PROYEK :
PEMBANGUNAN LABORATORIUM LAPANG
SEKOLAH VOKASI KAMPUS SUKABUMI
PEKERJAAN :
PERENCANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
LOKASI :
KAMPUS VOKASI IPB KOTA SUKABUMI
BAB I
SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL 1
STANDAR YANG BERLAKU
Semua pekerjaan dalam Syarat-syarat ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan SKSNI, SNI, dan Standar
Industri Indonesia (SII) dan peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-
jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :
Infrastruktur Lanjutan 1
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
PASAL 2
MEREK-MEREK DAGANG
Kecuali ditentukan lain, maka nama-nama atau merek-merek dagang dari bahan yang
disebutkan dalam Persyaratan Teknis ini ditujukan untuk maksud-maksud perbandingan
terutama dalam hal mutu, model, bentuk, jenis dan spesifikasi yang ditawarkan harus sudah
menyebutkan merk/type tertentu.
PASAL 3
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang dimaksud dalam Dokumen Kontrak adalah Perencanaan Pembangunan
Infrastruktur Lanjutan Sekolah Vokasi Kampus IPB Sukabumi :
I. Pekerjaan Persiapan :
A. Dokumentasi proyek
B. Papan nama proyek
C. Mobilisasi dan Demobilisasi alat berat
D. Pekerjaan Pembersihan Lokasi Pekerjaan
II. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah (DPT) Batu Kali Pagar Keliling:
Infrastruktur Lanjutan 2
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
PASAL 4
DATA UMUM LAPANGAN KERJA
1. TITIK-TITIK UKUR
Seluruh titik-titik ukur sehubungan dengan pekerjaan ini didasarkan pada ukuran
setempat dan bangunan Administrasi dan Akademik existing, untuk elevasi, simetris
ataupun siku bangunan harus mengikuti dan menyesuaikan bangunan existing Kampus
Vokasi, yaitu titik-titik ukur yang ada di lapangan Proyek seperti yang direncanakan
dalam gambar-gambar grading dan seperti yang disetujui Ahli.
2. DATA FISIK
Data sehubungan dengan kegiatan-kegiatan yang ada, dan lain-lain yang diterapkan
pada gambar-gambar dimaksudkan sebagai informasi umum dan titik-titik tolak untuk
pelaksanaan pekerjaan ini oleh Kontraktor.
Penawaran yang diserahkan oleh Kontraktor, harus sudah meliputi semua biaya untuk
pelaksanaannya sesuai dengan ketinggian-ketinggian yang ditentukan pada gambar-
gambar.
PASAL 5
PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen
tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada Konsultan
Pengawas dan dalam jangka waktu yang cukup, bila dipertimbangkan bahwa perlu
mengadakan penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.
PASAL 6
PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN
Bila Pemborong tidak berada ditempat pekerjaan dimana Konsultan Pengawas bermaksud
untuk memberikan petunjuk-petunjuknya, maka petunjuk-petunjuk harus diturut dan
dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk untuk itu oleh Pemborong.
PASAL 7
PENGUKURAN
Pemborong harus memulai pekerjaan pengukuran dari garis-garis dasar yang telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran
pengukuran yang dibuatnya. Pemborong harus menyediakan semua bahan, peralatan dan
tenaga kerja, termasuk juru-juru ukur (Surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan
pengukuran untuk setiap bagian pekerjaan yang memerlukannya.
Infrastruktur Lanjutan 3
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
PASAL 8
PERSIAPAN PEKERJAAN
2. SALURAN PEMBUANGAN
Kontraktor harus membuat saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar daerah
bangunan selalu dalam keadaan kering/tidak basah tergenan gair hujan atau air buangan.
Saluran dihubungkan ke parit/saluran yang terdekat atau menurut petunjuk Pengawas.
Kontraktor harus membangun kantor dan perlengkapannya, los kerja, gudang dan halaman
kerja (work yard) di dalam halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan sesuai Kontrak. Kontraktor harus juga menyediakan untuk pekerja/buruhnya
fasilitas sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai untuk mandi dan buang
air.
Kontraktor harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan rencana konstruksi
fasilitas-fasilitas tersebut. Kontraktor harus menjamin agar seluruh fasilitas itu tetap bersih
dan terhindar dari kerusakan.
Infrastruktur Lanjutan 4
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
Kontraktor harus menyediakan untuk Direksi di tempat pekerjaan ruang kantor sementara
beserta seperangkat furniture termasuk kursi-kursi, meja dan lemari.
Kualitas dan peralatan yang harus disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ruang : ukuran 12,00 m2
b. Konstruksi : rangka kayu borneo, lantai plesteran, dinding double plywood. Tidak
usah dicat, atap asbes gelombang
c. Fasilitas : air dan penerangan listrik
d. Furniture : 2 meja kerja ½ biro dan 2 kursi
1 meja rapat bahan plywood 18 mm ukuran 120 x 240 cm, dan 10
kursi
1 white board ukuran 120 x 80 cm
1 rak arsip gambar plywood 12 mm ukuran 120 x 240 x 30 cm
Kontraktor harus selalu membersihkan dan menjaga keamanan kantor tersebut beserta
peralatannya.
5. PEMBERSIHAN HALAMAN
a. Pagar pangaman proyek dibuat sekeliling gedung yang akan dibangunan, jarak
pagar pengaman harus cukup leluasa untuk aktivitas para pekerja bangunan
tersebut, untuk pembuatan pagar pengaman harus koordinasi dengan Owner/User
dan Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
b. Pagar pengaman dibuat dengan ketinggian 2 m, sedangkan tiang mengguanakan
kayu dolken 7-10 cm, tiang dipasang kepermukaan tanah yang sudah digali dan
dicor menggunakan beton tumbuk supaya kokoh dan kuat. Penutup pagar
pengaman proyek menggunakan seng gelombang dicat meni besi, untuk warna cat
harus koordinasi dengan Owner/User dan Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuan.
Infrastruktur Lanjutan 5
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
PASAL 9
PEKERJAAN CUT AND FILL
PEKERJAAN TANAH, GALIAN DAN URUGAN KEMBALI
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah melaksanakan galian tanah dan memindahkan ke
lokasi pekerjaan sesuai dengan gambar kerja dan BQ, mengurug elevasi yang rendah guna
menyamakan elevasi sesuai dengan persyaratan yang ditentukan sampai pengurugan
kembali hingga padat.
Melaksanakan pekerjaan pematangan tanah (cut and fill) untuk Lokasi Ekowisata dan
Arboretum Kampus Vokasi Sukabumi.
Dalam hal ini pelaksanaan pekerjaan cut and fill terdiri dari 2 Kawasan,
yaitu :
1. Pengurugan dan penataan tanah Area Arboretum bagian Selatan Kawasan Ekowisata.
2. Cut and fill dan Pengurugan Area Sport Center Outdoor dan Amphitheater Kawasan
Pengembangan.
Pekerjaan cut and fill dilaksanakan berdasarkan countur dan elevasi ketinggian dan
kedalaman galian sesuai kondisi tanah, seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
Pekerjaan cut and fill dilaksanakan menggunakan alat berat : Booldozer, Exapator, walls
dan Dump Truk, jumlah peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan volume kubikasi tanah
dan waktu yang ditentukan.
Pengukuran jarak dan elevasi harus menggunakan Teodolit diopersikan dengan tenaga ahli
surveyor.
2.1. Umum
Infrastruktur Lanjutan 6
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
permukaan tanah asli (belum terganggu). Prosedur yang sama harus diikuti bila
penggalian selesai.
Setiap pekerjaan tambahan yang disebabkan karena kelebihan penggalian atau
pengurugan kembali atau disebabkan oleh keadaan tanah pondasi yang kelihatan
kurang baik harus diperbaiki oleh kontraktor tanpa mengklaim biaya tambahan
kepada Pemberi Tugas.
Apabila tercantum dalam gambar-gambar atau telah diatur di dalam spesifikasi atau
disetujui oleh Konsultan Pengawas bahan-bahan bekas galian harus ditimbun pada
suatu tempat di dalam proyek.
Bekas galian yang tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam konstruksi
harus dibuang dan ditempatkan di luar areal proyek atau ditempat-tempat yang lain
sebagaimana yang telah tercantum dalam spesifikasi/syarat khusus pada gambar
rencana atau yang diperintahkan Konsultan Pengawas. Areal untuk penimbunan
bekas galian harus disediakan oleh Kontraktor seizin Pemberi Tugas.
a. Galian lumpur
Lumpur umumnya dapat dengan mudah dipindahkan dengan metode
penggalian tangan dengan menggunakan alat-alat misal : kapak, sekop,
cangkul atau linggis, pahat dan palu.
b. Galian Tanah
Galiantanah mencakup semua galian batu, galianuntukkonstruksi atau galian
untuk material/bahan baku.
3. PEMBERSIHAN
Infrastruktur Lanjutan 7
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi semua pekerjaan penggalian, penimbunan kembali, termasuk
pengupasan dan penimbunan kembali dari tanah galian serta memadatkan pada area
yang ditibun, pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan itu, yang disesuaikan
dengan gambar-gambar.
2. Pelaksanaan
a. Pengurugan harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan
kedalaman yang perlu dan dipersyaratkan atau diperlihatkan pada gambar-
gambar.
Penggalian mencakup pemindahan tanah, kalau ternyata dijumpai kondisi yang
tak memuaskan pada hasil galian berupa Tanaman atau batuan besar maka tanah
hasil galian tidak bisa untuk mengurug dan harus digantikan dengan tanah yang
lain dan disetujui Konsultan Pengawas.
