Anda di halaman 1dari 2

Masalah Emosional dan Perilaku dalam Konteks Sosial

Kehidupan manusia tidak lepas dari problematika khususnya ketika berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Interaksi interpersonal seringkali mengalami dinamika permasalahan
yang bersumber dari disfungsi kemampuan mental individu seperti regulasi diri yang buruk
dan cara berpikir yang keliru, munculnya emosi negatif yang tak dapat dikelola dengan baik
sehingga memperburuk relasi yang ada seperti rasa malu, cemburu, dan iri, serta disfungsi
dalam proses relasi sosial seperti ketergantungan pada orang lain, pengkhianatan, beda
persepsi terhadap peran gender dan kesepian.

Masalah-masalah terkait dengan Diri Sendiri dalam Kehidupan Sosial


DISFUNGSI PERSONAL

Hubungan interpersonal seseorang secara substansial mempengaruhi kesejahteraannya.


Individu yang mampu memelihara kedekatannya dengan individu lain menandakan bahwa
dirinya juga mampu menikmati kesehatan fisik dan psikisnya, menunjukkan harga diri yang
tinggi (Leary dan Down, 1995), rendahnya gejala psikopatologi, dan sistem immune yang
efisien. Ada beberapa problematika dalam ranah relasi sosial, yaitu:
a. Disfungsi Personal, seperti cemburu, kesepian, dan depresi.
b. Disfungsi Interaktif, seperti komunikasi nonverbal,pengkhianatan, beda jenis kelamin, dan
proses atribusi.
c. Disfungsi relasi, seperti: ketergantungan dengan pasangan.

REGULASI DIRI DAN PSIKOPATOLOGI


Regulasi diri adalah usaha individu untuk mengelola respon-respon yang ada, seperti
menguasai impuls tingkah laku, melawan godaan, mengendalikan pikiran, dan mengelola
emosinya. Kegagalan regulasi diri seseorang dikaitkan dengan berbagai perilaku yang
maladaptif, seperti penyalahgunaan obat dan alkohol, kekerasan, kehamilan remaja,
perceraian dan ketergantungan terhadap orang lain. Keberhasilan regulasi diri seseorang
juga dipengaruhi oleh kekuatan impuls dan kekuatan usaha mengendalikannya yang
biasanya diantara keduanya saling bertentangan. Stres dan emosi sedih juga mempengaruhi
kegagalan regulasi diri.
Sebagian besar gangguan mental menunjukkan adanya simtom psikopatologi dalam
kriterianya berupa kegagalan melakukan regulasi diri. Gross dan Munoz (1995)
mengungkapkan bahwa rendahnya kendali atas ekspresi dan pengalaman emosi merupakan
karakteristik utama dari banyak tipe gangguan psikopatologis.
PROBLEMATIKA EMOSI-SOSIAL
Rasa malu, bersalah, cemburu, dan iri merupakan emosi yang biasa dialami oleh siapapun
dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki fungsi bagi individu dan relasi yang dimiliki. Akan
tetapi disisi lain, dampak negatif emosi-emosi tersebut juga dapat memicu masalah sosial
dan penyesuaian emosi bagi individu yang terlibat di dalam relasi tersebut. Rasa malu dan
rasa bersalah merupakan emosi yang berkaitan erat dengan moralitas individu, sehingga
dampak dari emosi tersebut adalah terhambatnya perilaku yang tak diinginkan lingkungan
sosial dan dukungan bagi kondisi moral tertentu.
Cemburu biasanya muncul ketika suatu hubungan interpersonal yang dianggap penting
terancam oleh adanya pesaing, dan kita menjadi khawatir bahwa posisi kita menjadi tidak
penting lagi dalam hubungan tersebut. Perasaan cemburu biasanya dirasakan bersamaan
dengan rasa marah, takut, dan sedih yang mendalam. Sedangkan iri dijelaskan sebagai rasa
tidak nyaman atau tidak senang pada keuntungan yang dimiliki orang lain dan keinginan
untuk memiliki keuntungan tersebut bagi dirinya sendiri. Iri biasanya muncul dalam konteks
memperbandingkan dua hal sekaligus yang dianggap penting.

PROBLEMATIKA YANG TERJADI


Emosi negatif seringkali membawa dampak psikologis yang negatif seperti rasa tidak
nyaman, bagi individu yang merasakan maupun bagi orang lain yang terlibat dalam relasi
dengannya. Durasi dan keparahan munculnya emosi negatif tersebut dapat menjadi tanda
peringatan bahwa emosi tersebut dapat menjadi masalah tersendiri. Rasa malu, cemburu
dan iri dapat memotivasi seseorang untuk menjadi agresif. Dalam ranah hukum juga
diungkap bahwa iri dan cemburu dapat menjadi akar dari aktivitas kriminal.

Anda mungkin juga menyukai