DISUSUN OLEH:
1. ABDI JULIAN CAHYADI (200607048)
2. IKHWAN RAMADHANI
3. ABDURRAHMAN SUDES
4. INKA APRIATMI
5. KHAIRUL ANWAR
6. IHRAM ALI FIKRI
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat penulis kutip sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah desa Bengkaung?
2. bagaimana kepala desa menjalanan tugas di Desa Bengkaung
3. Bagaimana Opinion Leader politik di Desa Bengkaung?
4. Bagaimana opinion leader memanfaatkan steak holder yang ada di
desa Bengkaung?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang dapat penulis
ambil adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui sejarah dari desa Bengkaung.
2. mengetahui cara kepala desa menjalankan tugas di Desa Bengkaung.
3. Mengetahui opinion leader politik di desa Bengkaung.
4. Mengetahui manfaat steak holder yang ada di desa Bengkaung
terhadap opinion leader.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan:
1. Manfaat atau Kegunaan Teoritis
a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah wacana keilmuan dan memberikan kontribusi bagi ilmu
pengetahuan mengenai opinion leader politik di desa Bengkaung.
b. Hasil kajian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk kegiatan
penelitian berikutnya yang sejenis.
2. Manfaat atau Kegunaan Praktis
a. Manfaat bagi Masyarakat Desa
1) Meningkatkan kerja sama antara masyarakat dan perangkat
desa.
2) Untuk meningkatkan transparansi masyarakat desa.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan salah satu usaha untuk memperoleh
data yang sudah ada, karena data merupakan salah satu hal yang terpenting
dalam ilmu pengetahuan, yaitu untuk menyimpulkan fakta-fakta,
meramalkan gejala-gejala baru, mengisi yang sudah ada atau yang sudah
terjadi.1
Namun untuk mendukung penelitian yang kami lakukan terhadap
opinion leader politik di Desa Bengkaung, Kecamatan Batu Layar,
Kabupaten Lombok Barat, NTB. Kami telah melakukan kajian terhadap
beberapa karya tulis.
Adapun salah satu karya tulis yang menurut kami berkaitan dengan
penelitian yang kami lakukan yaitu Jurnal Strategi Komunikasi Politik
Opinion Leader dalam Difusi Program Pembangunan dan Pengembangan
Lembaga Lokal di Pedesaan, karya S Oktarina dan S Sarwoprasodjo
(2018).
F. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara bertindak menurut sistem
aturan yang bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan
terarah sehingga mendapatkan hasil yang sesuai.
Adapun metode penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami lakukan adalah jenis penelitian
kualitatif sebagai bahan analisis, yang dikumpulkan dari observasi
lapangan dan wawancara mendalam dengan sejumlah imforman yang
1
Taufik Abdullah dan Rusli Karim (ed), “Metode Penelitian Agama”, Sebuah Pengantar,
(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1991), hlm. 4
dipilih secara purposif. Informan adalah sejumlah orang yang dianggap
mengetahui infomasi tentang data-data yang dibutuhkan. Sumber data
primer dalam penelitian diperoleh dari ketua atau opinion leader atau
masyarakat di desa Bengkaung sedangkan data skunder dikumpulkan
dari hasil penelusuran dokumen, buku, jurnal, maupun berita surat
kabar yang dianggap relevan dengan tema penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah kajian pustaka, sehingga pengumpulan
data dilakukan secara literatur yakni dengan meneliti sumber-sumber
yang ada baik secara tertulis (primer atau skunder) maupun fakta
lapangan yang memiliki hubungan dengan penelitian ini.
Cara-cara yang ditempuh peneliti untuk memperoleh data atau
informasi yaitu:
a. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi 2 orang atau lebih
dengan melibatkan seseorang yang ingin mendapatkan informasi
dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan tujuan tertentu.2
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-
gejala dalam objek penelitian.3
c. Dokumentasi
Selain dengan wawancara dan observasi, teknik
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan metode library research yaitu studi literatur dan studi
dokumentasi. Peneliti akan mengumpulkan hasil-hasil dari
dokumentasi dari pelaksanaan penelitian dan merangkum dalam
sebuah proposal atau karya tulis lainnya.
2
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif,, hlm 180
3
https://raharja.ac.id/2020/11/10/observasi/. Diakses pada tanggal 09 November 2022.
BAB II
KAJIAN TEORI
4
Sariyono. Skripsi Peran Kepala Desa Sebagai Opinion Leader di Desa Salugatta Kecamatan
Budong-Budong Kabupaten Mamuju Tengah. Universitas Alauddin Makasar. 2017.
