Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

OPINION LEADER POLITIK DI DESA BENGKAUNG, KECAMATAN BATU


LAYAR, KABUPATEN LOMBOK BARAT

DOSEN PENGAMPU : DR. IHSAN HAMID., M,POL

DISUSUN OLEH:
1. ABDI JULIAN CAHYADI (200607048)
2. IKHWAN RAMADHANI
3. ABDURRAHMAN SUDES
4. INKA APRIATMI
5. KHAIRUL ANWAR
6. IHRAM ALI FIKRI

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM


FAKULTAS USHULUDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan
karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Opinion Leader Poitik
di Desa Bengkaung, Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat, NTB”. Penulisan
proposal ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah. Dalam
proposal ini peneliti masih banyak sekali merasa kekurangan baik pada teknis penulisan,
penguasaan materi, mengingat akan kemampuan peneliti miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan proposal peneliti sebagai penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dan
menyelesaikan proposal ini. Peneliti ucapkan terimakasih juga kepada dosen pembimbing
peneliti yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada peneliti, sehingga peneliti
dapat menyelesaikan tugas proposal mata kuliah ini.

Mataram, 10 Oktober 2022

Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Berbicara soal Opinion Leader, tidak terlepas pembahasannya


mengenai pengaruh seseorang di dalam kelompok secara umum misalnya
seperti negara atau dalam sekup yang lebih kecil seperti perkampungan-
perkampungan yang dalam hal ini kita berkesempatan membahas atau
meneliti persoalan Opinion Leader.
Pada kesempatan kali ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui
Opinion Leader di Desa Bengkaung, dan partisipasi masyarakat tentang
hal-hal yang berbau politik. Bengkaung merupakan salah satu desa yang
ada di wilayah Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Desa ini merupakan satu dari 8 desa yang berada di
Kecamatan Batu Layar.
Bengkaung memiliki destinasi wisata yang cukup populer di
kalangan masyarakat NTB pada umumnya dan khususnya masyarakat Kota
Mataram. Adanya destinasi wisata, menjadi salah satu bukti bahwa
Opinion Leader yang ada di Desa Bengkaung sangat memperhatikan
potensi-potensi yang ada di desa tersebut seperti, destinasi wisata yang
sudah di jelaskan di atas. Terlepas tanpa menafiakan persoalan-persoalan
politik desa.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat penulis kutip sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah desa Bengkaung?
2. bagaimana kepala desa menjalanan tugas di Desa Bengkaung
3. Bagaimana Opinion Leader politik di Desa Bengkaung?
4. Bagaimana opinion leader memanfaatkan steak holder yang ada di
desa Bengkaung?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang dapat penulis
ambil adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui sejarah dari desa Bengkaung.
2. mengetahui cara kepala desa menjalankan tugas di Desa Bengkaung.
3. Mengetahui opinion leader politik di desa Bengkaung.
4. Mengetahui manfaat steak holder yang ada di desa Bengkaung
terhadap opinion leader.

D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan:
1. Manfaat atau Kegunaan Teoritis
a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah wacana keilmuan dan memberikan kontribusi bagi ilmu
pengetahuan mengenai opinion leader politik di desa Bengkaung.
b. Hasil kajian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk kegiatan
penelitian berikutnya yang sejenis.
2. Manfaat atau Kegunaan Praktis
a. Manfaat bagi Masyarakat Desa
1) Meningkatkan kerja sama antara masyarakat dan perangkat
desa.
2) Untuk meningkatkan transparansi masyarakat desa.

b. Manfaat bagi pembaca


1) Mendapatkan pengetahuan baru mengenai apa saja wisata di
desa Bengkaung.
2) Memberi wawasan tentang asal usul desa Bengkaung.
3) Pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh mampu
ditransformasikan kepada yang belum tahu atau membaca
mengenai desa Bengkaung.
c. Manfaat Bagi Peneliti
1) Sebagai bahan acuan serta pertimbangan penelitian terutama di
bidang ilmu politik.
2) Sebagai pengetahuan baru tentang pentingnya opinion leader
politik di desa Bengkaung.
3) Sebagai masukan untuk menambah wawasan.