Infrastruktur Lanjutan 8
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
e. Tanah lumpur harus disingkirkan dari lokasi pekerjaan yang akan dibangun Gedung
Laboratorium Lapang.
PASAL 10
PEKERJAAN PONDASI BATU KALI
1. LINGKUP PEKERJAAN
Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan semua pondasi batu kali sesuai dengan
gambar dan persyaratan disini.
2. BAHAN - BAHAN
1. Batu
Batu-batu harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat/retak. dan cara
pengerjaannya harus dilakukan menurut cara terbaik yang dikenal disini.
2. Pasir
Galian pondasi harus diurug dengan pasir setebal 5 cm dan dipadatkan dengan alat
timbris tangan terbuat dari logam atau stamper.
3. Adukan
Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 semen : 4 pasir.
3. PEMASANGAN
1. Batu kosong
Batu tanpa adukan (aanstamping) setinggi 15 cm, harus dipasang tegak lurus, rapat
dan diisi pada rongga-rongga batu.
Batu yang akan dipasang dibasahi dahulu, lalu dibentuk menjadi bidang luar yang
harus sesuai dengan gambar rencana atau petunjuk Ahli. Anker/stek dipasang
Infrastruktur Lanjutan 9
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
PASAL 11
PEKERJAAN BETON
1. KETENTUAN UMUM
1. Persyaratan-persyaratan Konstruksi Beton, istilah teknis dan syarat-syarat
pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan
teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua
pekerjaan beton harus sesuai dengan referensi di bawah ini:
a. Peraturan Beton SKSNI
b. Peraturan pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
c. American sociaty of Testing Materials (ASTM)
d. Standar industri indonesia ( SII)
2. Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut di atas maka
peraturan-peraturan Indonesia yang menentukan.
3. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan kesesuaian yang
tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi-instruksi yang
dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas, semua pekerjaan yang tidak memenuhi
persyaratan harus dibongkar dan diganti atas biaya pemborong sendiri.
4. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai persyaratan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak untuk meminta
diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan pemborong bertanggung jawab atas
segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh Konsultan Pengawas harus
segera dikeluarkan dari proyek /site dalam waktu 3 x 24 jam.
2. LINGKUP PEKERJAAN
1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk Pelaksanaan pekerjaan beton sesuai
dengan gambar kerja dan Bill Of Quantity (BQ) termasuk pengadaan bahan, upah,
pengujian dan peralatan pembantu.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian-bagian
dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.
3. BAHAN - BAHAN
1. S e m e n :
a. Semua semen yang digunakan adalah jenis portland Cement sesuai dengan
persyaratan NI-2 pasal Bab 3 Standar Indonesia NI-8 /1964, SII 0013-81 atau
ASTM C-150 dan produksi dari satu merk / pabrik.
b. Pemborong harus mengiriPengawasan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan
type, kualitas dari semen yang digunakan “manufacture`s test certificate “ yang
menyatakan memenuhi persyaratan tersebut dalam huruf “a” di atas.
Infrastruktur Lanjutan 10
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
c. Pemborong harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk
mencegah terjadinya kerusakan, dan tidak boleh ditaruh langsung di atas tanah
tanpa alas kayu.
d. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena
air/lembab tidak diizinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari
proyek dalam batas 3 x 24 jam.
e. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
2. Agregat Kasar :
a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai
menurut NI-2 pasal 3, 4, 5 bab III dan serta mempunyai ukuran terbesar 2,5
cm.
b. Agregat Kasar terdiri dari butir-butir yang kasar., keras, tidak berpori dan
berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi
20 % dari volume dan tidak boleh mengalami pembekuan hingga melebihi 50 %
kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles (L A).
c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reactif alkali atau substansi yang
merusak beton dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % serta
mempunyai gradasi seperti berikut :
Infrastruktur Lanjutan 11
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
4. Air :
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam
serta zat-zat yang dapat merusak beton baja bertulang. Dalam hal ini sebaiknya
digunakan air bersih yang dapat diminum, atau seperti NI - 2 pasal 6 Bab 3.
5. Baja tulangan :
a. Baja tulangan yang digunakan adalah baja polos dan baja ulir dimana harus
memenuhi persyaratan SKNI, dengan tegangan leleh karakteristik (Tau) = 2400
kg/cm2 atau baja U 24, (Tau) = 3900 kg/cm2 atau baja U39, pemberi tugas atau
konsultan, Pengawas bila diperlukan, akan melakukan pengujian test tegangan
tarik-putus dan “ Bending” untuk setiap 10 ton baja tulangan, atas biaya
pemborong.
b. Batang-batang tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara langsung
dan dihindari akan penimbunan baja tulangan diudara terbuka.
c. Kawat ikat berukuran minimal ∅ 1 mm.
d. Batang-batang tulangan yang berlainan ukurannya harus ditimbun pada tempat
terpisah dan diberi tanda yang jelas.
6. Bahan pencampur :
a. Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
b. Apabila akan digunakan bahan pencampur, pemborong harus mengadakan
percobaan-percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan
pencampur (admixture) tersebut.
7. Cetakan Beton :
Dapat menggunakan kayu kelas II dengan ketebalan minimal 3 cm, atau multiplek
tebal minimal 18 mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan
yang tersebut dalam SKSNI jarak rangka kayu harus disetujui Konsultan Pengawas.
4. MUTU BETON
1. Mutu beton untuk Konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan
karakteristik sebagai berikut :
Infrastruktur Lanjutan 12
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
2. Slump (kekentalan beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan SKSNI adalah sebagai
berikut :
4. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi getaran tinggi, maka harga
tersebut diatas dapat dinaikan sebesar 50 % dengan catatan tidak boleh melebihi 15
cm.
5. PERCOBAAN PENDAHULUAN
1. Pemborong harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran dari masing-
masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari material-
material harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan seluruh operasi harus
dikontrol dan diawasi terus menerus oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan
bertanggung jawab .
3 Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Bacth Mixer atau
Portable Continous Mixer). Mesin pengaduk harus betul-betul kosong sebelum
menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci bila tidak digunakan
lebih dari 30 menit.
4. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit sesudah
semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah, bila kapasitas
mesin lebih besar dari 1,5 m3 dan Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah
waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal
untuk mendapatkan hasil adukan dengan kekentalan dan warna yang
merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan
konsistensi dalam setiap adukan
5 Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan.
Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.
6. PERSIAPAN PENGECORAN
1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan
bebas dari kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan
Infrastruktur Lanjutan 13
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
ditanam dalam beton harus sudah terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik,
plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi
dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik. Bidang-
bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian
dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu dengan spesi
mortar dengan susunan yang sama seperti adukan beton dan air harus dibuang dari
semua bagian-bagian yang akan dicor.
4. Pemborong harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Konsultan Pengawas.
5 Apabila pengecoran tidak memakai begisting kayu maka dasar permukaan yang akan
dicat harus diberi beton dengan adukan 1 pc : 3 ps : 5 krk setebal 5 cm.
Infrastruktur Lanjutan 14
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
Infrastruktur Lanjutan 15
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara, sedang beton sudah menjadi keras
dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air
semen (laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang
cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah pemberhentian
pengecoran, adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan
pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka
sebaiknya tidak dilaksanakan, kecuali atas persetujuan Konsultan Pengawas dapat
dilaksanakan pada malam hari dengan ketentuan bahwa sistem penerangan sudah
disiapkan dan memenuhi syarat, serta penyiapan tenda-tenda untuk menjaga terjadi
hujan.
9. PEMADATAN BETON
1. Pemborong bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan
penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat
tanpa perlu penggetaran secara berlebih.
2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan “Mechanical Vibrator” dan
dioperasikan oleh orang yang berpengalaman.
Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan “Over Vibration” dan
tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan
beton.
Hasil beton harus merupakan masa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi
atau keropos.
3. Pada daerah penulangan yang rapat , penggetaran dilakukan dengan alat penggetar
yang mempunyai frekwensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin pengisian beton dan
pemadatan yang baik.
4. Dalam hal penggunaan vibrator, maka slump dari beton boleh melebihi 12,5.
5. Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan vertikal, tetapi dalam keadaan
khusus boleh miring 45 derajat dan jarum vibrator tidak boleh digerakkan secara
horizontal.
6. Alat penggetar tidak boleh disentuh pada tulangan-tulangan, terutama pada tulangan
yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta berjarak minimal 5
cm dari bekisting.
7. Setelah sekitar jarum nampak mengkilap, maka secara perlahan-lahan harus ditarik,
hal ini tercapai setelah bergetar 30 detik (maksimal).
Infrastruktur Lanjutan 16
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
1. Semua baja tulangan yang dipakai adalah tulangan besi polos, tulangan besi ulir
harus bersih dari segala macam kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan
merusak mutu beton.
2. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan harus
sesuai dengan persyaratan dalam SKSNI T 15-1991
3. Selimut beton harus mempunyai ketebalan minimal sebagai berikut :
Bagian konstruksi Tebal selimut beton (cm )
Pelat 2,0 cm
Balok 2,5 cm
Kolom 2,5 cm
Sloof dan Pondasi 3 cm
1. Semua angkur, baut, pipa dan benda-benda lain yang diperlukan tertanam dalam
beton , harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum pengecoran.
2. Benda-benda tersebut harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat dan kotoran-
kotoran lain pada saat mengecor
3. Sebelum dilakukan pengecoran pipa-pipa harus sudah diuji dengan baik, baru boleh
dicor.