5
Nurudin, . Opinion leader . Jakarta : Rajawali Pers. 2000:97
4. Jaringan komunikasi yang ada dalam masyarakat juga dengan sendirinya
dianggap telah dikenali pula, yaitu jaringan yang berkaitan dengan
masing-masing jenis pranata atau pemimpin pendapat tersebut, seperti
jaringan atau jalur komunikasi keagamaan, adat, pendidikan formal,
kesehatan tradisional, dan lain-lain sebagainya.
5. Pemimpin pendapat tidak hanya mereka yang memegang fungsi dalam
pranata informal masyarakat tetapi juga pemimpin formal, termasuk yang
menempati kedudukan karena ditunjuk dari luar (pamong praja, dokter,
penyuluh pertanian, dan sebagainya).
6. Pemimpin pendapat di Indonesia dianggap bersifat polimorfik, yaitu serba
tahu atau tempat menanyakan segala hal. Adanya asumsi ini terlihat dari
kecenderungan untuk menyalurkan segala macam informasi (politik,
pertanian, keluarga berencana, wabah, dan sebagainya) kepada para
pemimpin pendapat yang sama.
7. Pemimpin pendapat pasti akan meneruskan informasi yang diterimanya
kepada pengikutnya, meskipun dengan perubahan-perubahan. Terkandung
pula dalam hal ini adalah bahwa pemimpin pendapat cukup dengan dengan
jaringan pengikutnya.
6
Everett M. Rogers Cara mengetahui opinion leader. Bandung : Remaja Rosdakarya. , 2009,
kosmopolit dari pengikut mereka. Pemimpin opini memiliki perubahan
yang lebih besar kontak agen dari pengikut mereka.
2. Accessibility
Pemimpin opini dalam menyebarkan pesan tentang suatu inovasi,
mereka harus memiliki link jaringan yang luas interpersonal dengan
pengikutnya. Pemimpin opini harus secara sosial diakses. Salah satu
indikator aksesibilitas tersebut adalah partisipasi sosial; tatap muka
komunikasi tentang ide-ide baru terjadi pada pertemuan organisasi formal
dan melalui diskusi informal. Pemimpin opini memiliki partisipasi sosial
lebih besar dari pengikut mereka.
3. Sosioeconomic Status
Pengikut biasanya berusaha mencari pemimpin opini dengan status
lebih tinggi. Hal ini dinyatakan oleh Gabriel Tarde (1998): "Penemuan
dapat mulai dari jajaran terendah dari orang, tetapi ekstensi tergantung
pada adanya beberapa elevasi sosial yang tinggi. "Pemimpin opini
memiliki status sosial ekonomi lebih tinggi dari pengikut mereka. (Gabriel
Tarde :1998)7.
4. Innovativeness
Jika pemimpin opini harus diakui oleh rekan-rekan mereka sebagai
ahli yang kompeten dan dapat dipercaya tentang inovasi, para pemimpin
opini harus mengadopsi ide-ide baru sebelum pengikut mereka. Ada
dukungan empiris yang kuat untuk Generanlisasi : Pemimpin opini lebih
inovatif dari pengikut mereka.Tapi pemimpin opini tidak harus inovator.
Kadang-kadang mereka, tetapi sering mereka tidak. Sekilas, tampaknya
ada bukti yang bertentangan, apakah atau tidak pemimpin opini adalah
inovator.
Apa yang menjelaskan paradoks ini? Kita harus
mempertimbangkan efek dari norma-norma sistem pada inovasi dari para
pemimpin opini, karena sejauh mana para pemimpin opini yang inovatif
tergantung sebagian besar pada pengikut mereka.
7
Gabriel Tarde . Karateristik Opinion Leader. Surakarta: Sebelas Maret University Press. 2002
5. Keinovatifan, Kepemimpinan Opini, dan Sistem Norma
Ketika norma-norma sistem sosial yang mendukung perubahan,
pemimpin opini lebih inovatif, tetapi ketika norma-norma tidak
mendukung perubahan, pemimpin opini tidak terutama inovatif. Dalam
sistem dengan norma-norma yang lebih tradisional, para pemimpin opini
biasanya satu set terpisah individu dari inovator. Para inovator yang
dirasakan dengan kecurigaan dan sering dengan tidak hormat oleh anggota
sistem tersebut, yang tidak percaya rasa penilaian tentang inovasi.
Misalnya, dalam studi petani Kolombia di desa-desa tradisional,
menemukan bahwa pemimpin opini hanya sedikit lebih inovatif dari
pengikut mereka dan lebih tua dan kurang kosmopolit. Tapi di desa-desa
progresif, pemimpin opini masih muda dan inovatif. Jadi norma-norma
sistem menentukan apakah atau tidak pemimpin opini adalah inovator.
(Rogers dengan Svenning :1969)8.