E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan salah satu usaha untuk memperoleh
data yang sudah ada, karena data merupakan salah satu hal yang terpenting
dalam ilmu pengetahuan, yaitu untuk menyimpulkan fakta-fakta,
meramalkan gejala-gejala baru, mengisi yang sudah ada atau yang sudah
terjadi.1
Namun untuk mendukung penelitian yang kami lakukan terhadap
opinion leader politik di Desa Bengkaung, Kecamatan Batu Layar,
Kabupaten Lombok Barat, NTB. Kami telah melakukan kajian terhadap
beberapa karya tulis.
Adapun salah satu karya tulis yang menurut kami berkaitan dengan
penelitian yang kami lakukan yaitu Jurnal Strategi Komunikasi Politik
Opinion Leader dalam Difusi Program Pembangunan dan Pengembangan
Lembaga Lokal di Pedesaan, karya S Oktarina dan S Sarwoprasodjo
(2018).

F. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara bertindak menurut sistem
aturan yang bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan
terarah sehingga mendapatkan hasil yang sesuai.
Adapun metode penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami lakukan adalah jenis penelitian
kualitatif sebagai bahan analisis, yang dikumpulkan dari observasi
lapangan dan wawancara mendalam dengan sejumlah imforman yang
1
Taufik Abdullah dan Rusli Karim (ed), “Metode Penelitian Agama”, Sebuah Pengantar,
(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1991), hlm. 4
dipilih secara purposif. Informan adalah sejumlah orang yang dianggap
mengetahui infomasi tentang data-data yang dibutuhkan. Sumber data
primer dalam penelitian diperoleh dari ketua atau opinion leader atau
masyarakat di desa Bengkaung sedangkan data skunder dikumpulkan
dari hasil penelusuran dokumen, buku, jurnal, maupun berita surat
kabar yang dianggap relevan dengan tema penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah kajian pustaka, sehingga pengumpulan
data dilakukan secara literatur yakni dengan meneliti sumber-sumber
yang ada baik secara tertulis (primer atau skunder) maupun fakta
lapangan yang memiliki hubungan dengan penelitian ini.
Cara-cara yang ditempuh peneliti untuk memperoleh data atau
informasi yaitu:
a. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi 2 orang atau lebih
dengan melibatkan seseorang yang ingin mendapatkan informasi
dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan tujuan tertentu.2
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-
gejala dalam objek penelitian.3
c. Dokumentasi
Selain dengan wawancara dan observasi, teknik
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan metode library research yaitu studi literatur dan studi
dokumentasi. Peneliti akan mengumpulkan hasil-hasil dari
dokumentasi dari pelaksanaan penelitian dan merangkum dalam
sebuah proposal atau karya tulis lainnya.

2
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif,, hlm 180
3
https://raharja.ac.id/2020/11/10/observasi/. Diakses pada tanggal 09 November 2022.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN OPINI LEADER


Opinion leader adalah orang yang mempunyai keunggulan dari pada
masyarakat kebanyakan. Salah satu keunggulan opinion leader dibandingkan
dengan masyarakat kebanyakan adalah pada umumnya opinion leader itu
lebih mudah menyesuaikan diri dengan 21 masyarakatnya, lebih kompeten
dan lebih mengetahui tata cara memelihara norma yang ada di dalam
masyarakat. ( Nurudin, 2000:97).4
Opinion leader juga dapat diartikan sebagai orang yang sering dimintai
petunjuk dan informasi oleh kebanyakan masyarakat, meneruskan informasi
politik dari media massa kepada masyarakat. Misalnya tokoh informal
masyarakat kharismatis, atau siapapun yang dipercaya oleh publik.
Nurudin mengemukakan beberapa ciri opinion leader beserta proses
komunikasi yang dijalankannya sebaga berikut: Nurudin, 2004:93)5.
1. Komunikasi interpersonal mempunyai struktur jaringan yang lebih
(umpamanya kerabat, keluarga besar, suku, dan sebagainya) yang sangat
kuat, karena ikatan yang telah lama ada, kebiasaan-kebiasaan setempat
yang telah lama tertanam, dan setiap struktur ini mempunyai pemimpin-
pemimpin pendapat.
2. Komunikasi dalam masyarakat Indonesia ditandai oleh ciri - ciri sistem
komunikasi feodal. Ada garis hierarki yang ketat sebagai bawaan dari
sistem sosial tradisional, pemuka pendapat sudah tentu dan mempunyai
pengaruh yang jelas sementara arus komunikasi cenderung berjalan satu
arah.
3. Pemimpin pendapat dianggap telah dikenali dan dapat diketahui dengan
mudah dari fungsi mereka masing-masing dalam pranata-pranata informal
yang telah berakar dalam masyarakat seperti alim ulama, pemuka adat,
guru swasta, atau pendidikan informal, dukun, dan sebagainya.

