Anda di halaman 1dari 2

Nama: Ahmad Rohid N.

NIM: 1213060003

Kelas : HPI 6A

Rangkuman Studi Literatur Jinayah

Saksi (Syahadah)

Saksi dalam bahasa Arab disebut syahadah yang berasal dari akar kata syahida
yasyhadu, Syahadah yang berarti menerangkan atau keterangan, menginformasikan apa yang
dilihat, menetapkan apa yang diketahui, khabar (informasi) yang pasti, Sedangkan menurit
syara ‫إخبار احالكم عن علم ليقضى دبقتضاه‬

Artinya: Memberitahu hakim tentang sesuatu informasi, agar dia dapat memutuskan perkara
(menghukum) sesuai dengan yang dikehendaki informasi tersebut. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kesaksian adalah memberitahu hakim atau pihak pengadilan supaya dia dapat
memutuskan perkara berdasarkan pemberitahuan itu. Sedangkan penetapan saksi melalui ijma„
adalah bahwa semenjak zaman Nabi saw. sampai sekarang para fukaha tidak ada yang
menantang pensyari„atan saksi dan menjadikannya sebagai hujjah (argumen) dalam proses
peradilan. Ketidakadaan bantahan ini mengindikasikan bahwa masalah saksi telah disepakati
oleh kaum muslimin (ijma„)

Adapun Syarat-syarat saksi dapat dibedakan dalam dua bentuk. Pertama syarat
tahammul, yaitu syarat membawa kesaksian, dan yang kedua syarat ada', yaitu syarat ketika
menunaikan atau memberikan kesaksian di hadapan hakim.

Yang pertama Syarat-syarat tahammul adalah sebagai berikut:

A. Saksi mesti orang yang berakal.


B. Saksi mesti melihat; orang buta tidak boleh menjadi saksi. Golongan Syafi„iyah tidak
menjadikan hal ini sebagai syarat pada peristiwa yang sudah tersebar di kalangan
manusia (diketahui orang banyak), karena tujuan kesaksian itu adalah mengetahui apa
yang disaksikan. Pengetahuan itu bisa didapatkan melalui pendengaran.
C. Saksi secara langsung melihat apa yang disaksikannya, tanpa penrantaraan orang lain.
Yang kedua yaitu syarat menunaikan/memberikan kesaksian (syarat ada’). Adapun syarat-
syarat ketika menunaikan kesaksian dapat pula dibedakan antara syarat umum dan syarat
khusus.

A. Syarat-syarat umum adalah:


1. Berakal; orang yang tidak berakal tidak boleh menunaikan kesaksian, karena
orang yang tidak berakal ucapan atau ungkapannya tidak dapat dipercaya.
2. Balig; tidak diterima kesaksian anak-anak
3. Islam. Fukaha sepakat mensyaratkan Islam bagi orang yang menunaikan
kesaksian bilamana yang disaksikan orang muslim.
4. Adil; Secara lugawi adil adalah al-tawasuth (pertengahan).
5. Mempunyai harga diri (muru'ah). Seorang saksi disyaratkan mempunyai harga
diri (muru'ah). Menurut Malikiyah harga diri adalah kesempurnaan diri karena
terpelihara dari ejekan.
6. Tidak ada perselisihan antara saksi dengan orang yang disaksikan.
7. Tidak ada hubungan kekerabatan dengan yang di saksikan.
8. Tidak pernah menjalani hukuman (hadd) qazf.
9. Melihat. Orang yang memberikan kesaksian disyaratkan melihat.
10. Berbicara. Saksi ketika memberikan kesaksian disyaratkan orang yang bisa
berbicara.
11. Cerdas. Yang dimaksud cerdas di sini adalah sanggup memelihara (mengingat)
kesaksian dan dapat memahami kejadian yang disaksikan.
B. Syarat-syarat khusus nya diantaranya:
1. Laki-laki. Jumhur fukaha sepakat mensyaratkan laki-laki dalam hudud dan
qisas, karena saksi wanita sulit menghindarkannya dari syubhat.
2. Lebih dari satu (berbilang). Hal ini disyaratkan karena satu orang sangat besar
peluang untuk lupa.
3. Terperinci. Yang dimaksud dengan terperinci adalah mengemukakan kesaksian
dengan jelas dan terurai.
4. Sepakat dalam mengemukakan kesaksian. Saksi yang jumlahnya beberapa
orang harus sependapat dalam mengemukakan kesaksiannya.
5. Orisinal. Yang dimaksud orisinal di sini adalah kesaksian yang langsung
diberikan oleh orang yang menyaksikan, tidak merupakan kesaksian yang
diterima dari kesaksian orang lain.

Anda mungkin juga menyukai