Anda di halaman 1dari 2

PENGERTIAN

A. IJTIHAD

Ijtihad adalah usaha intelektual secara sungguh-sungguh yang dilakukan dengan istibath (menyimpulkan) dan
menemukan hukum. pencarian hukum dilakukan melalui dalildalil baik dari alqur’an dan Sunnah dan orang yang
melakukan Ijtihad merupakan tugas besar dan berat bagi seorang mujthid.

2. Syarat-Syarat Ijtihad
Menurut Abdul hamid Hakim bahwa seorang mujtahid harus memenuhi
empat syarat ijtihad, yaitu:5
a) Mempunyai pengetahuan yang cukup (alim) tentang al-kitab dan al-Sunnah.
b) Mempunyai kemampuan berbahasa Arab yang memadai, sehingga mampu
menafsirkan kata-kata yang asing (gharib) dari Alquran dan sunnah.
c) Menguasai ilmu ushul fiqh
d) Mempunyai pengetahuan yang memadai tentang nasikh dan mansukh.

4. Macam-Macam Ijtihad
ijtihad dibedakan dalam tiga macam:
a) Al-Ijtihad al-Bayani, yaitu menjelaskan (bayan) hukumhukum syari`ah dari nash-nash syar`i.
b) Al-Ijtihad al-Qiyasi, yaitu meletakkan (wadl`an) hukumhukum syari`ah untuk kejadian/peristiwa yang tidak
terdapat dalam al Qur`an dan Sunnah, dengan jalan menggunakan qiyas atas apa yang terdapat dalam nash-nash
hukum syar`i.
c) Al-Ijtihad al-Isthishlahi, yaitu meletakkan hukumhukum syari`ah untuk kejadian/peristiwa yang terjadi yang tidak
terdapat dalam al Qur`an dan Sunnah menggunakan ar ra`yu yang disandarkan atas isthishlah.

B. Ittiba’
para ulama ushul memberikan definisi ittiba’ sebagai berikut:
1) Abdul hamid Hakim
Itiba’ adalah menerima perkataan (pendapat) seseorang, sedangkan engkau mengetahui dari mana pendapat
itu diambil.11
2) Abdul hamid Muhammad bin Badis al-shanhaji
Ittiba’ adalah mengambil pendapat mujtahid dengan mengetahui dalilnya dan mengetahui metode mujtahid
dalam mengambil hukum dari dalil itu.

C. Taklid
1. Definisi Taqlid
Taklid secara bahasa adalah meletakkan kalung (‫ )القالدة‬ke leher. Dipakai juga dalam hal menyerahkan perkara kepada
seseorang seakan-akan perkara tersebut diletakkan di lehernya seperti kalung.

2. Macam-Macam Taqlid
Taqlid ada dua jenis yaitu taqlid umum dan khusus.
a) Taqlid yang umum : seseorang berpegang pada suatu madzhab tertentu yang ia mengambil rukhshoh-rukhshohnya
dan azimah-azimahnya dalam semua urusan agamanya.
b) Taqlid yang khusus : seseorang mengambil pendapat tertentu dalam kasus tertentu, maka ini boleh jika ia
lemah/tidak mampu untuk mengetahui yang benar melalui ijtihad, baik ia lemah secara hakiki atau ia mampu tapi
dengan kesulitan yang sangat.

3. Syarat Taqlid
Ada lima syarat yang diberikan oleh para ulama agar seseorang boleh untuk
bertaklid:
1) Orang yang taklid itu jahil atau tidak berilmu, ia sulit untuk mengenal (memahami) hukum Allah dan Rasul-Nya.
2) Bertaklid pada orang yang diketahui keilmuannya.
3) Tidak nampak bagi orang yang taklid itu kebenaran dan ia pun tidak mengetahui pendapat lainnya yang lebih kuat.
4) Taklid tidak menyelisihi dalil dan ijma’ (kata sepakat ulama).
5) Tidak boleh mewajibkan mengikuti madzhab imam tertentu dalam semua masalah, namun yang diperintahkan
adalah untuk mengikuti kebenaran.

D. Talfiq
1. Definisi Talfiq
Talfiq berasal dari bahasa arab yang berarti menyamakan atau merapatkan dua tepi yang berbeda, seperti perkataan
talfiqil hadits berarti menghiasi suatu cerita dengan yang salah atau bohong.

2. Syarat-Syarat Talfiq
Menurut Wahbah al-Zuhaily, kebolehan bertalfiq ini dibatasi dengan tiga
syarat, yaitu menghindari hal-hal berikut:
a) Mencari yang teringan saja dengan sengaja tanpa ada darurat atau uzur
(tatabbu’ ar rukhash). Ini dilarang untuk menutup pintu kerusakan dengan
lepasnya taklif.
b) Talfiq yang mengakibatkan penolakan hukum (ketetapan atau keputusan)
hakim (pemerintah), karena ketetapannya dapat menghilangkan
perselisihan untuk mengantisipasi terjadinya kekacauan.
c) Talfiq yang mengakibatkan seseorang meninggalkan apa yang telah
diamalkannya secara taklid, atau meninggalkan perkara yang telah
disepakati disebabkan oleh adanya perkara yang ditaklidinya,

3. Macam-Macam Talfiq
Kebanyakan ulama’ membagi talfiq menjadi dua, yaitu :
1) Mengambil pendapat yang paling ringan di kalangan mazhab dalam
beberapa masalah yang berbeda.
2) Mengambil pendapat yang paling ringan di antara mazhab dalam suatu
masalah.

Anda mungkin juga menyukai