1. PENYELESAIAN BETON
1. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus tanpa ada bagian-
bagian yang membekas pada permukaan. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus
berbentuk penuh dan tajam.
2. Bagian-bagian yang rapuh, kasar, berlubang, dan tidak memenuhi persyaratan
harus segera diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan
adukan beton yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya untuk kemudian
diratakan. Bila diperlukan, seluruh permukaan beton dihaluskan dengan ampelas,
carborondum atau gurinda.
Infrastruktur Lanjutan 17
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
3. Permukaan pekerjaan beton harus mempunyai bentuk jadi yang rata. Toleransi
kerataan pada permukaan lantai tidak boleh melampaui 1cm dalam jarak 10 m.
Tidak dibenarkan untuk menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan
maksud menyerap kelebihan air.
4. Apabila pengecoran dilakukan dengan ready mix harus ditunjukkan pesanannya
yang menunjukkan karakteristik dari beton.
1. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Setelah pengecoran dan selesai, permukaan beton yang tidak
tertutup oleh cetakan harus tetap dijaga kelembabannya dengan jalan membasahi
secara terus menerus selama 7 (tujuh) hari.
2. Permukaan-permukaan beton yang dibongkar cetakannya sedang masa perawatan
beton belum dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti tersebut pada ayat (1)
dan tidak boleh tertindih barang atau terinjak langsung pada permukaan beton.
3. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan belum dibongkar,
selama masa perawatan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi keretakan
dan terjadinya celah-celah pada sambungan.
4. Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang tidak disebut di atas, harus
dirawat dengan jalan membasahi atau menutupi dengan membran yang basah.
3. PENGUJIAN BETON
1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam SKSNI dan
minimum memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam ayat berikut.
2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat satu pengujian, yang dikerjakan dalam satu
hari dengan volume sampai sejumlah 5 m3, atau 2 benda uji.
3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji berbentuk kubus 15 x
15 x 15 cm. Satu benda uji akan dites pada umur 28 hari dan hasilnya segera
dilaporkan kepada Konsultan Pengawas, sedangkan 3 (tiga) benda uji lainnya hasil
rata-rata dari ketiga spesimen tersebut. Batas kekuatan beton rata-rata harus sama
atau lebih dari kekuatan karakteristik 225 kg/cm2 untuk mutu beton K 225, tidak
boleh ada satu benda uji yang hasil tesnya lebih kecil dari = 160 kg/cm2.
4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi ditinggal dilapangan,
dibiarkan mengalami proses perawatann yang sama dengan keadaan sebenarnya.
5. Kubus-kubus yang baru dicetak disimpan pada tempat yang bebas getaran dan
ditutup dengan karung basah selama 24 jam.
4. SUHU / TEMPERATUR
1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh lebih dari 32 derajat Celsius. Bila suhu dari
beton yang ditaruh berada antara 27 derajat dan 32 derajat Celsius, maka beton
harus diaduk ditempat pekerjaan dan langsung dicor.
Infrastruktur Lanjutan 18
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat mengakibatkan suhu
beton melebihi dari 32 derajat Celsius, maka pemborong harus mengambil langkah-
langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat atau mengecor pada
waktu malam hari.
5. PERIZINAN
PASAL 12
PASANGAN BATU BATA
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat – alat bantu yang
dibutuhkan, bahan dan semua pasangan batu bata pada tempat – tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis ini.
Pekerjaan ini terdiri tetapi tidak terbatas pada hal – hal berikut :
• Pasangan batu bata
• Adukan
• Pengaplikasian bahan penutup celah antara dinding dengan kolom bangunan,
dinding dengan bukaan dinding dan dinding dengan peralatan.
1. STANDAR / RUJUKAN
2. PROSEDUR UMUM
2.1 Keterangan.
Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan dinding yang terbuat dari batu bata
dan bata ringan disusun ½ bata, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan
peralatan untuk pekerjaan ini.
Infrastruktur Lanjutan 19
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
Bata harus disusun dengan baik dan teratur dengan tinggi maksimal 150 cm.
Semen harus dikirim dalam kemasan aslinya yang tertutup rapat dimana tertera
nama pabrik serta merek dagangnya.
Penyimpanan semen harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis
03300.
3. BAHAN - BAHAN
3.1.2 Bata merah yang digunakan harus mempunyai kuat tekan minimal 25
kg/cm2, sesuai ketentuan SNI 15-2094-2000.
Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (Nusantara,
Gresik, Tiga Roda atau produk daerah setempat yang mempunyai kualitas
standar konstruksi).
Adukan harus dibuat dalam alat tempat mencampur, diatas permukaan yang
keras, bukan langsung diatas tanah. Bekas adukan yang sudah mulai mengeras
tidak boleh digunakan kembali.
Adukan dan plesteran untuk pasangan batu bata harus memenuhi ketentuan
Spesifikasi Teknis 04060.
Infrastruktur Lanjutan 20
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
3.4 Mortar/Plester
Adukan terdiri dari bahan MU 380 dan air dipakai untuk pemasangan dinding
batu bata ringan. Komposisi adukan sesuai dengan yang disyaratkan oleh
Fabrikan.
Bahan MU 380 yang dipakai adalah produk LEMKRA, Cipta Mortar atau setara.
Komposisi bahan beton rangka penguat dinding (sloof, kolom praktis, ringbalk)
adalah 1 pc : 2 pasir : 3 kerikil.
Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (satu merek
untuk seluruh pekerjaan). Pasir beton harus bersih, bebas dari tanah/lumpur
dan zat-zat organik lainnya. Kerikil/split dari pecahan batu keras dengan ukuran
1 - 2 cm, bebas dari kotoran. Baja tulangan menurut ketentuan PBI 1971.
4. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Dinding harus dipasang (uitzet dengan peralatan yang memadai) dan didirikan menurut
masing-masing ukuran ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.
Bata dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya
dengan bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan
benar-benar dipasang tegak lurus.
Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap jarak
40 cm. Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata diatas kusen
harus dibuat balok lantai 12/12 atau dilengkapi dengan pasangan rollaag.
Pemasangan harus dijaga kerapihannya, baik dalam arah vertikal maupun
horizontal. Sela-sela disekitar kusen-kusen harus diisi dengan aduk
Bata ringan dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya
dengan bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan
benar-benar dipasang tegak lurus.
Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap jarak
40 cm. Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata ringan diatas
kusen harus dibuat balok latei 10/10. Pemasangan harus dijaga kerapihannya,
baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Sela-sela disekitar kusen-kusen
harus diisi dengan aduk
Infrastruktur Lanjutan 22
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
PASAL 13
PEKERJAAN PENGECATAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
2. BAHAN-BAHAN
a. Umum
Bahan-bahan yang dipergunakan harus mendapat persetujuan dari Pengawas, baik
mengenai kualitas maupun pabrik asalnya. Bahan-bahan yang didatangkan ketempat
pekerjaan harus diberikan kepada Pengawas Lapangan untuk contoh/pengujian.
Contoh tersebut akan diambil secara acak dengan disaksikan oleh Pengawas
Lapangan. Pemakaian bahan-bahan pengering atau bahan-bahan lainnya tanpa
persetujuan Pengawas tidak diperbolehkan. Tempat-tempat/kaleng-kaleng cat yang
dimasukkan harus lengkap dengan merk, nomor spesifikasi dan sebagainya.
Selambat-lambatnya sebulan sebelum pekerjaan pengecatan dimulai, Kontraktor
harus mengajukan daftar tertulis dari semua bahan yang akan dipakai untuk disetujui
oleh Pengawas Lapangan. Pengawas Lapangan berhak menguji contoh-contoh
sebelum memberikan persetujuan. Warna-warna cat yang digunaan akan kemudian
ditentukan oleh Konsultan Perencana.
b. Cat dinding tembok
Cat yang digunakan adalah emulsion paint produksi VINILEX. sedangkan untuk
listplang GRC yang kena terhadap cuaca panas ataupun hujan digunakan cat
Weathersield produksi DULUX. Bahan penutup dempul yang digunakan merupakan
campuran dari bahan cat yang sama. Untuk cat dasar harus digunakan bahan cat
dasar yang dikeluarkan dari pabrik yang sama. Untuk dinding luar sebelum dicat,
dilapisi dulu dengan syntetis anti lumut.
c. Cat Lapangan
Cat yang digunakan adalah cat khusus lapangan out door produksi setara
TENNOKOTE. yang tahan terhadap cuaca panas ataupun hujan, sesuai persyaratan
dan standar SNI.
c. Cat kayu
Cat yang digunakan untuk pengecatan permukaan kayu melamik/politur (bilamana
tidak dimelamik/politur) yang akan di-expose harus mengandung bahan sintetis
(synthetic resin) dari jenis yang baik produksi SIEVE. Bahan penutup dempul, dan
cat dasar atau meni harus dipakai produk yang dikeluarkan oleh pabrik yang sama.
d. Melamik/Politur
Bahan yang digunakan adalah produk lokal setara Impra.
e. Cat meni
Kayu-kayu kaso dan reng harus dicat meni dari jenis yang baik.
f. Cat besi
Infrastruktur Lanjutan 23
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
Bahan cat besi yang digunakan adalah produksi SIEVE. Sebelum pengecatan
dilakukan harus dilakukan pendempulan yang merata dan rapi. Warna cat yang akan
digunakan akan ditentukan kemudian bersama Konsultan Perencana dan User.
3. PERSETUJUAN AHLI
Semua cat yang dipakai harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas sebelum
boleh dipakai didalam pekerjaan.
