Anda di halaman 1dari 16

Taqlid

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4


XII MIPA 4
Apa itu Taqlid?
Secara Etimologi taqlid adalah "Mengalungi" atau
"Memakaikan Kalung" kemudian diambil pemahaman bahwa
Taqlid adalah "Mengikuti seseorang secara patuh” dapat juga
berarti “Meletakka sesuatu di leher dengan melilitkan
padanya seperti tali kekang." secara sederhana dapat di
artikan "menerima pendapat orang lain tanpa hujjah."
Pengertian lain seperti yang dingkaplan oleh Mardini.
"Meletaki sesuatu dilehernya dengan mengitarinya seperti
kalun." Secara terminologis Taqlid adalah: "Mengikuti
perkataan seseorang yang perkataannya bukan Hujjah."
Taqlid menurut para
ulama
1 Ibn al-Hummam, yang dikutib oleh Amir
2
al-Amidi, seperti yang dikutib oleh T.M. Hasbi Ash-
Syarifuddin. Shiddiqieqy, bahwa mengambil suatu hukum dengan
"Taklid adalah beramal dengan pendapat dalilnya, walaupun sesuai dengan pendapat mujtahid,
maka dinamai itiba’, bukan Taklid. Karena sebenarnya dia
seseorang yang tidak berkedudukan sebagai mengambil dari dalil bukan dari mujtahid. Lebih lanjut
hujjah tanpa mengetahui hujjahnya.” beliau mengatakan, Ringkasnya Ittiba’ adalah :
“mengikuti sesuatu yang ada hujjahnya.”

3 4
Habib Ash_Ashiddieqy, Taklid adalah: Muttabi’ adalah :
“Mengamalkan pendapat orang yang
“Orang yang diwajibkan leh dalil
pendapatya itu bukan suatu hujjah
syariyyah, tanpa ada hujjah.” mengikuti perkataan orang lain.”
Dari pendapat ulama tadi
dapat disimpulkan :
hakikat taklid; :
a. Taklid beramal dengan pendapat orang lain.
b. Pendapat orang lain itu hujjah.
c. Orang yang mengikuti pendapat orang lain itu tidak
mengetahui hujjah atau dalil dari pendapat yang di
ikutinya.
HUKUM
TAQLID
Taqlid yang dilakukan oleh mujtahid kepada mujtahid lain.
Dalam hal ini terdapat beberapa pendapat, yaitu:

1) Kebanyakan ulama sepakat mengatakan haram hukumnya seorang


mujtahid melakukan taqlid secara mutlak, karena ia mampu
melakukan ijtihad dengan sendirinya.
2) Ahmad bin hanbal, Abu ishak bin al-rawahaih dan sofyan al-tsauri
mengatakan boleh mujtahid melakukan taqlid kepada mujtahid lain
secara mutlak.
3) Imam syafi'i dalam qaul qadimnya (waktu di iraq) berpendapat
boleh mujtahid bertaqlid kepada mujtahid lain dalam level shahabat
nabi dan tidak boleh kepada mujtahid lainnya.
Hukum taqlid yang dilakukan oleh al-Muttabi' atau alim.
Dalam hal ini ulama juga berbeda pendapat sebagai
berikut:

