Anda di halaman 1dari 7

B.

Ketentuan tentang Hakim dan saksi dalam peradilan Islam


1. Hakim
a. Pengertian dan kedudukan Hakim
Hakim adalah orang yang diangkat oleh pemerintah untuk menyelesaikan
persengketaan dalam memutuskan suatu perkara dengan adil pengusaha wajib mengangkat
Hakim untuk menegakkan hukum di tengah-tengah masyarakat pemerintahan dapat
memaksa seseorang untuk menduduki jabatan hakim, jika dia merupakan satu-satunya
Hakim yang pantas untuk menduduki jabatan tersebut dan wajib baginya untuk
menerimanya.
b. Syarat-syarat Hakim
1) beragama Islam, tidak boleh menyerahkan suatu perkara kepada hakim non muslim.
2) balik dan berakal sehat.
3) merdeka.
4) adil.
5) laki-laki.
6) memahami hukum-hukum yang ada di dalam Alquran dan hadis.
7) memahami ijma’ para ulama.
8) memahami bahasa Arab karena sumber-sumber hukum Islam digali dari Alquran dan
hadis yang berbahasa Arab.
9) memahami metode ijtihad.
10) dapat mendengar, melihat dan memahami baca tulis.
11) memiliki ingatan yang kuat.

c. Tata cara pengadilan menjatuhkan hukuman


1) Kesempatan pertama diberikan kepada penggugat untuk menyampaikan semua tuduhan
disertai bukti-bukti yang sah dan saksi
2) tergugat dipersilakan untuk memperhatikan gugatan tersebut
3) Hakim tidak boleh bertanya kepada penggugat selagi ia menyampaikan tuduhannya
4) Hakim bertanya sesuai dengan keperluan kepada petugas setelah selesai menyampaikan
keturunannya dan meminta bukti-bukti yang digunakan untuk menguatkan tuduhan
tersebut
5) jika tidak terdapat bukti-bukti tersebut Hakim dapat meminta pengungkapan untuk
bersumpah (tanpa paksaan) bahwa yang disampaikannya adalah benar
6) jika penggugat menunjukkan bukti-bukti yang benar Hakim harus memutuskan perkara
sesuai dengan tuduhan tersebut meskipun tergugat menolak tuduhan itu
7) jika tidak terdapat bukti yang benar Hakim harus menerima sumpah terdakwa dan
membenarkan terdakwa
8) Hakim tidak boleh menjatuhkan hukuman (vonis) saat sedang marah, lapar , bersin-
bersin, kurang tidur, sedih, sangat gembira, sakit, serta dalam keadaan cuaca yang sangat
panas dan sangat dingin.

d. Adab ( kesopanan) dan macam-macam Hakim


Adap atau kesopanan hakim dalam memutuskan perkara meliputi hal hal sebagai
berikut.
1. Tata tertib dalam pengadilan.
Adapun tata tertib hakim dalam pengadilan yaitu:

a. Hakim bertempat tinggal di kota pemerintah


b. Hakim berada di tempat terbuka yang dapat di lihat oleh terdakwa,penggugat dan
pengunjung.
c. sebaiknya hakim tidak memutuskan perkara di masjid, karena di masjid tidak bebas,
misalnya tidak boleh bersuara keras ,tidak semua pengunjung boleh masuk ke dalam
masjid ,dan alasan lainnya.
2. Majelis pengadilan
Hakim wajib memperlakukan sama antara kedua pihak yang bersengketa dalam lima
hal, yaitu:.
A. sama-sama menghadap kepada keduanya.
B. Sama-sama duduk di hadapan keduanya.
C. Sama-sama menerima keduanya.
D. Sama-sama mendengarkan keterangan keduanya.
E. Melaksanakan tata tertib pengadilan dengan memperlakukan orang orang yang
bersengketa mendapatkan tempat duduk, berkata kata,dan perhatian yang sama.

3) macam-macam hakim
Hakim terbagi 3 golongan, yaitu:
a. Hakim yang mengetahui kebenaran dan melaksanakan hukum dengan kebenaran
b. Hakim yang mengetahui kebenaran tapi memutuskan perkara dengan ukuran kebenaran
C.hakim yang menetapkan hukum dengan kebodohannya.

4. Hadiah kepada hakim


Hakim tidak boleh menerima hadiah dari pihak pihak yang bersengketa.