Cat didatangkan ke lapangan pekerjaan dalam kaleng-kaleng asli dari pabrik, lengkap
dengan label perusahaan, merk dan sebagainya.
4. PELAKSANAAN
a. Sebelum pengecatan dilaksanakan, lantai harus dicuci dan dijaga agar debu tidak
beterbangan. Alat pembersih seperti lap harus disediakan dalam jumlah cukup.
Sewaktu pelaksanaan pengecatan lantai harus ditutupi sedemikian sehingga
terhindar dari cipratan-cipratan cat. Cipratan yang masih mengenai lantai dan
bagian-bagian lain harus langsung dibersihkan segera begitu pekerjaan cat pada
bagian tertentu selesai.
c. Pengecatan kayu
Yang dicat adalah semua kayu yang tidak dipertahankan corak naturalnya,
termasuk semua kusen kayu dan lisplang atap (dari kayu). Semua bagian kayu
yang tertanam dalam konstruksi dan yang berfungsi sebagai rangka langit-langit
harus dicat meni. Bagian rangka atap (kaso dan reng) sebelum ditutup dengan
genteng harus dicat residu dan di ter. Bagian yang akan dicat harus benar-benar
kering. Semua retak, celah, lubang harus dibersihkan, digosok/diampelas, lalu dicat
dasar dan ditambal dengan bahan penutup (dempul). Pengecatan dilakukan setelah
seluruh permukaan yang akan dicat sudah didempul dan dimeni. Pengecatan
dilakukan lapis demi lapis sehingga didapat hasil akhir yang rata diseluruh
permukaan bidang pengecatan.
d. Pengecatan besi
Semua pekerjaan besi dan baja harus dicat dengan zinkromat. Sebelum dicat
akhir besi dan baja harus dicat meni terlebih dahulu menurut syarat-syarat yang
ada.
Infrastruktur Lanjutan 24
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
e. Pengerjaan politur
Permukaan kayu yang dipertahankan corak naturalnya seperti yang dijelaskan dalam
gambar atau keterangan lainnya (daun pintu kecuali untuk kamar mandi/WC, daun
jendela) dipolitur dengan bahan dari produk yang baik. Pekerjaan harus dilakukan
oleh tukang yang ahli dan berpengalaman. Bagian yang akan dipolitur harus benar-
benar bersih dan kering. Bagian yang retak harus ditutup dulu dengan dempul yang
khusus untuk politur. Sebelum pengecatan dimulai kayu harus digosok dulu dengan
batu kambang sampai rata kemudian dihaluskan dengan ampelas. Pengecatan
dilakukan setelah permukaan kayu benar-benar telah bersih dan kering. Tingkat
politur yang dikehendaki adalah dof (tidak mengkilat).
PASAL 14
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN JALAN
BAB I
LAPISAN TANAH DASAR
Terdapat 2 jenis Spesifikasi yaitu Spesifikasi Hasil Akhir (End Result Specifications) dan
Spesifikasi Berjenjang atau Bertahap (Multi Steps Specifications). Spesifikasi Hasil Akhir secara
umum hanya mengatur hasil akhir yang harus dicapai dari suatu pekerjaaan, misalnya CBR
minimum harus > 90%. Sedangkan Spesifikasi Berjenjang atau Bertahap mengatur semua hal
dan tahap (dari awal sampai akhir). Spesifikasi yang digunakan di
Indonesia, khususnya untuk bidang jalan dan jembatan adalah Spesifikasi Berjenjang
atau Bertahap.
Spesifikasi Berjejang atau Bertahap yang baik harus mempunyai pola 3 - 2 - 5 yaitu
bertahap 3, berlingkup 2 dan berstruktur 5. 3 tahap pengujian yaitu bahan baku, bahan
olahan dan bahan jadi. 2 lingkup yaitu pengendalian dimensi dan pengendalian mutu. 5
struktur yaitu jenis pengujian, metoda pengujian, frekwensi pengujian, persyaratan
(minimum dan/atau maksimum) dan toleransi yang diijinkan.
Pengaturan lingkup dalam Spesifikasi Berjenjang atau Bertahap adalah :
Lingkup Pekerjaan :
Cuaca yang diijinkan untuk bekerja
Bahan
Pelaksanaan
Peralatan
Pengendalian Mutu
Cara Pengukuran Hasil Kerja
Pembayaran
Infrastruktur Lanjutan 25
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
Persyaratan Bahan ditentukan dalam Spesifikasi dalam Seksi “Bahan” dan Seksi
“Pengendalian Mutu”.
Persyaratan Bahan yang dibahas berikut ini adalah Bahan Baku dan Olahan.
1. Timbunan
a. Timbunan Biasa
b. Timbunan Pilihan
Koreksi kepadatan (SNI 03-1976-1990) dilakukan jika material tertahan ayakan ¾” > 10%.
Sampai dengan 15 cm di bawah Subgrade, material bekas galian batu tidak boleh digunakan
dan ukuran butir maksimum untuk 15 cm di bawah subgrade adalah < 10 cm.
BAB II
PEKERJAAN TANAH
Setelah pekerjaan survey dan pengukuran selesai sesuai rencana, maka pekerjaan
selanjutnya adalah pekerjaan pembersihan dan pembongkaran.
Pekerjaan pembersihan, adalah pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan,
pohonpohon, semak-semak, tanaman lain, sampah dan bahan-bahan lain yang
mengganggu, termasuk pencabutan akar-akar, sisa-sisa konstruksi dan material.
Ada dua jenis pekerjaan pembersihan dan pembongkaran, yaitu: Pembersihan ringan dan
Pembersihan berat.
Infrastruktur Lanjutan 26
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
‘Bulldozer’ bergerak maju membersihkan semak belukar sedikit demi sedikit . Pembantu
operator berjalan disekitar ‘bulldozer’ untuk membantu operator apabila ada sesuatu
yang perlu dihindari. Demikian seterusnya ‘bulldozer’ pindah di sebelah yang belum
tergusur dengan batas akhir gusuran yang tidak sama seperti terlihat pada Gambar 2
tersebut.
Infrastruktur Lanjutan 27
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
2.2. GALIAN
Pekerjaan tanah adalah pembentukan badan jalan dan saluran samping sesuai dengan
ketinggian (elevasi) tiap bagian jalan yang direncanakan.
Untuk mencapai permukaan tanah dasar badan jalan sesuai rencana ,perlu pekerjaan
galian dan timbunan.
Di samping untuk menyiapkan permukaan tanah dasar badan jalan, galian diperlukan
juga untuk membentuk saluran samping dan penempatan gorong - gorong. Masalah
utama yang sering dihadapi di daerah pemotongan bukit, adalah kemiringan lereng. Di
lapangan kadang-kadang dijumpai keadaan khusus,seperti jenis tanah lunak, keluarnya
air tanah sepanjang lereng dan potongan lereng yang sangat panjang dan terjal. Dengan
demikian diperlukan pengetahuan praktis untuk mengatasi masalah tersebut. Apabila
tidak memungkinkan melakukan penyelidikan tanah yang lengkap, cara berikut ini dapat
dilaksanakan:
Saluran air perlu dibuat untuk mengalirkan air dari talud atau “bench” ke saluran tepi,
di tempat-tempat tertentu, agar kestabilan lereng terjaga.
2.3. TIMBUNAN
Pada pekerjaan timbunan badan jalan, harus diperhatikan beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi pekerjaan, yaitu:
Tanah asli jenis tufa atau jenis lain yang kurang baik mutunya, yang
akan ditimbun untuk badan jalan,digali sampai kedalaman tertentu.
Sebelum pekerjaan timbunan itu dimulai,pada tempat yang selesai
dibersihkan, lubang-lubang yang ada akibat akar-akar pohon, atau alur
bekas saluran dan sebagainya, harus diisi dengan bahan tanah pilihan.
Kemudian lakukanlah upaya perataan pada permukaan tanah tersebut.
Padatkan tanah permukaan yang telah dibersihkan sesuai dengan ketentuan.
4. Cara Pemadatan
Bahan yang sudah disetujui dihampar dan dipadatkan lapis demi lapis dengan
tebal padat tertentu (10-20 cm). Tebal lapisan akhir minimal 10 cm. Perlu
diperhatikan ,bahwa lapisan-lapisan tersebut harus mencapai kepadatan
tertentu yang harus dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium
Subgrade atau lapisan tanah dasar merupakan bagian dari konstruksi jalan yang
berfungsi untuk mendukung konstruksi perkerasan jalan di atasnya.
Untuk menunjukkan besarnya daya dukung subgrade tersebut dipakai CBR (‘California
Bearing Ratio’) Nilai CBR adalah perbandingan antara beban dibutuhkan untuk
penetrasi 0,1“ dan 0,2” dari contoh tanah, dengan beban yang dibutuhkan untuk
penetrasi 0,1“ dan 0,2” dari batu pecah standar. Nilai ini dinyatakan dalam persen
(%). Pada prinsipnya tes CBR ini dilakukan di Laboratorium dengan kondisi yang
selalu dikontrol.
CBR Lapangan adalah Tes CBR yang dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan
Beban statis truk yang dimuati penuh dan Tes penetrasi dilakukan pada permukaan
tanah yang akan diukur. Meskipun tes ini cepat, namun hasilnya perlu ada faktor koreksi,
karena Tanah Dasar asli tidak dipadatkan, di samping kadar airnya tidak dapat diatur
sebagaimana Tes CBR di laboratorium
Metode yang biasa digunakan dalam menentukan harga CBR adalah dengan mengambil
contoh tanah dari suatu kedalaman tertentu, yang umumnya berkisar antara 0,5 - 1,0
meter dan kemudian dilakukan tes labolatorium.
