menata hubungan antara negara dan individu sebagai warga negara
yang mempunyai kebebasan memilih, kemerdekaan berbeda suara, harga diri dan
hak diperlakukan oleh pemerintah atau negara. Dengan kata lain human governance
merupakan upaya menjadikan pemerintah atau administrasi publik berwarna

9
kemanusiaan. Atau suatu budaya untuk memanusiakan kembali administrasi
pemerintah.

Menurut Mario Beggini, dalam Miftah Thoha (2008:167) human


governance bisa dirumuskan sebagai konsep yang memberikan suatu penajaman
bentuk bagi cita-cita yang sudah tertera dalam dokumen-dokumen tersebut. Human
governance tidak hanya diterima begitu saja konsep-konsep partisipasi,
perancanaan dan dialog saja, akan tetapi juga mengidentifikasi model yang bisa
digunakan sebagai referensi dan mengusulkan adanya buku pegangan yang
dijadikan semacam bentuk perjanjian, hal itu ditujukan kepada semua stakeholder
proses administrasi pemerintahan yang tidak hanya bagi para akademisi saja, akan
tetapi bagi para praktisi administrasi negara.

Menurut Miftah Thoha, prinsip dasar human governance tidak hanya


berlaku dan bergema dikawasan nasional suatu negara tertentu akan tetapi juga bisa
diaplikasikan secara luas lintas negara sebagai konsep budaya administrasi
pemerintahan. Sebenarnya isu budaya administrasi negara terdapat pada beberapa
dokumen kenegaraan. Cita-cita yang menempatkan manusia sebagai makhluk
ciptaan tuhan yang mempunyai kehormatan atau harga diri individu dan kesamaan
hak bagi setiap manusia. Dari hasil konvensi dan seminar bahwa human harus
dijadikan perekat dalam menegakan demokrasi dalam pemerintahan

G. PRINSIP-PRINSIP DEKLARASI HUMAN GOVERNANCE

Adapun prinsip-prinsip deklarasi human governance tersebut adalah sebagai


berikut:

• Adanya Akuntabilitas Sosial

akuntabilitas sosial sebagai wujud dari realisasi dan implementasi dari


perilaku pertanggungjawaban sosial yang harus dilakukan oleh administrasi
negara. Akuntabilitas sosial tidak bertentangan dengan hak dan kesepakatan yang
dimiliki oleh warga negara baik sipil maupun pengusaha untuk mewujudkan
kesejahteraannya.

• Pendidikan bagi warga negara

10
prinsip ini sebagai bagian dari proses learning dan dapat diketahui melalui
sistem pendidikan pada, kegiatan pelatihan, pada informasi yang tersedia, pada
kreatifitas rasa tanggungjawab yang semakin besar dan pada keterlibatan warga
dalam realitas tercapainya kepemerintahan yang baik. dengan demikian prinsip
kedua ini memperkuat rasa ingin memiliki dari kerangka intitusi lokal, nasional,
internasional dan memperkuat konsolidasi kesadaran bagi setiap individu terhadap
sistem hak dan kewajiban yang melekat pada rasa ikut memiliki.

H. Faktor yang mempengaruhi Human Governance

Faktor yang mempengaruhi Human Governance sebagai berikut :

• Kepemimpinan
Hal yang paling jelas tetang kepemimpinan adalah kemampuan
untuk menginspirasi dan mempengaruhi bawahan secara langsung atau
tidak langsung dengan tujuan utama mempromosikan dan mengelola
perkembangan organisasi. Pemimpin adalah orang yang memaksakan
posisinya untuk mempengaruhi kelompok itu secara sadar atau tidak sadar.
Seorang pemimpin disebut sebagai pengemudi atau kekuatan
dibalik kemajuan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang
mampu mempengaruhi para pengikut untuk memahami situasi,
menafsirkan situasi dan apa yang perlu dilakukan untuk bergerak maju.
• Integritas
Mengacu pada pengetahuan, kesadaran dan pemahaman yang
ketat terhadap nilai-nilai murni, secara konsisten, bersama dengan
komitmen penuh terhadap nilai-nilai itu dalam setiap kata dan tindakan
yang diucapkan untuk mencapai keunggulan dari organisasi. Integritas
adalah kepatuhan tertinggi terhadap nilai-nilai komunitas lokal. Sesuai
dengan itu, individu dikatakan memeliki integritas tinggi ketika
tindakan mereka selaras dengan nilai-nilai murni yang mereka pegang.
• Religiusitas
Religiusitas mewakili identifikasi individu dengan yang
komitmen terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama. Religiusitas
mengacu pada serangkaian prilaku yang menunjukkan nilai agama atau

