Anda di halaman 1dari 72

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


INSTITUT PERTANIAN BOGOR

RENCANA KERJA DAN SYARAT

PROYEK :
PEMBANGUNAN LABORATORIUM LAPANG
SEKOLAH VOKASI KAMPUS SUKABUMI

PEKERJAAN :
PERENCANAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

LOKASI :
KAMPUS VOKASI IPB KOTA SUKABUMI

BAB I
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 1
STANDAR YANG BERLAKU

Semua pekerjaan dalam Syarat-syarat ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan SKSNI, SNI, dan Standar
Industri Indonesia (SII) dan peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-
jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :

SKSNI T-15-1991-03 BUKU STANDAR BETON 1991


SKSNI S-05-1990-F UKURAN KAYU BANGUNAN
1253-1989-A CAT EMULSI
SP 74 : 1977 CAT TENTANG BESI DAN TENTANG KAYU
SNI 0225-87-D PERATURAN INSTALASI LISTRIK
AVWI PERATURAN UMUM INSTALASI AIR
1974 PEDOMAN PLUMBING INDONESIA

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang tersebut


diatas, maupun standar-standar Nasional lainnya, maka diberlakukan standar-standar
Internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya berlaku
standar-standar Persyaratan Teknis dari Negara-negara asal bahan/pekerjaan yang
bersangkutan.

Infrastruktur Lanjutan 1
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

PASAL 2
MEREK-MEREK DAGANG

Kecuali ditentukan lain, maka nama-nama atau merek-merek dagang dari bahan yang
disebutkan dalam Persyaratan Teknis ini ditujukan untuk maksud-maksud perbandingan
terutama dalam hal mutu, model, bentuk, jenis dan spesifikasi yang ditawarkan harus sudah
menyebutkan merk/type tertentu.

PASAL 3
LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan yang dimaksud dalam Dokumen Kontrak adalah Perencanaan Pembangunan
Infrastruktur Lanjutan Sekolah Vokasi Kampus IPB Sukabumi :

I. Pekerjaan Persiapan :
A. Dokumentasi proyek
B. Papan nama proyek
C. Mobilisasi dan Demobilisasi alat berat
D. Pekerjaan Pembersihan Lokasi Pekerjaan

II. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah (DPT) Batu Kali Pagar Keliling:

III. Pekerjaan Jalan dan Parkir :


A. Jalan dan Parkir Area Peternakan
B. Jalan dan Parkir Area Perikanan

IV. Penataan Kawasan Arboretum :


A. Pekerjaan Pengurugan Tanah Area Arboretum Bagian Selatan
B. Pemasangan Bodeman Batu Kali di Ujung DAM
C. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah (DPT) Batu Kali di Ujung DAM

V. Pembangunan Sport Center Outdoor dan Amphitheater


A. Pekerjaan Lapangan Basket
B. Pekerjaan Lapangan Volly
C. Pekerjaan Lapangan Badminton
D. Pekerjaan Amphitheater

Infrastruktur Lanjutan 2
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

PASAL 4
DATA UMUM LAPANGAN KERJA

1. TITIK-TITIK UKUR
Seluruh titik-titik ukur sehubungan dengan pekerjaan ini didasarkan pada ukuran
setempat dan bangunan Administrasi dan Akademik existing, untuk elevasi, simetris
ataupun siku bangunan harus mengikuti dan menyesuaikan bangunan existing Kampus
Vokasi, yaitu titik-titik ukur yang ada di lapangan Proyek seperti yang direncanakan
dalam gambar-gambar grading dan seperti yang disetujui Ahli.

2. DATA FISIK
Data sehubungan dengan kegiatan-kegiatan yang ada, dan lain-lain yang diterapkan
pada gambar-gambar dimaksudkan sebagai informasi umum dan titik-titik tolak untuk
pelaksanaan pekerjaan ini oleh Kontraktor.
Penawaran yang diserahkan oleh Kontraktor, harus sudah meliputi semua biaya untuk
pelaksanaannya sesuai dengan ketinggian-ketinggian yang ditentukan pada gambar-
gambar.

PASAL 5
PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN

Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen
tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada Konsultan
Pengawas dan dalam jangka waktu yang cukup, bila dipertimbangkan bahwa perlu
mengadakan penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.

PASAL 6
PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN

Bila Pemborong tidak berada ditempat pekerjaan dimana Konsultan Pengawas bermaksud
untuk memberikan petunjuk-petunjuknya, maka petunjuk-petunjuk harus diturut dan
dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk untuk itu oleh Pemborong.

PASAL 7
PENGUKURAN

Pemborong harus memulai pekerjaan pengukuran dari garis-garis dasar yang telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran
pengukuran yang dibuatnya. Pemborong harus menyediakan semua bahan, peralatan dan
tenaga kerja, termasuk juru-juru ukur (Surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan
pengukuran untuk setiap bagian pekerjaan yang memerlukannya.

Infrastruktur Lanjutan 3
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

PASAL 8
PERSIAPAN PEKERJAAN

1. AIR DAN DAYA

a. Kontraktor harus menyediakan air atas tanggungan/biaya sendiri yang dibutuhkan


untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu :
• Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang memenuhi persyaratan
sesuai jenis pekerjaan, cukup bersih, bebas dari segala macam kotoran dan zat-zat
seperti minyak, asam, garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau
mengurangi kekuatan konstruksi.
• Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan
kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut
harus cukup terjamin.

b. Kontraktor harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/biaya sendiri sementara


yang dibutuhkan untuk peralatan dan penerangan serta keperluan lainnya dalam
melaksanakan pekerjaan ini. Pemasangan sistem listrik sementara ini harus memenuhi
persyaratan yang berlaku. Kontraktor harus mengatur dan menjaga agar jaringan dan
peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja di lapangan. Kontraktor harus pula
menyediakan penangkal petir sementara untuk keselamatan.

2. SALURAN PEMBUANGAN

Kontraktor harus membuat saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar daerah
bangunan selalu dalam keadaan kering/tidak basah tergenan gair hujan atau air buangan.
Saluran dihubungkan ke parit/saluran yang terdekat atau menurut petunjuk Pengawas.

3. KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG DAN FASILITAS


LAIN

Kontraktor harus membangun kantor dan perlengkapannya, los kerja, gudang dan halaman
kerja (work yard) di dalam halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan sesuai Kontrak. Kontraktor harus juga menyediakan untuk pekerja/buruhnya
fasilitas sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai untuk mandi dan buang
air.
Kontraktor harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan rencana konstruksi
fasilitas-fasilitas tersebut. Kontraktor harus menjamin agar seluruh fasilitas itu tetap bersih
dan terhindar dari kerusakan.

Infrastruktur Lanjutan 4
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

4. KANTOR PENGAWAS (DIREKSI KEET)

Kontraktor harus menyediakan untuk Direksi di tempat pekerjaan ruang kantor sementara
beserta seperangkat furniture termasuk kursi-kursi, meja dan lemari.
Kualitas dan peralatan yang harus disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ruang : ukuran 12,00 m2
b. Konstruksi : rangka kayu borneo, lantai plesteran, dinding double plywood. Tidak
usah dicat, atap asbes gelombang
c. Fasilitas : air dan penerangan listrik
d. Furniture : 2 meja kerja ½ biro dan 2 kursi
1 meja rapat bahan plywood 18 mm ukuran 120 x 240 cm, dan 10
kursi
1 white board ukuran 120 x 80 cm
1 rak arsip gambar plywood 12 mm ukuran 120 x 240 x 30 cm
Kontraktor harus selalu membersihkan dan menjaga keamanan kantor tersebut beserta
peralatannya.

5. PEMBERSIHAN HALAMAN

a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan


seperti adanya pepohonan, tunggul dan akar-akar pohon, batu-batuan atau puing-
puing bekas bangunan harus dibongkar dan dibersihkan serta dipindahkan dari
tanah bangunan kecuali barang-barang yang ditentukan harus dilindungi agar tetap
utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk
menghindarkan bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas
bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut
keluar dari halaman proyek.

6. PEMBUATAN PAGAR PENGAMAN PROYEK

a. Pagar pangaman proyek dibuat sekeliling gedung yang akan dibangunan, jarak
pagar pengaman harus cukup leluasa untuk aktivitas para pekerja bangunan
tersebut, untuk pembuatan pagar pengaman harus koordinasi dengan Owner/User
dan Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
b. Pagar pengaman dibuat dengan ketinggian 2 m, sedangkan tiang mengguanakan
kayu dolken 7-10 cm, tiang dipasang kepermukaan tanah yang sudah digali dan
dicor menggunakan beton tumbuk supaya kokoh dan kuat. Penutup pagar
pengaman proyek menggunakan seng gelombang dicat meni besi, untuk warna cat
harus koordinasi dengan Owner/User dan Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuan.

Infrastruktur Lanjutan 5
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

PASAL 9
PEKERJAAN CUT AND FILL
PEKERJAAN TANAH, GALIAN DAN URUGAN KEMBALI

1. LINGKUP PEKERJAAN CUT AND FILL

Termasuk dalam pekerjaan ini adalah melaksanakan galian tanah dan memindahkan ke
lokasi pekerjaan sesuai dengan gambar kerja dan BQ, mengurug elevasi yang rendah guna
menyamakan elevasi sesuai dengan persyaratan yang ditentukan sampai pengurugan
kembali hingga padat.
Melaksanakan pekerjaan pematangan tanah (cut and fill) untuk Lokasi Ekowisata dan
Arboretum Kampus Vokasi Sukabumi.

Dalam hal ini pelaksanaan pekerjaan cut and fill terdiri dari 2 Kawasan,
yaitu :
1. Pengurugan dan penataan tanah Area Arboretum bagian Selatan Kawasan Ekowisata.
2. Cut and fill dan Pengurugan Area Sport Center Outdoor dan Amphitheater Kawasan
Pengembangan.

Pekerjaan cut and fill dilaksanakan berdasarkan countur dan elevasi ketinggian dan
kedalaman galian sesuai kondisi tanah, seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
Pekerjaan cut and fill dilaksanakan menggunakan alat berat : Booldozer, Exapator, walls
dan Dump Truk, jumlah peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan volume kubikasi tanah
dan waktu yang ditentukan.

Pengukuran jarak dan elevasi harus menggunakan Teodolit diopersikan dengan tenaga ahli
surveyor.

2. LINGKUP PEKERJAAN GALIAN TANAH

2.1. Umum

Pekerjaan penggalian dan penimbunan atau pembuangan lumpur, tanah, batu-batu


atau material lain dari atau ke tempat proyek untuk pelaksanaan pembuatan
saluran, pengembangan lahan, konstruksi, pembuangan material yang tidak
digunakan, lapisan tanah atas kesemuanya disesuaikan dengan spesifikasi dan
mengikuti gambar rencana menurut kedudukan, kemiringan dan bentuk
penampang.
Sebelum dimulainya pekerjaan galian, kontraktor bersama-sama dengan Konsultan
Pengawas melakukan survei dan mengadakan pengukuran selisih tinggi pada areal
dimana pekerjaan tanah akan dilaksanakan dan menyepakati terhadap elevasi

Infrastruktur Lanjutan 6
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

permukaan tanah asli (belum terganggu). Prosedur yang sama harus diikuti bila
penggalian selesai.
Setiap pekerjaan tambahan yang disebabkan karena kelebihan penggalian atau
pengurugan kembali atau disebabkan oleh keadaan tanah pondasi yang kelihatan
kurang baik harus diperbaiki oleh kontraktor tanpa mengklaim biaya tambahan
kepada Pemberi Tugas.
Apabila tercantum dalam gambar-gambar atau telah diatur di dalam spesifikasi atau
disetujui oleh Konsultan Pengawas bahan-bahan bekas galian harus ditimbun pada
suatu tempat di dalam proyek.

2.2. Tempat Pembuangan

Bekas galian yang tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam konstruksi
harus dibuang dan ditempatkan di luar areal proyek atau ditempat-tempat yang lain
sebagaimana yang telah tercantum dalam spesifikasi/syarat khusus pada gambar
rencana atau yang diperintahkan Konsultan Pengawas. Areal untuk penimbunan
bekas galian harus disediakan oleh Kontraktor seizin Pemberi Tugas.

2.3. Klasifikasi Galian

a. Galian lumpur
Lumpur umumnya dapat dengan mudah dipindahkan dengan metode
penggalian tangan dengan menggunakan alat-alat misal : kapak, sekop,
cangkul atau linggis, pahat dan palu.
b. Galian Tanah
Galiantanah mencakup semua galian batu, galianuntukkonstruksi atau galian
untuk material/bahan baku.

3. PEMBERSIHAN

Pemborong harus membersihkan dan menyingkirkan semua semak-semak, rumput-


rumput didalam daerah pekerjaan.
Dalam pembersihan ini semua tunggul-tunggul dan akar-akar harus dimusnahkan
dan disingkirkan sehingga nantinya dapat diyakini semak-semak dan rumput-rumput
tidak akan tumbuh kembali.
Lubang-lubang bekas penyingkiran tunggul-tunggul dan akar-akar harus diisi kembali
atau ditimbun dengan bahan-bahan yang cocok dan memenuhi syarat kemudian
dipadatkan kembali.
Sampah-sampah dan bahan-bahan lain yang tidak akan dipergunakan harus dibakar
dalam daerah yang lapang sehingga selama pembakaran tidak akan merusak
pohon-pohon yang ada disekitarnya.

Infrastruktur Lanjutan 7
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

4. PENGGALIAN DAN PENIMBUNAN KEMBALI

1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi semua pekerjaan penggalian, penimbunan kembali, termasuk
pengupasan dan penimbunan kembali dari tanah galian serta memadatkan pada area
yang ditibun, pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan itu, yang disesuaikan
dengan gambar-gambar.

2. Pelaksanaan
a. Pengurugan harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan
kedalaman yang perlu dan dipersyaratkan atau diperlihatkan pada gambar-
gambar.
Penggalian mencakup pemindahan tanah, kalau ternyata dijumpai kondisi yang
tak memuaskan pada hasil galian berupa Tanaman atau batuan besar maka tanah
hasil galian tidak bisa untuk mengurug dan harus digantikan dengan tanah yang
lain dan disetujui Konsultan Pengawas.

b. Penimbunan kembali harus dilaksanakan didaerah-daerah ataupun bagian-bagian


pekerjaan yang telah disetujui oleh konsultan Pengawas / User, serta mengikuti
ukuran-ukuran ketinggian, kemiringan-kemiringan dan bentuk-bentuk seperti
yang ditunjukkan dalam gambar-gambar.
Penimbunan harus dilaksanakan dalam bentuk-bentuk lapisan-lapisan dengan
ketebalan maksimum 20 cm gembur.
Padatkan sesuai dengan Instruksi Konsultan Pengawas. Penimbunan dan
timbun kembali, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, harus dari
bahan galian pekerjaan ini.
Bahan timbunan harus bebas dari kotoran-kotoran, tumbuh-tumbuhan, batu-
batuan atau bahan lain yang dapat merusak pekerjaan.

c. Perlindungan Terhadap Air


Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus dengan semua cara yang
disetujui Konsultan Pengawas, menjamin agar tidak terjadi genangan-genangan
air yang dapat mengganggu/merusak semua pekerjaan galian atau urugan.

d. Penghamparan dan Pemadatan


Tanah harus dihamparkan dalam lapisan-lapisan setebal tidak lebih dari 20 cm
gembur, agar dapat mengatur kepadatan yang merata untuk seluruh
ketebalannya. Tanah urugan harus dibasahi secukupnya (sebelum dipadatkan)
untuk mencapai kepadatan yang dipersyaratkan.
Pekerjaan Penghamparan dan Pemadatan dilaksanakan menggunakan alat berat :
Booldozer, walls Tandem Rollers atau Vibro Stamper dan Dump Truk, jumlah peralatan
yang dibutuhkan sesuai dengan volume kubikasi tanah dan waktu yang ditentukan.

Infrastruktur Lanjutan 8
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

e. Tanah lumpur harus disingkirkan dari lokasi pekerjaan yang akan dibangun Gedung
Laboratorium Lapang.

PASAL 10
PEKERJAAN PONDASI BATU KALI

1. LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan semua pondasi batu kali sesuai dengan
gambar dan persyaratan disini.

2. BAHAN - BAHAN

1. Batu
Batu-batu harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat/retak. dan cara
pengerjaannya harus dilakukan menurut cara terbaik yang dikenal disini.

2. Pasir
Galian pondasi harus diurug dengan pasir setebal 5 cm dan dipadatkan dengan alat
timbris tangan terbuat dari logam atau stamper.

3. Adukan
Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 semen : 4 pasir.

3. PEMASANGAN

1. Batu kosong
Batu tanpa adukan (aanstamping) setinggi 15 cm, harus dipasang tegak lurus, rapat
dan diisi pada rongga-rongga batu.

2. Pondasi batu kali


Pekerjaan pasangan batu dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan bentuk-bentuk
yang ditunjukkan dalam gambar. Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan
adukan sehingga semua hubungan batu melekat satu sama lain dengan sempurna.
Setiap batu harus dipasang diatas lapisan adukan dan diketok ke tempatnya
hingga teguh.
Adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antar batu untuk mendapatkan massa
yang kuat dan integral di beberapa sisi luar dan dalam.

Batu yang akan dipasang dibasahi dahulu, lalu dibentuk menjadi bidang luar yang
harus sesuai dengan gambar rencana atau petunjuk Ahli. Anker/stek dipasang

Infrastruktur Lanjutan 9
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

dengan cara dibungkus campuran batu kali dengan adukan 10 cm sekelilingnya,


sedalam 20 cm tiap 1 m' dengan diameter anker/stek minimum 10 mm.

PASAL 11
PEKERJAAN BETON

1. KETENTUAN UMUM
1. Persyaratan-persyaratan Konstruksi Beton, istilah teknis dan syarat-syarat
pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan
teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua
pekerjaan beton harus sesuai dengan referensi di bawah ini:
a. Peraturan Beton SKSNI
b. Peraturan pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
c. American sociaty of Testing Materials (ASTM)
d. Standar industri indonesia ( SII)
2. Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut di atas maka
peraturan-peraturan Indonesia yang menentukan.
3. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan kesesuaian yang
tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi-instruksi yang
dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas, semua pekerjaan yang tidak memenuhi
persyaratan harus dibongkar dan diganti atas biaya pemborong sendiri.
4. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai persyaratan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak untuk meminta
diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan pemborong bertanggung jawab atas
segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh Konsultan Pengawas harus
segera dikeluarkan dari proyek /site dalam waktu 3 x 24 jam.

2. LINGKUP PEKERJAAN
1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk Pelaksanaan pekerjaan beton sesuai
dengan gambar kerja dan Bill Of Quantity (BQ) termasuk pengadaan bahan, upah,
pengujian dan peralatan pembantu.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian-bagian
dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.

3. BAHAN - BAHAN
1. S e m e n :
a. Semua semen yang digunakan adalah jenis portland Cement sesuai dengan
persyaratan NI-2 pasal Bab 3 Standar Indonesia NI-8 /1964, SII 0013-81 atau
ASTM C-150 dan produksi dari satu merk / pabrik.
b. Pemborong harus mengiriPengawasan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan
type, kualitas dari semen yang digunakan “manufacture`s test certificate “ yang
menyatakan memenuhi persyaratan tersebut dalam huruf “a” di atas.