Prosedur ini akan banyak memakan waktu, tenaga trampil dan juga peralatan dalam
keadaan baik. Salah satu cara yang sederhana ( meskipun tidak terlalu tepat) untuk
menentukan harga CBR lapangan, adalah dengan menggunakan alat yang disebut:
‘Dynamic Cone Penetrometer’ (DCP).
Dengan alat tersebut besarnya CBR lapangan dapat diperoleh dalam waktu yang relatif
Infrastruktur Lanjutan 29
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
cepat. Tentang cara pemakaian DCP tersebut akan dipelajari di dalam mata pelajaran
khusus tersendiri, yaitu dalam kursus ‘Teknisi Laboratorium’
BAB III
PELAKSANAAN PEMBENTUKAN BADAN JALAN
3.1. GALIAN
Galian padas, mencakup galian dari batu dengan volume 1 m3 atau lebih dari seluruh
padas atau bahan lainnya yang menurut pendapat Pengawas hanya dapat
dilepaskan dengan penggaru yang ditarik oleh traktor dengan berat minimum 15 ton
dan tenaga kuda netto sebesar 180 Tenaga Kuda.
Galian biasa, mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian
padas.
2) Penjadwalan Kerja
Luas galian yang dibuka dalam setiap penggalian harus dibatasi sesuai dengan
pemeliharaan permukaan yang digali dalam suatu kondisi yang baik.
Pembuatan saluran / gorong-gorong atau penggalian lainnya yang melintasi jalur
kendaraan harus dilaksanakan dengan menggunakan konstruksi setengah lebar
jalur kendaraan sehingga jalan tetap terbuka bagi lalu-lintas.
Jika lalu-lintas pada jalan harus dihentikan karena kegiatan pekerjaan, maka
kontraktor sebelumnya harus memperoleh persetujuan atas jadwal rencana
penghentiannya dari instansi terkait.
Infrastruktur Lanjutan 30
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
4) Bangunan Utilitas
Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk memperoleh informasi tentang
keberadaan serta lokasi bangunan utilitas dibawah tanah dan memperoleh serta
membayar setiap perijinan yang diperlukan untuk melaksanakan penggalian.
Kontraktor harus bertanggung-jawab atas pemeliharaan dan perlindungan
setiap saluran pipa bawah tanah, kabel, pipa penyalur atau lainnya diatas
tanah dan jaringan pelayanan atau struktur yang mungkin ditemukan, dan
memperbaiki setiap kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan kontraktor.
7) Prosedur Pelaksanaan
Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi
yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Pengawas dan harus
mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang
dijumpai termasuk tanah, padas, batu, beton, tembok dan perkerasan yang lama.
Pekerjaan galian harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin
terhadap material dibawah dan diluar batas galian.
Peledakan sebagai cara pembongkaran padas hanya boleh digunakan
jika, menurut pendapat Pengawas, tidak praktis menggunakan alat bertekanan
udara atau penggaru hidraulis dan tidak membahayakan manusia atau
struktur konstruksi.
Penggalian batuan/padas harus dilaksanakan sedemikian sehingga tepi dan
Infrastruktur Lanjutan 31
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
galian harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata rnungkin.
Batuan/padas yang lepas yang dapat menjadi tidak stabil atau
menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang.
3.2. URUGAN
1) Penjadwalan Kerja
Bagian timbunan jalan harus dibangun dengan menggunakan konstruksi setengah
lebar jalan sehingga jalan selalu terbuka untuk lalu-lintas.
4) Pembatasan Cuaca
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun,
dan atau bila kadar air bahan timbunan berada di luar batas yang ditentukan.
(c) Pemadatan
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan setiap lapisan
harus dipadatkan.
Pemadatan urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari
material berada dalam rentang kurang dari 3 % sampai lebih dari 1 % dari
kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air
pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bila tanah dipadatkan
sesuai dengan AASHTO T 99.
Masing-masing lapis dari urugan yang dipasang harus dipadatkan seperti
yang ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Pengawas sebelum
lapis berikutnya dipasang.
Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut kearah sumbu
jalan sedemikian sehingga masing-masing bagian menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana mungkin, lalu-lintas alat konstruksi harus
dilewatkan diatas urugan dan arahnya terus berubah-ubah untuk
menyebarkan usaha pemadatan dari lalu-lintas tersebut.
Timbunan pada lokasi yang tidak dicapai/dimasuki oleh alat pemadat yang
biasa, harus dipadatkan, dapat menggunakan alat pemadat tangan mekanis
(mechanical tamper) atau alat pemadat lain yang disetujui.
BAB IV
PEKERJAAN RIGID PAVEMENT
PENDAHULUAN
Pekerjaan yang ditetapkan dalam Pasal ini terdiri dari Konstruksi Perkerasan jalan Beton semen
portland diberi tulangan sebagaimana disyaratkan, diatas badan jalan yang telah dipersiapkan
dan diterima sesuai dengan spesifikasi ini, menurut garis-garis ketinggian, kelandaian, ukuran,
penampang melintang dan penyelesaian akhir yang diperlihatkan dalam gambar atau
sebagaimana diarahkan oleh Direksi Pekerjaan. Kelas beton yang digunakan minimal harus K-
350 sesuai
Umum
1) Pembatasan cuaca.
Jalan Beton akan dipasang hanya dibawah kondisi cuaca kering dan bilamana
permukaan pekerjaan dalam keadaan kering juga.
2) Pengendalian lalu lintas
a. Pengendalian lalu lintas akan dilaksanakan oleh kontraktor yang sesuai dengan
syarat-syarat umum kontrak dan disetujui oleh Pengawas Lapangan, serta dilakukan
tindakan-tindakan pencegahan untuk memberi petunjuk dan mengendalikan lalu
lintas selama pelaksanaan pekerjaan.
b. Menempatkan rambu-rambu untuk keamanan kerja seperti cone fibregalass, pita
pengaman dan bendera tanda-tanda yang ditempatkan pada lokasi kerja dan pada
jalur lalu lintas kendaraan pada posisi strategis yang mudah dilihat serta
menempatkan petugas pengatur lalu lintas.
c. Harus dibuat penyediaan untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan separuh
lebar perkerasan, kecuali disediakan satu pengalihan lapangan yang sesuai sehingga
disetujui oleh Pengawas Lapangan.
d. Tidak ada lalu lintas yang akan diizinkan melintas di atas permukaan jalan yang
baru selesai sampai lapis permukaan sepenuhnya sampai sesuai pesyaratan dan
dapat diterima oleh Pengawas Lapangan. Kecepatan lalu lintas di atas permukaan
yang baru harus dibatasi sampai 15 km/jam untuk waktu paling sedikit selama 48
jam sesudah penyelesaian. Kontraktor harus bertanggungjawab untuk semua akibat
dari lalu lintas yang diizinkan lewat, sementara pekerjaan lapangan sedang
berlangsung.
3) Pekerjaan Penyempurnaan
Lapis permukaan harus diselesaikan sesuai dengan persyaratan spesifikasi dan
mendapat persetujuan Pengawas Lapangan. Luas permukaan yang tidak memenuhi
dengan persyaratan dan yang dianggap tidak distujui oleh Pengawas Lapangan harus
diperbaiki dengan cara menyingkirkan dan mengganti, menambah lapisan tambahan
dan atau cara lain yang dipandang perlu oleh Pengawas Lapangan.
Lingkup Pekerjaan
1) Lingkup pekerjaan ini terdiri dari penyediaan semua peralatan, tenaga kerja, alat-alat
perlengkapan dan pelaksanaan semua pekerjaan beton, dan pekerjaan lain yang
Infrastruktur Lanjutan 34
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
Bahan-bahan
Standar Rujukan
AASHTO T 97 : Kekuatan Lentur Beton
AASHTO M 54 : Batang Baja. Jaring Batang Baja Tulangan yang difabrikasi untuk beton
AASHTO M 254 : Batang Dowel berlapis Plastik, Jenis A
ASSHTO M 31 : Baja Tulangan
AASHTO M 85 : Semen Portland
A. BAHAN - BAHAN
1) Semen
1) Semen harus merupakan semen portland Jenis I, II atau III sesuai dengan AASHTO M
85.
2) Kecuali diperkenankan lain oleh Direksi Pekerjaan maka hanya produk dari pabrik
untuk satu jenis merek semen portland tertentu harus digunakan di proyek.
2) Air
Air yang digunakan dalam pencampuran, perawatan, atau penggunaan–penggunaan
tertentu lainnya harus bersih dan bebas dari bahan–bahan yang merugikan seperti
minyak, garam, asam, alkali, gula atau bahan-bahan organik. Air harus diuji sesuai
dengan dan harus memenuhi persyaratan-persyaratan AASHTO T 26. Air yang diketahui
bermutu dapat diminum dapat dipakai dengan tanpa pengujian.
3) Persyaratan Gradasi Agregat
Agregat kasar dan halus harus memenuhi persyaratan-persyaratan Spesifikasi ini. Sekali
cocok gradasi yang sesuai, termasuk daerah gradasi agregat halus, telah ditentukan
dan disetujui, maka gradasi tersebut hanya boleh diubah dengan izin tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
4) Sifat Agregat
Persyaratan – persyaratan harus berlaku pada Seksi ini.