11
keyakinan seseorang. Pandangan lain, Religiusitas sebagai
kepercayaan kepada Tuhan disertai dengan komitmen mengikuti
prinsip-prinsip tertentu. Istilah ini berlaku sebagian besar di setiap
agama seperti Islam, Kristen, katolik dan lainnya. Agama melibatkan
iman dan kepatuhan pada kode normal yang ditetapkan dalam tulisan
suci, dan partisipasi dalam praaktik-praktik umum. Dalam istilah
sederhana, religiusitas dapat disebut sebagai keadaan keyakinan seseorang
pada Tuhan, ditandai oleh kesalehan dan semangat
keagamaannya.
Mengenai moralitas tempat kerja, Islam percaya bahwa
bekerja adalah tindakan ibadah yang harus diberlakukan dengan
keadilan, komitmen dan kejujuran. Dalam Islam ada yang penting agar
setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban dan ditanyai tentang
bagaimana ia mendapatkan kekayaan dan bagaimana ia
menghabiskannya. Karena itu, Islam lebih menekankan tugas dan
kewajiban untuk mendorong individu bekerja lebih efektif dan efisien.
• Spiritualitas
Spiritualitas dan agama dapat dibedakan berdasarkan universal
manusia, daripada kepatuhan pada kepercayaan, ritual, atau praktik
lembaga agama teroganisir dan spesifik. Spiritualitas dapat
menentukan individu untuk mengalami kesadaran pada level yang
lebih dalam, sehingga meningkatkan kemampuan mereka.
• Budaya Ekonomi
Budaya ekonomi memperempit defenisi menjadi nilai-nilai dan
kepercayaan bersama yang mengatur interaksi antar individu. Kita
dapat membedakan dua saluran melalui budaya yang beroperasi pada
norma sosial dan lembaga formal. Norma sosial adalah aturan informal
didorong oleh nilai-nilai dan kepercayaan yang mnegatur interaksi dan
keduanya dibagikan dan dipertahankan oleh anggota kelompok.
Lembaga adalah aturan formal yang menegatur interaksi individu dan juga
dipengaruhi oleh nilai-nilai dan kepercayaan. Hubungan lembaga
formal dengan budaya adalah lembaga formal mudah dimati dan

12
memberikan wawasan budaya, sementara aturan informal lebih sulit
untuk diamati. Norma dan institusi sosial dapat selaras atau
bertentangan langsung satu sama lain.
• Pelatian dan Pengembangan
Proses untuk memperoleh dan mentransfer pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang dikenal sebagai pelatihan dan
pengembangan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan atau tugas
tertentu. Oleh karena itu, manfaat pelatihan dan pengembangan baik
bagi karyawan untuk mencapai tujuan organisasi.
• Perekrutan dan Seleksi
Rekrutan adalah proses menerik individu secara tepat waktu
dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang sesuai,
mengembangkan minat mereka dalam suatu organisasi dan mendorong
mereka untuk melamar pekerjaan di dalamnya.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional maupun lokal seperti
undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri,
peraturan pemerintah daerah/provinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah
kabupaten/kota, dan keputusan bupati/walikota. Secara terminology pengertian
kebijakan publik (public policy) itu banyak sekali, tergantung dari sudut mana kita
mengartikannya. Carl J. Federick sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008: 7)
mendefinisikan kebijakan sebagai tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang,
kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat
hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap
pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Kebijakan publik disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Secara umum, kebijakan publik disusun dengan tujuan untuk
mengatur kehidupan bersama (Nugroho 2009). Dalam perspektif
instrumental, kebijakan publik merupakan alat untuk mencapai
tujuan yang berkaitan dengan upaya pemerintah dalam
mewujudkan nilai-nilai kepublikan.

Human governance merupakan suatu model cultural yang menata hubungan


antara negara dan individu sebagai warga negara yang mempunyai kebebasan
memilih, kemerdekaan berbeda suara, harga diri dan hak diperlakukan oleh
pemerintah atau negara. Dengan kata lain human governance merupakan upaya
menjadikan pemerintah atau administrasi publik berwarna kemanusiaan. Atau
suatu budaya untuk memanusiakan kembali administrasi pemerintah.

14
Adapun prinsip-prinsip deklarasi human governance tersebut adalah
Adanya Akuntabilitas Sosial sebagai wujud dari realisasi dan implementasi dari
perilaku pertanggungjawaban sosial yang harus dilakukan oleh administrasi negara.
Akuntabilitas sosial tidak bertentangan dengan hak dan kesepakatan yang dimiliki
oleh warga negara baik sipil maupun pengusaha untuk mewujudkan
kesejahteraannya, Pendidikan bagi warga negara prinsip ini sebagai bagian dari
proses learning dan dapat diketahui melalui sistem pendidikan pada, kegiatan
pelatihan, pada informasi yang tersedia, pada kreatifitas rasa tanggungjawab yang
semakin besar dan pada keterlibatan warga dalam realitas tercapainya
kepemerintahan yang baik.

B. SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini,akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk menghasilkan makalah yang lebih
bermanfaatbagi banyak orang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Handoyo, Eko.(2012). Kebijakan Publik . Semarang : Widya Karya.

Taufiqurakhman. (2014). Kebijakan Publik Pendelegasian Tanggung Jawab


Negara Kepada Presiden Selaku Penyelenggara Pemerintahan. Jakarta :
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Moestopo Beragama
(Pers).

Filly, Y.(2019). Human Governance Dalam Pelayanan Publik Di Dinas


Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
(Skripsi, Universitas Muhammadiyyah Sumatra Utara, 2019) Diakses dari
http://respository.umsu.ac.id

16
17

Anda mungkin juga menyukai