4
Sariyono. Skripsi Peran Kepala Desa Sebagai Opinion Leader di Desa Salugatta Kecamatan
Budong-Budong Kabupaten Mamuju Tengah. Universitas Alauddin Makasar. 2017.
5
Nurudin, . Opinion leader . Jakarta : Rajawali Pers. 2000:97
4. Jaringan komunikasi yang ada dalam masyarakat juga dengan sendirinya
dianggap telah dikenali pula, yaitu jaringan yang berkaitan dengan
masing-masing jenis pranata atau pemimpin pendapat tersebut, seperti
jaringan atau jalur komunikasi keagamaan, adat, pendidikan formal,
kesehatan tradisional, dan lain-lain sebagainya.
5. Pemimpin pendapat tidak hanya mereka yang memegang fungsi dalam
pranata informal masyarakat tetapi juga pemimpin formal, termasuk yang
menempati kedudukan karena ditunjuk dari luar (pamong praja, dokter,
penyuluh pertanian, dan sebagainya).
6. Pemimpin pendapat di Indonesia dianggap bersifat polimorfik, yaitu serba
tahu atau tempat menanyakan segala hal. Adanya asumsi ini terlihat dari
kecenderungan untuk menyalurkan segala macam informasi (politik,
pertanian, keluarga berencana, wabah, dan sebagainya) kepada para
pemimpin pendapat yang sama.
7. Pemimpin pendapat pasti akan meneruskan informasi yang diterimanya
kepada pengikutnya, meskipun dengan perubahan-perubahan. Terkandung
pula dalam hal ini adalah bahwa pemimpin pendapat cukup dengan dengan
jaringan pengikutnya.

B. KARAKTERISTIK OPINI LEADER


Menurut Everett M. Rogers (1973) Opinion leader adalah orang yang
mempunyai keunggulan dari masyarakat kebanyakan. Adapun
karakteristiknya yaitu6 :
1. External Communication
Pemimpin opini memiliki eksposur yang lebih besar untuk media
massa dari pengikut mereka. Pemimpin opini memperoleh kompetensi
mereka yang dirasakan dengan melayani sebagai jalan bagi masuknya ide-
ide baru ke dalam sistem mereka. Hubungan eksternal dapat diberikan
melalui saluran media massa, oleh cosmopoliteness pemimpin, atau
melalui kontak agen besar pemimpin perubahan. Pemimpin opini lebih