5) Membran Kedap Air
Lapisan bawah yang kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap setebal
125 mikron. Dimana diperlukan tumpang tindih (overlap) antar lapis bawah tersebut,
maka tumpang tindih ini harus sekurang-kurangnya 300 mm. Air tidak boleh tergenang
diatas membran, dan membran harus kedap air waktu beton dicor. Suatu lapisan bawah
yang kedap air tidak boleh digunakan di bawah perkerasan jalan beton bertulang yang
menerus.
6) Tulangan Baja
(a) Tulangan baja untuk jalur kendaraan harus berupa anyaman baja berprofil/berulir
sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. Pada umumnya tulangan baja harus
memenuhi Seksi 7.3 Spesikasi ini.
(b) Tulangan anyaman kawat baja harus memenuhi persyaratan-persyaratan ASSHTO M
55. Tulangan ini harus disediakan dalam bentuk lembaran-lembaran datar dan
merupakan jenis yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan..
Infrastruktur Lanjutan 35
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
(c) Jaringan batang baja harus memenuhi persyaratan ASSHTO M 54. Bagian-bagiannya
harus berukuran dan berjarak antara sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar.
(d) Batang baja untuk Dowel harus berupa batang bulat biasa sesuai dengan ASSHTO M
31. Batang-batang Dowel berlapis plastik yang memenuhi ASSHTO M 254 dapat
digunakan.
(e) Batang pengikat (Tie-Bar) harus berupa batang-batang baja berulir sesuai dengan
ASSHTO M 31.
(b) Bahan penutup sambungan (joint sealent) harus berupa Expandite Plastic, senyawa
gabungan bitumen karet grade 99 yang dituangkan dalam keadaan panas, atau
bahan serupa yang disetujui. Bahan primer sambungan harus sebagaimana
dianjurkan oleh pabrik pembuat bahan penyegel yang bersangkutan.
1) Disain Campuran
Perbandingan bahan dan berat penakaran harus menggunakan cara yang ditetapkan.
Untuk beton K-350 batasan kadar semen yang diberikan.
Perbandingan sebenarnya antara air bebas terhadap semen untuk agregat dalam
keadaan permukaan kering harus ditentukan berdasarkan syarat-syarat kekuatan dan
kemudahan pengerjaan tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 0,55 berdasarkan
massa.
2) Campuran Percobaan
Kontraktor harus memastikan perbandingan campuran dan bahan yang diusulkan
dengan membuat dan menguji campuran-campuran percobaan, dengan disaksikan
Direksi Pekerjaan. Dengan menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti
yang akan digunakan dalam pekerjaan. Campuran percobaan dapat dianggap dapat
diterima asal memenuhi semua persyaratan sifat campuran yang ditetapkan dibawah ini.
3) Persyaratan Sifat Campuran
(a) Mutu beton minimal harus dari kelas K-350 kecuali jika ditunjukkan lain dalam
Gambar atau diarahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
(b) Kuat tekan karakteristik beton harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan.
Sebagai kemungkinan lain, jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka kekuatan
beton harus diawasi dengan menggunakan cara pengujian “the third-point“ dalam
hal mana kuat lentur karakteristik harus tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2.
(c) Beton tersebut harus merupakan jenis yang memiliki sifat kemudahan pengerjaan
yang sesuai untuk mencapai pemadatan penuh dengan instalasi yang digunakan,
dengan tanpa pengaliran yang tak semestinya. Slump optimum sebagaimana diukur
dengan cara pengujian ASSHTO T 199 harus tidak kurang dari 20 mm dan tidak
Infrastruktur Lanjutan 36
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
lebih besar dari 60 mm. Slump tersebut harus dipertahankan dalam batas toleransi
± 20 mm dari slump optimum yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Beton yang
tidak memenuhi persyaratan slump tersebut tidak boleh digunakan untuk pelat-pelat
perkerasan beton.
4) Kekuatan Beton
Beton harus mempunyai suatu kekuatan lentur karakteristik sebesar minimal 45 kg/cm2
pada umur 28 hari bila diuji sesuai dengan ASSHTO T 97. Bila pengujian dilakukan pada
kubus 15 cm, kekuatan beton karakteristik minimal harus sebesar 350 kg/cm2 pada umur
28 hari.
(5) Penyesuaian Campuran
Persyaratan-persyaratan harus berlaku pada Seksi ini.
(6) Penakaran Agregat
Persyaratan-persyaratan harus berlaku pada Seksi ini.
(7) Pencampuran
Persyaratan-persyaratan harus berlaku pada Seksi ini dengan pengecualian Beton yang
dicampur secara manual tidak boleh digunakan.
B. METODE KONSTRUKSI
dan diminyaki segera sebelum setiap penggunaan. Rel-rel atau permukaan lewatan
harus dijaga tetap bersih didepan roda-roda dari setiap mesin penyelesai/finishing.
Roda-roda mesin penghampar dan penyelesai tidak boleh langsung berjalan pada
permukaan atas acuan-acuan sisi. Rel-rel harus diikatkan pada acuan-acuan tersebut,
atau harus ditunjang secara terpisah.
Acuan dan rel sisi harus dipasang dan ditunjang sedemikian rupa sehingga permukaan
akhir pelat yang diselesaikan dan pinggiran pelat tersebut dimanapun tidak boleh lebih
dari 5 mm diluar alinyemen vertikal. Acuan-acuan dan rel harus dipasang pada
posisinya selambat-lambatnya tengah hari kerja sebelum pembetonan berlangsung.
Pada waktu tersebut Kontraktor harus memberi tahu Direksi Pekerjaan panjang acuan
dan rel yang telah dipasang. Direksi Pekerjaan akan memberi informasi kepada
Kontraktor mengenai segala kekurangan dalam acuan.
Jika tidak ada pemberitahuan mengenai adanya kekurangan-kekurangan maka
Kontraktor berhak untuk meneruskan pekerjaan yang bersangkutan dengan
pembetonan untuk sepanjang acuan tersebut setiap waktu setelah jam 6 (enam) pagi
pada hari berikutnya. Dalam kejadian diketemukan adanya kekurangan-kekurangan
oleh Direksi Pekerjaan maka Kontraktor harus memperbaiki dan mengulangi
pemberitahuan tersebut. Setelah pemberitahuan ulang diberikan sebelum hari kerja
yang bersangkutan berakhir dan dengan persetujuan dari Direksi Pekerjaan, Kontraktor
dapat diizinkan untuk mulai melaksanakan pekerjaan perkerasan yang bersangkutan
pada jam 10 pagi hari berikutnya. Setiap pemberitahuan kembali yang diberikan setelah
jam 6 pagi harus diberlakukan sebagai pemberitahuan permulaan, kecuali Direksi
Pekerjaan atas kebijaksanaannya memperkenankan pelaksanaan perkerasan tersebut
lebih awal. Kegagalan memberitahu Direksi Pekerjaan mengenai kesiapan acuan pada
tengah hari sehari sebelum hari pembetonan yang diusulkan dapat mengakibatkan
Direksi Pekerjaan menangguhkan izin untuk memulai pembetonan.
(c) Pengecoran
(i) Sebagai tambahan persyaratan Pasal 7.16.4(2), Kontraktor harus memberi
tahu Direksi Pekerjaan secara tertulis sekurang-kurangnya 24 jam sebelum
ia bermaksud untuk memulai suatu pengecoran beton atau meneruskan
pengecoran beton jika operasi-operasi telah ditunda lebih dari 24 jam.
Pemberitahuan tertulis tersebut harus termasuk lokasi pekerjaan, sifat
pekerjaan, kelas beton, dan tanggal serta waktu pengecoran beton.
(ii) Meskipun ada pemberitahuan persetujuan untuk melaksanakan, tidak ada
beton boleh dicor, bila Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir
menyaksikan seluruh operasi pencampuran dan pengecoran.
(iii) Beton yang tidak dicor pada posisi akhirnya dalam acuan setelah 30 menit
sejak air ditambahkan pada campuran yang bersangkutan tidak boleh
digunakan.
(iv) Pengecoran beton harus diteruskan dengan tanpa berhenti sampai pada
suatu sambungan konstruksi yang telah ditentukan dan disetujui sebelumnya
atau sampai pekerjaan tersebut diselesaikan.
(v) Beton harus dicor dengan cara sedemikian rupa untuk menghindari
segregasi/pemisahan partikel-partikel halus dan kasar dalam campuran.
Beton harus dicor ke dalam acuan sedekat mungkin dengan posisi akhirnya
untuk menghindari pengaliran campuran beton dan tidak diijinkan untuk
mengalirkan campuran beton lebih dari satu meter setelah pengecoran.
(vi) Beton harus dicor dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga beton yang
baru dicor menyatu dengan beton yang dicor sebelumnya sementara yang
baru dicor masih plastis.
dari berbagai ketinggian atau ketebalan. Mesin tersebut harus dirancang untuk
mencegah segregasi dari beton yang dicampur. Beton tersebut harus diendapkan
secara merata sampai suatu ketinggian sedikit lebih tinggi dari ketebalan yang
disyaratkan dan kemudian harus dicetak secara mekanis menjadi sesuai dengan
permukaan yang benar.
Rancangan mesin penghampar dengan corong curah, yang dipasang pada rel harus
sedemikian rupa sehingga elevasi permukaan beton yang dicetak adalah sama untuk
kedua arah lintasan. Perlengkapan juga harus dibuat untuk penghamparan dengan
ketebalan yang berbeda dalam arah lebar perkerasan jalan, dan untuk menyesuaikan
penghamparan dengan cepat akibat adanya variasi-variasi ini.
