Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Rasa syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat
waktu. Makalah ini berjudul “ ASPEK SITAKTIKA DALAM ANALISIS PUISI”.
Saya selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah. Tidak lupa bagi rekan-rekan mahasiswa lain yang telah
mendukung penyusunan makalah ini saya juga mengucapkan terima kasih.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bertalian dengan semiotika, bahasa sebagai medium karya sastra, berada pada
sistem tanda tingkat pertama meaning (arti). Berbeda halnya dengan karya
sastra yang merupakan sistem tanda yang lebih tinggi kedudukannnya dari
bahasa atau dapat disebut sebagai sistem tanda tingkat kedua. Selain itu, arti
kata-kata atau bahasa dalam karya sastra ditentukan oleh konvensi sastra. Maka
tidak heran jika arti sastra disebut juga sebagai dari arti atau meaning of
meaning.
Dalam puisi, makna tidak hanya dilihatdari arti bahasanya saja, tetapi dari
suasana,perasaan, daya liris, konotasi, intensitas arti, dan pemaknaan yang
ditimbulkan oleh tanda tanda kebahasaan atau tanda tanda lainnya
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
larik- larik puisi dipandang sebagai suatu kesatuan sintaksis. Menurut Pierre
Giraud 1980:11 “Sintaksis mempelajari hubungan antara kata-kata pada
pengungkapannya”. Dalam Le Robert Micro 1998:1290 disebutkan bahwa
sintaksis mempelajari pemaparan hubungan antara kata-kata, bentuk dan
fungsi bahasa. Ini dibuktikan dengan kutipan “Syntax ”Sintaksis dalam
sebuah puisi berhubungan dengan larik-larik dalam puisi sebagai kesatuan
sintaksis. Maksudnya ialah sebuah kalimat dalam puisi diperoleh dari
rangkaian larik-larik, bisa terdiri dari dua larik atau lebih, sehingga untuk
menafsirkan makna puisi larik-larik hendaknya dipandang sebagai suatu
kesatuan sintaksis Waluyo, 1987:69. Kesatuan sintaksis dapat dibicarakan
juga dalam 28 larik dan bait, karena sebuah sebuah larik dapat mewakili
kesatuan gagasan yang lebih besar. Bait puisi pada hakekatnya mirip dengan
sebuah paragraf prosa. Di dalam bait terdapat satu larik yang merupakan
kunci gagasan.
Pada umumnya kaidah sintaksis sering diabaikan dalam puisi.
Penyair seringkali membuat pola sintaksis yang aneh atau menyimpang
untuk menunjukkan kreatifitas dan identitas ciri khasnya. Hal itu dilakukan
baik dengan cara mengabaikan kaidah sintaksis yang berlaku infrastruktur
maupun dengan cara mengulang-ulang pola tertentu suprastruktur sehingga
kalimat dalam puisi terkadang mengecohkan dasar pembentukkan unsur-
unsur kalimat yang sebenarnya. Kalimat dalam puisi dapat berbentuk
inverse atau ada bagian- bagian yang dihilangkan Waluyo, 1987:70.
Menurut Pradopo 1995:136, oleh karena penyimpangan bahasa tersebut,
sajak dibaca berdasarkan struktur kebahasaan. Penambahan sisipan kata
atau sinonim diperlukan untuk memperjelas makna sajak.
Frasa
7
Frasa dapat dihasilkan dari perluasan sebuah kata. Sebuah frasa dengan
perluasannya tidak menimbulkan jabatan atau fungsi lain sehingga tidak
melebihi batas fungsi semula. Jika perluasan itu ternyata menimbulkan
jabatan fungsi baru atau membentuk pola subjek-predikat, perluasan itu
sudah menjadi klausa.
Contoh: karya sastra (frasa)
Diperluas
Karya sastra indah itu (frasa)
Karya sastra itu indah (klausa)
S P
Klausa
Klausa merupakan bagian dari kalimat. Klausa memiliki unsur subjek dan
predikat, tetapi tidak mengandung intonasi, jeda, tempo, dan nada.
Klausa tidak lengkap, contoh : sudah pergi dari tadi siang ,bekebalikan
dengan klausa lengkap, klausa tidak lengkap dapat diamati dengan
ketidaklengkapan unsur yang menyusunnya (subjek dan predikat).
Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal dan
kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai
(lengkap) serta mengandung sebuah maksud.
