Anda di halaman 1dari 2

Melihat 26 september

September merupakan sebuah bulan yang banyak melahirkan peristiwa besar, sebuah
memontum gerak yang sangat besar terjadi di berbagai daerah di indonesia, impact ini berasal dari arus
besar penolakan rancangan uu yang di nilai ngawur, hal ini dapat di lihat secara runut, ,munculnya
gerakan-gerakan sipil yang menuntut untuk di hapusnya beberapa pasal controversial, serta RUU yang di
nilai ngawur dan syarat akan kepentingan oligarki, arus demonstrasi yang berlarut-larut ini member
atensi besar bukan hanya kepada organ sipil yang berada di pusat, namun juga di daerah, disatukan
dengan sebuah isu besar Reformasi Dikorupsi, arus gerak ini pula sampai di Sulawesi tenggara, tepat
pada tanggal 26 september, arus demonstrasi yang terjadi begitu besar, selayaknya aksi demonstrasi
pada umumnya, sehari sebelum hajatan besar gerak sipil tersebut kami melakukan rapat kecil, tentang
kajian-kajian ilmiah mengapa UU KPK harus di tolak dan beberapa RUU harus di kaji ulang oleh DPR RI,
buth waktu sekitar 2 jam lebih untuk menyamakan presepsi, serta point-poit tuntutan apa saja yang
organ kami akan layangkang, selain kajian ilmiah tentang RUU dan UU KPK kami pula mengadakan teknis
lapangan, untuk memastikan kesiapan organ gerak serta, langkah-langkah strategis apa yang akan kami
lakukakan, saya mengingat pesan seorang senior yang cukup matang dalam dunia pergerakan, dia
mengatakan besok itu adalah medan yang sangat berat, karena kemungkinana banyak isntrumen sipil
yang akan bergerak, dan akan berbeda dari demonstrasi-demonstrasi yang biasa terjadi di kota ini.

26 september, dengan menghembus nafas panjang yang sebelunyanya diawali dengan doa-doa
kepada sang pencipta, kami mulai berkumpul di titik yang telah di tentukan, benar saja,, titik yang
menjadi titik kumpul awal kami itu juga menjadi titik kumpul beberapa organ gerak yang saat itu juga
ingin menyuarakan aspirasinya, tepat pukul 08.30 pagi itu instrument gerak kami telah siap menuju
gedung dewan, sembari para orator-orator melakukan agitasi-agitasi pembakar semangat, kami pun
jalan menapaki perjuangan, jalan-jalan dipenuhi orang-orang yang kesal akan tingkah anggota dewan
yang terhormat, dengan menggunakan selembaran-selembaran mereka menuangkan kemarahannya,
pukul 11.00 kami tiba di titik orasi pertama, simpang 4 EKS-MTQ, mungkin ini pengalaman pertama
penulis melihat aksi massa sebesar dan sebanyak ini, instrument gerak kami pun mencoba mendekat ke
gedung dewan, dengan melakukan komunikasi dengan kawan-kawan organ lain untuk mengizinkan
instrument gerak kami masuk, 10 menit, akhirnya kami berada tepat di depan gedung dewan, melebur
bersama instrument gerak yang lain, kami menunggu sesambil berorasi di depan gedung terhormat itu
pukul 12.20 kami berinsiatif untuk memanggil tiap jendral dari tiap organ, untuk menyamakan presepsi
terkait tuntutan, 15 menit, presepsi pun satu, kami pun meminta tiap jendral dari tiap organ untuk naik
dan berorasi di istrumen gerak kami, bergantian, Ketua DPR Prov pun ikut naik diinstrument gerak kami,
tidak cukup 10 menit, saat salah seorang jendral berorasi, ternayata ada organ yang mencoba masuk
tanpa mongkonfirmasikan kepada jendral organ tersebut, alot. Kami dan seluruh instrument gerak kami
menarik diri,karena kami rasa gerakan sudah mulai disusupi kepentingan, benar saja baru berjalan 10
meter dari titik instrument gerak , pecah!!!, kerusuhan tak dapat di hindarakan, massa aksi menjadi
tidak terkontrol, gas air mata berterbangan, water cannon menyemburkan air dengan derasnya,kami
pun berinisiatif menarik instrument gerak bersama kawan-kawan yang lain agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak di inginkan.
Anomali, iya, itu lah yang terjadi, massa aksi dan polisi saling serang satu sama lain, kami
bergeser tidak telalu jauh dari tempat kejadian, sambil berdiskusi untuk memfikirkan langkah apa yang
akan kami ambil, kami pun mulai menghubungi semua kerabat kami untuk menarik diri dari gerakan
karena gerakan mulai tidak sehat dan terkontrol, penulis pun ditugaskan oleh jedral organ kami untuk
menjadi kurir, dan menjemput semua kerabar yang masih tertinggal dekat dengan konsentrasi chaos, 3
kali penulis pulang pergi ke dekat titik chaos untuk menjemput, di penjemputan ke 2 penulis bertemu
seorang kerabat, yang menyapa dengan hangat, sembari melempat senyum, bnercerita sejenak tentang
aksi dan keterlibatannya, kami pun berpisah, karena penulis masih melakukan penjemputan terhadap
kerabat yang lainnya, sejam setelah pertemuan tersebut, kabar tak enak pun datang, seseorang tewas
tertembak, sesmabil mencari informasi, penulis pun terteguh, bahwa yang tewas ialah kerabat yang
sejam lalu melempar senyum dan sapa hangat, tak percaya,

Anda mungkin juga menyukai