6
Everett M. Rogers Cara mengetahui opinion leader. Bandung : Remaja Rosdakarya. , 2009,
kosmopolit dari pengikut mereka. Pemimpin opini memiliki perubahan
yang lebih besar kontak agen dari pengikut mereka.
2. Accessibility
Pemimpin opini dalam menyebarkan pesan tentang suatu inovasi,
mereka harus memiliki link jaringan yang luas interpersonal dengan
pengikutnya. Pemimpin opini harus secara sosial diakses. Salah satu
indikator aksesibilitas tersebut adalah partisipasi sosial; tatap muka
komunikasi tentang ide-ide baru terjadi pada pertemuan organisasi formal
dan melalui diskusi informal. Pemimpin opini memiliki partisipasi sosial
lebih besar dari pengikut mereka.
3. Sosioeconomic Status
Pengikut biasanya berusaha mencari pemimpin opini dengan status
lebih tinggi. Hal ini dinyatakan oleh Gabriel Tarde (1998): "Penemuan
dapat mulai dari jajaran terendah dari orang, tetapi ekstensi tergantung
pada adanya beberapa elevasi sosial yang tinggi. "Pemimpin opini
memiliki status sosial ekonomi lebih tinggi dari pengikut mereka. (Gabriel
Tarde :1998)7.
4. Innovativeness
Jika pemimpin opini harus diakui oleh rekan-rekan mereka sebagai
ahli yang kompeten dan dapat dipercaya tentang inovasi, para pemimpin
opini harus mengadopsi ide-ide baru sebelum pengikut mereka. Ada
dukungan empiris yang kuat untuk Generanlisasi : Pemimpin opini lebih
inovatif dari pengikut mereka.Tapi pemimpin opini tidak harus inovator.
Kadang-kadang mereka, tetapi sering mereka tidak. Sekilas, tampaknya
ada bukti yang bertentangan, apakah atau tidak pemimpin opini adalah
inovator.
Apa yang menjelaskan paradoks ini? Kita harus
mempertimbangkan efek dari norma-norma sistem pada inovasi dari para
pemimpin opini, karena sejauh mana para pemimpin opini yang inovatif
tergantung sebagian besar pada pengikut mereka.

7
Gabriel Tarde . Karateristik Opinion Leader. Surakarta: Sebelas Maret University Press. 2002
5. Keinovatifan, Kepemimpinan Opini, dan Sistem Norma
Ketika norma-norma sistem sosial yang mendukung perubahan,
pemimpin opini lebih inovatif, tetapi ketika norma-norma tidak
mendukung perubahan, pemimpin opini tidak terutama inovatif. Dalam
sistem dengan norma-norma yang lebih tradisional, para pemimpin opini
biasanya satu set terpisah individu dari inovator. Para inovator yang
dirasakan dengan kecurigaan dan sering dengan tidak hormat oleh anggota
sistem tersebut, yang tidak percaya rasa penilaian tentang inovasi.
Misalnya, dalam studi petani Kolombia di desa-desa tradisional,
menemukan bahwa pemimpin opini hanya sedikit lebih inovatif dari
pengikut mereka dan lebih tua dan kurang kosmopolit. Tapi di desa-desa
progresif, pemimpin opini masih muda dan inovatif. Jadi norma-norma
sistem menentukan apakah atau tidak pemimpin opini adalah inovator.
(Rogers dengan Svenning :1969)8.
Peran Opinion Leader menjadi salah satu unsur yang sangat
mempengaruhi arus komunikasi. Khususnya dipedesaan, berbagai
perubahan dan kemajuan masyarakat sangat ditentukan oleh opinion
leader.
Pemimpin opini bisa berperan memotivasi masyarakat, sebagai
contoh agar ikut serta secara aktif dalam pembangunan opinion leader
dapat berperan sebagai tokoh sentral dalam pembangunan, khususnya di
pedesaan.
Terdapat beberapa peran yang dilakukan opinion leader, menurut
Wells dan Prensky, setidaknya ada 3 peran opinion leader dalam
mempengaruhi proses pengambilan keputusan yaitu, Authority Figure di
sini opinion leader berperan sebagai pemberi informasi, anjuran atau
pengalaman pribadinya dengan tujuan untuk membantu konsumen
memuaskan keinginannya. (Wells dan prensky : 1998).
Orang-orang yang termasuk authority figure adalah keluarga,
teman dan relasi, Trend Setter yaitu seseorang yang pengalaman
8
Rogers dengan Svenning. Karateristik Opinion Leader. Surakarta: Sebelas Maret University
Press. 2004
pribadinya diikuti oleh orang lain. Konsumen ini mempunyai gaya hidup
untuk ditiru, meskipun tidak peduli apakah orang lain akan mengkuti gaya
hidupnya atau tidak.
Trend setter pada umumnya merupakan seseorang yang terkenal
seperti bintang film atau olahragawan, Local opinion leaders yaitu seorang
individu yang berada di dalam kelompok referensi positif, memberikan
anjuran dan pengalaman pribadi tentang produk mana yang sebaiknya
dipilih seseorang agar dapat diterima dalam kelompok tersebut.
Kredibilitas seorang individu berdasarkan kenyataan bahwa
mereka menggunakan produk itu dan menjadi bagian dari kelompok
tersebut.
Selain peran, ada juga tipe opinion leader yaitu. Monomorfik
Polimorfik seorang pemuka pendapat hanya dapat menguasai satu pokok
permasalah saja. seorang pemuka pendapat menguasai lebih dari satu
pokok permasalahan yang ada.