C. Analisis Puisi
Puisi adalah karya sastra yang menjaga pengayaan Bahasa. Dengan
puisi, Bahasa yang telah hilang diaktifkan kembali dan digunakan dengan
makna yang dalam penggunaan sehari-hari telah melemah atau hilang
8
(Zaimar, 2014:48). Puisi dapat dianalisis dengan menggunakan tiga tataran,
salah satunya yaitu analisis aspek sintaksis.
Meraih tanganku. “Sudah dua hari ayahmu belajar menulis dan mengirim
pesan untuk Ibu.
9
Ketika pamit hendak kembali ke Jakarta,
(2005)
Pada puisi “Pesan Dari Ayah” karya Joko Pinurbo, puisi ini memiliki
beberapa tanda baca, yaitu (1) tanda petik yang digunakan untuk percakapan
langsung atau dialog langsung para tokoh, terutama percakapan tokoh Ibu.
(2) tanda koma, merupakan tanda baca yang dipakai untuk memisahkan
suatu kalimat atau klausa dalam puisi (3) tanda titik digunakan untuk
mengakhiri sebuah kalimat dalam puisi. Selain itu, dilihat dari huruf besar
(kapital) dan penggunan tanda titik, puisi ini memiliki 13 kalimat. Bait
pertama terdiri dari 5 larik, larik ketiga, keempat dan kelima merupakan
klausa yang terkait pada kalimat utama (larik pertama dan larik kedua). Bait
kedua terdiri dari 4 larik dengan 3 kalimat, larik kedua dan larik ketiga
merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan penggunaan konjungsi
subordinatif, dibuktikan dengan adanya konjungsi “dan” pada larik tersebut.
10
Bait ketiga terdiri dari 4 larik yang saling berhubungan sehingga hanya
memiliki 1 kalimat saja, kalimat dalam keempat larik tersebut termasuk ke
dalam kalimat majemuk bertingkat karena adanya penggunaan konjungsi
suboordinatif “dan”, “atau” dalam keseluruhan lariknya. Bait keempat
terdiri dari 2 kalimat dengan 3 larik, larik pertama merupakan kalimat
deklaratif ditandai denga adanya tanda titik untuk memberi pernyataan atau
informasi bahwa Ayah telah memenuhi janjinya. Bait kelima, terdiri dari 3
kalimat dengan 4 larik. Dalam kalimat dan larik di bait kelima, terdapat
kalimat perintah yang berdiri sendiri (terdiri dari satu kata saja: “balas!”)
yang ditandai dengan adanya tanda seru sebagai pembuktian adanya
perintah dalam kalimat tersebut. Bait keenam terdiri dari 2 kalimat dengan
5 larik, larik tersebut termasuk ke dalam kalimat majemuk bertingkat
dengan adanya penggunaan konjungsi suboordinatif “dan” pada larik
terakhir atau larik keliama dalam bait keenam.
Selain dilihat dari segi rangkai kalimat, kami juga menganalisis dari segi
rangkaian makna dalam puisi “Pesan Dari Ayah” karya Joko Pinurbo.
Bait I
Larik 4 dan 5, rasa iba Ibu melihat Ayah yang kesepian; dibelikannya telepon.
Bait II
11
Kekhawatiran Ibu; si Ayah akan merasa terganggu saat belajar telepon genggam
dan rasa terima kasih Ibu atas perjuangan Ayah.
Bait III
Permohonan ‘aku’ untuk diberi kabar saat merantau, agar dirinya merasa tenang.
Bait IV
Bait V
Balasan ‘aku’ kepada Ayahnya, juga deksripsi situasi Ayah yang sedang berada di
bawah pohon sawo dengan Ibu.
Bait VI
Ingatan ‘aku’ saat pertama kali menciptakan puisi pertamanya di bawah pohon
sawo hingga tertidur dan Ayah yang membawanya ke ranjang.
Dari analisis sintaksis yang telah dilakukan , dapat disimpulkan bahwa puisi
“Pesan Dari Ayah” karya Joko Pinurbo terdiri dari 6 bait dengan 13 kalimat secara
12
keseluruhan, adanya tanda baca yang digunakan dalam puisi tersebut, dalam puisi
tersebut dominan menggunakan kalimat majemuk bertingkat yang ditandai dengan
adanya penggunaan konjungsi suboodinatif “dan, atau” dalam puisi tersebut. Dalam
segi makna, puisi tersebut menceritakan tokoh Ayah yang dibelikan telepon
genggam dari Ibu sebagai pembunuh rasa sepi dan juga permintaan tokoh Aku
untuk dikabari saat ingin merantau.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Jika materi yang saya sampaikan ini ada kesalahan atau kekurangan, saya harap
kritik dan saran dari kawan semua.
14
DAFTAR PUSTAKA
15