Peran Opinion Leader menjadi salah satu unsur yang sangat
mempengaruhi arus komunikasi. Khususnya dipedesaan, berbagai
perubahan dan kemajuan masyarakat sangat ditentukan oleh opinion
leader.
Pemimpin opini bisa berperan memotivasi masyarakat, sebagai
contoh agar ikut serta secara aktif dalam pembangunan opinion leader
dapat berperan sebagai tokoh sentral dalam pembangunan, khususnya di
pedesaan.
Terdapat beberapa peran yang dilakukan opinion leader, menurut
Wells dan Prensky, setidaknya ada 3 peran opinion leader dalam
mempengaruhi proses pengambilan keputusan yaitu, Authority Figure di
sini opinion leader berperan sebagai pemberi informasi, anjuran atau
pengalaman pribadinya dengan tujuan untuk membantu konsumen
memuaskan keinginannya. (Wells dan prensky : 1998).
Orang-orang yang termasuk authority figure adalah keluarga,
teman dan relasi, Trend Setter yaitu seseorang yang pengalaman
8
Rogers dengan Svenning. Karateristik Opinion Leader. Surakarta: Sebelas Maret University
Press. 2004
pribadinya diikuti oleh orang lain. Konsumen ini mempunyai gaya hidup
untuk ditiru, meskipun tidak peduli apakah orang lain akan mengkuti gaya
hidupnya atau tidak.
Trend setter pada umumnya merupakan seseorang yang terkenal
seperti bintang film atau olahragawan, Local opinion leaders yaitu seorang
individu yang berada di dalam kelompok referensi positif, memberikan
anjuran dan pengalaman pribadi tentang produk mana yang sebaiknya
dipilih seseorang agar dapat diterima dalam kelompok tersebut.
Kredibilitas seorang individu berdasarkan kenyataan bahwa
mereka menggunakan produk itu dan menjadi bagian dari kelompok
tersebut.
Selain peran, ada juga tipe opinion leader yaitu. Monomorfik
Polimorfik seorang pemuka pendapat hanya dapat menguasai satu pokok
permasalah saja. seorang pemuka pendapat menguasai lebih dari satu
pokok permasalahan yang ada.
9
Nurudin, . Opinion leader . Jakarta : Rajawali Pers. 2000:97
2. Opinion leader Pasif (Opinion Seeking)
Dalam hal ini followers lebih aktif mencari sumber informasinya
kepada opinion leaders, sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian tentang peran opinion leader terhadap sosialisasi pola hidup
bersih dan sehat pada masyarakat di Desa Bengkaung ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan
untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok
orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua
gejala atau lebih (irawan soehartono,2000:35).10
Metode yang digunakan adalah studi kasus yang menguraikan dan
menjelaskan mengenai berbagai aspek secara individu, suatu kelompok, suatu
organisasi, program, maupun situasi sosial.
Metode deskriptif adalah metode yang hanya memaparkan,
menuliskan, dan melaporkan keadaan suatu objek ataupun suatu peristiwa
yang berupa penyingkapan sebuah fakta. Sedangkan metode studi kasus
adalah metode penelitian tentang subjek penelitian berupa individu, kelompok,
lembaga, atau masyarakat, yang berkenaan dengan suatu fase atau tahap,
sehingga dapat memberikan gambaran secara mendetail tentang latar
belakang, sifat dan karakter yang khas dari suatu kasus. (Tim Sosiologi, 2000:
95-104)11.
B. LOKASI PENELITIAN
Lokasi Penelitian adalah tempat dimana penelitian berlangsung dalam
rangka mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Penelitian ini
dilakukan di kantor desa di Desa Bengkaung, Kecamatan Batu Layar
Kabupaten Lombok Barat pada tanggal 10 November 2022.
C. SUMBER DATA
1. Primer
10
Soehartono, irawan, Penelitian deskriftif kualitatif. Surabaya. Media cetak. 2001.
11
Shadily .Hasan, Sosiologi untuk masyarakat Indonesia (Jakarta :PT. Rineka
Cipta, 1993).
Sumber data primer adalah sumber yang di ambil dari informan
melalui wawancara, kepada kepala desa , dengan sekertaris desa.
2. Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber yang diperoleh melalui buku
teori–teori komunikasi yang digunakan oleh peneliti dan pendukung dari
jumlah warga yang akan diteliti.
12
Sugiono, 2000, Metode penelitian kualitatif. Rajawali. Jakarta.
13
Ibid…,
14
Ibid…,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
16
Edi Supriadi, “Pertanggungjawaban Kepala Desa dalam Pengelolaan Keuangan Desa
berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa”, Jurnal IUS, Vol. 3, No. 8, (Agustus, 2015),
hlm. 330-346
DAFTAR PUSTAKA