Infrastruktur Lanjutan 10
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

c. Pemborong harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk
mencegah terjadinya kerusakan, dan tidak boleh ditaruh langsung di atas tanah
tanpa alas kayu.
d. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena
air/lembab tidak diizinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari
proyek dalam batas 3 x 24 jam.
e. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
2. Agregat Kasar :
a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai
menurut NI-2 pasal 3, 4, 5 bab III dan serta mempunyai ukuran terbesar 2,5
cm.
b. Agregat Kasar terdiri dari butir-butir yang kasar., keras, tidak berpori dan
berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi
20 % dari volume dan tidak boleh mengalami pembekuan hingga melebihi 50 %
kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles (L A).
c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reactif alkali atau substansi yang
merusak beton dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % serta
mempunyai gradasi seperti berikut :

Saringan Ukuran % Lewat Saringan


1“ 25,00 mm 100
3/4“ 20,00 mm 90 - 100
3/8“ 95,00 mm 20 - 55
N0. 4 4,76 mm 0 - 1

Hasil “crushing test “ dari laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus


beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
3. Agregat Halus :
a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah
batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak
mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton atau NI - 2
pasal 3 bab 3, sebagai referensi, boleh digunakan pasir Cimangkok Sukabumi atau
Ciapus Bogor.
b. Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir harus terdiri dari partikel-
partikel yang tajam dan keras mempunyai gradasi seperti tabel berikut :

Saringan Ukuran % Lewat Saringan


3/8 9,5 mm 100
No. 4 4,76 mm 90 - 100
No. 8 2,39 mm 80 - 100
No. 16 1,19 mm 50 - 85
No. 30 0,19 mm 25 - 65
No. 50 0,297 mm 10 - 30

Infrastruktur Lanjutan 11
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

No. 100 0,149 mm 5 - 10


No. 200 0,074 mm 0 - 5

4. Air :
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam
serta zat-zat yang dapat merusak beton baja bertulang. Dalam hal ini sebaiknya
digunakan air bersih yang dapat diminum, atau seperti NI - 2 pasal 6 Bab 3.
5. Baja tulangan :
a. Baja tulangan yang digunakan adalah baja polos dan baja ulir dimana harus
memenuhi persyaratan SKNI, dengan tegangan leleh karakteristik (Tau) = 2400
kg/cm2 atau baja U 24, (Tau) = 3900 kg/cm2 atau baja U39, pemberi tugas atau
konsultan, Pengawas bila diperlukan, akan melakukan pengujian test tegangan
tarik-putus dan “ Bending” untuk setiap 10 ton baja tulangan, atas biaya
pemborong.
b. Batang-batang tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara langsung
dan dihindari akan penimbunan baja tulangan diudara terbuka.
c. Kawat ikat berukuran minimal ∅ 1 mm.
d. Batang-batang tulangan yang berlainan ukurannya harus ditimbun pada tempat
terpisah dan diberi tanda yang jelas.
6. Bahan pencampur :
a. Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
b. Apabila akan digunakan bahan pencampur, pemborong harus mengadakan
percobaan-percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan
pencampur (admixture) tersebut.
7. Cetakan Beton :
Dapat menggunakan kayu kelas II dengan ketebalan minimal 3 cm, atau multiplek
tebal minimal 18 mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan
yang tersebut dalam SKSNI jarak rangka kayu harus disetujui Konsultan Pengawas.

4. MUTU BETON

1. Mutu beton untuk Konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan
karakteristik sebagai berikut :

Mutu beton Jenis Pekerjaan

K 175 beton Kolom praktis, ring balk


K 250 beton Kolom pagar depan
K 300 beton Integral Kolom Ikan
K 300 Struktur beton Gedung
K 400 Beton jalan rigid

Infrastruktur Lanjutan 12
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

2. Slump (kekentalan beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan SKSNI adalah sebagai
berikut :

Jenis Konstruksi Slump Slump


maks. (cm) min. (cm)
Pelat & Dinding Pondasi 12,5 5,0
telapak
Pelat, Balok & Dinding, Kolom 15,0 7,5
Kaison & Konstruksi bawah 9,0 2,5
tanah
Pelat diatas tanah/pergeseran 7,5 5,0
jalan

4. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi getaran tinggi, maka harga
tersebut diatas dapat dinaikan sebesar 50 % dengan catatan tidak boleh melebihi 15
cm.

5. PERCOBAAN PENDAHULUAN
1. Pemborong harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran dari masing-
masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari material-
material harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan seluruh operasi harus
dikontrol dan diawasi terus menerus oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan
bertanggung jawab .
3 Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Bacth Mixer atau
Portable Continous Mixer). Mesin pengaduk harus betul-betul kosong sebelum
menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci bila tidak digunakan
lebih dari 30 menit.
4. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit sesudah
semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah, bila kapasitas
mesin lebih besar dari 1,5 m3 dan Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah
waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal
untuk mendapatkan hasil adukan dengan kekentalan dan warna yang
merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan
konsistensi dalam setiap adukan
5 Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan.
Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.

6. PERSIAPAN PENGECORAN
1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan
bebas dari kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan

Infrastruktur Lanjutan 13
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

ditanam dalam beton harus sudah terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik,
plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi
dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik. Bidang-
bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian
dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu dengan spesi
mortar dengan susunan yang sama seperti adukan beton dan air harus dibuang dari
semua bagian-bagian yang akan dicor.
4. Pemborong harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Konsultan Pengawas.
5 Apabila pengecoran tidak memakai begisting kayu maka dasar permukaan yang akan
dicat harus diberi beton dengan adukan 1 pc : 3 ps : 5 krk setebal 5 cm.

7. ACUAN / CETAKAN BETON / BEGISTING


1. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya. Cetakan
harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas dan bidang dari hasil beton yang
direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah
terjadinya perpindahan tempat atau kelonggaran dari penyangga harus menggunakan
Multiplex dan bondex sesuai dengan gambar kerja dan Bill of Quantity (BQ).
2. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sehubungan pada cetakan diusahakan lurus dan
rata dalam arah Horisontal dan Vertikal, terutama untuk permukaan beton yang tidak
di “finish“ ( exposeconcrete ) .
3. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan
penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya “overstress” atau perpindahan
tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang
penyangga harus kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban yang ada
diatasnya selama pelaksanaan.
4. Penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya, kekuatan
dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang.
Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi “form oil”
untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaanya harus berhati-hati agar
tidak terjadi kotak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton
dan dengan tulangan.
5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan terlulis dari Konsultan Pengawas,
atau jika beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
a. Bagian sisi balok 48 jam
b. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
c. Balok dengan beban konstruksi 21 hari
d. Plat lantai / atap / tangga 21 hari
6. Dengan persetujuan Konsultan Pengawas cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila
hasil pengujian dari benda uji yang menpunyai kondisi sama dengan beton
sebenarnya, telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin

Infrastruktur Lanjutan 14
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

yang diberikan oleh Konsultan Pengawas, tidak mengurangi atau membebaskan


tanggung jawab Pemborong tehadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran
cetakan.
7. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton dan dapat menjamin keselamatan penuh
atas struktur-struktur yang dicetak.
8. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana,
Pemborong wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.
9. Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan
sebelum pengurugan dilakukan.
10. Untuk permukan beton yang diharuskan exposed, maka pemborong wajib
memfinishnya tanpa pekerjaan tambah.

8. PENGANGKUTAN DAN PENGECORAN


1. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara
pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan
pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.
2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan,
maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
3. Pemborong harus memberitahukan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2 (dua)
hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan
pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan
baja tulangan serta bukti bahwa Pemborong akan dapat melaksanakan pengecoran
tanpa gangguan.
4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat telah melampaui 1,5 jam, dan waktu ini dapat berkurang, bila Konsultan
Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan
dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih
dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.
6. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m. Bila
memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan
pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami “initial set“
atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena
getaran, penggetaran harus bersamaan dengan penuangan beton.
8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi
lantai kerja setebal 5 cm, agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan
mencegah penyerapan air semen oleh tanah /pasir secara langsung.

Infrastruktur Lanjutan 15
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara, sedang beton sudah menjadi keras
dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air
semen (laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang
cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah pemberhentian
pengecoran, adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan
pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka
sebaiknya tidak dilaksanakan, kecuali atas persetujuan Konsultan Pengawas dapat
dilaksanakan pada malam hari dengan ketentuan bahwa sistem penerangan sudah
disiapkan dan memenuhi syarat, serta penyiapan tenda-tenda untuk menjaga terjadi
hujan.

9. PEMADATAN BETON
1. Pemborong bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan
penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat
tanpa perlu penggetaran secara berlebih.
2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan “Mechanical Vibrator” dan
dioperasikan oleh orang yang berpengalaman.
Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan “Over Vibration” dan
tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan
beton.
Hasil beton harus merupakan masa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi
atau keropos.
3. Pada daerah penulangan yang rapat , penggetaran dilakukan dengan alat penggetar
yang mempunyai frekwensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin pengisian beton dan
pemadatan yang baik.
4. Dalam hal penggunaan vibrator, maka slump dari beton boleh melebihi 12,5.
5. Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan vertikal, tetapi dalam keadaan
khusus boleh miring 45 derajat dan jarum vibrator tidak boleh digerakkan secara
horizontal.
6. Alat penggetar tidak boleh disentuh pada tulangan-tulangan, terutama pada tulangan
yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta berjarak minimal 5
cm dari bekisting.
7. Setelah sekitar jarum nampak mengkilap, maka secara perlahan-lahan harus ditarik,
hal ini tercapai setelah bergetar 30 detik (maksimal).

10. PENYAMBUNGAN KONSTRUKSI DAN DILATASI


1. Rencana atau schedule pengecoran harus disiapkan untuk penyelesaian satu
konstruksi secara menyeluruh, termasuk persetujuan letak “ Construction joints”
(sambungan konstruksi).
Dalam keadaan tertentu dan mendesak, Konsultan Pengawas dapat merubah letak
“Construction joints” tersebut .
2. Permukaan “ Construction joints” harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas
seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat.

Infrastruktur Lanjutan 16
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

3. “Construction joints’ harus diusahakan berbentuk garis miring. Sedapat mungkin


dihindarkan adanya “Construction joints” tegak, kalaupun diperlukan maka harus
dimintakan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Bila “Construction joints” tegak diperlukan, maka tulangan harus menonjol
sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu struktur yang monolit.
4. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi
lapisan “grout” segera sebelum beton dituang.
5. Untuk penyambungan beton lama dan baru, harus menggunakan bahan additive
“Bonding Agent” (lem beton) yang disetujui konsultan Pengawas.
6. Dilatasi antar kolom atau balok menggunakan Stereofon dan Sealant.

11. BAJA TULANGAN

1. Semua baja tulangan yang dipakai adalah tulangan besi polos, tulangan besi ulir
harus bersih dari segala macam kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan
merusak mutu beton.
2. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan harus
sesuai dengan persyaratan dalam SKSNI T 15-1991
3. Selimut beton harus mempunyai ketebalan minimal sebagai berikut :
Bagian konstruksi Tebal selimut beton (cm )

Pelat 2,0 cm
Balok 2,5 cm
Kolom 2,5 cm
Sloof dan Pondasi 3 cm

12. BENDA -BENDA YANG TERTANAM DALAM BETON

1. Semua angkur, baut, pipa dan benda-benda lain yang diperlukan tertanam dalam
beton , harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum pengecoran.
2. Benda-benda tersebut harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat dan kotoran-
kotoran lain pada saat mengecor
3. Sebelum dilakukan pengecoran pipa-pipa harus sudah diuji dengan baik, baru boleh
dicor.

1. PENYELESAIAN BETON
1. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus tanpa ada bagian-
bagian yang membekas pada permukaan. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus
berbentuk penuh dan tajam.
2. Bagian-bagian yang rapuh, kasar, berlubang, dan tidak memenuhi persyaratan
harus segera diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan
adukan beton yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya untuk kemudian
diratakan. Bila diperlukan, seluruh permukaan beton dihaluskan dengan ampelas,
carborondum atau gurinda.

Infrastruktur Lanjutan 17
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

3. Permukaan pekerjaan beton harus mempunyai bentuk jadi yang rata. Toleransi
kerataan pada permukaan lantai tidak boleh melampaui 1cm dalam jarak 10 m.
Tidak dibenarkan untuk menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan
maksud menyerap kelebihan air.
4. Apabila pengecoran dilakukan dengan ready mix harus ditunjukkan pesanannya
yang menunjukkan karakteristik dari beton.

2. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON

1. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Setelah pengecoran dan selesai, permukaan beton yang tidak
tertutup oleh cetakan harus tetap dijaga kelembabannya dengan jalan membasahi
secara terus menerus selama 7 (tujuh) hari.
2. Permukaan-permukaan beton yang dibongkar cetakannya sedang masa perawatan
beton belum dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti tersebut pada ayat (1)
dan tidak boleh tertindih barang atau terinjak langsung pada permukaan beton.
3. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan belum dibongkar,
selama masa perawatan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi keretakan
dan terjadinya celah-celah pada sambungan.
4. Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang tidak disebut di atas, harus
dirawat dengan jalan membasahi atau menutupi dengan membran yang basah.

3. PENGUJIAN BETON

1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam SKSNI dan
minimum memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam ayat berikut.
2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat satu pengujian, yang dikerjakan dalam satu
hari dengan volume sampai sejumlah 5 m3, atau 2 benda uji.
3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji berbentuk kubus 15 x
15 x 15 cm. Satu benda uji akan dites pada umur 28 hari dan hasilnya segera
dilaporkan kepada Konsultan Pengawas, sedangkan 3 (tiga) benda uji lainnya hasil
rata-rata dari ketiga spesimen tersebut. Batas kekuatan beton rata-rata harus sama
atau lebih dari kekuatan karakteristik 225 kg/cm2 untuk mutu beton K 225, tidak
boleh ada satu benda uji yang hasil tesnya lebih kecil dari = 160 kg/cm2.
4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi ditinggal dilapangan,
dibiarkan mengalami proses perawatann yang sama dengan keadaan sebenarnya.
5. Kubus-kubus yang baru dicetak disimpan pada tempat yang bebas getaran dan
ditutup dengan karung basah selama 24 jam.

4. SUHU / TEMPERATUR

1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh lebih dari 32 derajat Celsius. Bila suhu dari
beton yang ditaruh berada antara 27 derajat dan 32 derajat Celsius, maka beton
harus diaduk ditempat pekerjaan dan langsung dicor.

Infrastruktur Lanjutan 18
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat mengakibatkan suhu
beton melebihi dari 32 derajat Celsius, maka pemborong harus mengambil langkah-
langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat atau mengecor pada
waktu malam hari.

5. PERIZINAN

1. Pemborong harus memberitahukan pada Konsultan Pengawas minimal 1 minggu


sebelum pengecoaran dimulai.
2. Pengecoran boleh dilaksanakan apabila sudah ada Berita Acara Pengecoran dan izin
tertulis dari Konsultan Pengawas.

PASAL 12
PASANGAN BATU BATA

1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat – alat bantu yang
dibutuhkan, bahan dan semua pasangan batu bata pada tempat – tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis ini.
Pekerjaan ini terdiri tetapi tidak terbatas pada hal – hal berikut :
• Pasangan batu bata
• Adukan
• Pengaplikasian bahan penutup celah antara dinding dengan kolom bangunan,
dinding dengan bukaan dinding dan dinding dengan peralatan.

Sesuai dengan petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

1. STANDAR / RUJUKAN

1.1 American Society for Testing and Materials (ASTM)


1.2 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
1.3 Standar Nasional Indonesia (SNI)
1.4 Spesifikasi Teknis :
• 03300 – Beton Cor di Tempat
• 04060 – Adukan dan Plesteran
• 07920 – Penutup dan Pengisi Celah

2. PROSEDUR UMUM

2.1 Keterangan.
Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan dinding yang terbuat dari batu bata
dan bata ringan disusun ½ bata, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan
peralatan untuk pekerjaan ini.

2.2 Pengiriman dan Penyimpanan.


Semua bahan harus disimpan dengan baik, terlindung dari kerusakan.

Infrastruktur Lanjutan 19
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

Bata harus disusun dengan baik dan teratur dengan tinggi maksimal 150 cm.
Semen harus dikirim dalam kemasan aslinya yang tertutup rapat dimana tertera
nama pabrik serta merek dagangnya.
Penyimpanan semen harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis
03300.

3. BAHAN - BAHAN

3.1 Batu Bata.


3.1.1 Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam
negeri eks daerah setempat dari kualitas yang baik dengan ukuran 5 x
10,5 x 22 cm yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras
dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau
mengandung kotoran. Meskipun ukuran bata yang bisa diperoleh di
suatu daerah mungkin tidak sama dengan ukuran tersebut diatas, harus
diusahakan supaya ukuran bata yang akan dipakai tidak terlalu
menyimpang. Kualitas bata harus sesuai dengan pasal 81 dari A.V.
1941. Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada
Pengawas Lapangan. Pengawas Lapangan berhak menolak bata dan
menyuruh bongkar pasangan bata yang tidak memenuhi syarat. Bahan-
bahan yang ditolak harus segera diangkut keluar dari tempat pekerjaan.

3.1.2 Bata merah yang digunakan harus mempunyai kuat tekan minimal 25
kg/cm2, sesuai ketentuan SNI 15-2094-2000.

3.2 Adukan dan Plesteran.


Adukan terdiri dari semen, pasir dan air dipakai untuk pemasangan dinding
batu bata. Komposisi adukan adalah 1 pc : 5 pasir untuk dinding biasa, 1 Pc : 3
pasir untuk tasram.

Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (Nusantara,
Gresik, Tiga Roda atau produk daerah setempat yang mempunyai kualitas
standar konstruksi).

Adukan harus dibuat dalam alat tempat mencampur, diatas permukaan yang
keras, bukan langsung diatas tanah. Bekas adukan yang sudah mulai mengeras
tidak boleh digunakan kembali.

Adukan dan plesteran untuk pasangan batu bata harus memenuhi ketentuan
Spesifikasi Teknis 04060.

3.3 Bata Ringan


Batu bata ringan yang dipakai adalah produksi setara HEBEL atau JAYA
CELCON ukuran tebal 10 cm, 8,8 buah per m2.

Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada Pengawas


Lapangan. Konsultan MK berhak menolak bata ringan yang tidak memenuhi
syarat. Bahan-bahan yang ditolak harus segera diangkut keluar dari tempat
pekerjaan.

Infrastruktur Lanjutan 20
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

3.4 Mortar/Plester
Adukan terdiri dari bahan MU 380 dan air dipakai untuk pemasangan dinding
batu bata ringan. Komposisi adukan sesuai dengan yang disyaratkan oleh
Fabrikan.

Bahan MU 380 yang dipakai adalah produk LEMKRA, Cipta Mortar atau setara.

3.5 Beton Bertulang


Beton bertulang dibuat untuk rangka penguat dinding bata, yaitu : sloof, kolom
praktis dan ringbalk.

Komposisi bahan beton rangka penguat dinding (sloof, kolom praktis, ringbalk)
adalah 1 pc : 2 pasir : 3 kerikil.

Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (satu merek
untuk seluruh pekerjaan). Pasir beton harus bersih, bebas dari tanah/lumpur
dan zat-zat organik lainnya. Kerikil/split dari pecahan batu keras dengan ukuran
1 - 2 cm, bebas dari kotoran. Baja tulangan menurut ketentuan PBI 1971.

3.6 Bahan Penutup dan Pengisi Celah.

Bahan penutup dan pengisi celah harus memenuhi persyaratan Spesifikasi


Teknis 07900.

4. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dinding harus dipasang (uitzet dengan peralatan yang memadai) dan didirikan menurut
masing-masing ukuran ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.

4.1 Sloof, kolom praktis dan ringbalk.


Ukuran rangka penguat dinding bata (non struktural) : sloof 15 x 20 cm, kolom
praktis 12 x 12 cm dan 10 x 10 untuk dinding bata ringan, ringbalk dan balok
latai 12 x 12 cm dan 10 x 10 untuk dinding bata ringan Kolom praktis dan
ringbalk diplester sekaligus dengan dinding bata sehingga mencapai tebal 15
cm dan 10 cm untuk dinding bata ringan. Bekisting terbuat dari kayu
terentang/kayu hutan lainnya dengan tebal minimum 2 cm yang rata dan
berkualitas papan baik.
Pemasangan bekisting harus rapi dan cukup kuat. Celah-celah papan harus
rapat sehingga tidak ada air adukan yang keluar. Bekisting baru boleh
dibongkar setelah beton mengalami proses pengerasan.

4.2 Pasangan dinding bata.


Bata yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu sampai
jenuh.

Tidak diperkenankan memasang batu bata :


1. Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan
kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan
tersebut harus cukup terjamin.
Infrastruktur Lanjutan 21
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

2. Yang ukurannya kurang dari setengahnya


3. Lebih dari 1 (satu) meter tingginya setiap hari di satu bagian pemasangan
4. Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap
5. Setiap luas pasangan dinding bata mencapai ±12 m2 harus dipasang beton
praktis (kolom, dan ring balk)

Bata dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya
dengan bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan
benar-benar dipasang tegak lurus.

Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap jarak
40 cm. Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata diatas kusen
harus dibuat balok lantai 12/12 atau dilengkapi dengan pasangan rollaag.
Pemasangan harus dijaga kerapihannya, baik dalam arah vertikal maupun
horizontal. Sela-sela disekitar kusen-kusen harus diisi dengan aduk

4.3 Pasangan Bata Ringan


Bata ringan yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu
sampai jenuh.

Tidak diperkenankan memasang batu bata ringan:


1. Yang ukurannya kurang dari setengahnya
2. Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap
3. Setiap luas pasangan dinding bata ringan mencapai ±12 m2 harus dipasang
beton praktis (kolom, dan ring balk)

Bata ringan dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya
dengan bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan
benar-benar dipasang tegak lurus.

Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap jarak
40 cm. Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata ringan diatas
kusen harus dibuat balok latei 10/10. Pemasangan harus dijaga kerapihannya,
baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Sela-sela disekitar kusen-kusen
harus diisi dengan aduk

4.4 Perawatan dan Perlindungan.


4.4.1 Pasangan batu bata harus dibasahi terus menerus selama sedikitnya 7
hari setelah didirikan.
4.4.2 Pasangan batu bata yang terkena udara terbuka, selama waktu – waktu
hujan lebat harus diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari
tembok.
4.4.3 Siar atau celah antara dinding dengan kolom bangunan, dinding dengan
bukaan dinding atau dinding dengan peralatan, harus ditutup dengan
bahan pengisi celah seperti disebutkan dalam Spesifikasi Teknis 07920.

4.5 Plesteran dan Pengacian.


Plesteran dan pengacian harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis
04060.

Infrastruktur Lanjutan 22
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

PASAL 13
PEKERJAAN PENGECATAN

1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dan seharusnya


dilaksanakan dalam pengecatan dengan bahan-bahan emulsi, enamel, politur/teak oil, cat
dasar, pendempulan, baik yang dilaksanakan sebagai pekerjaan permulaan, ditengah-
tengah dan akhir. Yang dicat adalah semua permukaan baja/besi, kayu, plesteran
tembok, plafon, list plafon dan beton, dan permukaan-permukaan lain yang disebut
dalam gambar dan RKS. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga dan semua
peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini. Untuk semua bahan pelaksanaannya
harus mentaati PUBB 1973 NI-3.

2. BAHAN-BAHAN

a. Umum
Bahan-bahan yang dipergunakan harus mendapat persetujuan dari Pengawas, baik
mengenai kualitas maupun pabrik asalnya. Bahan-bahan yang didatangkan ketempat
pekerjaan harus diberikan kepada Pengawas Lapangan untuk contoh/pengujian.
Contoh tersebut akan diambil secara acak dengan disaksikan oleh Pengawas
Lapangan. Pemakaian bahan-bahan pengering atau bahan-bahan lainnya tanpa
persetujuan Pengawas tidak diperbolehkan. Tempat-tempat/kaleng-kaleng cat yang
dimasukkan harus lengkap dengan merk, nomor spesifikasi dan sebagainya.
Selambat-lambatnya sebulan sebelum pekerjaan pengecatan dimulai, Kontraktor
harus mengajukan daftar tertulis dari semua bahan yang akan dipakai untuk disetujui
oleh Pengawas Lapangan. Pengawas Lapangan berhak menguji contoh-contoh
sebelum memberikan persetujuan. Warna-warna cat yang digunaan akan kemudian
ditentukan oleh Konsultan Perencana.
b. Cat dinding tembok
Cat yang digunakan adalah emulsion paint produksi VINILEX. sedangkan untuk
listplang GRC yang kena terhadap cuaca panas ataupun hujan digunakan cat
Weathersield produksi DULUX. Bahan penutup dempul yang digunakan merupakan
campuran dari bahan cat yang sama. Untuk cat dasar harus digunakan bahan cat
dasar yang dikeluarkan dari pabrik yang sama. Untuk dinding luar sebelum dicat,
dilapisi dulu dengan syntetis anti lumut.
c. Cat Lapangan
Cat yang digunakan adalah cat khusus lapangan out door produksi setara
TENNOKOTE. yang tahan terhadap cuaca panas ataupun hujan, sesuai persyaratan
dan standar SNI.
c. Cat kayu
Cat yang digunakan untuk pengecatan permukaan kayu melamik/politur (bilamana
tidak dimelamik/politur) yang akan di-expose harus mengandung bahan sintetis
(synthetic resin) dari jenis yang baik produksi SIEVE. Bahan penutup dempul, dan
cat dasar atau meni harus dipakai produk yang dikeluarkan oleh pabrik yang sama.
d. Melamik/Politur
Bahan yang digunakan adalah produk lokal setara Impra.
e. Cat meni
Kayu-kayu kaso dan reng harus dicat meni dari jenis yang baik.
f. Cat besi
Infrastruktur Lanjutan 23
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

Bahan cat besi yang digunakan adalah produksi SIEVE. Sebelum pengecatan
dilakukan harus dilakukan pendempulan yang merata dan rapi. Warna cat yang akan
digunakan akan ditentukan kemudian bersama Konsultan Perencana dan User.

3. PERSETUJUAN AHLI

Semua cat yang dipakai harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas sebelum
boleh dipakai didalam pekerjaan.
Cat didatangkan ke lapangan pekerjaan dalam kaleng-kaleng asli dari pabrik, lengkap
dengan label perusahaan, merk dan sebagainya.

4. PELAKSANAAN

a. Sebelum pengecatan dilaksanakan, lantai harus dicuci dan dijaga agar debu tidak
beterbangan. Alat pembersih seperti lap harus disediakan dalam jumlah cukup.
Sewaktu pelaksanaan pengecatan lantai harus ditutupi sedemikian sehingga
terhindar dari cipratan-cipratan cat. Cipratan yang masih mengenai lantai dan
bagian-bagian lain harus langsung dibersihkan segera begitu pekerjaan cat pada
bagian tertentu selesai.

b. Pengecatan dinding tembok


Semua bidang plesteran yang tidak ditutup dengan lapisan lain harus dicat dengan
cat tembok. Kontraktor tidak diperkenankan untuk mengecat sampai permukaan
plesteran dinding benar-benar kering. Permukaan plesteran yang belum rata tidak
boleh dicat. Bidang plesteran yang dicat harus diperbaiki dengan pendempulan/
plesteran yang sama. Retak-retak harus ditambal dengan bahan penutup. Retak-
retak yang lebar harus dipotong bersama-sama dengan pinggirannya dan ditambal
dengan plesteran yang baru. Sebelum diratakan dengan bahan penutup, tembok
harus digosok dengan batu kambang sampai rata dan halus. Pengecatan harus
dilakukan dengan baik sesuai dengan petunjuk dari pabrik cat yang bersangkutan,
sampai terdapat warna yang rata.

c. Pengecatan kayu
Yang dicat adalah semua kayu yang tidak dipertahankan corak naturalnya,
termasuk semua kusen kayu dan lisplang atap (dari kayu). Semua bagian kayu
yang tertanam dalam konstruksi dan yang berfungsi sebagai rangka langit-langit
harus dicat meni. Bagian rangka atap (kaso dan reng) sebelum ditutup dengan
genteng harus dicat residu dan di ter. Bagian yang akan dicat harus benar-benar
kering. Semua retak, celah, lubang harus dibersihkan, digosok/diampelas, lalu dicat
dasar dan ditambal dengan bahan penutup (dempul). Pengecatan dilakukan setelah
seluruh permukaan yang akan dicat sudah didempul dan dimeni. Pengecatan
dilakukan lapis demi lapis sehingga didapat hasil akhir yang rata diseluruh
permukaan bidang pengecatan.

d. Pengecatan besi
Semua pekerjaan besi dan baja harus dicat dengan zinkromat. Sebelum dicat
akhir besi dan baja harus dicat meni terlebih dahulu menurut syarat-syarat yang
ada.

Infrastruktur Lanjutan 24
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

Pengerjaan pengecatan harus mengikuti cara yang ditentukan. Besi/baja yang


akan dicat harus diampelas, kemudian dicat meni dan dicat dasar. Pengecatan
dilakukan lapis demi lapis sehingga didapat hasil akhir yang rata. Pekerjaan harus
rapi, sesedikit mungkin cipratan mengenai bagian-bagian lain.

e. Pengerjaan politur
Permukaan kayu yang dipertahankan corak naturalnya seperti yang dijelaskan dalam
gambar atau keterangan lainnya (daun pintu kecuali untuk kamar mandi/WC, daun
jendela) dipolitur dengan bahan dari produk yang baik. Pekerjaan harus dilakukan
oleh tukang yang ahli dan berpengalaman. Bagian yang akan dipolitur harus benar-
benar bersih dan kering. Bagian yang retak harus ditutup dulu dengan dempul yang
khusus untuk politur. Sebelum pengecatan dimulai kayu harus digosok dulu dengan
batu kambang sampai rata kemudian dihaluskan dengan ampelas. Pengecatan
dilakukan setelah permukaan kayu benar-benar telah bersih dan kering. Tingkat
politur yang dikehendaki adalah dof (tidak mengkilat).

PASAL 14
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN JALAN

BAB I
LAPISAN TANAH DASAR

Terdapat 2 jenis Spesifikasi yaitu Spesifikasi Hasil Akhir (End Result Specifications) dan
Spesifikasi Berjenjang atau Bertahap (Multi Steps Specifications). Spesifikasi Hasil Akhir secara
umum hanya mengatur hasil akhir yang harus dicapai dari suatu pekerjaaan, misalnya CBR
minimum harus > 90%. Sedangkan Spesifikasi Berjenjang atau Bertahap mengatur semua hal
dan tahap (dari awal sampai akhir). Spesifikasi yang digunakan di
Indonesia, khususnya untuk bidang jalan dan jembatan adalah Spesifikasi Berjenjang
atau Bertahap.

Spesifikasi Berjejang atau Bertahap yang baik harus mempunyai pola 3 - 2 - 5 yaitu
bertahap 3, berlingkup 2 dan berstruktur 5. 3 tahap pengujian yaitu bahan baku, bahan
olahan dan bahan jadi. 2 lingkup yaitu pengendalian dimensi dan pengendalian mutu. 5
struktur yaitu jenis pengujian, metoda pengujian, frekwensi pengujian, persyaratan
(minimum dan/atau maksimum) dan toleransi yang diijinkan.
Pengaturan lingkup dalam Spesifikasi Berjenjang atau Bertahap adalah :

Lingkup Pekerjaan :
 Cuaca yang diijinkan untuk bekerja
 Bahan
 Pelaksanaan
 Peralatan
 Pengendalian Mutu
 Cara Pengukuran Hasil Kerja
 Pembayaran

Infrastruktur Lanjutan 25
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

Persyaratan Bahan ditentukan dalam Spesifikasi dalam Seksi “Bahan” dan Seksi
“Pengendalian Mutu”.
Persyaratan Bahan yang dibahas berikut ini adalah Bahan Baku dan Olahan.

1. Timbunan

a. Timbunan Biasa

Sifat-sifat s/d 30 cm di bawah 30 cm di bawah


subgrade subgrade

Klasifikasi Tanah Bukan A-7-6 atau CH -


CBR (SNI 03-1744-1989) > 6% -
pada kepadatan ringan 100%
(SNI 03-1742-1989)
Nilai Keaktifan = Indeks < 1,25 < 1,25
Plastisitas
Kepadatan (SNI 03-2828- > 100% > 95%
1992)

b. Timbunan Pilihan

Sifat-sifat bukan rawa daerah rawa


CBR (SNI 03-1744-1989)
pada kepadatan ringan100% > 10% -
(SNI 03-1742-1989)
Indeks Plastisitas = Batas
Cair - Batas Plastis (SNI 03-
> 6% < 6%
1966-1990 & SNI 03-1967-
1990)

Koreksi kepadatan (SNI 03-1976-1990) dilakukan jika material tertahan ayakan ¾” > 10%.
Sampai dengan 15 cm di bawah Subgrade, material bekas galian batu tidak boleh digunakan
dan ukuran butir maksimum untuk 15 cm di bawah subgrade adalah < 10 cm.

BAB II
PEKERJAAN TANAH

2.1. PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN (CLEARING AND GRUBBING)

Setelah pekerjaan survey dan pengukuran selesai sesuai rencana, maka pekerjaan
selanjutnya adalah pekerjaan pembersihan dan pembongkaran.
Pekerjaan pembersihan, adalah pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan,
pohonpohon, semak-semak, tanaman lain, sampah dan bahan-bahan lain yang
mengganggu, termasuk pencabutan akar-akar, sisa-sisa konstruksi dan material.
Ada dua jenis pekerjaan pembersihan dan pembongkaran, yaitu: Pembersihan ringan dan
Pembersihan berat.

Infrastruktur Lanjutan 26
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

Pembersihan ringan, adalah pekerjaan pembersihan yang dilakukan terhadap semak


belukar, pohon-pohon, tanaman lain, sampah, dan bahan-bahan lain, termasuk
pengupasan / pembuangan lapisan tanah atas (‘top soil’).
Pembersihan berat , adalah pekerjaan pembersihan / pembongkaran tunggul-tunggul
pohon, batu-batu besar dengan ukuran kurang dari 0,5 m3 dan sisa-sisa bangunan
dengan ukuran kurang dari 1 m3, pembongkaran rintangan-rintangan, pengupasan jalan
lama dan sebagainya. Untuk batu-batu besar ukuran lebih besar dari 0.5 m3 dan sisa
bangunan lebih besar dari 1 m3, dimasukkan sebagai pekerjaan galian batu.

2.1.1. PEMBERSIHAN RINGAN

1) Pembersihan Semak Belukar


Semak dan belukar dibabat / ditebang dengan tenaga manusia atau dengan
‘bulldozer’. Penebangan / pembabatan dengan ‘bulldozer’ lebih menguntungkan
jika semak dan belukarnya lebat dan banyak pohon-pohon kecil. Semak yang
telah ditebang kemudian dikumpulkan / ditumpuk dan kemudian dibakar
(umumnya).
Penumpukan semak belukar yang telah ditebang yang dilakukan dengan
‘bulldozer’,

2) Pembesihan Semak Belukar Lebat Dengan ‘Bulldozer’


Pembersihan semak belukar lebat ini dapat dilakukan dengan urutan sebagai
Berikut:

‘Bulldozer’ bergerak maju membersihkan semak belukar sedikit demi sedikit . Pembantu
operator berjalan disekitar ‘bulldozer’ untuk membantu operator apabila ada sesuatu
yang perlu dihindari. Demikian seterusnya ‘bulldozer’ pindah di sebelah yang belum
tergusur dengan batas akhir gusuran yang tidak sama seperti terlihat pada Gambar 2
tersebut.

Infrastruktur Lanjutan 27
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

Tugas-tugas inspektor dalam pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang


ditetapkan sesuai spesifikasi, adalah:
1) Mengenali batas-batas pekerjaan pembersihan dan pembongkaran yang telah
ditetapkan inspektor sesuai spesifikasi umum.
2) Memasang dan menjaga patok-patok elevasi tetap pada tempat dan ketinggian
yang seharusnya.
3) Mengajukan persetujuan lokasi pembuangan pekerjaan pembersihan kepada Direksi
Teknik
4) Jika ternyata ada bangunan utility, pelaksana wajib segera melaporkan ke
Direksi Teknik untuk penyelesaian selanjutnya
5) Menjaga kemajuan dan mutu pekerjaan, agar sesuai dengan jadwal
pelaksanaan dan spesifikasi umum.
6) Setiap perubahan / penyesuaian yang akan dilaksanakan, harus dengan
persetujuan Direksi Teknik

2.2. GALIAN

Pekerjaan tanah adalah pembentukan badan jalan dan saluran samping sesuai dengan
ketinggian (elevasi) tiap bagian jalan yang direncanakan.
Untuk mencapai permukaan tanah dasar badan jalan sesuai rencana ,perlu pekerjaan
galian dan timbunan.
Di samping untuk menyiapkan permukaan tanah dasar badan jalan, galian diperlukan
juga untuk membentuk saluran samping dan penempatan gorong - gorong. Masalah
utama yang sering dihadapi di daerah pemotongan bukit, adalah kemiringan lereng. Di
lapangan kadang-kadang dijumpai keadaan khusus,seperti jenis tanah lunak, keluarnya
air tanah sepanjang lereng dan potongan lereng yang sangat panjang dan terjal. Dengan
demikian diperlukan pengetahuan praktis untuk mengatasi masalah tersebut. Apabila
tidak memungkinkan melakukan penyelidikan tanah yang lengkap, cara berikut ini dapat
dilaksanakan:

1. Tinggi Potongan kurang dari 5,0 Meter


Kemiringan lereng yang dapat diterima untuk semua keadaan normal,adalah 2
(tegak ): 1 (mendatar).
Bila terdapat hal khusus seperti di atas, maka pemilihan kemiringan lereng lebih
landai perlu dipertimbangkan.

2. Tinggi Potongan lebih dari 5,0 Meter


Pada setiap ketiggian 5,0 meter perlu dibuat bagian yang datar selebar I,0 meter.
Pada bagian yang datar itu harus dibentuk sedemikian rupa, sehingga miring ke
bagian dalam, agar dapat menampung air dan mengalirkannya sepanjang bagian
datar searah dengan jalan tersebut.

Saluran air perlu dibuat untuk mengalirkan air dari talud atau “bench” ke saluran tepi,
di tempat-tempat tertentu, agar kestabilan lereng terjaga.

2.3. TIMBUNAN

Pada pekerjaan timbunan badan jalan, harus diperhatikan beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi pekerjaan, yaitu:

1. Kondisi Tanah Asli yang akan ditimbun


Infrastruktur Lanjutan 28
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

 Tanah asli jenis tufa atau jenis lain yang kurang baik mutunya, yang
akan ditimbun untuk badan jalan,digali sampai kedalaman tertentu.
 Sebelum pekerjaan timbunan itu dimulai,pada tempat yang selesai
dibersihkan, lubang-lubang yang ada akibat akar-akar pohon, atau alur
bekas saluran dan sebagainya, harus diisi dengan bahan tanah pilihan.
 Kemudian lakukanlah upaya perataan pada permukaan tanah tersebut.
 Padatkan tanah permukaan yang telah dibersihkan sesuai dengan ketentuan.

2. Bahan Urugan dan Jenis Tanah Timbunan


Jenis tanah timbunan merupakan bahan urugan yang memerlukan persetujuan
dari Direksi Teknik.

3. Tinggi Timbunan Talud


Pekerjaan penimbunan dikerjakan setelah jalur patok-patok dipasang.
Patok dipasang di lereng, di tikungan, juga pada penampang, pada pekerjaan
jembatan,
patok gorong-gorong, dsb. Patok-patok tersebut dikerjakan / dipasang oleh
tim pengukuran.

4. Cara Pemadatan
Bahan yang sudah disetujui dihampar dan dipadatkan lapis demi lapis dengan
tebal padat tertentu (10-20 cm). Tebal lapisan akhir minimal 10 cm. Perlu
diperhatikan ,bahwa lapisan-lapisan tersebut harus mencapai kepadatan
tertentu yang harus dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium

2.4. PENYIAPAN TANAH DASAR (SUBGRADE PREPARATION)

Subgrade atau lapisan tanah dasar merupakan bagian dari konstruksi jalan yang
berfungsi untuk mendukung konstruksi perkerasan jalan di atasnya.
Untuk menunjukkan besarnya daya dukung subgrade tersebut dipakai CBR (‘California
Bearing Ratio’) Nilai CBR adalah perbandingan antara beban dibutuhkan untuk
penetrasi 0,1“ dan 0,2” dari contoh tanah, dengan beban yang dibutuhkan untuk
penetrasi 0,1“ dan 0,2” dari batu pecah standar. Nilai ini dinyatakan dalam persen
(%). Pada prinsipnya tes CBR ini dilakukan di Laboratorium dengan kondisi yang
selalu dikontrol.