Mesin penghampar harus mampu mencetak beton dengan tinggi/elevasi permukaan
yang tepat untuk konstruksi berlapis tunggal atau dua.
Beton untuk pelat-pelat bertulang harus dihampar dalam satu atau dua lapisan
mengikuti persyaratan-persyaratan berikut :
Infrastruktur Lanjutan 40
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
3,5 meter dari rel penunjang, balok, atau pelat, pada setiap sisi dari pelat beton
yang sedang diperkeras.
Bilamana perkerasan jalan beton dibangun dengan lebih dari satu lintasan
menggunakan mesin dengan roda-roda ber-flens, maka pelat-pelat yang
berdampingan berikutnya harus dibangun dengan menyangga mesin tersebut pada
rel-rel yang beralas rata yang berbobot tidak kurang dari 15 kg/meter diletakkan
diatas beton yang telah diselesaikan untuk menunjang roda-roda ber-flens, atau
menggantikan roda-roda ber-flens tersebut pada satu sisi mesin dengan roda-roda
tanpa flens bertapal karet. Rel (track) bertapal karet, yang dapat berjalan diatas
permukaan beton yang telah diselesaikan juga dapat diterima.
Bilamana digunakan roda-roda tanpa flens atau rel bertapal karet, maka permukaan
pelat beton yang dilewati harus segera dibersihkan dan disikat secara seksama di
depan mesin untuk membersihkan semua lumpur dan serpihan pasir/kerikil. Roda-
roda tanpa flens harus berjalan cukup jauh dari tepi pelat untuk menghindari
kerusakan pada pinggiran pelat yang bersangkutan.
PASAL 15
PEKERJAAN JALAN BETON (RIGID PAVEMENT)
1. UMUM
Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) didefinisikan sebagai struktur perkerasan yang terdiri
dari plat beton semen yang bersambungan (tidakmenerus) dengan atau tanpa tulangan,
atau plat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah,
tanpa atau dengan aspal sebagai lapis permukaan
Standar Rujukan
Infrastruktur Lanjutan 41
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
2. LAPIS PONDASI
Lapis pondasi (base course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton semen mutu tinggi
yang kira-kira setara dengan betonK-350 sampai K-400.
Lapis pondasi yang terdiri atas plat beton semen ini merupakan konstruksi utama dari
perkerasan kaku, yang apabila kontak langsung dengan rodala lulintas (berfungs isebagai
lapis permukaan / surfacecourse), maka permukaannya harus rata, tidak mudah aus dan
tidak licin. Lapis pondasi tidak boleh lekat (unbonded) dengan lapis pondas bawah
(subbasecourse).
Lapis pondasi (Sub Base Course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton semen Fungsi
utama lapis pondasi bawah (sub base course):
- sebagai lantai kerja (working platform),
- mencegah pumping (pemompaan), dan
- menambah kekuatan tanah dasar, meskipun pada umumnya lapis pondasi bawah
ini tidak diperhitungkan dalam memikul beban lalulintas (bersifat non-struktural).
Pumping adalah peristiwa masuknya air hujan dari permukaan plat beton melalui retakan
/ celah sambungan pada plat beton tersebut dan terus ketanah dasar, yang kemudian
dengan terjadinya lendutan plat beton akibat dari beban lalulintas berat mengakibatkan
air dapat terpompa keluar lagi dengan membawa butir-butir halus material tanah dasar,
akibatnya lambat laun terjadi rongga di bawah plat beton sehingga plat beton kehilangan
dukungan sehingga akhirnya retak karena plat beton tidak didesain untuk menahan
momenlentur.
4. Bond Breaker
Bond breaker dipasang di atas sub base agar tidak ada kelekatan (bonding) atau gesekan
(friction) antara lapis pondasi bawah dengan plat beton. Dalam praktek bond breaker
dibuat dari plastic tebal (minimum 125 mikron).
Untuk mencegah gesekan, maka permukaan lapis pondasi bawah tidak boleh dikasarkan
(grooving atau brushing).
Pada waktu pemasangan plastic harus dihindari terjadinya “air-trapped” di bawah plastic
karena akan menyebabkan “irregular joint” yang akan menimbulkan gesekan antara lapis
pondasi bawah dengan plat beton di atasnya.
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Infrastruktur Lanjutan 42
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
alur, interlocking (saling mengunci) antar batuan, atau kombinasi dari pada itu
semua. Khusus pada sambungan melintang tanpa dowel, penyaluran beban juga
dilakukan melalui tanah dasar yang diperkuat (improved subgrade).
Infrastruktur Lanjutan 44
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
dan slump yang dibutuhkan seperti disyaratkan dalam Tabel 6.8.3(3), atau
yang disetujui oleh Direksi Teknik, bila pengambilan contoh, perawatan dan
pengujian sesuai dengan SNI 03-2458-1991, AASHTO T-23, AASHTO T-126
dan SNI 1974-1990-F.
Infrastruktur Lanjutan 45
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
(i) Beton yang tidak memenuhi persyaratan slump umumnya tidak boleh
ditempatkan pada pekerjaan, kecuali Direksi Teknik dalam beberapa hal
menyetujui penggunaan secara terbatas dari sedikit jumlah beton tersebut pada
bagian tertentu yang sedikit dibebani. Sifat mudah dikerjakan serta tekstur dari
campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan
tanpa membentuk rongga atau menahan rongga atau buih air sedemikian rupa
sehingga pada pembongkaran acuan menghasilkan permukaan yang merata,
halus dan padat.
(ii) Bila hasil dari pengujian 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah nilai yang
disyaratkan dalam tabel 6.8.3(3), Kontraktor tidak diperbolehkan mencor beton
lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat dipastikan
dan sampai diambil tindakan-tindakan yang akan menjamin produksi beton
memenuhi syarat secara memuaskan. Beton yang tidak memenuhi kuat tekan
28 hari yang disyaratkan harus dipandang tidak memuaskan dan pekerjaan
harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan di atas. Kekuatan beton akan
cenderung lebih kecil dari persyaratan kekuatan bilamana setiap contoh benda
uji dari bagian pekerjaan yang depertanyakan adalah lebih kecil dari keperluan
yang diberikan dan disetujui lain oleh Direksi Teknik yang karena
kebijaksanaannya hasil perhitungan statistik dipertimbangkan atau karena
adanya kesalahan pengambilan contoh atau persiapan benda uji yang kurang
baik atau faktor-faktor lainnya.
(iv) Perbaikan dari pekerjaan beton yang tak mungkin yang melibatkan
pembongkaran menyeluruh dan penggantian beton tidak boleh didasarkan
pada hasil pengujian kuat tekan 3 hari saja, kecuali kantor dan Direksi Teknik
keduanya sepakat pada perbaikan tersebut.
Infrastruktur Lanjutan 46
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
b) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal
rentang kadar air atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan
dengan penyemprotan air dalam kuantitas yang cukup serta
mencampurnya sampai rata.
c) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti yang
ditentukan dalam rentang kadar air seperti yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut secara
berulang-ulang pada cuaca kering dengan peralatan yang disetujui
disertai waktu jeda dalam pelaksanaannya. Alternatif lain, bilamana
pengeringan yang memadai tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut
di atas, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan
tersebut dibuang dan diganti dengan bahan kering yang memenuhi
ketentuan.
Seluruh lubang pada pekerjaan yang telah selesai dikerjakan akibat pengujian
kepadatan atau lainnya harus segera ditutup kembali oleh Kontraktor dengan
bahan Lapis Pondasi Agregat, diikuti pemeriksaan oleh Direksi Pekerjaan dan
dipadatkan sampai memenuhi kepadatan dan toleransi permukaan dalam
Spesifikasi ini.
Infrastruktur Lanjutan 47
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
PASAL 16
SYARAT-SYARAT UMUM
PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
1.1. UMUM
• Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis ini. Apabila ada
klausul dari persyaratan ini yang dituliskan kembali dalam persyaratan
teknis ini, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut
dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat
umum.
1.4. GAMBAR-GAMBAR
Infrastruktur Lanjutan 48
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
1.5. KOORDINASI
• Koordinasi yang baik perlu ada agar instalasi yang satu tidak
menghalangi kemajuan instalasi lain.
Infrastruktur Lanjutan 49
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
• Semua peralatan dan bahan harus baru dan sesuai dengan brosur
yang dipublikasikan, sesuai dengan spesifikasi yang diuraikan,
maupun pada gambar-gambar rencana dan merupakan produk yang
masih beredar dan diproduksi secara teratur.
Infrastruktur Lanjutan 50
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
Infrastruktur Lanjutan 51
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
1.8. IJIN-IJIN
Infrastruktur Lanjutan 52
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
1.9.4. Pengecatan
• Semua peralatan dan bahan yang dicat, kemudian lecet karena
pengangkutan atau pemasangan harus segera ditutup dengan
dempul dan dicat dengan warna yang sama, sehingga nampak
seperti baru kembali.
1.11. PENGAWASAN
1.12. LAPORAN-LAPORAN
Infrastruktur Lanjutan 54
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
1.14.1. Penjagaan
• Pelaksana pekerjaan wajib mengadakan penjagaan dengan baik
serta terus menerus selama berlangsungnya pekerjaan atas bahan,
peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang disimpan di tempat kerja (
gudang lapangan ).
• Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-
barang tersebut diatas, menjadi tanggung jawab Pelaksana
pekerjaan.