2. Saksi
a. Pengertian Saksi
Kesaksian dalam bahasa Arab disebut syahadah, yang berarti melihat dengan mata kepala
karena orang yang menyaksikan itu memberitahukan tentang yang disaksikan dan dilihatnya
saksi adalah orang yang diperlukan oleh pengadilan untuk memberikan keterangan yang
berkaitan dengan suatu perkara demi tegaknya hukum dan tercapainya keadilan.
b. Syarat-syarat saksi yang adil ;
1.islam
2. Sudah dewasa atau balig
3. Berakal sehat
4. Orang yang merdeka
5. Adil
c. Kesaksian tetangga dan orang buta
Kesaksian seorang tetangga dapat diterima selama mengetahui kejadian yang
sebenarnya, baik dengan penglihatan atau pendengaran.begitu pula,kesaksian orang buta
dapat diterima. Kesaksian adakalanya dengan pendengaran atau penglihatan.salah satu dari
keduanya yang bisa membawa kesaksian dapat diterima.
Menurut imam malik dan imam Ahmad Bin Hanbal ,orang buta boleh menjadi saksi asalkan
bisa mendengar.
Menurut imam syafi’i kesaksian orang buta dapat diterima dalam 5 hal yaitu nasab,kematian
milik mutlak, Riwayat, hidup, dan mengenai apa yang disaksikan sebelum ia buta.
Sementara menurut imam Abu Hanifah kesaksian orang buta tidak dapat di terima sama
sekali.
d. Sansi terhadap saksi bisu
Memberi kesaksian palsu termasuk dosa besar karna dapat membantu orang zhalim,
mengahancurkan hak orang yang di zhalimi, menyesatkan, peradilan, dan menyebabkan
permusuhan di antara manusia.
Menurut imam malik,syafi’i,dan ahmad bin hanbal seorang saksi palsu dihuku tazir dan di
permalukan bahwa dia bersaksi palsu.

3. Penggugat dan Bukti


A. Pengertian Penggugat dan Syarat-syaratnya
Penggugat adalah orang yang mengajukan gugatan karena merasa dirugikan oleh pihak
tergugat(orang yg digugat).penggugat yg mengajukan gugatan harus dapat membuktikab
kebenaran penggugatannya disertai bukti-bukti yg kuat,saksi-saksi yg adil atau dengan
bersumpah:“apabila gugatan saya tidak benar,maka laknat allah atas diri saya”.
Dakwaan seorang penggugat tidak sah melainkan dari orang yg merdeka,balig,dan
berakal.karna itu hamba sahaya,orang gila,orang yg tidak waras,anak-anak dan orang dungu
tidak di terima dakwaannya.dakwaan tidak sah jika tidak disertai barang bukti yg
membuktikan kebenarannya.
B. Bukti
Barang bukti atau bayyinah adalah segala sesuatu yg di tunjukkan oleh penggugat untuk
memperkuat kebenaran dakwaannya,barang bukti tersebut dapat berupa surat-surat
resmi,dokumen,dan barang-barang lain yg dapat memperjelas masalah (dakwaan) terhadap
terdakwa.
4. Tergugat dan sumpah
a. Pengertian tergugat
Orang yang mendapatkan gugatan dari penggugat disebut pihak tergugat. Tergugat
dapat membela diri dengan membantah gugatan dengan menunjukkan bukti-bukti
administrasi dan bahan-bahan yang meyakinkan, selain bersumpah.
b. Tujuan sumpah dan sumpah tergugat
Tujuan dilakukan sumpah dan pengadilan adalah untuk membuktikan dengan
sungguh-sungguh bahwa yang bersangkutan berada di pihak yang benar. Sementara itu
sumpah tergugat adalah sumpah dalam rangka mempertahankan diri dari tuduhan
penggugat yang juga harus menunjukkan bukti-bukti tertulis dan bahan-bahan yang
meyakinkan hakim bahwa dirinya tidak bersalah.

c. Tergugat tidak hadir di persidangan


Setiap proses persidangan harus dihadiri oleh pihak penggugat dan tergugat akan
tetapi kadang-kadang pihak tergugat tidak dapat menghadiri persidangan sekalipun hakim
telah berkali-kali memintanya untuk hadir sehingga hakim pun memutuskan perkara tanpa
dihadiri oleh pihak tergugat utusan akhir seorang hakim yang tidak dihadiri oleh pihak
tergugat disebut dengan verstek. Verstek hanya dikenal dalam perkara-perkara perdata,
misalnya dalam kasus penceraian. Namun demikian para ulama mensyaratkan seorang
Hakim boleh memutuskan perkara secara verstek selama tidak melebihi apa yang menjadi
hak dan wewenangnya. Gugatan pihak menggugat juga harus jelas dan ditopang bukti-bukti
yang kuat artinya keputusan hakim tetap mengacu pada tujuan diadakannya peradilan Islam
yakni untuk mendapatkan keputusan hukum yang seadil-adilnya.

D. Syarat-syarat orang yang bersumpah


Orang yang bersumpah harus memenuhi tiga syarat yaitu sudah balik didorong oleh
kemauan sendiri dan disengaja bukan karena terlanjur diucapkan ada tiga kalimat yang
diucapkan untuk bersumpah yaitu ‫َوِهّللا َتاِهّلل ِباِهّلل‬
ketiga kalimat tersebut artinya sama : "demi Allah”
Orang yang melanggar sumpah wajib membayar kafarat (denda) dengan cara sebagai
berikut.
1. Memberikan makanan pokok kepada seluruh orang fakir miskin. Sekitar ¾
2. Memberikan pakaian yang pantas kepada 10 orang fakir miskin
3. Kemerdekaan hamba sahaya.
Ketentuan tentang Hakim dan saksi dalam Peradilan Islam

Kelas : 11 MA. El-i’tisham


Nama kelompok : - Raya Hanun Arifa
- Ririn Maharani
- Mutiara Kharisma

Anda mungkin juga menyukai