1) Tidak boleh seorang alim bertaqlid kepada mujtahid karena ia


mempunyai kemampuan untuk mendapatkan hukum dengan
sendriinya. Walaupun ia belum mencapai kemampuan mujtahid.
2) Boleh seorang alim bertaqlid kepada mujtahid lain dengan syarat ia
dapat mengetahui kekuatan dalil yang digunakan mujtahid yang
diikutinya itu.
Hukum bertaqlid yang dilakukan orang awam kepada
seorang mujtahid. Hal ini juga menjadi tempat perbedaan
pendapat. Yaitu:
1) Menurut al-Baidhawiy dari kalangan Syafi'iyah dan kebanyakan
ulama lainnya berpendapat bahwa beleh orang awam dan orang yang
tidak memiliki kemampuan berijtihad untuk bertaqlid. Bahkan ada yang
mewajibkannya. Hal ini berdasarkan pemahaman dari surah An-Nahl
ayat 43.
2) Golongan mu'tazilah baghdad berpendapat tidak boleh orang awam
bertaqlid, tetapi ia wajib mencapai hukum melalui ijtihadnya dan untuk
itu ia harus belajar.
3) Al-Jubba'iy berpendpat boleh seorang awam bertaqlid dalam
bidang ijtihadiyah dan tidak boleh dalam hal-hal yang ada nashnya
yang jelas.
Dalam masalah taqlid, Ibn Subki mengelompokan ummat
pada empt kelompok yaitu seperti yang dikutib oleh
Mardani sebagai berikut:
1) Orang awan yang tidak mempunyai pengetahuan sama sekali.
2) Orang alim yang belum mencapai tingkat mujtahid.
3) Orang yang mampu melakukan ijtihad namun baru sampai ke
tingkat dugaan kuat (zhan).
4) Mujtahid.
Menurut beliau bertaqlid tergantung pada tingkatannya dalam
pengelompokan diatas. Orang yang telah sampai ke tingkat mampu
berijtihad tetapi baru sampai ke tingkt zhan maka dikategorikan
mujtahid penuh.
Ketentuan Bertaqlid
Seseorang yang akan bertaqlid kepada
seorang mujtahid, di isyaratkan bahwa ia
mengetahui orang yang di ikutinya itu
memang mempunyai kemampuan untuk ber
jtihad dan bersifat adalah. Yaitu tidak pernah
melakukan dosa besar dan tidak sering
melakukan dosa kecil, dan selalu menjaga
Muruahnya. Pengetahuannya itu dicukupkan
dari berita yang masyhur ditengah umat.
SYARAT SYARAT
TAQLID
Orang yang bertaqlid
Syarat orang yang bertaqlid ialah orang awam atau orang biasa
yang tidak mengerti cara-cara mencari hukum syara. Ia boleh
mengikuti pendapat orang lain yang lebih mengerti hukum-
hukum syara dan mengamalkannya. Adapun orang yang
pandai dan sanggup menggali sendiri hukum-hukum syara
maka ia harus berijtihad sendiri kalau baginya masih cukup.
Namun, kalau waktunya sempit dan dikhawatirkan akan
ketinggalan waktu untuk mengerjakannya yang lain (dalam
soal-soal ibadah), maka menurut suatu pendapat ia boleh
mengikuti pendapat orang pandai lainnya.
Orang yang ditaqlid
Syarat yang ditaqlid ada kalanya adalah hukum yang berhubungan dengan syara. Dalam
hukum akal tidak boleh bertaqlid pada orang lain, seperti mengetahui adanya Dzat yang
menciptakan alam serta sifat-sifatnya. Begitu juga hukum akal lainnya, karena jalan
menetapkan hukum-hukum tersebut ialah akal, dan setiap orang mempunyai akal.
Taqlid kepada yang mengaku bertaqlid kepada imam mujtahid yang terkenal, sambil
menyisipkan pendapatnya sendiri yang ditulis dalam kitab-kitabnya.
Taqlid yang seperti ini tidak dibolehkan oleh Ad Dahlawi, Ibnu Abdil Bar, Al Jauzi dan
sebagainya.
Taqlid kepada yang mengaku bertaqlid kepada imam mujtahid yang terkenal, sambil
menyisipkan pendapatnya sendiri yang ditulis dalam kitab-kitabnya. Taqlid yang seperti
ini tidak dibolehkan oleh Ad Dahlawi, Ibnu Abdil Bar, Al Jauzi dan sebagainya.
Jenis Taqlid

Taqlid yang umum: seseorang berpegang pada suatu madzhab


tertentu yang ia mengambil rukhshoh-rukhshohnya dan azimah-
azimahnya dalam semua urusan agamanya.

Taqlid yang khusus: seseorang mengambil pendapat tertentu


dalam kasus tertentu, maka ini boleh jika ia lemah/tidak mampu
untuk mengetahui yang benar melalui ijtihad, baik ia lemah secara
hakiki atau ia mampu tapi dengan kesulitan yang sangat.
SESI DISKUSI
DAN
TANYA JAWAB
CYUKUP CEKIAN
Mohon maaf bila ada kesalahan karena manusia
tidak ada yang sempurna apalagi presentasi dari
kami, semoga yang kami sampaikan bisa
bermanfaat untuk kalian semua, terimakasih
Wassalamualaikum wr wb

Anda mungkin juga menyukai