C. MODEL OPINI LEADER


Opinion leader dikelompokkan menjadi dua, yaitu opinion leader aktif
dan opinion leader pasif9.
1. Opinion leader Aktif (Opinion Giving)
Disini para opinion leader tersebut sengaja mencari penerima atau
followers untuk mengumumkan atau mensosialisasikan suatu informasi.
Contoh : saat adanya program KB (Keluarga Berencana) yang bertujuan
mengendalikan pertumbuhan penduduk. Tapi bagi masyarakat desa hal ini
masih terlalu baru dan mereka belum mengenal apa itu KB sebenarnya,
maka disini peranan opinion leaders tersebut dituntun untuk
menyampaikan informasi bahwa program KB ini bertujuan penting bagi
kelangsungan masyarakat dipedesaan.

9
Nurudin, . Opinion leader . Jakarta : Rajawali Pers. 2000:97
2. Opinion leader Pasif (Opinion Seeking)
Dalam hal ini followers lebih aktif mencari sumber informasinya
kepada opinion leaders, sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Penelitian tentang peran opinion leader terhadap sosialisasi pola hidup
bersih dan sehat pada masyarakat di Desa Bengkaung ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan
untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok
orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua
gejala atau lebih (irawan soehartono,2000:35).10
Metode yang digunakan adalah studi kasus yang menguraikan dan
menjelaskan mengenai berbagai aspek secara individu, suatu kelompok, suatu
organisasi, program, maupun situasi sosial.
Metode deskriptif adalah metode yang hanya memaparkan,
menuliskan, dan melaporkan keadaan suatu objek ataupun suatu peristiwa
yang berupa penyingkapan sebuah fakta. Sedangkan metode studi kasus
adalah metode penelitian tentang subjek penelitian berupa individu, kelompok,
lembaga, atau masyarakat, yang berkenaan dengan suatu fase atau tahap,
sehingga dapat memberikan gambaran secara mendetail tentang latar
belakang, sifat dan karakter yang khas dari suatu kasus. (Tim Sosiologi, 2000:
95-104)11.

B. LOKASI PENELITIAN
Lokasi Penelitian adalah tempat dimana penelitian berlangsung dalam
rangka mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Penelitian ini
dilakukan di kantor desa di Desa Bengkaung, Kecamatan Batu Layar
Kabupaten Lombok Barat pada tanggal 10 November 2022.

C. SUMBER DATA
1. Primer

10
Soehartono, irawan, Penelitian deskriftif kualitatif. Surabaya. Media cetak. 2001.
11
Shadily .Hasan, Sosiologi untuk masyarakat Indonesia (Jakarta :PT. Rineka
Cipta, 1993).
Sumber data primer adalah sumber yang di ambil dari informan
melalui wawancara, kepada kepala desa , dengan sekertaris desa.
2. Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber yang diperoleh melalui buku
teori–teori komunikasi yang digunakan oleh peneliti dan pendukung dari
jumlah warga yang akan diteliti.

D. METODE PENGUMPULAN DATA


1. Observasi
Observasi ini untuk menemukan pokok permasalahan tentang
bagaimana cara melakukan citra kerja dengan baik, dan hubungan
komunikasi kepada masyarakat, sehingga tidak terjadi komunikasi kurang
efektif.12
2. Wawancara
Wawancara ini dilakukan secara lagsung dengan kepala desa atau
dengan pegawai yang ada di kantor desa, untuk mencari pokok
permasalahan tentang adanya kurangnya pelayanan yang di berikan
terhadap masyarakat, dan peneliti melakukan pra penelitian bahwa peneliti
mendapatkan informasi dari beberapa orang yang di wawancarai bahwa
kebanyakan masyarakat tidak mendapatkan pelayanan dengan baik, dalam
pengurusan atau meminta tanda tangan dari kepala desa. Tetapi malah
tidak dilayani dengan semestinya.13
3. Dokumentasi
Dokumentasi ini dilakukan agar peneliti bisa mendapatkan hasil
data–data yang diperoleh dari pegawai secara benar, dan mendapat
informasi tentang bagaimana dalam pengurusan yang ada di kantor desa
berjalan dengan baik atau sebaliknya.14