Infrastruktur Lanjutan 55
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
Infrastruktur Lanjutan 56
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
1.18. GARANSI
1.19. TRAINING
Infrastruktur Lanjutan 57
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
PASAL 17
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PLAMBING
1.1. UMUM
• Meliputi penyediaan air bersih beserta instalasinya, pengelolaan air kotor dan
drainasi air hujan termasuk : Pemilihan, pengadaan, pemasangan serta
pengujian material maupun sistem keseluruhan sehingga sistem plambing dapat
berjalan dan beroperasi dengan baik dan benar sesuai gambar rencana dan
persyaratan ini.
• Semua perijinan yang diperlukan untuk melaksanakan instalasi plambing
• Pengukuran terhadap ketinggian site terutama untuk kemiringan saluran dan
peil banjir
• Sistem dan unit - unitnya meliputi :
− Jaringan pipa air bersih untuk di luar dan di dalam bangunan.
− Jaringan pipa - pipa air kotor dan bekas di dalam dan di luar bangunan.
− Jaringan pipa-pipa vent untuk sistem pembuangan air kotor dan air bekas.
− Jaringan pipa - pipa dan saluran pembuangan halaman (drainase site) dan
menyalurkan menuju drainasi kota.
− Pompa-pompa untuk menjalankan sistem air bersih lengkap dengan panel
kontrolnya.
− Unit pengolahan air kotor / limbah, Sewage Treatment Plant ( STP ) sistem
Media Bio.
− Reservoir bawah (ground reservoir) dari beton bertulang lengkap dengan
pipa-pipa pengisi, overflow yang disalurkan secara gravitasi melalui pipa
kesaluran luar / kota, elektroda pengontrol muka air, manhole, pelampung,
tangga dan reservoir bawah harus tertutup, dan dapat dibuka.
Infrastruktur Lanjutan 58
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
• Material yang dipakai harus baru serta memenuhi persyaratan teknis dan
gambar rencana. Untuk itu pelaksana harus menyediakan contoh-contoh
sebelum pemasangan guna mendapatkan persetujuan Pengawas Lapangan dan
Konsultan Perencana.
• Material-material yang dipakai meliputi :
Infrastruktur Lanjutan 59
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
• Manhole.
• Tangga pengontrol.
• Pipa vent penghubung maupun vent ke udara luar.
• Pipa pengisi lengkap dengan floater valve, pipa peluap dan pipa
penguras.
• Pipa penghubung sekat reservoir yang dilengkapi valve raising stamp /
tungkai panjang sebagai pemutar valve.
• Elektrode water level kontrol
• Kelengkapan lainnya sekiranya diperlukan untuk bekerjanya instalasi ini.
Infrastruktur Lanjutan 60
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
• Untuk jaringan air bersih digunakan pipa Galvanized Iron Pipe Medium
Class, British standard 1387 dengan sambungan ulir, flanged atau las
termasuk perlindungan tambahan terhadap pengkaratan (corotion
protection).
• Untuk pipa air buangan dan air kotor digunakan pipa PVC klas AW (10
kg/cm²) dengan sambungan Solvent Cement (perekat) yang sesuai untuk
jenis pipa PVC.
• Untuk pipa-pipa Vent digunakan pipa PVC kelas AW (10 kg/cm²).
• Sambungan antara pipa yang berlainan jenis dilakukan dengan
menggunakan adaptor atau coupling.
• Sebelum pemasangan/penyambungan dilakukan, pipa-pipa harus dalam
keadaan bersih dari kotoran baik pada bagian yang akan disambung
ataupun didalam pipa itu sendiri.
• Semua jenis sambungan, pemasangannya tidak diperbolehkan berada dalam
beton/dinding.
a. Butterfly Valve
Standard manual butterfly valve adalah BS 5155, wafer atau
sejenisnya. Body terbuat dari cast iron. Liner : EPDM. Cocok untuk
temperatur sampai dengan 130 °C. Shaft terbuat dari 416 SS
dengan single piece through shaft. Minimum working pressure :
16 bar.
b. Check valves
• Water dual check valve dengan ukuran 2½” dan lebih besar
terbuat dari cast iron body, stainless steel disc, dual flap,
stainless steel spring dan resilient seat (EPDM). Minimum
working pressure : 10 bar.
Infrastruktur Lanjutan 61
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
c. Strainer
• Strainer dengan ukuran 2½” dan lebih besar mempunyai type
Y pattern, cast iron body (untuk 16 bar) dengan SS screen 3
mm perforations. Ductile iron body untuk 10 bar.
Infrastruktur Lanjutan 62
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
d. Alat-alat Plambing
• Alat-alat peturasan / urinal dari type flush valve
• Water closet type flush yang dipakai harus dari kualitas
terbaik.
• Produk sanitary fixtures yang digunakan sesuai spesifikasi
Arsitek.
1.5.1. Pompa
• Pompa-pompa harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatnya.
• Pompa harus diletakan diatas pondasi menurut petunjuk pabrik dan
disesuaikan dengan berat, daya, putaran dan dimensi pompa.
• Semua pompa harus dilengkapi :
− Pada pipa hisap dilengkapi dengan gate valve, strainer dan
flexible joint, Pada pipa tekan dilengkapi dengan gate valve, check
valve, flexible joint dan manometer serta dilengkapi dengan
panel board signal yang menunjukkan bahwa pompa sedang
bekerja atau tidak.
− Alat-alat penunjang lainnya agar pompa dapat bekerja dengan
baik.
• Pengkabelan dan alat-alat bantu (panel, electrode water level
control, alarm dan lain-lain) harus lengkap terpasang dan dijamin
bahwa sistem bekerja dengan baik.
• Pelaksana harus menghitung kembali besarnya jumlah aliran air yang
mengalir dan total head berdasarkan peralatan / mesin ( sesuai
dengan penawaran ) yang dipasangnya atau mencoba sisa tekanan
pada fixture unit yang paling jauh.
Infrastruktur Lanjutan 63
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
a. Umum
Infrastruktur Lanjutan 64
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
• Pipa PVC
No Ukuran Pipa Interval Mendatar Interval Tegak
(mm) (m) (m)
1 ≤ φ 50 0.6 0.9
2 ≤ φ 80 0.9 1.2
3 ≤ φ 100 1.2 1.5
4 ≤ φ 150 1.8 2.1
Infrastruktur Lanjutan 65
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
d. Sambungan Pipa
1. Sambungan Flexible
• Sambungan flexible harus disediakan dengan tujuan untuk
menghilangkan getaran dari sumber getaran.
2. Sambungan Ulir
• Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan
sambungan ulir berlaku untuk ukuran sampai dengan φ 65
mm.
• Kedalaman ulir pipa harus dibuat sehingga fitting dapat
masuk pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir.
• Semua sambungan ulir harus mempergunakan perapat
Henep dan zink white dengan campuran minyak.
Infrastruktur Lanjutan 66
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
Infrastruktur Lanjutan 67
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
7. Selubung Pipa
• Selubung untuk pipa harus dipasang dengan baik setiap kali
pipa tersebut menembus konstruksi beton.
• Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk
memberikan kelonggaran diluar pipa ataupun isolasi.
• Selubung untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun
baja. Untuk yang kedap air harus digunakan sayap.
• Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan
yang mempunyai lapisan kedap air (water proofing) harus
dari jenis “ flushing sleeves”
• Rongga antara pipa dan selubung harus dibuat kedap air
dengan rubber sealed atau “caulk”
ii. Pembersihan
− Setelah pemasangan dan sebelum uji coba
pengoperasian dilaksanakan, pemipaan di setiap
service harus dibersihkan dengan seksama,
menggunakan cara-cara /metoda-metoda yang
disetujui sampai semua benda-benda asing
disingkirkan.
− Desinfeksi :
− Dari 50 mg/l chlor selama 24 jam setelah itu dibilas
atau dari 200 mg/l chlor selama 1 jam setelah itu
dibilas.
− Untuk bak air dipoles dengan cairan 200 mg/l chlor
selama 1 jam dan setelah itu dibilas.
Infrastruktur Lanjutan 68
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
1.7. PENGUJIAN
1.7.1. Umum
• Semua biaya dan peralatan yang diperlukan untuk melakukan
pengujian disediakan oleh pelaksana Pelaksana pekerjaan.
• Pelaksana pekerjaan harus memberitahukan kepada direksi paling
lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum mulai pelaksanaan pengujian.
• Dalam masih ada kebocoran atau belum berfungsinya suatu sistim
dengan baik, maka pelaksana harus memperbaiki peralatan tersebut
& mengulangi pengujian lagi.
• Alat-alat bantu untuk pengujian antara lain: manometer,
pompa-pompa dan lain-lain, harus dalam keadaan baik dan ditera
secara resmi.
1.7.3. Pompa
• Semua pompa harus diuji sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatnya. Pelaksana harus menghitung kembali besarnya jumlah
aliran air yang mengalir dan total head berdasarkan peralatan mesin
(sesuai dengan penawaran) yang dipasangnya atau mencoba sisa
tekanan pada fixture unit yang paling jauh.
1.7.4. Reservoir
• Tangki air setelah dibersihkan harus diuji selama 24 jam tanpa ada
penurunan tinggi air.
• Semua peralatan harus dapat berfungsi dengan baik.
1.8. TRAINING
Infrastruktur Lanjutan 70
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
Infrastruktur Lanjutan 71
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI
PASAL 18
PENUTUP
Segala perubahan dari Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Administrasi dan Teknis dan
Lampiran-lampiran lainnya akan dituangkan dalam Risalah Berita Acara Penjelasan (Aanwijzing)
dan menjadi bagian yang mengikat dan tidak terpisahkan dengan Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS) ini serta bersifat mengikat.
Infrastruktur Lanjutan 72