CBR Lapangan adalah Tes CBR yang dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan
Beban statis truk yang dimuati penuh dan Tes penetrasi dilakukan pada permukaan
tanah yang akan diukur. Meskipun tes ini cepat, namun hasilnya perlu ada faktor koreksi,
karena Tanah Dasar asli tidak dipadatkan, di samping kadar airnya tidak dapat diatur
sebagaimana Tes CBR di laboratorium
Metode yang biasa digunakan dalam menentukan harga CBR adalah dengan mengambil
contoh tanah dari suatu kedalaman tertentu, yang umumnya berkisar antara 0,5 - 1,0
meter dan kemudian dilakukan tes labolatorium.

Prosedur ini akan banyak memakan waktu, tenaga trampil dan juga peralatan dalam
keadaan baik. Salah satu cara yang sederhana ( meskipun tidak terlalu tepat) untuk
menentukan harga CBR lapangan, adalah dengan menggunakan alat yang disebut:
‘Dynamic Cone Penetrometer’ (DCP).
Dengan alat tersebut besarnya CBR lapangan dapat diperoleh dalam waktu yang relatif
Infrastruktur Lanjutan 29
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

cepat. Tentang cara pemakaian DCP tersebut akan dipelajari di dalam mata pelajaran
khusus tersendiri, yaitu dalam kursus ‘Teknisi Laboratorium’

BAB III
PELAKSANAAN PEMBENTUKAN BADAN JALAN

3.1. GALIAN

Pekerjaan galian mencakup penggalian, penanganan pembuangan material galian untuk


pembentukan badan jalan. Pekerjaan ini juga termasuk penggalian badan jalan eksisting
untuk keperluan penggantian material tanah jelek.
Pekerjaan galian dibagi 2 menurut sifat pengerjaannya yaitu :

 Galian padas, mencakup galian dari batu dengan volume 1 m3 atau lebih dari seluruh
padas atau bahan lainnya yang menurut pendapat Pengawas hanya dapat
dilepaskan dengan penggaru yang ditarik oleh traktor dengan berat minimum 15 ton
dan tenaga kuda netto sebesar 180 Tenaga Kuda.
 Galian biasa, mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian
padas.

1) Keamanan Pekerjaan Penggalian


 Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh untuk menjamin keselamatan
tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan penggalian dan masyarakat umum.
 Selama pekerjaan penggalian, harus dipertahankan sepanjang waktu lereng
galian sementara yang mantap.
 Cofferdam, tembok ujung atau sarana lain untuk menghindari penggalian dari air
harus direncanakan secara layak dan cukup kuat untuk menjamin tidak akan
terjadi runtuhan secara tiba-tiba yang akan mengakibatkan pekerjaan dibanjiri,
digenangi dengan cepat.
 Semua penggalian terbuka harus diberi penghalang/pengaman secukupnya
untuk mencegah para pekerja tidak jatuh kedalamnya, dan setiap penggalian
terbuka di daerah jalur kendaraan atau bahu jalan harus diberi tanda tambahan
pada malam hari dengan drum-drum yang dicat putih-hitam dan lampu merah
atau kuning.
 Teknik pengaturan dan pengendalian lalu-lintas harus diterapkan bagi
semuapekerjaan penggalian daerah milik jalan.

2) Penjadwalan Kerja
 Luas galian yang dibuka dalam setiap penggalian harus dibatasi sesuai dengan
pemeliharaan permukaan yang digali dalam suatu kondisi yang baik.
 Pembuatan saluran / gorong-gorong atau penggalian lainnya yang melintasi jalur
kendaraan harus dilaksanakan dengan menggunakan konstruksi setengah lebar
jalur kendaraan sehingga jalan tetap terbuka bagi lalu-lintas.
 Jika lalu-lintas pada jalan harus dihentikan karena kegiatan pekerjaan, maka
kontraktor sebelumnya harus memperoleh persetujuan atas jadwal rencana
penghentiannya dari instansi terkait.
Infrastruktur Lanjutan 30
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

3) Kondisi Lokasi Pekerjaan


Semua galian harus dipelihara agar bebas dari air, dan kontraktor harus menjamin
tidak ada gangguan terhadap kelangsungan prosedur pengeringan.

4) Bangunan Utilitas
 Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk memperoleh informasi tentang
keberadaan serta lokasi bangunan utilitas dibawah tanah dan memperoleh serta
membayar setiap perijinan yang diperlukan untuk melaksanakan penggalian.
 Kontraktor harus bertanggung-jawab atas pemeliharaan dan perlindungan
setiap saluran pipa bawah tanah, kabel, pipa penyalur atau lainnya diatas
tanah dan jaringan pelayanan atau struktur yang mungkin ditemukan, dan
memperbaiki setiap kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan kontraktor.

5) Penggunaan Dan Pembuangan Bahan-Bahan Galian


 Semua bahan-bahan yang layak yang digali, sejauh dimungkinkan
digunakan untuk pembentukan timbunan atau urugan kembali.
 Bahan-bahan galian yang banyak mengandung tanah organik, tanah
gambut, akar-akar, tanah kompresibel, digolongkan sebagai tidak memenuhi
syarat digunakan untuk timbunan, sehingga harus dibuang.
 Setiap bahan-bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan harus
dibuang keluar dari daerah pekerjaan.
 Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk semua pengaturan dan biaya
untuk pembuangan bahan-bahan kelebihan atau yang tidak memenuhi syarat,
termasuk pengangkutan dan perolehan ijin dari pemilik atau penghuni tanah
dimana pembuangan itu dilaksanakan.

6) Pemulihan Lokasi Dan Pembongkaran Pekerjaan Sementara


 Semua struktur sementara harus dibongkar kembali oleh kontraktor setelah
selesainya struktur permanen.
 Bahan-bahan galian tidak boleh ditempatkan dalam saluran air, harus
segera disisihkan dan dibuang.
 Semua lubang sumber bahan galian tambahan, quarry atau tempat pembuangan
yang digunakan oleh kontraktor harus ditinggalkan dalam keadaan rapi dan
teratur.

7) Prosedur Pelaksanaan
 Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi
yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Pengawas dan harus
mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang
dijumpai termasuk tanah, padas, batu, beton, tembok dan perkerasan yang lama.
 Pekerjaan galian harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin
terhadap material dibawah dan diluar batas galian.
 Peledakan sebagai cara pembongkaran padas hanya boleh digunakan
jika, menurut pendapat Pengawas, tidak praktis menggunakan alat bertekanan
udara atau penggaru hidraulis dan tidak membahayakan manusia atau
struktur konstruksi.
 Penggalian batuan/padas harus dilaksanakan sedemikian sehingga tepi dan
Infrastruktur Lanjutan 31
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

galian harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata rnungkin.
Batuan/padas yang lepas yang dapat menjadi tidak stabil atau
menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang.

3.2. URUGAN

Pekerjaan pemasangan urugan mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan


dan pemadatan tanah untuk pembentukan badan jalan.

1) Penjadwalan Kerja
Bagian timbunan jalan harus dibangun dengan menggunakan konstruksi setengah
lebar jalan sehingga jalan selalu terbuka untuk lalu-lintas.

2) Kondisi Lokasi Pekerjaan


 Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan selalu dalam keadaan kering
sebelum dan selama pekerjaan penempatan dan pemadatan.
 Menjamin adanya persediaan air yang cukup di lapangan untuk pengendalian
pemadatan.

3) Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian


Semua lubang pada pekerjaan akhir oleh karena pengujian kepadatan atau lainnya
harus ditimbun kembali oleh kontraktor dengan tanpa penundaan, dan dipadatkan.

4) Pembatasan Cuaca
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun,
dan atau bila kadar air bahan timbunan berada di luar batas yang ditentukan.

5) Penempatan Dan Pemadatan Timbunan


(a) Persiapan lokasi pekerjaan
 Sebelum menempatkan timbunan, maka semua operasi pembersihan,
pembongkaran, termasuk penimbunan lubang yang tertinggal pada waktu
pembongkaran akar pohon, harus telah diselesaikan, dan bahan-bahan yang
tidak memenuhi syarat harus disisihkan. Seluruh daerah yang akan ditimbun
harus diratakan secukupnya sebelum penimbunan dimulai.
 Dimana ukuran tinggi timbunan mencapai 1 m, maka daerah
dasar/pondasi timbunan harus dipadatkan secara penuh (termasuk
penggaruan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai
lapisan 15 cm teratas memenuhi persyaratan kepadatan yang ditentukan.
 Bila timbunan tersebut akan dibangun diatas sisi/tepi bukit atau
ditempatkan diatas timbunan yang ada, maka lereng-lereng yang ada harus
dipotong untuk membentuk terasering dengan ukuran lebar yang cukup
untuk menampung peralatan.

(b) Penempatan timbunan


 Timbunan harus disebarkan merata sedemikian sehingga bila telah
dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan lapisan. Bila akan
ditempatkan lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus sedapat
mungkin sama tebalnya.
 Timbunan harus ditempatkan dalam keadaan cuaca kering, penumpukan
tanah timbunan tidak diijinkan dalam musim hujan.
Infrastruktur Lanjutan 32
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

 Dimana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada


harus dipersiapkan dengan menghilangkan semua tumbuh-tumbuhan
permukaan dan harus dibuat terasering.
 Tanah dasar harus ditutup secepat mungkin dengan lapisan pondasi bawah.

(c) Pemadatan
 Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan setiap lapisan
harus dipadatkan.
 Pemadatan urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari
material berada dalam rentang kurang dari 3 % sampai lebih dari 1 % dari
kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air
pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bila tanah dipadatkan
sesuai dengan AASHTO T 99.
 Masing-masing lapis dari urugan yang dipasang harus dipadatkan seperti
yang ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Pengawas sebelum
lapis berikutnya dipasang.
 Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut kearah sumbu
jalan sedemikian sehingga masing-masing bagian menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana mungkin, lalu-lintas alat konstruksi harus
dilewatkan diatas urugan dan arahnya terus berubah-ubah untuk
menyebarkan usaha pemadatan dari lalu-lintas tersebut.
 Timbunan pada lokasi yang tidak dicapai/dimasuki oleh alat pemadat yang
biasa, harus dipadatkan, dapat menggunakan alat pemadat tangan mekanis
(mechanical tamper) atau alat pemadat lain yang disetujui.

3.3. PENYIAPAN BADAN JALAN

Pekerjaan penyiapan badan jalan mencakup menyiapkan permukaan tanah untuk


pemasangan lapis pondasi bawah (sirtu), permukaan jalan lama untuk pemasangan lapis
pondasi agregat (sirtu / macadam).
Pekerjaan meliputi galian minor atau penggarukan serta urugan yang disusul dengan
pembentukan, pemadatan dan memelihara permukaan sampai dengan
material perkerasan ditempatkan di atasnya.

1) Pekerjaan Pembentukan Tanah Dasar


 Meliputi semua pekerjaan persiapan tanah dasar untuk pelebaran
perkerasan jalan, bahu jalan, dasar dari lapisan pondasi bawah.
 Pekerjaan penggalian atau pengurugan kembali diluar pekerjaan pos galian
dan timbunan (pekerjaan minor).

2). Prosedur Penyiapan Badan Jalan


 Permukaan jalan sebelum pelaksanaan penyiapan badan jalan harus diperbaiki
dari akibat galian dan urugan yang tidak memuaskan.
 Permukaan badan jalan harus dibentuk dan dengan ketinggian/elevasi
yang sesuai dengan penampang melintang jalan, juga mengikuti
penampang memanjang jalan yang direncanakan.
 Permukaan badan jalan harus dipadatkan sama dengan persyaratan-persyaratan
pemadatan dan jaminan mutu dari urugan.
 Bentuk yang dipersiapkan harus dipelihara dalam kondisi yang baik oleh
kontraktor sampai perkerasan atau bahan-bahan pelapis diatasnya ditempatkan.
Infrastruktur Lanjutan 33
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

BAB IV
PEKERJAAN RIGID PAVEMENT

PENDAHULUAN

Pekerjaan yang ditetapkan dalam Pasal ini terdiri dari Konstruksi Perkerasan jalan Beton semen
portland diberi tulangan sebagaimana disyaratkan, diatas badan jalan yang telah dipersiapkan
dan diterima sesuai dengan spesifikasi ini, menurut garis-garis ketinggian, kelandaian, ukuran,
penampang melintang dan penyelesaian akhir yang diperlihatkan dalam gambar atau
sebagaimana diarahkan oleh Direksi Pekerjaan. Kelas beton yang digunakan minimal harus K-
350 sesuai

Umum

1) Pembatasan cuaca.
Jalan Beton akan dipasang hanya dibawah kondisi cuaca kering dan bilamana
permukaan pekerjaan dalam keadaan kering juga.
2) Pengendalian lalu lintas
a. Pengendalian lalu lintas akan dilaksanakan oleh kontraktor yang sesuai dengan
syarat-syarat umum kontrak dan disetujui oleh Pengawas Lapangan, serta dilakukan
tindakan-tindakan pencegahan untuk memberi petunjuk dan mengendalikan lalu
lintas selama pelaksanaan pekerjaan.
b. Menempatkan rambu-rambu untuk keamanan kerja seperti cone fibregalass, pita
pengaman dan bendera tanda-tanda yang ditempatkan pada lokasi kerja dan pada
jalur lalu lintas kendaraan pada posisi strategis yang mudah dilihat serta
menempatkan petugas pengatur lalu lintas.
c. Harus dibuat penyediaan untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan separuh
lebar perkerasan, kecuali disediakan satu pengalihan lapangan yang sesuai sehingga
disetujui oleh Pengawas Lapangan.
d. Tidak ada lalu lintas yang akan diizinkan melintas di atas permukaan jalan yang
baru selesai sampai lapis permukaan sepenuhnya sampai sesuai pesyaratan dan
dapat diterima oleh Pengawas Lapangan. Kecepatan lalu lintas di atas permukaan
yang baru harus dibatasi sampai 15 km/jam untuk waktu paling sedikit selama 48
jam sesudah penyelesaian. Kontraktor harus bertanggungjawab untuk semua akibat
dari lalu lintas yang diizinkan lewat, sementara pekerjaan lapangan sedang
berlangsung.

3) Pekerjaan Penyempurnaan
Lapis permukaan harus diselesaikan sesuai dengan persyaratan spesifikasi dan
mendapat persetujuan Pengawas Lapangan. Luas permukaan yang tidak memenuhi
dengan persyaratan dan yang dianggap tidak distujui oleh Pengawas Lapangan harus
diperbaiki dengan cara menyingkirkan dan mengganti, menambah lapisan tambahan
dan atau cara lain yang dipandang perlu oleh Pengawas Lapangan.

Lingkup Pekerjaan

1) Lingkup pekerjaan ini terdiri dari penyediaan semua peralatan, tenaga kerja, alat-alat
perlengkapan dan pelaksanaan semua pekerjaan beton, dan pekerjaan lain yang
Infrastruktur Lanjutan 34
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan dan


persyaratan dalam kontrak.
2) Pesyaratan yang disebutkan berikut ini akan berlaku secara umum dan meliputi semua
pekerjaan beton kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang disyaratkan secara khusus.

Bahan-bahan

Standar Rujukan
AASHTO T 97 : Kekuatan Lentur Beton
AASHTO M 54 : Batang Baja. Jaring Batang Baja Tulangan yang difabrikasi untuk beton
AASHTO M 254 : Batang Dowel berlapis Plastik, Jenis A
ASSHTO M 31 : Baja Tulangan
AASHTO M 85 : Semen Portland

A. BAHAN - BAHAN

1) Semen
1) Semen harus merupakan semen portland Jenis I, II atau III sesuai dengan AASHTO M
85.
2) Kecuali diperkenankan lain oleh Direksi Pekerjaan maka hanya produk dari pabrik
untuk satu jenis merek semen portland tertentu harus digunakan di proyek.
2) Air
Air yang digunakan dalam pencampuran, perawatan, atau penggunaan–penggunaan
tertentu lainnya harus bersih dan bebas dari bahan–bahan yang merugikan seperti
minyak, garam, asam, alkali, gula atau bahan-bahan organik. Air harus diuji sesuai
dengan dan harus memenuhi persyaratan-persyaratan AASHTO T 26. Air yang diketahui
bermutu dapat diminum dapat dipakai dengan tanpa pengujian.
3) Persyaratan Gradasi Agregat
Agregat kasar dan halus harus memenuhi persyaratan-persyaratan Spesifikasi ini. Sekali
cocok gradasi yang sesuai, termasuk daerah gradasi agregat halus, telah ditentukan
dan disetujui, maka gradasi tersebut hanya boleh diubah dengan izin tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
4) Sifat Agregat
Persyaratan – persyaratan harus berlaku pada Seksi ini.
5) Membran Kedap Air
Lapisan bawah yang kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap setebal
125 mikron. Dimana diperlukan tumpang tindih (overlap) antar lapis bawah tersebut,
maka tumpang tindih ini harus sekurang-kurangnya 300 mm. Air tidak boleh tergenang
diatas membran, dan membran harus kedap air waktu beton dicor. Suatu lapisan bawah
yang kedap air tidak boleh digunakan di bawah perkerasan jalan beton bertulang yang
menerus.

6) Tulangan Baja
(a) Tulangan baja untuk jalur kendaraan harus berupa anyaman baja berprofil/berulir
sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. Pada umumnya tulangan baja harus
memenuhi Seksi 7.3 Spesikasi ini.
(b) Tulangan anyaman kawat baja harus memenuhi persyaratan-persyaratan ASSHTO M
55. Tulangan ini harus disediakan dalam bentuk lembaran-lembaran datar dan
merupakan jenis yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan..
Infrastruktur Lanjutan 35
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

(c) Jaringan batang baja harus memenuhi persyaratan ASSHTO M 54. Bagian-bagiannya
harus berukuran dan berjarak antara sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar.
(d) Batang baja untuk Dowel harus berupa batang bulat biasa sesuai dengan ASSHTO M
31. Batang-batang Dowel berlapis plastik yang memenuhi ASSHTO M 254 dapat
digunakan.
(e) Batang pengikat (Tie-Bar) harus berupa batang-batang baja berulir sesuai dengan
ASSHTO M 31.

7) Bahan–Bahan Untuk Sambungan


(a) Bahan-bahan pengisi siar muai harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan ASSHTO
M 153 atau M 213. Bahan-bahan tersebut harus dilubangi untuk dilalui dowel-dowel
sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar. Bahan-bahan pengisi untuk setiap
sambungan harus disediakan dalam bentuk satu kesatuan utuh untuk tebal dan lebar
penuh yang diperlukan untuk sambungan yang bersangkutan kecuali jika diijinkan lain
oleh Direksi Pekerjaan. Dimana ujung-ujung yang berbatasan diperkenankan, maka
ujung-ujung tersebut harus diikat satu sama lainnya dan dipertahankan dengan kokoh
dan tepat ditempatnya dengan jepretan kawat (Stapling) atau penyambung/pengikat
yang baik lainnya yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

(b) Bahan penutup sambungan (joint sealent) harus berupa Expandite Plastic, senyawa
gabungan bitumen karet grade 99 yang dituangkan dalam keadaan panas, atau
bahan serupa yang disetujui. Bahan primer sambungan harus sebagaimana
dianjurkan oleh pabrik pembuat bahan penyegel yang bersangkutan.

B. PENCAMPURAN DAN PENAKARAN

1) Disain Campuran
Perbandingan bahan dan berat penakaran harus menggunakan cara yang ditetapkan.
Untuk beton K-350 batasan kadar semen yang diberikan.
Perbandingan sebenarnya antara air bebas terhadap semen untuk agregat dalam
keadaan permukaan kering harus ditentukan berdasarkan syarat-syarat kekuatan dan
kemudahan pengerjaan tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 0,55 berdasarkan
massa.
2) Campuran Percobaan
Kontraktor harus memastikan perbandingan campuran dan bahan yang diusulkan
dengan membuat dan menguji campuran-campuran percobaan, dengan disaksikan
Direksi Pekerjaan. Dengan menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti
yang akan digunakan dalam pekerjaan. Campuran percobaan dapat dianggap dapat
diterima asal memenuhi semua persyaratan sifat campuran yang ditetapkan dibawah ini.
3) Persyaratan Sifat Campuran
(a) Mutu beton minimal harus dari kelas K-350 kecuali jika ditunjukkan lain dalam
Gambar atau diarahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
(b) Kuat tekan karakteristik beton harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan.
Sebagai kemungkinan lain, jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka kekuatan
beton harus diawasi dengan menggunakan cara pengujian “the third-point“ dalam
hal mana kuat lentur karakteristik harus tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2.
(c) Beton tersebut harus merupakan jenis yang memiliki sifat kemudahan pengerjaan
yang sesuai untuk mencapai pemadatan penuh dengan instalasi yang digunakan,
dengan tanpa pengaliran yang tak semestinya. Slump optimum sebagaimana diukur
dengan cara pengujian ASSHTO T 199 harus tidak kurang dari 20 mm dan tidak
Infrastruktur Lanjutan 36
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

lebih besar dari 60 mm. Slump tersebut harus dipertahankan dalam batas toleransi
± 20 mm dari slump optimum yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Beton yang
tidak memenuhi persyaratan slump tersebut tidak boleh digunakan untuk pelat-pelat
perkerasan beton.

4) Kekuatan Beton
Beton harus mempunyai suatu kekuatan lentur karakteristik sebesar minimal 45 kg/cm2
pada umur 28 hari bila diuji sesuai dengan ASSHTO T 97. Bila pengujian dilakukan pada
kubus 15 cm, kekuatan beton karakteristik minimal harus sebesar 350 kg/cm2 pada umur
28 hari.
(5) Penyesuaian Campuran
Persyaratan-persyaratan harus berlaku pada Seksi ini.
(6) Penakaran Agregat
Persyaratan-persyaratan harus berlaku pada Seksi ini.
(7) Pencampuran
Persyaratan-persyaratan harus berlaku pada Seksi ini dengan pengecualian Beton yang
dicampur secara manual tidak boleh digunakan.

B. METODE KONSTRUKSI

(1) Persiapan Lokasi Pekerjaan


Badan jalan harus diperiksa kesesuaiannya dengan bentuk kemiringan melintang dan
elevasi-elevasi yang diperlihatkan dalam Gambar dengan bantuan suatu pola/template
bergigi yang berjalan pada acuan tepi perkerasan. Bahan harus disisihkan/dibuang atau
ditambah, sebagaimana diperlukan, agar semua bagian badan jalan memiliki elevasi
yang benar. Badan jalan tersebut kemudian dipadatkan secara seksama dan diperiksa
kembali dengan pola/template tersebut. Beton tidak boleh ditempatkan/dihampar pada
bagian badan jalan yang belum diperiksa dan disetujui secara tertulis oleh Direksi
Pekerjaan.
Jika badan jalan terganggu setelah penerimaan, maka badan jalan tersebut harus
dibentuk kembali dan dipadatkan tanpa pembayaran tambahan untuk operasi ini.
Badan jalan yang telah selesai harus dalam kondisi halus dan padat sewaktu beton
ditempatkan. Badan jalan tersebut harus bebas dari lumpur dan bahan lepas atau
bahan yang merusak lainnya. Jika beton tersebut tidak ditempatkan diatas suatu
membran kedap air dan jika badan jalan tersebut kering pada waktu beton tersebut
akan ditempatkan, maka badan jalan tersebut harus disiram sedikit dengan air, untuk
mendapatkan suatu permukaan yang lembab. Cara penyiraman tersebut sedemikian
rupa sehingga tidak terbentuk genangan-genangan air. Jika suatu membran kedap air
digunakan maka membran tersebut harus ditempatkan setelah badan jalan yang
bersangkutan telah diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Setiap membran
yang digelar sebelum memperoleh persetujuan Direksi Pekerjaan harus disingkirkan
untuk memungkinkan pengecekan dan pemeriksaan badan jalan oleh Direksi
Pekerjaan.
(2) Acuan dan Rel Sisi
Semua acuan sisi harus dipasang segaris dan dipegang/dimantapkan dengan
menggunakan tidak kurang dari 3 paku penjepit untuk setiap 3 meter panjang, 1
penjepit dipasang pada setiap sisi dari setiap sambungan. Bagian-bagian acuan harus
disambung menjadi satu dengan kokoh dengan suatu sambungan terkunci yang bebas
dari gerakan segala arah. Sambungan-sambungan antara bagian-bagian acuan harus
dibuat tanpa terputus-putus di permukaan puncaknya. Acuan-acuan harus dibersihkan
Infrastruktur Lanjutan 37
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

dan diminyaki segera sebelum setiap penggunaan. Rel-rel atau permukaan lewatan
harus dijaga tetap bersih didepan roda-roda dari setiap mesin penyelesai/finishing.
Roda-roda mesin penghampar dan penyelesai tidak boleh langsung berjalan pada
permukaan atas acuan-acuan sisi. Rel-rel harus diikatkan pada acuan-acuan tersebut,
atau harus ditunjang secara terpisah.
Acuan dan rel sisi harus dipasang dan ditunjang sedemikian rupa sehingga permukaan
akhir pelat yang diselesaikan dan pinggiran pelat tersebut dimanapun tidak boleh lebih
dari 5 mm diluar alinyemen vertikal. Acuan-acuan dan rel harus dipasang pada
posisinya selambat-lambatnya tengah hari kerja sebelum pembetonan berlangsung.
Pada waktu tersebut Kontraktor harus memberi tahu Direksi Pekerjaan panjang acuan
dan rel yang telah dipasang. Direksi Pekerjaan akan memberi informasi kepada
Kontraktor mengenai segala kekurangan dalam acuan.
Jika tidak ada pemberitahuan mengenai adanya kekurangan-kekurangan maka
Kontraktor berhak untuk meneruskan pekerjaan yang bersangkutan dengan
pembetonan untuk sepanjang acuan tersebut setiap waktu setelah jam 6 (enam) pagi
pada hari berikutnya. Dalam kejadian diketemukan adanya kekurangan-kekurangan
oleh Direksi Pekerjaan maka Kontraktor harus memperbaiki dan mengulangi
pemberitahuan tersebut. Setelah pemberitahuan ulang diberikan sebelum hari kerja
yang bersangkutan berakhir dan dengan persetujuan dari Direksi Pekerjaan, Kontraktor
dapat diizinkan untuk mulai melaksanakan pekerjaan perkerasan yang bersangkutan
pada jam 10 pagi hari berikutnya. Setiap pemberitahuan kembali yang diberikan setelah
jam 6 pagi harus diberlakukan sebagai pemberitahuan permulaan, kecuali Direksi
Pekerjaan atas kebijaksanaannya memperkenankan pelaksanaan perkerasan tersebut
lebih awal. Kegagalan memberitahu Direksi Pekerjaan mengenai kesiapan acuan pada
tengah hari sehari sebelum hari pembetonan yang diusulkan dapat mengakibatkan
Direksi Pekerjaan menangguhkan izin untuk memulai pembetonan.

(3) Tulangan Baja


Tulangan baja harus sedemikian rupa sehingga luas penampang melintang efektif
tulangan baja dalam arah membujur tidak kurang dari yang diperlihatkan dalam
Gambar.
Kuantitas dan distribusi tulangan harus dimodifikasi sebagaimana disetujui oleh Direksi
Pekerjaan disesuaikan dengan adanya bak kontrol, kotak permukaan, persimpangan
atau pelat-pelat yang berukuran lebar atau panjang yang tidak normal.
Tulangan baja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga setelah pemadatan beton
tebal selimut pelat beton yang bersangkutan adalah 60 ± 10 mm dari permukaan akhir
pelat dan ini berakhir sekurang-kurangnya 40 mm dan tidak lebih dari 80 mm dari tepi
pelat-pelat yang bersangkutan pada semua sambungan beton kecuali pada sambungan
membujur dan sambungan konstruksi. Tulangan baja harus dipasang diatas batang-
batang Dowel dan batang-batang Tie-bar terlepas dari toleransi-toleransi penempatan
tulangan baja.
Pada sambungan-sambungan melintang antara lembar-lembar anyaman tulangan
baja, batang tulangan melintang dari lembar yang satu harus terletak dalam
anyaman yang telah diselesaikan/dipasang sebelumnya dan panjang lewatan
(panjang bagian yang tumpang tindih) harus tidak kurang dari 450 mm. Penunjang-
penunjang kedudukan tulangan logam yang dipabrikasi yang telah disetujui harus
dipasang pada badan jalan tegak lurus terhadap garis sumbu jalan yang
bersangkutan, dan batang-batang tulangan melintang harus diikat, dijepit atau dilas
pada penunjang tersebut bila saling berpotongan. Panjang lewatan pada ujung-
ujung batang tulangan harus tidak kurang dari 40 kali diameter tulangan atau seperti
diperlihatkan dalam Gambar.
Infrastruktur Lanjutan 38
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

(4) Penempatan Beton


(a) Pembatasan Pencampuran
Beton tidak boleh dicampur, ditempatkan atau diselesaikan kalau penerangan
alamiah tidak mencukupi, kecuali suatu sistem penerangan buatan yang cocok
dan disetujui dioperasikan.
Beton harus hanya dicampur sejumlah yang diperlukan untuk penggunaan saat
itu. Kontraktor harus bertanggung jawab dalam membuat beton dengan
konsistensi yang disyaratkan.
Mengencerkan kembali beton dengan menambah air atau dengan cara lain
biasanya tidak diperkenankan. Tetapi bila beton dikirim dalam truk pencampur
atau truk pengaduk, maka penambahan air dapat diberikan pada bahan-bahan
takaran (batch materials) dan pencampuran tambahan dilaksanakan untuk
menaikkan slump guna memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan, bila
diizinkan oleh Direksi Pekerjaan, asalkan semua operasi ini dilaksanakan dalam
waktu tidak lebih dari 45 menit sejak dimulainya pencampuran agregat dan
semen yang bersangkutan serta perbandingan (ratio) air – semennya tidak
dilampaui.

(b) Penakaran , Pengangkutan , dan Pencampuran Beton


Penakaran, pengangkutan dan pencampuran beton harus dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan – persyaratan.

(c) Pengecoran
(i) Sebagai tambahan persyaratan Pasal 7.16.4(2), Kontraktor harus memberi
tahu Direksi Pekerjaan secara tertulis sekurang-kurangnya 24 jam sebelum
ia bermaksud untuk memulai suatu pengecoran beton atau meneruskan
pengecoran beton jika operasi-operasi telah ditunda lebih dari 24 jam.
Pemberitahuan tertulis tersebut harus termasuk lokasi pekerjaan, sifat
pekerjaan, kelas beton, dan tanggal serta waktu pengecoran beton.
(ii) Meskipun ada pemberitahuan persetujuan untuk melaksanakan, tidak ada
beton boleh dicor, bila Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir
menyaksikan seluruh operasi pencampuran dan pengecoran.
(iii) Beton yang tidak dicor pada posisi akhirnya dalam acuan setelah 30 menit
sejak air ditambahkan pada campuran yang bersangkutan tidak boleh
digunakan.
(iv) Pengecoran beton harus diteruskan dengan tanpa berhenti sampai pada
suatu sambungan konstruksi yang telah ditentukan dan disetujui sebelumnya
atau sampai pekerjaan tersebut diselesaikan.
(v) Beton harus dicor dengan cara sedemikian rupa untuk menghindari
segregasi/pemisahan partikel-partikel halus dan kasar dalam campuran.
Beton harus dicor ke dalam acuan sedekat mungkin dengan posisi akhirnya
untuk menghindari pengaliran campuran beton dan tidak diijinkan untuk
mengalirkan campuran beton lebih dari satu meter setelah pengecoran.
(vi) Beton harus dicor dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga beton yang
baru dicor menyatu dengan beton yang dicor sebelumnya sementara yang
baru dicor masih plastis.

(5) Penghamparan Beton dengan Mesin


Pada umumnya beton harus dihampar dengan mesin beralat penggetar, yang
dirancang untuk menghilangkan pra-pemadatan sebagai akibat pengendapan beton
Infrastruktur Lanjutan 39
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

dari berbagai ketinggian atau ketebalan. Mesin tersebut harus dirancang untuk
mencegah segregasi dari beton yang dicampur. Beton tersebut harus diendapkan
secara merata sampai suatu ketinggian sedikit lebih tinggi dari ketebalan yang
disyaratkan dan kemudian harus dicetak secara mekanis menjadi sesuai dengan
permukaan yang benar.
Rancangan mesin penghampar dengan corong curah, yang dipasang pada rel harus
sedemikian rupa sehingga elevasi permukaan beton yang dicetak adalah sama untuk
kedua arah lintasan. Perlengkapan juga harus dibuat untuk penghamparan dengan
ketebalan yang berbeda dalam arah lebar perkerasan jalan, dan untuk menyesuaikan
penghamparan dengan cepat akibat adanya variasi-variasi ini.
Mesin penghampar harus mampu mencetak beton dengan tinggi/elevasi permukaan
yang tepat untuk konstruksi berlapis tunggal atau dua.
Beton untuk pelat-pelat bertulang harus dihampar dalam satu atau dua lapisan
mengikuti persyaratan-persyaratan berikut :

(a) Beton dihampar dalam satu lapisan


(i) Suatu pola (jig) berjalan harus digunakan untuk mempertahankan
tulangan pada posisinya atau tulangan tersebut harus ditunjang
dengan penunjang-penunjang logam pabrikasi atau ditanamkan
dalam beton yang belum dipadatkan dengan cara mekanis.
(ii) Cara penunjangan tulangan harus mempertahankan tulangan yang
bersangkutan dalam pelat beton padat pada suatu kedalaman
dibawah permukaan akhir dan beton tersebut harus dipadatkan
secara seksama di sekeliling tulangan tersebut.

(b) Beton dihampar dalam dua lapisan


(i) Lapisan pertama harus dihampar dengan suatu elevasi sedemikian
rupa sehingga setelah pemadatan selanjutnya lapisan yang
bersangkutan akan menunjang tulangan pada beton yang telah
dipadatkan pada suatu kedalaman dibawah permukaan akhir.
(ii) Setelah tulangan ditempatkan pada posisinya harus ditutup dengan
beton.

(6) Pemadatan dan Penyelesaian dengan Mesin


Mesin pencetak perkerasan jalan beton dengan menggunakan vibrasi permukaan,
harus mencetak beton yang bersangkutan sehingga memiliki elevasi yang tepat
dengan sebilah pisau perata, kayuh berputar atau perlengkapan berputar, dan
kemudian harus memadatkan beton tersebut dengan vibrasi atau dengan suatu
kombinasi vibrasi dan penumbukan mekanis. Peralatan tersebut kemudian harus
menyelesaikan permukaan beton tersebut dengan menggunakan suatu batang
perata yang bergoyang melintang atau miring. Suatu batang perata lain untuk
pekerjaan penyelesaian yang bergoyang secara melintang atau miring harus
disediakan setelah setiap mesin pembentuk sambungan melintang dalam keadaan
basah. Batang perata bergoyang tersebut harus berpenampang melintang persegi
dan harus membentangi seluruh lebar pelat yang bersangkutan dan berbobot tidak
kurang dari 170 kg/m. Batang ini harus ditunjang pada suatu kereta, yang
ketinggiannya harus dikontrol berdasarkan tinggi rata-rata dari sekurang-kurangnya
4 titik yang ditempatkan secara merata dengan jarak antara sekurang-kurangnya

Infrastruktur Lanjutan 40
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

3,5 meter dari rel penunjang, balok, atau pelat, pada setiap sisi dari pelat beton
yang sedang diperkeras.
Bilamana perkerasan jalan beton dibangun dengan lebih dari satu lintasan
menggunakan mesin dengan roda-roda ber-flens, maka pelat-pelat yang
berdampingan berikutnya harus dibangun dengan menyangga mesin tersebut pada
rel-rel yang beralas rata yang berbobot tidak kurang dari 15 kg/meter diletakkan
diatas beton yang telah diselesaikan untuk menunjang roda-roda ber-flens, atau
menggantikan roda-roda ber-flens tersebut pada satu sisi mesin dengan roda-roda
tanpa flens bertapal karet. Rel (track) bertapal karet, yang dapat berjalan diatas
permukaan beton yang telah diselesaikan juga dapat diterima.
Bilamana digunakan roda-roda tanpa flens atau rel bertapal karet, maka permukaan
pelat beton yang dilewati harus segera dibersihkan dan disikat secara seksama di
depan mesin untuk membersihkan semua lumpur dan serpihan pasir/kerikil. Roda-
roda tanpa flens harus berjalan cukup jauh dari tepi pelat untuk menghindari
kerusakan pada pinggiran pelat yang bersangkutan.

PASAL 15
PEKERJAAN JALAN BETON (RIGID PAVEMENT)

1. UMUM

Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) didefinisikan sebagai struktur perkerasan yang terdiri
dari plat beton semen yang bersambungan (tidakmenerus) dengan atau tanpa tulangan,
atau plat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah,
tanpa atau dengan aspal sebagai lapis permukaan

Standar Rujukan

SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat


(AASHTO T 89 - 90) Cassagrande.
SNI 03-1966-1990 : Metode Pengujian Batas Plastis.
(AASHTO T 90 - 87)
SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin
(AASHTO T 96 - 87) Los Angeles.
SK SNI M-01-1994-03 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-
(AASHTO T112 - 87) butir Mudah Pecah dalam Agregat.
SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
(AASHTO T180 - 90)
SNI 03-2827-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat
(AASHTO T191 - 86) Konus Pasir
SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium.
(AASHTO T193 - 81)

Infrastruktur Lanjutan 41
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

2. LAPIS PONDASI

Lapis pondasi (base course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton semen mutu tinggi
yang kira-kira setara dengan betonK-350 sampai K-400.
Lapis pondasi yang terdiri atas plat beton semen ini merupakan konstruksi utama dari
perkerasan kaku, yang apabila kontak langsung dengan rodala lulintas (berfungs isebagai
lapis permukaan / surfacecourse), maka permukaannya harus rata, tidak mudah aus dan
tidak licin. Lapis pondasi tidak boleh lekat (unbonded) dengan lapis pondas bawah
(subbasecourse).

3. LAPIS PONDASI BAWAH

Lapis pondasi (Sub Base Course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton semen Fungsi
utama lapis pondasi bawah (sub base course):
- sebagai lantai kerja (working platform),
- mencegah pumping (pemompaan), dan
- menambah kekuatan tanah dasar, meskipun pada umumnya lapis pondasi bawah
ini tidak diperhitungkan dalam memikul beban lalulintas (bersifat non-struktural).
Pumping adalah peristiwa masuknya air hujan dari permukaan plat beton melalui retakan
/ celah sambungan pada plat beton tersebut dan terus ketanah dasar, yang kemudian
dengan terjadinya lendutan plat beton akibat dari beban lalulintas berat mengakibatkan
air dapat terpompa keluar lagi dengan membawa butir-butir halus material tanah dasar,
akibatnya lambat laun terjadi rongga di bawah plat beton sehingga plat beton kehilangan
dukungan sehingga akhirnya retak karena plat beton tidak didesain untuk menahan
momenlentur.

4. Bond Breaker

Bond breaker dipasang di atas sub base agar tidak ada kelekatan (bonding) atau gesekan
(friction) antara lapis pondasi bawah dengan plat beton. Dalam praktek bond breaker
dibuat dari plastic tebal (minimum 125 mikron).
Untuk mencegah gesekan, maka permukaan lapis pondasi bawah tidak boleh dikasarkan
(grooving atau brushing).
Pada waktu pemasangan plastic harus dihindari terjadinya “air-trapped” di bawah plastic
karena akan menyebabkan “irregular joint” yang akan menimbulkan gesekan antara lapis
pondasi bawah dengan plat beton di atasnya.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton memerlukan peralatan utama yang


meliputi :
i. Peralatan pencampur dan pengecoran beton (Batching Plant danTruck Mixer /
DumpTruck).

Infrastruktur Lanjutan 42
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

ii. Penghamparan dan pemadatan beton (Concrete Paver / Concrete Finisher).


iii. Peralatan penyelesaian akhir (finishing) permukaan beton (Texturing and Curing
Machine).

5.1. Pengangkutan dan Pengecoran Campuran Beton


Apabila campuran beton diangkut dengan alat angkut yang tidak bergerak (non-
agitating), jangka waktu terhitung mulai semen dimasukkan ke dalam mesin
pengaduk hingga selesai pengangkutan kelokasi pengecoran tidak boleh melebihi
45 menit untuk beton normal dan tidak boleh melebihi 30 menit untuk beton yang
memiliki sifat mengeras lebih cepat atau temperature beton≥ 30 oC.
Apabila menggunakan truck mixer atau truck agitator maka jangka waktu tersebut
dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton normal tetapi harus lebih pendek lagi
untuk beton yang mengeras lebih cepat atau temperature beton≥ 30 oC.
Penuangan campuran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi
segregasi. Tinggi jatuh campuran beton harus dijaga antara 0,90 –1,50 m
tergantung dari konsistensi (nilai slump) campuran beton.

5.2. Penghamparan dan Pemadatan Beton


Campuran beton harus ditumpahkan ke dalam alat penghampar untuk dihamparkan
secara mekanis sedemikian rupa untuk mencegah segregasi.
Untuk menghindari terjadinya retak-retak akibat dari penguapan yang berlebihan,
yaitu yang dipengaruhi oleh temperature udara, temperature beton, kelembaban
udara dan kecepatan angin, maka pengecoran dan penghamparan beton tidak
boleh dilakukan bila tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam, dan perlu
dilakukan usaha-usaha untuk mencegah penguapan yang berlebihan dan akan
berakibat terjadinya susut (plastic shrinkage).

5.3. Pengujian Permukaan Beton


Setelah beton mengeras, permukaan beton harus diuji dengan menggunakan mal
datar panjang 3,0 m. Bila penyimpangan dari penampang melintang yang
seharusnya lebih dari 12,5 mm, maka lapisan beton tersebut harus dibongkar dan
diganti baru.
Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m ataupun kurang dari lebar
lajur yang terkena bongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran pada
perkerasan beton dekat sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus ikut
dibongkar dan diganti.

5.4. Pemasangan Sambungan


Tulangan sambungan, yang berfungsi sebagai penyambung plat beton yang sudah
putus (akibat retak). Tulangan sambungan melintang susut (contraction joint), dan
tulangan sambungan melintang pelaksanaan (construction joint) disebut Dowel
(Ruji); sedangkan tulangan sambungan memanjang disebut Tie Bar (Batang
Pengikat). Semua sambungan didesain untuk dapat berfungsi menyalurkan beban
(load transfer), yang dapat diperoleh dari batang dowel, tie bar, sambungan lidah-
Infrastruktur Lanjutan 43
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

alur, interlocking (saling mengunci) antar batuan, atau kombinasi dari pada itu
semua. Khusus pada sambungan melintang tanpa dowel, penyaluran beban juga
dilakukan melalui tanah dasar yang diperkuat (improved subgrade).

5.4.1. PembuatanSambungan Memanjang (Longitudinal Joint).


Sambungan memanjang dapat berupa sambungan susut (contraction joint)
atau bidang perlemahan pada jalan dengan lebih dari satu lajur.
Detail konstruksi sambungan memanjang dibuat tergantung pada cara
bagaimana cara plat beton yang bersangkutan dicor/ dihampar;
- Untuk plat yang dicor perlajur dibuat dengan cara memasang bekisting
memanjang dan tie bar.
- Untuk plat yang dicor 2 lajur sekaligus dibuat dengan cara saw cutting
untuk bagian atas, dan memasang crack inducer (batang kayu
berpenampang ) dibagian bawah plat beton.

5.4.2. PembuatanSambunganEkspansiMelintang(Expansion Joint).


Sambungan Ekspansi Melintang dibuat untuk mengakomodasi muai-susut
plat beton pada arah memanjang. Salah satu ujung dowel harus
dimasukkan ke dalam selongsong baja yang sedikit lebih panjang dari pada
dowelnya agar dowel dapat bergerak bebas maju-mundur akibat muai-susut
slab beton.

5.4.3. Menutup Sambungan (sealing joint)


Sambungan harus ditutup segera sesudah selesai proses perawatan (curing)
beton dan sebelum jalan terbuka untuk lalu lintas, termasuk kendaraan
Kontraktor. Sebelum ditutup, setiap sambungan harus dibersihkan dari
material yang tidak dikehendaki, termasuk bahan perawatan (membrane
curing compound) dan permukaan sambungan harus bersih dan kering
ketika diisi dengan material penutup.
Material penutup (joint sealer) yang digunakan pada setiap sambungan
harus sesuai dengan yang tertera pada Gambar atau perintah Direksi
Pekerjaan.
Material penutup harus diaduk selama pemanasan untuk mencegah
pemanasan yang berlebihan secara tidak merata. Waktu dituangkan, jangan
sampai material ini tumpah pada permukaan beton yang terbuka. Kelebihan
material pada permukaan beton harus segera díbersihkan. Penggunaan
pasir atau material lain sebagai pelindung material penutup tidak
diperbolehkan.

6. Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hal-hal di
bawah ini paling sedikit 21 hari sebelum tanggal yang diusulkan dalam
penggunaan setiap bahan untuk pertama kalinya sebagai Lapis Pondasi
Agregat :

Infrastruktur Lanjutan 44
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

i) Dua contoh masing-masing 50 kg bahan, satu disimpan oleh Direksi


Pekerjaan sebagai rujukan selama Periode Kontrak.
ii) Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan
untuk Lapis Pondasi Agregat, bersama dengan hasil pengujian
laboratorium yang membuktikan bahwa sifat-sifat bahan yang telah
ditentukan.

b) Kontraktor harus mengirim hal-hal di bawah ini dalam bentuk tertulis


kepada Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas pekerjaan
dan sebelum persetujuan diberikan untuk penghamparan bahan lain di
atas Lapis Pondasi Agregat :
i) Hasil pengujian kepadatan dan kadar air seperti yang disyaratkan.
ii) Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data hasil survei
pemeriksaan yang menyatakan bahwa toleransi yang disyaratkan
dipenuhi.

Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
dan slump yang dibutuhkan seperti disyaratkan dalam Tabel 6.8.3(3), atau
yang disetujui oleh Direksi Teknik, bila pengambilan contoh, perawatan dan
pengujian sesuai dengan SNI 03-2458-1991, AASHTO T-23, AASHTO T-126
dan SNI 1974-1990-F.

Tabel 6.8.3(3) Syarat-syarat sifat Campuran

Kelas Beton Kuat Tekan Karakteristik Slump (mm)


Minimum (kg/cm2)
Kubus Silinder
15 Cm 15 x 30 cm

7 hari 28 7 28 Digetarkan Tidak


hari hari hari Digetarkan

K 350 250 350 210 290 20 - 50 50 – 100

K 300 215 300 180 250 20 - 50 50 - 100

K 250 180 250 150 210 20 - 50 50 - 100

K 175 115 175 95 145 30 - 60 50 - 100

Infrastruktur Lanjutan 45
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

(i) Beton yang tidak memenuhi persyaratan slump umumnya tidak boleh
ditempatkan pada pekerjaan, kecuali Direksi Teknik dalam beberapa hal
menyetujui penggunaan secara terbatas dari sedikit jumlah beton tersebut pada
bagian tertentu yang sedikit dibebani. Sifat mudah dikerjakan serta tekstur dari
campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan
tanpa membentuk rongga atau menahan rongga atau buih air sedemikian rupa
sehingga pada pembongkaran acuan menghasilkan permukaan yang merata,
halus dan padat.

(ii) Bila hasil dari pengujian 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah nilai yang
disyaratkan dalam tabel 6.8.3(3), Kontraktor tidak diperbolehkan mencor beton
lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat dipastikan
dan sampai diambil tindakan-tindakan yang akan menjamin produksi beton
memenuhi syarat secara memuaskan. Beton yang tidak memenuhi kuat tekan
28 hari yang disyaratkan harus dipandang tidak memuaskan dan pekerjaan
harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan di atas. Kekuatan beton akan
cenderung lebih kecil dari persyaratan kekuatan bilamana setiap contoh benda
uji dari bagian pekerjaan yang depertanyakan adalah lebih kecil dari keperluan
yang diberikan dan disetujui lain oleh Direksi Teknik yang karena
kebijaksanaannya hasil perhitungan statistik dipertimbangkan atau karena
adanya kesalahan pengambilan contoh atau persiapan benda uji yang kurang
baik atau faktor-faktor lainnya.

(iii) Direksi Teknik dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan


kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran
atas dasar hasil uji kuat tekan tiga hari. Dalam keadaan demikian kontraktor
harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi dapat
memilih menunggu sampai hasil pengujian 7 hari diperoleh, sebelum
menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi Teknik akan
menelaah kedua hasil pengujian 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera
memerintahkan penerapan dari tindakan perbaikan apapun yang dipandang
perlu.

(iv) Perbaikan dari pekerjaan beton yang tak mungkin yang melibatkan
pembongkaran menyeluruh dan penggantian beton tidak boleh didasarkan
pada hasil pengujian kuat tekan 3 hari saja, kecuali kantor dan Direksi Teknik
keduanya sepakat pada perbaikan tersebut.

7. Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja

Lapis Pondasi Agregat tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau dipadatkan


sewaktu turun hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan setelah hujan atau
bila kadar air bahan jadi tidak berada dalam rentang yang ditentukan.

Infrastruktur Lanjutan 46
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

8. Perbaikan Terhadap Lapis Pondasi Agregat Yang Tidak Memenuhi


Ketentuan

a) Lokasi hamparan dengan tebal atau kerataan permukaan yang tidak


memenuhi ketentuan toleransi yang disyaratkan, atau yang permu-
kaannya menjadi tidak rata baik selama pelaksanaan atau setelah
pelaksanaan, harus diperbaiki dengan membongkar lapis permukaan
tersebut dan membuang atau menambahkan bahan sebagaimana
diperlukan, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan
kembali.

b) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal
rentang kadar air atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan
dengan penyemprotan air dalam kuantitas yang cukup serta
mencampurnya sampai rata.

c) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti yang
ditentukan dalam rentang kadar air seperti yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut secara
berulang-ulang pada cuaca kering dengan peralatan yang disetujui
disertai waktu jeda dalam pelaksanaannya. Alternatif lain, bilamana
pengeringan yang memadai tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut
di atas, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan
tersebut dibuang dan diganti dengan bahan kering yang memenuhi
ketentuan.

d) Perbaikan atas Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi kepadatan


atau sifat-sifat bahan yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini harus seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan
tambahan, penggaruan disertai penyesuaian kadar air dan pemadatan
kembali, pembuangan dan penggantian bahan, atau menambah suatu
ketebalan dengan bahan tersebut.

9. Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian

Seluruh lubang pada pekerjaan yang telah selesai dikerjakan akibat pengujian
kepadatan atau lainnya harus segera ditutup kembali oleh Kontraktor dengan
bahan Lapis Pondasi Agregat, diikuti pemeriksaan oleh Direksi Pekerjaan dan
dipadatkan sampai memenuhi kepadatan dan toleransi permukaan dalam
Spesifikasi ini.

Infrastruktur Lanjutan 47
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

PASAL 16
SYARAT-SYARAT UMUM
PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

1.1. UMUM
• Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis ini. Apabila ada
klausul dari persyaratan ini yang dituliskan kembali dalam persyaratan
teknis ini, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut
dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat
umum.

1.2. PERATURAN DAN ACUAN

• Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau mengacu


kepada Peraturan Daerah maupun Nasional, Keputusan Menteri, Assosiasi
Profesi Internasional, Standar Nasional maupun Internasional yang terkait.
Pelaksana pekerjaan dianggap sudah mengenal dengan baik standard dan
acuan nasional maupun internasional dari Amerika dan Australia dalam
spesifikasi ini. Adapun standar atau acuan yang dipakai, tetapi tidak
terbatas, antara lain seperti dibawah ini :

1.3. LISTRIK ARUS KUAT (L.A.K)

• SNI-04-0227-1994 tentang Tegangan Standar.


• SNI-04-0255-200 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik.
• SNI-03-7015-2004 tentang Sistem Proteksi Petir pada Bangunan.
• SNI-03-6197-2000 tentang Konversi Energi Sistem Pencahayaan.
• SNI-03-6574-2001 tentang Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat,
Tanda Arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan.
• SNI-03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan
Buatan pada Bangunan.
• SNI-03-7018-2004 tentang Sistem Pasokan Daya darurat dan Siaga (SPDD).

1.4. GAMBAR-GAMBAR

• Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan


suatu kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya.

• Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari


peralatan, sedangkan pemasangannya harus dikerjakan dengan
memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada, petunjuk instalasi
dari pabrik pembuat dan mempertimbangkan juga kemudahan
pengoperasian serta pemeliharaannya jika peralatan-peralatan sudah
dioperasikan.

Infrastruktur Lanjutan 48
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

• Gambar-gambar Arsitek, Struktur dan Interior serta Specialis lainnya


( bila ada ) harus dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan dan
detail finishing instalasi.

• Sebelum pekerjaan dimulai, Pelaksana pekerjaan harus mengajukan


gambar kerja dan detail, “Shop Drawing” kepada Pengawas
Lapangan untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu
sebanyak 3 (tiga) set. Dengan mengajukan gambar-gambar
tersebut, Pelaksana pekerjaan dianggap telah mempelajari situasi
dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini. Persetujuan
tersebut tidak berarti membebaskan Pelaksana pekerjaan dari
kesalahan yang mungkin terjadi dan dari tanggung jawab atas
pemenuhan kontrak.

• Pelaksana pekerjaan instalasi ini harus membuat gambar-gambar


terinstalasi, “As-built Drawing” disertai dengan Operating Instruction,
Technical and Maintenance Manual, harus diserahkan kepada
Pengawas Lapangan pada saat penyerahan pertama pekerjaan
dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari atas 1 (satu) asli kalkir berikut
CD-nya dan 4 (empat) cetak biru dan dijilid serta dilengkapi dengan
daftar isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A0 atau A1
atau disebutkan lain dalam proyek ini. As-built Drawing ini harus
benar-benar menunjukkan secara detail seluruh instalasi M & E yang
ada termasuk dimensi perletakan dan lokasi peralatan, gambar kerja
bengkel, nomor seri, tipe peralatan dan informasi lainnya sehingga
jelas.

• Operating Instruction, Technical and Maintenance Manuals harus


cetakan asli (original) berikut terjemahannya dalam bahasa
Indonesia sebanyak 5 (lima) set dan dijilid dan dilengkapi dengan
daftar isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A4.

1.5. KOORDINASI

• Pelaksana pekerjaan instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan


Pelaksana pekerjaan lainnya, agar pekerjaan dapat berjalan dengan
lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

• Koordinasi yang baik perlu ada agar instalasi yang satu tidak
menghalangi kemajuan instalasi lain.

• Apabila dalam pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan


koordinasi dari Pengawas Lapangan, sehingga menghalangi instalasi
yang lain, maka semua akibat menjadi tanggung jawab Pelaksana
pekerjaan ini.

Infrastruktur Lanjutan 49
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

1.6. RAPAT LAPANGAN

• Wakil Pelaksana pekerjaan harus selalu hadir dalam setiap rapat


proyek yang diatur oleh Pengawas Lapangan.

1.7. PERALATAN DAN MATERIAL

• Semua peralatan dan bahan harus baru dan sesuai dengan brosur
yang dipublikasikan, sesuai dengan spesifikasi yang diuraikan,
maupun pada gambar-gambar rencana dan merupakan produk yang
masih beredar dan diproduksi secara teratur.

1.7.1 Persetujuan Peralatan dan Material


• Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat
Perintah Kerja (SPK), dan sebelum memulai pekerjaan instalasi
peralatan maupun material, Pelaksana pekerjaan diharuskan
menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan
termasuk country of origin. Daftar ini harus dibuat rangkap 4
(empat) yang didalamnya tercantum nama-nama dan alamat
manufacture, catalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap
perlu oleh Pengawas Lapangan dan Konsultan Perencana antara lain
:
− Manufacturer Data
Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang
tercetak jelas cukup detail sehubungan dengan pemenuhan
spesifikasi.
− Performance Data
Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu table
atau kurva yang meliputi informasi yang diperlukan dalam
menyeleksi peralatan-peralatan lain yang ada kaitannya dengan
unit tersebut.
− Quality Assurance
• Suatu pembuktian dari pabrik pembuat atau distributor utama
terhadap kualitas dari unit berupa produk dari unit ini sudah
diproduksi beberapa tahun, telah dipasang di beberapa lokasi dan
telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu dengan baik.
• Persetujuan oleh Konsultan Perencana dan Pengawas Lapangan akan
diberikan Atas dasar diatas.

1.7.2. Contoh Peralatan dan Material


• Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang
akan dipasang kepada Pengawas Lapangan paling lama 2 (dua)
minggu setelah daftar material disetujui. Semua biaya yang
berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini
adalah menjadi tanggungan Pelaksana pekerjaan.

Infrastruktur Lanjutan 50
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

• Pengawas Lapangan tidak berrtanggung jawab atas contoh bahan


yang akan dipakai dan semua biaya yang tidak berkenaan dengan
penyerahan dan pengambilan contoh / dokumen ini.

1.7.3. Peralatan dan Bahan Sejenis


• Untuk peralatan dan bahan sejenis yang fungsi penggunaannya
sama harus diproduksi pabrik ( bermerk ), sehingga memberikan
kemungkinan saling dapat dipertukarkan.

1.7.4. Penggantian Peralatan dan Material


• Semua peralatan dan bahan yang diajukan dalam tender sudah
memenuhi spesifikasi, walaupun dalam pengajuan saat tender
kemungkinan ada peralatan dan bahan belum memenuhi spesifikasi,
tetapi tetap harus dipenuhi sesuai spesifikasi bila sudah ditunjuk
sebagai pelaksana pekerjaan.
• Untuk peralatan dan bahan yang sudah memenuhi spesifikasi,
karena suatu hal yang tidak bisa dihindari terpaksa harus diganti,
maka sebagai penggantinya harus dari jenis setaraf atau lebih baik (
equal or better ) yang disetujui.
• Bila Pengawas Lapangan membuktikan bahwa penggantinya itu betul
setaraf atau lebih baik, maka biaya yang menyangkut pembuktian
tersebut harus ditanggung oleh Pelaksana pekerjaan.

1.7.5. Pengujian dan Penerimaan


• Khusus peralatan utama, harus ditest dahulu oleh Pemilik dan
didampingi Konsultan Perencana di pabrik masing-masing yang
sebelumnya sudah ditest oleh pabrik yang bersangkutan dan
disetujui untuk dikirim ke lapangan.
• Semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini dikirim
dan dipasang dan telah memenuhi ketentuan-ketentuan pengetesan
dengan baik, Pelaksana pekerjaan harus melaksanakan pengujian
secara keseluruhan dari peralatan - peralatan yang terpasang, dan
jika sudah ditest dan memenuhi fungsi-fungsinya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dari kontrak, maka seluruh unit lengkap dengan
peralatannya dapat diserahkan berdasarkan Berita Acara oleh
Pengawas Lapangan.

1.7.6. Perlindungan Pemilik


• Atas penggunaan bahan / material, sistem dan lain-lain oleh
Pelaksana pekerjaan, Pemilik dijamin dan dibebaskan dari segala
claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.

Infrastruktur Lanjutan 51
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

1.8. IJIN-IJIN

• Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini


serta seluruh biaya yang diperlukannya menjadi tanggung jawab
Pelaksana pekerjaan.

1.9. PELAKSANAAN PEMASANGAN

• Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Pelaksana


pekerjaan harus menyerahkan gambar kerja dan detailnya kepada
Pengawas Lapangan dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui. Yang
dimaksud gambar kerja disini adalah gambar yang menjadi pedoman
dalam pelaksanaan, lengkap dengan dimensi peralatan, jarak
peralatan satu dengan lainnya, jarak terhadap dinding, jarak
peralatan terhadap lantai, dinding, dimensi aksesoris yang dipakai.
Pengawas Lapangan berhak menolak gambar kerja yang tidak
mengikuti ketentuan tersebut diatas.
• Pelaksana pekerjaan diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala
ukuran / kapasitas peralatan ( equipment ) yang akan dipasang.
Apabila terdapat keraguan-keraguan, Pelaksana pekerjaan harus
segera menghubungi Pengawas Lapangan untuk berkonsultasi.
• Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas peralatan yang
sebelumnya tidak dikonsultasikan dengan Pengawas Lapangan,
apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi tanggung jawab
Pelaksana pekerjaan. Untuk itu pemilihan peralatan dan material
harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas Lapangan atas
rekomendasi Konsultan Perencana.
• Pada beberapa peralatan tertentu ada asumsi yang digunakan
konsultan dalam menentukan performnya, asumsi-asumsi ini harus
diganti oleh Pelaksana pekerjaan sesuai actual dari peralatan yang
dipilih maupun kondisi lapangan yang tidak memungkinkan. Untuk
itu Pelaksana pekerjaan wajib menghitung kembali performanya dari
peralatan tersebut dan memintakan persetujuan kepada Pengawas
Lapangan.

1.9.1. Penambahan / Pengurangan / Perubahan


• Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari rencana yang
disesuaikan dengan kondisi lapangan, harus mendapat persetujuan
tertulis dahulu dari pihak Konsultan Perencana dan Pengawas
Lapangan.
• Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan setiap gambar perubahan
yang ada kepada Pengawas Lapangan sebanyak rangkap 3 (tiga)
set yang akan dikirim oleh Pengawas Lapangan kepada Konsultan
Perencana.
• Perubahan material dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Pelaksana
pekerjaan kepada Pengawas Lapangan secara tertulis dan jika terjadi
pekerjaan tambah / kurang / perubahan yang ada harus disetujui
oleh Konsultan Perencana dan Pengawas Lapangan secara tertulis.

Infrastruktur Lanjutan 52
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

1.9.2. Sleeves dan inserts


• Semua sleeves menembus lantai beton untuk instalasi sistem
elektrikal harus dipasang oleh Pelaksana pekerjaan. Semua inserts
beton yang diperlukan untuk memasang peralatan, termasuk inserts
untuk penggantung ( hangers ) dan penyangga lainnya harus
dipasang oleh Pelaksana pekerjaan.

1.9.3. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


• Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang
diperlukan dalam pelaksanaan instalasi ini serta mengembalikannya
ke kondisi semula, menjadi lingkup pekerjaan Pelaksana pekerjaan
instalasi ini.
• Pembobokan / pengelasan / pengeboran hanya dapat dilaksanakan
apabila ada persetujuan dari pihak Pengawas Lapangan secara
tertulis.

1.9.4. Pengecatan
• Semua peralatan dan bahan yang dicat, kemudian lecet karena
pengangkutan atau pemasangan harus segera ditutup dengan
dempul dan dicat dengan warna yang sama, sehingga nampak
seperti baru kembali.

1.10. PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN

• Pelaksana pekerjaan instalasi harus menempatkan seorang


penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan berpengalaman yang
harus selalu ada di lapangan, yang bertindak sebagai wakil dari
Pelaksana pekerjaan dan mempunyai kemampuan untuk
memberikan keputusan teknis dan bertanggung jawab penuh dalam
menerima segala instruksi yang akan diberikan oleh Pengawas
Lapangan.
• Penanggung jawab tersebut diatas juga harus berada ditempat
pekerjaan pada saat diperlukan / dikehendaki oleh Pengawas
Lapangan.

1.11. PENGAWASAN

• Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah


dilakukan oleh Pengawas Lapangan.
• Pengawas Lapangan harus dapat mengawasi, memeriksa dan
menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan. Pelaksana
pekerjaan harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
• Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari
pengamatan Pengawas Lapangan adalah menjadi tanggung jawab
Pelaksana pekerjaan.
• Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas harian diluar jam-jam
kerja ( 08.00 sampai dengan 16.00 ), dan hari libur maka segala
Infrastruktur Lanjutan 53
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

biaya yang diperlukan untuk hal tersebut menjadi beban Pelaksana


pekerjaan yang diperhitungannya disesuaikan dengan peraturan
pemerintah. Permohonan untuk mengadakan pemeriksaan tersebut
harus dengan surat yang disampaikan kepada Pengawas Lapangan.
• Ditempat pekerjaan, Pengawas Lapangan menempatkan petugas-
petugas pengawas yang bertugas setiap saat untuk mengawasi
pekerjaan Pelaksana pekerjaan, agar pekerjaan dapat dilaksanakan
atau dilakukan sesuai dengan isi surat perjanjian Pelaksana
pekerjaan serta dengan cara-cara yang benar dan tepat serta
cermat.

1.12. LAPORAN-LAPORAN

1.12.1. Laporan Harian dan Mingguan


• Pelaksana pekerjaan wajib membuat laporan harian dan mingguan
yang memberikan gambaran mengenai:
− Kegiatan fisik
− Catatan dan perintah Pengawas Lapangan yang disampaikan
secara lisan maupun tertulis.
− Jumlah material masuk / ditolak.
− Jumlah tenaga kerja dan keahliannya
− Keadaan cuaca
− Pekerjaan tambah / kurang
− Prestasi rencana dan yang terpasang
• Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan
setelah ditandatangani oleh manajer proyek harus diserahkan
kepada Pengawas Lapangan untuk diketahui / disetujui.

1.12.2. Laporan Pengetesan


• Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan kepada Pengawas
Lapangan dalam rangkap 3 (tiga) mengenai hal-hal sebagai berikut :
− Hasil pengetesan semua persyaratan operasi instalasi.
− Hasil pengetesan mesin atau peralatan.
− Hasil pengetesan kabel.
− Hasil pengetesan kapasitas, aliran udara, temperatur,
kelembaban, kuat arus, tegangan, tekanan, dll.
− Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan
harus disaksikan oleh Pengawas Lapangan.

1.13. PEMERIKSAAN RUTIN DAN KHUSUS

• Pemeriksaan rutin dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan


oleh Pelaksana pekerjaan secara periodik dan tidak kurang dari tiap
2 (dua) minggu, atau ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan.

Infrastruktur Lanjutan 54
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

• Pemeriksaan khusus dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan


oleh Pelaksana pekerjaan, apabila ada permintaan dari pihak
Pengawas Lapangan dan atau bila ada gangguan dalam instalasi ini.

1.14. KANTOR PELAKSANA PEKERJAAN, LOS KERJA DAN GUDANG

• Pelaksana pekerjaan diharuskan untuk membuat kantor, gudang dan


los kerja di halaman tempat pekerjaan, untuk keperluan pelaksanaan
tugas administrasi lapangan, penyimpanan barang / bahan serta
peralatan kerja dan sebagai area / tempat kerja ( peralatan
pekerjaan kasar ), dimana pelaksanaan tugas instalasi berlangsung.
• Pembuatan kantor, gudang dan los kerja ini dapat dilaksanakan bila
terlebih dahulu mendapatkan ijin dari pemberi tugas / Pengawas
Lapangan.

1.14.1. Penjagaan
• Pelaksana pekerjaan wajib mengadakan penjagaan dengan baik
serta terus menerus selama berlangsungnya pekerjaan atas bahan,
peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang disimpan di tempat kerja (
gudang lapangan ).
• Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-
barang tersebut diatas, menjadi tanggung jawab Pelaksana
pekerjaan.

1.14.2. Penerangan dan Sumber Daya


• Pada kantor, los kerja, gudang dan tempat-tempat pelaksanaan
pekerjaan yang dianggap perlu, harus diberi penerangan yang
cukup.
• Daya listrik baik untuk keperluan penerangan maupun untuk sumber
tenaga / daya kerja harus diusahakan oleh Pelaksana pekerjaan. Bila
menggunakan daya listrik dari bangunan existing, harus dilengkapi
dengan KWh meter.

1.14.3. Kebersihan dan Ketertiban


• Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los
kerja dan tempat pekerjaan dilaksanakan dalam bangunan, harus
selalu dalam keadaan bersih.
• Penimbunan / penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam
gudang maupun diluar ( halaman ), harus diatur sedemikian
rupa agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak
mengganggu pekerjaan dari bagian lain.
• Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan
oleh Pengawas Lapangan pada waktu pelaksanaan.

Infrastruktur Lanjutan 55
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

1.15. KECELAKAAN DAN PETI PPPK

• Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan


pekerjaan ini, maka Pelaksana pekerjaan diwajibkan segera
mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban atau para
korban, serta melaporkan kejadian tersebut kepada instansi dan
departement yang bersangkutan / berwenang (dalam hal ini Polisi
dan Department Tenaga Kerja) dan mempertanggung jawabkan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
• Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan
pertolongan pertama pada kecelakaan harus selalu ada di tempat
pekerjaan.

1.16. TESTING DAN COMMISSIONING

• Pelaksana pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing dan


commissioning yang dianggap perlu untuk mengetahui apakah
keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat
memenuhi semua persyaratan yang diminta, sesuai dengan prosedur
testing dan commissioning dari pabrik pembuat dan instansi yang
berwenang.
• Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan
testing tersebut merupakan tanggung jawab Pelaksana pekerjaan
termasuk daya listrik untuk testing.

1.17. MASA PEMELIHARAAN DAN SERAH TERIMA PEKERJAAN

• Peralatan dan sistem instalasi ini harus digaransi selama 1 (satu)


tahun terhitung sejak saat penyerahan pertama.
• Masa pemeliharaan adalah selama 90 (sembilan puluh) hari kalender
sejak saat penyerahan pertama, bila Pengawas Lapangan / Pemberi
Tugas menentukan lain, maka yang terakhir ini yang akan berlaku.
• Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi ini diwajibkan
mengatasi segala kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya
tambahan biaya.
• Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah selesai
dilaksanakan masih merupakan tanggung jawab Pelaksana pekerjaan
sepenuhnya.
• Selama masa pemeliharaan ini, apabila Pelaksana pekerjaan instalasi
ini tidak melaksanakan teguran dari Pengawas Lapangan atas
perbaikan / penggantian / penyetelan yang diperlukan, maka
Pengawas Lapangan berhak menyerahkan perbaikan / penggantian /
penyetelan tersebut kepada pihak lain atas biaya Pelaksana
pekerjaan ini.
• Selama masa pemeliharaan ini, Pelaksana pekerjaan harus melatih
petugas-petugas yang ditunjuk oleh Pemilik dalam teori dan praktek
sehingga dapat mengenali sistem peralatan, instalasi dan dapat
melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaannya.

Infrastruktur Lanjutan 56
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

• Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan


setelah ada bukti pemeriksaan dengan hasil yang baik yang
ditandatangani bersama oleh Pelaksana pekerjaan dan Pengawas
Lapangan.
• Pada waktu unit-unit mesin tiba di lokasi, maka Pelaksana pekerjaan
harus menyerahkan daftar komponen / part list seluruh komponen
yang akan dipasang dan dilengkapi dengan gambar detail / photo
dari masing-masing komponen tersebut, lengkap dengan manualnya.
Daftar komponen tersebut diserahkan kepada Pengawas Lapangan
dan Pemberi Tugas masing-masing 1 (satu) set.
• Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat
dilaksanakan setelah :
• Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini
dalam keadaan baik, ditandatangani bersama oleh Pelaksana
pekerjaan dan Pengawas Lapangan.
• Semua gambar instalasi terpasang beserta Operating Instruction,
Technical dan Maintenance Manual rangkap 5 (lima) terdiri atas 1
(satu) set asli dan 4 (empat) copy telah diserahkan kepada
Pengawas Lapangan.

1.18. GARANSI

Suatu sertifikat pengetesan harus diserahkan oleh pabrik pembuatnya.


Bila peralatan mengalami kegagalan dalam pengetesan-pengetesan
yang disyaratkan didalam spesifikasi teknis ini, maka pabrik pembuat
bertanggung jawab terhadap peralatan yang diserahkan, sampai
peralatan tersebut memenuhi syarat-syarat, setelah mengalami
pengetesan ulang dan sertifikat pengetesan telah diterima dan disetujui
oleh Pengawas Lapangan.

1.19. TRAINING

Sebelum penyerahan pertama pekerjaan, Pelaksana pekerjaan harus


menyelenggarakan semacam pendidikan dan latihan atau petunjuk
praktis operasi kepada orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang
operasi dan perawatan lengkap dengan 3 copies buku Operating
Maintenance, Repair Manual dan As-built drawing, segala sesuatunya
atas biaya Pelaksana pekerjaan.

Infrastruktur Lanjutan 57
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

PASAL 17
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PLAMBING

1.1. UMUM

• Setiap Pelaksana pekerjaan yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari


seluruh Dokumen Kontrak dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang
berpengaruh pada pekerjaan.
• Pelaksana pekerjaan harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang
dijelaskan baik dalam spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar,
dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.
• Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan
kewajiban Pelaksana pekerjaan untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut
sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan
tambahan biaya.

1.2. LINGKUP PEKERJAAN

• Meliputi penyediaan air bersih beserta instalasinya, pengelolaan air kotor dan
drainasi air hujan termasuk : Pemilihan, pengadaan, pemasangan serta
pengujian material maupun sistem keseluruhan sehingga sistem plambing dapat
berjalan dan beroperasi dengan baik dan benar sesuai gambar rencana dan
persyaratan ini.
• Semua perijinan yang diperlukan untuk melaksanakan instalasi plambing
• Pengukuran terhadap ketinggian site terutama untuk kemiringan saluran dan
peil banjir
• Sistem dan unit - unitnya meliputi :
− Jaringan pipa air bersih untuk di luar dan di dalam bangunan.
− Jaringan pipa - pipa air kotor dan bekas di dalam dan di luar bangunan.
− Jaringan pipa-pipa vent untuk sistem pembuangan air kotor dan air bekas.
− Jaringan pipa - pipa dan saluran pembuangan halaman (drainase site) dan
menyalurkan menuju drainasi kota.
− Pompa-pompa untuk menjalankan sistem air bersih lengkap dengan panel
kontrolnya.
− Unit pengolahan air kotor / limbah, Sewage Treatment Plant ( STP ) sistem
Media Bio.
− Reservoir bawah (ground reservoir) dari beton bertulang lengkap dengan
pipa-pipa pengisi, overflow yang disalurkan secara gravitasi melalui pipa
kesaluran luar / kota, elektroda pengontrol muka air, manhole, pelampung,
tangga dan reservoir bawah harus tertutup, dan dapat dibuka.

Infrastruktur Lanjutan 58
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

1.3. PENJELASAN SISTEM

1.3.1. Air Bersih


• Untuk memenuhi kebutuhan ini, air disupplai dari PDAM & Sumur
dalam.
• Air dari Sumur Dalam dan PDAM terlebih dahulu di tampung ke
dalam bak bawah (Ground reservoir) yang mempunyai kapasitas 120
m3, selanjutnya air dipompakan dengan pompa transfer ke roof tank
dengan kapasitas 2 x 5 m3 untuk Pasar Induk dan 1 x 5 m3 untuk
Pasar Inpres selanjutnya air didistribusikan ke masing-masing fixture
unit.
• Untuk Pasar Induk lantai Basement ~ Dasar air didistribusikan secara
grafitasi sedangkan untuk lantai 1 ~ 2 dibantu dengan menggunakan
pompa booster.
• Untuk Pasar Inpres lantai Basement ~ Dasar air didistribusikan
secara grafitasi sedangkan untuk lantai 1 dibantu dengan
menggunakan pompa booster.

1.3.2. Air Buangan


• Air buangan mencakup air bekas dan air kotor.
• Air bekas adalah air buangan tidak tercemar dari bak cuci tangan,
kamar mandi, pengering lantai dan kitchen sink.
• Air kotor adalah untuk jenis air buangan dari urinal dan water closet
• Pada proyek ini sistem untuk pengelolaan air buangan ini adalah :
• Air bekas dan air kotor disalurkan secara gravitasi dengan pipa
menuju STP ( Sewage Treatment Plant ), sistem Bio Media
kemudian disalurkan ke saluran kota.

1.3.3. Air Hujan dan Drainase


• Air Hujan yang jatuh diatap bangunan disalurkan melalui pipa-pipa
tegak PVC menuju ke dalam saluran air hujan halaman / drainase
site secara gravitasi kemudian dialirkan ke saluran kota.

1.4. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN

• Material yang dipakai harus baru serta memenuhi persyaratan teknis dan
gambar rencana. Untuk itu pelaksana harus menyediakan contoh-contoh
sebelum pemasangan guna mendapatkan persetujuan Pengawas Lapangan dan
Konsultan Perencana.
• Material-material yang dipakai meliputi :

1.4.1. Reservoir Bawah ( Ground Tank )


• Reservoir bawah ( ground reservoir ) dengan kapasitas 120 m3, ground
resevoir terbuat dari konstruksi beton bertulang kedap air dan difinishing
pada bagian dalam.
• Tangki harus mempunyai kelengkapan sebagai berikut :

Infrastruktur Lanjutan 59
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

• Manhole.
• Tangga pengontrol.
• Pipa vent penghubung maupun vent ke udara luar.
• Pipa pengisi lengkap dengan floater valve, pipa peluap dan pipa
penguras.
• Pipa penghubung sekat reservoir yang dilengkapi valve raising stamp /
tungkai panjang sebagai pemutar valve.
• Elektrode water level kontrol
• Kelengkapan lainnya sekiranya diperlukan untuk bekerjanya instalasi ini.

1.4.2. Reservoir Atas ( Roof Tank )


• Reservoir atas ( Roof Tank ) dengan kapasitas 3 x 5 m3, Roof tank
terbuat dari fiber glass.
• Tangki harus mempunyai kelengkapan sebagai berikut :
− Manhole.
− Tangga pengontrol.
− Pipa vent penghubung maupun vent ke udara luar.
− Pipa pengisi lengkap dengan floater valve, pipa peluap dan pipa
penguras.
− Pipa penghubung sekat reservoir yang dilengkapi valve raising stamp
/ tungkai panjang sebagai pemutar valve.
− Elektrode water level kontrol
− Kelengkapan lainnya sekiranya diperlukan untuk bekerjanya instalasi
ini.

1.4.3. Pompa Air Bersih


• Untuk memompakan air dari ground tank ke fixture unit digunakan
pompa booster packaged.
• Semua pompa harus dilengkapi dengan pondasi pompa, peredam
getaran, serta manometer. Pada pipa tekan harus dilengkapi dengan
Gate valve, Check Valve, Flexible joint, dan perlengkapan lainya sehingga
sistim pompa dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.
• Selain itu dilengkapi pula dengan pipa pemeriksa aliran berikut gate valve
& pipa pembuangan dari lubang drain pompa ke saluran pembuangan.
• Unit dilengkapi dengan starter panel pompa dan pressure switch untuk
menjalankan pompa secara otomatis.
• Data teknis pompa
• Pompa Transfer
− Jumlah : 2 Unit ( bekerja secara paralel )
− Tipe : Centrifugal
− Kapasitas : 2 x 278 liter / menit
− Head : 35 m
− Power : 3 x 4 KW

Infrastruktur Lanjutan 60
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

• Pompa Booster Packaged


− Tipe : Packaged ( 2 unit pompa + pressure tank )
− Kapasitas : 2 x 60 liter / menit
− Tek. Kerja : P1 ON : 1,5 Atm ; OFF : 2,5 Atm
P2 ON : 1 Atm ; OFF : 2,5 Atm
− Power : 2 x 0,60 KW

1.4.4. Pipa – Pipa

• Untuk jaringan air bersih digunakan pipa Galvanized Iron Pipe Medium
Class, British standard 1387 dengan sambungan ulir, flanged atau las
termasuk perlindungan tambahan terhadap pengkaratan (corotion
protection).
• Untuk pipa air buangan dan air kotor digunakan pipa PVC klas AW (10
kg/cm²) dengan sambungan Solvent Cement (perekat) yang sesuai untuk
jenis pipa PVC.
• Untuk pipa-pipa Vent digunakan pipa PVC kelas AW (10 kg/cm²).
• Sambungan antara pipa yang berlainan jenis dilakukan dengan
menggunakan adaptor atau coupling.
• Sebelum pemasangan/penyambungan dilakukan, pipa-pipa harus dalam
keadaan bersih dari kotoran baik pada bagian yang akan disambung
ataupun didalam pipa itu sendiri.
• Semua jenis sambungan, pemasangannya tidak diperbolehkan berada dalam
beton/dinding.

1.4.5. Katup - katup ( Valve )

1.4.5.1. Floating Valve


Body material yang dipakai adalah bronze grade CAC 430 dengan
Pressure Balanced type Float Valve.

a. Butterfly Valve
Standard manual butterfly valve adalah BS 5155, wafer atau
sejenisnya. Body terbuat dari cast iron. Liner : EPDM. Cocok untuk
temperatur sampai dengan 130 °C. Shaft terbuat dari 416 SS
dengan single piece through shaft. Minimum working pressure :
16 bar.

b. Check valves
• Water dual check valve dengan ukuran 2½” dan lebih besar
terbuat dari cast iron body, stainless steel disc, dual flap,
stainless steel spring dan resilient seat (EPDM). Minimum
working pressure : 10 bar.

Infrastruktur Lanjutan 61
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

• Silent check valve dengan ukuran 2½” dan lebih besar


mempunyai silent globe sentral guiding disc design, ductile
iron body, single SS 316. Disc dengan resilient disc, stainless
steel spring. Flange end connection to BS 4504 or BS EN
1092-2 : 1997 PN 16 Rf.
• Semua ductile iron body di coating bagian dalam dan bagian
luarnya dengan fusion body epoxy powder coating. Working
pressure : 10 bar.
• Swing check valve dengan ukuran 2½” dan lebih besar
terbuat dari ductile iron body untuk working pressure : 10
bar. Untuk ukuran 2” dan ke bawah adalah spring type. Body
material tebuat dari bronze, screw ends BS 21. Working
pressure : 10 bar.

c. Strainer
• Strainer dengan ukuran 2½” dan lebih besar mempunyai type
Y pattern, cast iron body (untuk 16 bar) dengan SS screen 3
mm perforations. Ductile iron body untuk 10 bar.

d. Gate Valve ( Rising dan Non Rising Stem )


• Gate valve dengan ukuran 2½” dan lebih besar dari cast iron
body dilengkapi dengan open / shut indicator untuk Non
Rising Stem.
• Untuk 2” dan ke bawah, body material terbuat dari
Dzr/bronze body sesuai standar BS 5154 series B, screw ends
BS 21 N.R.S, working pressure : 10 bar.

a. Globe Valve 10 bar


• Globe valve dengan ukuran 2 ½” dan lebih besar terbuat dari
Cast iron body dan working pressure : 10 bar.
• Untuk ukuran 2” dan ke bawah, body material terbuat dari
bronze, screw ends BS21.

b. Rubber flexible / expansion joint ( Flange connection )


• adalah spherical shape ball design, single / double sphere,
terbuat dari neoprene rubber dengan nylon reinforcement
(cloth reinforcement tidak dapat diterima).
• Untuk ukuran 2½” dan lebih besar dilengkapi dengan
galvanized steel flange end. Working pressure : 10 bar.

c. Rubber flexible / expansion joint (screw connection)


• Adalah spherical shape ball design, twin sphere, terbuat dari
neoprene rubber dengan nylon reinforcement (cloth
reinforced tidak dapat diterima).
• Rubber flexible / expansion joint untuk ukuran ¾” dan lebih
besar harus complete dengan malleable iron threaded BS21
union end connection. Semua rubber flexible / expansion
joints harus mempunyai working pressure : 10 bar.

Infrastruktur Lanjutan 62
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

• Untuk working pressure 10 bar, rubber flexible joint ukuran


¾” dan lebih besar harus dengan A 105 forged steel
threaded (NPT) union ends connection.
• Katup penutup/gate valve untuk pipa-pipa dengan diameter
sampai 2” dapat menggunakan bahan kuningan atau bronze
dengan kualitas terbaik.
• Katup penutup/gate valve untuk pipa-pipa dengan diameter
lebih besar dari 2” menggunakan bahan cast iron/baja tuang
anti karat.

d. Alat-alat Plambing
• Alat-alat peturasan / urinal dari type flush valve
• Water closet type flush yang dipakai harus dari kualitas
terbaik.
• Produk sanitary fixtures yang digunakan sesuai spesifikasi
Arsitek.

e. Alat-Alat Bantu (Accesories)


• Alat bantu untuk semua pipa harus digunakan dari
bahan-bahan sejenis sesuai dengan bahan pipanya.

1.5. PERSYARATAN TEKNIS PEMASANGAN

1.5.1. Pompa
• Pompa-pompa harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatnya.
• Pompa harus diletakan diatas pondasi menurut petunjuk pabrik dan
disesuaikan dengan berat, daya, putaran dan dimensi pompa.
• Semua pompa harus dilengkapi :
− Pada pipa hisap dilengkapi dengan gate valve, strainer dan
flexible joint, Pada pipa tekan dilengkapi dengan gate valve, check
valve, flexible joint dan manometer serta dilengkapi dengan
panel board signal yang menunjukkan bahwa pompa sedang
bekerja atau tidak.
− Alat-alat penunjang lainnya agar pompa dapat bekerja dengan
baik.
• Pengkabelan dan alat-alat bantu (panel, electrode water level
control, alarm dan lain-lain) harus lengkap terpasang dan dijamin
bahwa sistem bekerja dengan baik.
• Pelaksana harus menghitung kembali besarnya jumlah aliran air yang
mengalir dan total head berdasarkan peralatan / mesin ( sesuai
dengan penawaran ) yang dipasangnya atau mencoba sisa tekanan
pada fixture unit yang paling jauh.

Infrastruktur Lanjutan 63
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

1.5.2. Pipa – pipa

a. Umum

• Pemasangan pipa dan perlengkapannya serta peralatan lainnya


harus sesuai dengan gambar rencana dan harus dikerjakan
dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan serta
kerapihan.
• Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan
teliti sebelum dipasang / disambung.
• Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang
terbuka dalam pekerjaan pemipaan yang tersisa pada setiap
tahap pekerjaan, harus ditutup dengan menggunakan caps
atau plug untuk mencegah masuknya kotoran / benda-benda
lain
• Semua pemotongan pipa harus memakai pipa cutter dan harus
rapi dan tidak tajam (diampelas).
• Pekerjaan pemipaan harus dilengkapi dengan semua katup-
katup yang diperlukan antara lain katup penutup, pengatur,
katup balik dan sebagainya sesuai dengan fungsi system dan
yang diperlihatkan dalam gambar
• Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-
sambungan cabang pada pekerjaan pemipaan harus
mempergunakan fitting buatan pabrik.
• Semua pipa harus dipasang lurus sejajar dengan
dinding/bagian dari bangunan pada arah horizontal maupun
vertikal.
• Semua pemipaan yang akan disambung dengan peralatan
harus dilengkapi dengan wartel mur atau flange.
• Untuk setiap pipa yang menembus dinding basement harus
menggunakan pipa flexible untuk melindungi dari vibrasi akibat
terjadinya penurunan struktur gedung
• Setiap arah perubahan aliran untuk pemipaan air kotor yang
membentuk sudut 90° harus digunakan 2 buah elbow 45° dan
dilengkapi dengan clean out serta arah dan jalur aliran agar
diberi tanda.
• Katup (valve) dan saringan (strainer) harus mudah dicapai
untuk pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (Valve
handle) tidak boleh menukik
• Semua pekerjaan pemipaan air limbah harus dipasang secara
menurun ke arah titik buangan. Pipa pembuangan dan vent
harus disediakan guna mempermudah pengisian maupun
pengurasan. Untuk pembuatan vent pembuangan hendaknya
dicari titik terendah dan dibuat cekung serta ditempatkan yang
bebas untuk melepaskan udara dari dalam.

Infrastruktur Lanjutan 64
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

• Semua jaringan pipa dilengkapi dengan : Valve, air vent,


wash out untuk air bersih dan Clean out, air vent, wash out
untuk jaringan pipa air kotor.
• Kemiringan menurun dari pekerjaan pemipaan air limbah harus
seperti berikut kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar
• Dibagian dalam toilet, φ 50 – 100 mm atau lebih kecil : 1 – 2
%
• Dibagian dalam bangunan φ 150 mm atau lebih kecil : 1%
• Dibagian luar bangunan, φ 150 mm atau lebih kecil dan φ 200
mm atau lebih besar : 1% .
• Pekerjaan pemipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan
listrik
• Apabila terjadi kemacetan, pengotoran atas bagian bangunan
atau finish arsitektural atau timbulnya kerusakan lain karena
kelalaian, maka semua perbaikannya adalah menjadi tanggung
jawab Pelaksana pekerjaan.

b. Penggantung dan Penumpu Pipa


• Pemipaan harus ditumpu atau digantung dengan hanger,
brackets atau sadel dengan tepat dan sempurna agar
dimungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau peregangan
pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak yang diberikan
dalam list berikut ini :
• Pipa Galvanized
No Ukuran Pipa Interval Mendatar Interval Tegak
(mm) (m) (m)
1 ≤ φ 20 1.8 2
2 φ 25 ~ φ 40 2.0 3
3 φ 50 ~ φ 80 3.0 4
4 ¯ 100 ~ ¯ 150 4.0 4

• Pipa PVC
No Ukuran Pipa Interval Mendatar Interval Tegak
(mm) (m) (m)

1 ≤ φ 50 0.6 0.9
2 ≤ φ 80 0.9 1.2
3 ≤ φ 100 1.2 1.5
4 ≤ φ 150 1.8 2.1

Infrastruktur Lanjutan 65
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

• Bila dalam suatu kelompok pipa yang terdiri dari bermacam-


macam ukuran, maka jarak interval yang dipergunakan harus
berdasarkan jarak interval pipa ukuran terkecil yang ada.
• Sebelum pipa dipasang, support harus dipasang dulu dalam
keadaan sempurna. Semua pemasangan harus rapi dan sebaik
mungkin.
• Semua pipa dan gantungan, penumpu harus dicat dasar
zinchromate dan pengecatan sesuai dengan peraturan-peraturan
yang berlaku.

c. Pipa Dalam Tanah


• Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang
cukup.
• Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2,000 mm
pada dasar galian dengan adukan semen. Semua galian pipa
harus dilakukan pengurugan serta pemadatan kembali seperti
kondisi semula.
• Kedalaman pipa air minum minimum 60 cm dibawah
permukaan tanah.
• Semua pipa diberi lapisan pasir yang telah dipadatkan setebal
15 – 30 cm untuk bagian atas dan bagian bawah pipa dan
baru diurug dengan tanah tanpa batu-batuan atau benda
keras lainnya.
• Pipa yang ditanam pada tanah yang labil, harus dibuat
dudukan beton pada jarak 2 – 2.5 m.
• Untuk pipa-pipa yang menyebrangi jalan harus diberi pipa
pengaman (selubung ) baja atau beton dengan diameter
minimum 2 kali dia. pipa tersebut.

d. Sambungan Pipa
1. Sambungan Flexible
• Sambungan flexible harus disediakan dengan tujuan untuk
menghilangkan getaran dari sumber getaran.

2. Sambungan Ulir
• Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan
sambungan ulir berlaku untuk ukuran sampai dengan φ 65
mm.
• Kedalaman ulir pipa harus dibuat sehingga fitting dapat
masuk pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir.
• Semua sambungan ulir harus mempergunakan perapat
Henep dan zink white dengan campuran minyak.

Infrastruktur Lanjutan 66
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

• Semua pemotongan pipa harus memakai pipe cutter


dengan pisau roda.
• Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas
cutter dengan reamer.
• Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat
sambungan.
3. Sambungan Las
• Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan
sambungan las berlaku untuk ukuran diatas φ 65
mm.Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting
las. Kawat las atau elektrode yang dipakai harus sesuai
dengan jenis pipa yang dilas.
• Sebelum pekerjaan las dimulai, Pelaksana pekerjaan harus
mengajukan kepada Pengawas Lapangan contoh hasil las
untuk mendapat persetujuan tertulis.
• Tukang las harus mempunyai sertifikat pengelasan dan
hanya boleh bekerja sesudah mempunyai surat ijin tertulis
dari Pengawas Lapangan
• Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat
khusus untuk mencegah korosi.
• Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang
berkondisi baik menurut penilaian Pengawas Lapangan.
4. Sambungan flanged
• Sambungan flanged harus dilengkapi rubber set/ring, seal
dari karet secara homogen.
5. Sambung Lem
• Penyambungan antara pipa dan fitting PVC mempergunakan
lem yang sesuai dengan jenis pipa dan rekomendasi dari
pabrik pembuat
• Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, untuk itu harus
mempergunakan alat press khusus. Selain itu pemotongan
pipa harus mempergunakan alat pemotong khusus agar
pemotongan pipa dapat tegak lurus terhadap batang pipa.
• Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus
mengikuti spesifikasi dari pabrik pipa.
6. Sambungan yang Mudah Dibuka
• Sambungan ini dipergunakan pada alat-alat saniter sebagai
berikut :
• Antara Lavatory Faucet dan supply Valve.
• Pada waste fitting dan siphon. Pada sambungan ini
kerapatan diperoleh dengan adanya packing dan bukan seal
threat.

Infrastruktur Lanjutan 67
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

7. Selubung Pipa
• Selubung untuk pipa harus dipasang dengan baik setiap kali
pipa tersebut menembus konstruksi beton.
• Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk
memberikan kelonggaran diluar pipa ataupun isolasi.
• Selubung untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun
baja. Untuk yang kedap air harus digunakan sayap.
• Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan
yang mempunyai lapisan kedap air (water proofing) harus
dari jenis “ flushing sleeves”
• Rongga antara pipa dan selubung harus dibuat kedap air
dengan rubber sealed atau “caulk”

i. Katup Label (Valve Tag)


− Tags untuk katup harus disediakan ditempat-tempat
penting guna operasi dan pemeliharaan.
− Fungsi-fungsi seperti “ normally open” atau "normally
close” harus ditunjukkan di tags katup.
− Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan
diikat dengan rantai atau kawat.

ii. Pembersihan
− Setelah pemasangan dan sebelum uji coba
pengoperasian dilaksanakan, pemipaan di setiap
service harus dibersihkan dengan seksama,
menggunakan cara-cara /metoda-metoda yang
disetujui sampai semua benda-benda asing
disingkirkan.
− Desinfeksi :
− Dari 50 mg/l chlor selama 24 jam setelah itu dibilas
atau dari 200 mg/l chlor selama 1 jam setelah itu
dibilas.
− Untuk bak air dipoles dengan cairan 200 mg/l chlor
selama 1 jam dan setelah itu dibilas.

1.6. PEKERJAAN LISTRIK

• Lingkup pekerjaan ini adalah menyediakan dan pemasangan panel listrik


termasuk panel kontrol untuk peralatan pompa air bersih, kabel kontrol berikut
peralatan control seperti yang ditunjukkan pada gambar perencanaan.
• Kabel feeder untuk setiap panel daya termasuk dalam skope pekerjaan listrik.

Infrastruktur Lanjutan 68
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

1.6.1. Ketentuan-ketentuan Yang Diikuti


Peraturan Umum Instalasi Listrik tahun 2000
Ketentuan-ketentuan yang dianjurkan oleh pabrik.

1.6.2. Material dan Teknis


• Semua komponen-komponen yang digunakan untuk power, panel dan
control panel harus sesuai dengan daftar material.
• Panel-panel harus dibuat dari plat tebal 2 mm dan dilengkapi dengan
kunci dan dibuat oleh panel maker yang disetujui.
• Tiap panel dan unit mesin harus digrounded dengan tahanan
pentanahan kurang dari 2 ohm.
• Pengkabelan untuk instalasi listrik dan control harus dipasang dalam
conduit.
• Penarikan kabel feeder dengan tidak diperbolehkan ada sambungan
• Radius pembelokkan kabel minimum 15 kali diameter kabel
• Starter Motor :
− Semua starter untuk pemakaian daya motor 5 HP harus memakai
otomatik star – delta starter, kurang dari 5 HP memakai DOL.

1.7. PENGUJIAN

1.7.1. Umum
• Semua biaya dan peralatan yang diperlukan untuk melakukan
pengujian disediakan oleh pelaksana Pelaksana pekerjaan.
• Pelaksana pekerjaan harus memberitahukan kepada direksi paling
lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum mulai pelaksanaan pengujian.
• Dalam masih ada kebocoran atau belum berfungsinya suatu sistim
dengan baik, maka pelaksana harus memperbaiki peralatan tersebut
& mengulangi pengujian lagi.
• Alat-alat bantu untuk pengujian antara lain: manometer,
pompa-pompa dan lain-lain, harus dalam keadaan baik dan ditera
secara resmi.

1.7.2. Pipa dan Jaringan Pipa


• Untuk pipa air bersih, pengujian dilakukan dengan ketentuan 2 (dua)
kali tekanan kerja selama 8 jam tanpa ada penurunan tekanan uji.
Dalam hal ini tekanan uji saluran air bersih = 10 atm. Selanjutnya
sebelum pipa dan jaringan pipa siap untuk pertama kalinya
dioperasikan, maka pelaksana wajib melakukan “desinfektansi”
terlebih dahulu (dengan desinfektansi yang disetujui). Pada
prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian perbagian atau
panjang pipa max. 100 meter.
• Untuk pipa air kotor, air buangan dan ventilasi pengujian dilakukan
dengan test rendam dengan air selama 8 jam.
Infrastruktur Lanjutan 69
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

1.7.3. Pompa
• Semua pompa harus diuji sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatnya. Pelaksana harus menghitung kembali besarnya jumlah
aliran air yang mengalir dan total head berdasarkan peralatan mesin
(sesuai dengan penawaran) yang dipasangnya atau mencoba sisa
tekanan pada fixture unit yang paling jauh.

1.7.4. Reservoir
• Tangki air setelah dibersihkan harus diuji selama 24 jam tanpa ada
penurunan tinggi air.
• Semua peralatan harus dapat berfungsi dengan baik.

1.8. TRAINING

• Pelaksana pekerjaan harus memberikan training bagi operator minimal 3 (tiga)


orang yang ditunjuk oleh pemberi tugas, sebelum diterbitkannya surat
keterangan serah terima pekerjaan pertama.
• Materi training teori dan pratek sampai dapat mengetahui operasi dan
maintenance.

1.9. REFERENSI PRODUK

• Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi.


Pelaksana pekerjaan dimungkinkan untuk mengajukan alternative lain yang
setaraf dan Pelaksana pekerjaan baru dapat menggantinya bila sudah ada
persetujuan resmi dan tertulis dari Pengawas Lapangan.
• Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :

No Uraian Spesifikasi Teknis Merk / Produk

Debit : 200 liter / Versa, Grundfos, Teral,


1 Pompa Sumur Dalam
menit Ebara
Total Head : 60 m
Power : 4 Kw

Debit : 278 liter / Versa, Grundfos, Teral,


2 Pompa Transfer
menit Ebara
Total Head : 35 m
Power : 4 Kw

Infrastruktur Lanjutan 70
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

No Uraian Spesifikasi Teknis Merk / Produk

Debit : 2 x 60 liter / Versa, Grundfos, Teral,


3 Pompa Booster
menit Ebara
Tek. Kerja : ON : 1,5
Atm ; OFF : 2,5 Atm
ON : 1
Atm ; OFF : 2,5 Atm
Power : 2 x 0.60 kW

Sewage Water Enviro RBC, GE RBC,


4 Kapasitas : 5 m3
Treatment Blivet
Plant ( STP )

5 Gate Valve AFA, Showa, Toyo, Kitz

6 Floater switch KKK, Showa

7 Check Valve AFA, Showa, Toyo, Kitz

8 Tangki Atas Kapasitas : 4 m3 Enduro, Gunung Putri


Material : Fibreglass

Pipa air bersih ( GIP


9 Ex Lokal
dingin )

Pipa PVC Class AW 10


10 Pipa air buangan Wavin,Banlon,Pralon
kg/cm²

Pipa PVC Class AW 10 Wavin, Banlon,Pralon,


11 Pipa vent
kg/cm² Union

12 Fitting PVC Class 10 kg/cm² TSK, SSS, PPI

13 Hanger rod Galvanized Ex Lokal

Infrastruktur Lanjutan 71
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LANJUTAN SEKOLAH VOKASI KAMPUS IPB SUKABUMI

No Uraian Spesifikasi Teknis Merk / Produk

14 Clamp Galvanized Ex Lokal

15 Clean out Toto, SAN EI

16 Floor drain Toto, SAN EI

17 Roof drain Ex Lokal

PASAL 18
PENUTUP

Segala perubahan dari Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Administrasi dan Teknis dan
Lampiran-lampiran lainnya akan dituangkan dalam Risalah Berita Acara Penjelasan (Aanwijzing)
dan menjadi bagian yang mengikat dan tidak terpisahkan dengan Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS) ini serta bersifat mengikat.

Bogor, Juli 2022


Konsultan Perencana
PT. DINAMIKA SARANA INOVASI

H. RUSLAN ABDUL GAFAR, ST


Direktur

Infrastruktur Lanjutan 72

Anda mungkin juga menyukai