12
Sugiono, 2000, Metode penelitian kualitatif. Rajawali. Jakarta.
13
Ibid…,
14
Ibid…,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. SEJARAH DESA BENGKAUNG


Desa Bengkaung merupakan pemekaran dari Desa Lembahsari yang
berada di Wilayah Kecamatan Batulayar. Desa ini terbentuk dalam status Desa
Persiapan pada tanggal 2 Februari 2011. Desa Persiapan Bengkaung, dipimpin
oleh saudara Ahmad Raimah, A.Ma dan saudara Saiful Nazar, S.I.P bertindak
selaku sekretaris Desa sementara. Desa ini mulai merambah laksana seorang
bayi yang baru belajar merangkak. Dengan semangat kebersamaan, disepakati
kantor Desa Persiapan Bengkaung ditempatkan di Bengkaung Tengak,
tepatnya di aula balai Dusun yang sekarang menjadi kantor Desa Bengkaung.
Pada tanggal 17 Maret 2011 saudara Ahmad Raimah, A.Ma
dikukuhkan sebagai Penjabat Kepala Desa Persiapan Bengkaung oleh camat
Batulayar berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor : 78 / 32 / BPMD /
2011 berbarengan dengan pengukuhan Penjabat Kepala Desa Persiapan
Batulayar Barat dan Desa Persiapan Pusuk Lestari. Selanjutnya pada tanggal 2
November 2011 kebahagiaan warga masyarakat Bengkaung tumpah ruah
setelah pemangku kebijakan di tingkat kabupaten Lombok Barat
meningkatkan status Desa Persiapan Bengkaung menjadi Desa definitif dalam
rentan waktu yang sangat singkat. Hal ini tentunya berdampak langsung pada
kesiapan SDM dari aparatur dan lembaga Desa didalam perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan Desa Bengakung selanjutnya. Adapun Dusun-
Dusun yang termasuk ke dalam Wilayah Pemerintahan Desa Bengkaung
setelah pemekaran adalah :
1. Bengkaung Lauq
2. Bengkaung Tengak
3. Bengkaung Daye
4. Bunian
5. Seraye
6. Pelolat
7. Bunut Boyot
Pada tanggal 30 Juni 2011, Dusun Seraye mengadakan pemilihan
Kepala Dusun yang diikuti oleh 5 Calon Kepala Dusun, akhirnya yang terpilih
dalam gawe demokrasi tingkat Dusun tersebut adalah calon incomben yaitu
saudara H.Saaduddin untuk masa jabatan 2011- 2016.
Pada Tanggal 18 Juli 2012 Desa Bengkaung mengadakan gawe
demokrasi yaitu Pemilihan Kepala Desa untuk yang pertama kalinya.
Bertindak selaku Ketua Panitia Pilkades saat itu adalah H. Syaruji. Pemilihan
Kepala Desa Bengkaung diikuti oleh 3 Kontestan, dua diantaranya merupakan
kepala Dusun, yaitu H. Ahmad Junaedy dan Muksin yang lainnya adalah
seorang tokoh agama yaitu H. Munawir. Keluar sebagai calon yang
memperoleh suara terbanyak adalah H. Ahmad Junaedy. Selanjutnya pada
tanggal 30 Agustus 2012 saudara H. Ahmad Junaedy dilantik sebagai Kepala
Desa Bengkaung untuk periode 2012-2018 oleh Drs. Mujitahidin selaku
Camat Batulayar atas nama Bupati. Hadir pula saat itu Bupati Lombok Barat
DR. H. Zaini Aroni dan serta jajaran Kepala SKPD lingkup Kab. Lombok
Barat.
Desa Bengkaung dengan batas – batas wilayah administratif yang
membentang dari Bunut Boyot hingga Bengkaung Lauq, dari Seraye hingga
Bengkaung Tengak, memiliki area luas 522.02 hekta are, berpenduduk 3.778
jiwa (laki-laki 1.840 jiwa, perempuan 1.938 jiwa) dengan jumlah Kepala
Keluarga sebanyak 1.154 KK. Desa Bengkaung yang membawahi tujuh (7)
dusun terdiri dari pegunungan dan dataran dengan iklim sedang. Menyiapkan
sumber-sumber alam yang belum diolah secara maksimal menghasilkan
berbagai jenis buah-buahan dan umbi-umbian, kacang-kacangan dan berbagai
jenis produksi pertanian, perkebunan dan kehutanan lainnya. Menyediakan
tenaga-tenaga tukang, buruh kasar dengan hasil produksi berkelas yang kalau
sekiranya mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya, akan menghasilkan mutu produksi yang lebih berdaya saing
dipasar global. Desa, dengan penduduk yang bermata pencaharian sebagai :
petani, pedagang, buruh, buruh tani, guru, pegawai, dan banyak lagi yang
lainnya. Demikianlah sumber daya yang masih sangat memerlukan dukungan
dan pembinaan dari Pemerintah Kecamatan dan Kabupaten demi kemajuan
dan perkembangan dalam penyelenggaraan desa ke depan.15
B. Kepala Desa dalam Menjalankan Tugas di Desa Bengkaung
Otonomi desa adalah hak untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya
persekutuan masyarakat hokum tersebut, dengan batas-batas berupa hak
dan kewenangan yang belum diatur oleh persekutuan masyarakat hokum
yang lebih luas dan tinggi tingkatannya, dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup dan penghidupan kesatuan masyarakat hukum
bersangkutan.Desa yang otonom akan memberikan ruang gerak yang luas
pada perencanaan pembangunan yang merupakan kebutuhan nyata
masyarakat dan tidak banyak dibebani oleh program-program kerja dari
berbagai instansi dan pemerintah.
Kewenangan yang dimiliki desa menurut Pasal 18 UU No. 6 Tahun
2014 meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan adat istiadat desa. Lebih lanjut Pasal 19 UU No. 6 Tahun 2014
menegaskan bahwa kewenangan Desa dalam pemerintahan desa meliputi:
1. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;
2. Kewenangan lokal berskala desa;
3. Kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah
Provinsi atau pemerintah daerah Kabupaten/Kota; dan
4. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dari sekian kewenangan yang dimiliki oleh Kepala Desa tersebut,
kewenangan Kepala Desa dalam pengelolaan keuangan desa melalui
penetapan dan pelaksanan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) adalah bagian yang paling menarik bagi peneliti untuk ditelaah.
Pasal 75 UU No. 6 Tahun 2014 menegaskan bahwa:
1. Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
desa.
2. Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Kepala Desa menguasakan sebagian kekuasaannya kepada
perangkat desa.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai keuangan desa diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Dalam praktek pengelolaan keuangan desa berdasarkan peraturan
yang masih berlaku sekarang ini, masih ditemukan adanya ketimpangan
15
https://bengkaung.desa.id/desa/profile. Diakses pada tanggal 09 November 2022.
antara aturan dengan prakteknya. Di Kabupaten Lombok Tengah
misalnya, terdapat beberapa Kepala Desa yang tersandung kasus korupsi
karena dugaan penyalahgunaan ADD dan bantuan beras miskin. Dari
beberapa kasus korupsi tersebut, sudah ada yang diputus oleh
Pengadilan.16
C. Opinion Leader Politik di Desa Bengkaung
D. Opinion Leader Memanfaatkan Steak Holder yang ada di Desa
Bengkaung

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

16
Edi Supriadi, “Pertanggungjawaban Kepala Desa dalam Pengelolaan Keuangan Desa
berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa”, Jurnal IUS, Vol. 3, No. 8, (Agustus, 2015),
hlm. 330-346
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai