Anda di halaman 1dari 11

REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Vol. 4 No.

1 Juni 2022

PEMBENTUKAN SELF STIGMA ORANG DENGAN


HIV/AIDS BINAAN LEMBAGA SOSIAL
MASYARAKAT LENSA SUKABUMI
Virgiawan Bagaskara
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung
virgiawan.bagaskara@gmail.com

Ellya Susilowati
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung
ellyasusilowati1@gmail.com

_________________________

Abstract
Self-stigma is a stigma that is attached to someone with HIV-AIDS. This research is to
find out the self-stigma to people who are diagnosed with HIV-AIDS who get treatment
from a rehabilitation center in Sukabumi, called LENSA. The aspects which are assessed
from the stages of self-stigma are awareness, acceptance, application, harm due to
isolation, stereotype and discrimination. This research used a qualitative approach using
a descriptive method from four people who are diagnosed positive HIV-AIDS who felt
isolated. The data collection technique was using in-depth interview, observation and
documentation study. The result of the research indicates that the steps which have been
through by people with HIV-AIDS positive are (1) stigma awareness that is feeling
negative and different about themselves; (2) acceptance that is agreeing to the given
stigma because of an assumption that people's opinion is bad; (3) application and impact
of self-stigma that is committing self harm, and withdrawing themselves from society.
Based on these findings, it is recommended that LSM Lensa arrange a program to improve
self positive images through self-help groups.

Keywords:
Self-Stigma, People Living with HIV/AIDS (PLWH), Sukabumi
______________

Abstrak
Self-stigma merupakan salah satu stigma yang terdapat pada Orang dengan HIV-AIDS
(ODHA). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang Self-stigma pada
ODHA yang mendapatkan layanan dari Lembaga Rehabilitasi LENSA Sukabumi.
Aspek-aspek yang diteliti dari tahapan Self-Stigma yaitu kesadaran (awarness),
persetujuan (acceptance), aplikasi (aplication), dampak (harm) dari pengucilan, stereotip
dan diskriminasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif terhadap empat orang ODHA yang memiliki kasus merasa dikucilkan. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth interview),
observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan tahapan self stigma yang
dilalui ODHA sebagai berikut (1) kesadaran stigma yaitu merasa diri negative dan merasa
berbeda; (2) persetujuan yaitu menyetujui bahwa pandangan stigma itu benar karena
memiliki asumsi bahwa anggapan orang lain buruk; (3) aplikasi dan dampak stigma diri
yaitu melakukan self harm, menarik diri dari lingkungan. Berdasarkan temuan tersebut

12
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Vol. 4 No. 1 Juni 2022

direkomendasikan kepada LSM Lenda untuk merancang program untuk meningkatkan


pandangan positif terhadap diri sendri melalui kelompok bantu diri

Kata Kunci: Self-Stigma, Orang Dengan HIV/AIDS,


.

13
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Vol. 4 No. 1, Juni 2022

PENDAHULUAN stigma diri. Ini terdiri dari pembenaran dari


Stigma menjadi perhatian utama bagi stereotip diri misalnya "saya berbahaya",
orang yang hidup dengan human prasangka "saya takut pada diri sendiri", dan
immunodeficiency virus- Acquired Immune mengakibatkan stigma diri misalnya
Deficiency Syndrome (HIV-AIDS), dan mengisolasi diri (Corrigan, P. W., & Rao, D;
memiliki dampak besar bagi kesehatan serta 2012).
anggota keluarga mereka (Ma, Polly .X., et al. Selanjutnya Corrigant, et al (2012),
2019). Stigma HIV/AIDS juga menjadi mendefinisikan stigma diri:
masalah sosial diantara mereka yang terinfeksi “Stigma diri juga sering
(Sadati, A. K., et al. 2019). Stigma disamakan dengan penerimaan diri
didefinisikan sebagai atribut yang tidak yang negatif, yang mana pengakuan
seseorang bahwa publik memiliki
diinginkan atau mendiskreditkan yang dimiliki
prasangka buruk dan akan
individu, sehingga mengurangi status individu memberikan stigma terhadap mereka.
tersebut di mata masyarakat (Zelaya, et al, Secara khusus, mereka akan
2012, Polly. X., et al. 2019). merasakan devaluasi atau
Stigma yang dialami oleh Orang Dengan merendahkan diri dan diskriminasi
HIV-AID (ODHA) saat ini bukan hanya yang menyebabkan menurunnya harga
stigma yang didapat dari lingkungan eksternal, diri dan efikasi diri (keyakinan
individu mengenai kemampuan
namun tantangan lain yaitu stigma yang
dirinya dalam melakukan tugas atau
muncul dari diri mereka sendiri sebagai tindakan yang diperlukan untuk
ODHA. Hal ini seperti ditemukan hasil mencapai hasil tertentu).”
penelitian Suryani (2016) di Poli Cendana Stigma diri sendiri dapat menyebabkan
Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi bahwa kerugian, penurunan harga diri dan self- efficacy
44.4% responden memiliki self stigma rendah, atau efikasi diri yang signifikan, yang pada
sehingga mempengaruhi rendahnya motivasi akhirnya dapat memberikan kerugian kepada
dalam proses pengobatan mereka (Suryani, diri ODHA sebagai dampak dari stigma diri
2016). Stigma diri ODHA juga masih terdapat (Corrigant dan Rao, 2012). Dampak-dampak
pada kelompok yang telah mendapatkan atau kerugian yang kemungkinan dapat dialami
intervensi support group) sehingga masih dari stigma diri ini termasuk didalamnya, orang
perlu mendapatkan intervensi lain untuk yang mengstigma diri dapat menutup diri dari
menghilangkan stigma diri. (Chime, Onyinye lingkungan, sehingga salah satu fungsi sosial
Hope, Susan Uzoamaka, 2019) tidak dapat berjalan. Lalu, akan berlanjut
Stigma diri merupakan internalisasi dari menuju dampak selanjutnya, orang yang
diskriminasi publik yang mengakibatkan menutup diri akan kesulitan untuk memenuhi
sterotip negatif, dan berdampak pada harga diri kebutuhan nya, karena dia mengurangi bahkan
rendah (Corrigan & Watson, 2002). Stigma menutup akses terhadap dirinya sendiri (Reysa,
diri sering disamakan dengan stigma yang 2017).
dirasakan, pengakuan seseorang bahwa Stigma diri dapat menjadi penghalang
masyarakat memiliki prasangka dan akan untuk mencapai tujuan hidup. Namun demikian,
mendiskriminasi mereka karena label penyakit harga diri dan efikasi diri juga sebenarnya dapat
mereka. Individu yang hidup dengan kondisi mengurangi akibat berbahaya dari stigma diri.
terjankit virus HIV juga rentan terhadap Harga diri yang berkurang menyebabkan rasa
stereotip negatif tentang diri mereka sendiri, kurang layak mendapat kesempatan atau

14
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Vol. 4 No. 1 Juni 2022
_____________________________________________________________________________

peluang yang ada sehingga melemahkan usaha ditujukan pada individu terkait kondisinya,
pada kesempatan atau peluang tersebut seperti kemudian individu tersebut setuju dan
mendapatkan pekerjaan yang kompetitif. menanggap fenomena yang ditujukan pada
(Corrigan, et al, 2012) mereka adalah benar ; (3) Aplikasi, pada konsep
Hasil penelitian Suryani (2016) pengaplikasian stereotip yang berasal dari
menunjukan bahwa tidak semua ODHA yang lingkungan, kemudian diterapkan oleh individu
sudah mendapatkan pelayanan medis sudah kepada dirinya sendiri, dan pada tahapan ini
dapat terlepas dari stigma diri negatif. Kerap stigma diri muncul. Aplikasi dari bentuk stigma
masih terdapat ODHA yang mengisolasi diri di diri yang muncul, individu tersebut akan
lingkungan tempat tinggalnya, dan mereka memandang dirinya rendah pula, sama seperti
masih tetap mengkonsumsi ARV untuk bagaimana lingkungan memandang dirinya,
menjaga kondisi tubuh mereka, namun untuk karena individu tersebut telah menyadari dan
aspek sosial masih mengalami hambatan untuk menyetujui mengenai anggapan negatif
saling beinteraksi dengan masyarakat luar terhadap kondisi dirinya: (4) Self harm,
(Suryani, 2016) . Sebagai konsekuensi dari hal merupakan suatu metode coping terhadap
tersebut, banyak ODHA yang masih kesulitan keadaan emosional yang sulit seperti
untuk menjalankan fungsi sosialnya, yaitu kecemasan, stress dan perasaan negatif lainnya.
menjalankan peran sosial, memenuhi Kerugian (Harm) ini sebagai dampak dari
kebutuhan, dan memecahkan masalahnya stigma diri ( Alderman dan Connors dalam
sendiri. Hal ini dapat diakibatkan karena Tresno,2005). Kerugian dari stigma diri sendiri
stigma yang muncul dari dirinya sendiri, berdampak pada faktor psikologis, sosial, dan
sebagai akibat dari adanya pemberian label ekonomi. Secara umum gambaran dampak
negative. ODHA memandang, berpikiran dan psikologis yang dialami oleh ODHA adalah
merasa negatif terhadap diri sendiri, tidak denial atau tidak terima terhadap kondisinya
berharga, tidak berguna, tidak berdaya seperti depresi dan keinginan bunuh diri.
sehingga menarik diri dari lingkungan dan Dampak sosial yang dialami oleh ODHA adalah
berkeinginan bunuh diri (Reysa, 2017; Ma, mereka cenderung menarik diri dari masyarakat
Polly , 2020; Van der Kooij YL, et al 2021). dan belum terbuka kepada orang lain (Scheid &
Untuk memahami stigma diri perlu Brown , 2010; Corrigan, et al, 2012).
dipahami terjadinya Self stigma, Scheid & Isu kasus stigma diri ini juga terjadi pada
Brown (2010) dalam teorinya menjelaskan klien Lembaga Swadaya masyarakat (LSM)
bahwa stigma diri dapat terbentuk melalui Lensa Sukabumi. Lembaga ini memberikan
tahapan berikut: (1) tahap kesadaran pendampingan, konseling dan advokasi bagi
(Awareness), berarti individu tersebut sadar ODHA . Jumlah ODHA yang didampingi pada
akan apa yang terjadi pada lingkungan sekitar tahun 2020 sebanyak 94 orang, namun dari
nya dan berdampak pada emosi individu, jumlah tersebut terdapat ODHA yang jarang
sehingga stigma diri yang terbentuk berupa dan tidak rutin datang ketempat layanan karena
emosi yang timbul dari pengalaman- lebih suka mengucilkan diri. Hal ini apabila
pengalaman yang didapat dari lingkungan dibiarkan akan berdampak menurunnya kondisi
sekitar; (2) tahap persetujuan (Agreement), kesehatan ODHA. Temuan empiris mengenai
dimana individu tersebut setelah sadar akan self-stigma di masyarakat luas menunjukan
fenomena berupa pengalaman-pengalaman bahwa permasalah ini masih belum dikenal
stereotip negatif dari lingkungan yang secara luas. Hal ini terbukti dari berbagai kajian

15
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Vol. 4 No. 1, Juni 2022

literatur yang membahas mengenai self- LENSA Sukabumi yang dapat memberikan
stigma. Selain itu, penelitian yang berkaitan informasi atau data berupa kata-kata dan
dengan self-stigma masih terbatas jumlahnya tindakan terkait dengan stigma diri yang
yang tersebar. Secara dampak, self-stigma dirasakan; b) Sumber data sekunder yang
sendiri memiliki pengaruh yang cukup besar diproleh dari foto, dan file-file mengenai data
bagi orang yang melakukan hal tersebut, diri termasuk rekamedis dan individual records
terdapat berbagai faktor pula yang ODHA di LSM LENSA Sukabumi.
menyebabkan seseorang melakukan self- Informan ditentukan dengan cara
stigma, dan dapat dikatakan pula bahwa self- purposive, dengan kriteria: 1) sudah dinyatakan
stigma merupakan bentuk lain dari stigma.
positif terjangkit virus HIV termasuk baik sudah
Maka dari itu, permasalahan ini menjadi
memasuki fase AIDS ataupun belum; 2)
penting, dan penelitian ini bertujuan salah
terindikasi mengalami stigma diri berdasarkan
satunya untuk memperkaya literatur mengenai
catatan kasus LSM LENSA Sukabumi.; 3)
self- stigma.
berusia 15-64 tahun; 4) bersedia untuk
Berdasarkan latar belakang tersebut
menceritakan kondisi dirinya dan apa yang
maka dilakukan penelitian tentang stigma diri
ODHA dampingan LSM Lensa Sukabumi. dialaminya sebagai ODHA. Untuk menemukan
Secara rinci sub problematic diuraikan untuk informan sesuai dengan kriteria dilakukan
mengungkap bagaimana tahapan ODHA secara snowball, yaitu dapat mengetahui
melabeli dan memandang diri mereka mulai informasi atau data dari satu informan ke
dari penyadaran aspek stereotip, pengucilan informan lainnya secara bergulir. Pada
dan bentuk diskriminasi yang mereka alami pelaksanaannya, peneliti mengidentifikasi,
(Scheid & Brown , 2010; Corrigan, et al, 2012) memilih dan mengambil dalam suatu jaringan
dalam hal ini jaringan dalam LSM LENSA
METODE Sukabumi. Dari teknik tersebut ditemukan
Penelitian ini menggunakan metode empat orang informan dengan karakteristik
kualitatif dengan model deskriptif kualitatif seperti pada tabel berikut:
untuk dapat menggambarkan self-stigma
ODHA di LSM LENSA Sukabumi. Tabel 1. Data Informan
Poerwandari, E.K (2007) menyatakan bahwa
Data Informan Informan InformaN Informan
pendekatan kualitatif sesuai untuk penelitian R RW D
yang memahami manusia dengan segala Jenis P Laki laki Laki laki Laki lak
kompleksitasnya sebagai makhluk subjektif. Kela
min
Penelitian tentang Self-Stigma atau stigma diri
Usia 27 35 26 28
adalah hal yang bersifat subjektif yang dapat Pendi SD SMA SMA SMA
dirasakan setiap individu, terdapat didalamnya dikan
pengalaman dan makna yang dihayati individu peker Ibu Juru Rias Outreach Outreach
jaan Rumah worker worker
tentang kehidupannya. Tangga
Sumber data yang digunakan adalah: a)
sumber primer, yaitu sumber data yang dapat Sumber : Penelitian Self-Stigma ODHA di
diperoleh langsung dari lapangan atau tempat LENSA Sukabumi 2020
penelitian, yaitu dari ODHA dampingan LSM

16
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Vol. 4 No. 1 Juni 2022
_____________________________________________________________________________

Teknik pengumpulan data dilakukan bahwa ODHA memandang pula dirinya negatif
melalui 1) Wawancara mendalam kepada karena dia adalah seorang ODHA.
informan juga pengurus lembaga: 2)Studi b. Merasa berbeda.
dokumentasi terkait data informan di Lembaga Orang yang di vonis positif terjangkit
; 3) observasi terkait mimik dan sikap informan HIV menyadari adanya perubahan-perubahan
seperti lebih menarik diri, menghindari, yang terjadi pada dirinya baik perubahan fisik,
kurang bersahabat. emosi dan gaya hidup. Semua informan
Teknik pemeriksaan data dilakukan data menyadari tentang adanya perubahan itu
dilakukan dengan cara: 1) ketekunan sehingga mereka memiliki perbedaan dengan
pengamatan pada perilaku pembentukan Self- mereka yang bekum menjadi ODHA. Hal
Stigma ODHA dengan mendatangi rumahnya tersebut seperti dikemukakan oleh salah
sebanyak empat kali ;2) Triangulasi, untuk seorang informan bahwa mereka memiliki
pengecekan data baik pada teori dan sumber konteks yang berbeda yaitu ODHA memiliki
informasi lainnya melakukan wawancara gaya hidup yang berbeda dengan lingkungan
kepada petugas /konselor (Moleong, 2011). orang normal lainnya . Contoh yang
dikemukakan oleh informan adalah dahulu
HASIL PENELITIAN mereka sebaelum mejadi ODHA dapat
Self stigma (stigma diri) dari ODHA berkumpul dengan teman-temannya, namun
menjelaskan bagaimana informan ODHA kemudian setelah menjadi ODHA menarik diri
menyadari, meyakini, mengaplikasi stigma diri karena khawatir teman-temannya tidak mau
dan dampak yang mereka rasakan dari stigma menerima dirinya.
diri. Lebih lanjut di kemukakan bahwa pola
1. Kesadaran akan stigma diri. hidupnya sekarang berbeda, sehingga dia juga
Stigma diri terjadi melalui proses harus menjaga kondisi tubuhnya, karena daya
penyadaran diri sehingga akhirnya tahan tubuhnya sudah menurun.
mengstigma diri. Hasil wawancara proses c. Merasa takut.
stigma diri: Stigma diri timbul karena perasaan takut
a. Merasa diri negatif. yang dialami oleh seseorang. Rasa takut
Semua informan mengatakan bahwa tersebut timbul karena hal-hal negatif yang
mereka mulai meng ‘stigma diri’ setelah mungkin saja menimpa dia. RW sebagai salah
mereka di vonis positif HIV bahkan hingga satu informan mengemukakan bahwa semenjak
saat ini. Alasan yang dikemukanan dua ia menjadi ODHA, selalu ada perasaan takut
informan bahwa ODHA menganggap orang selalu melekat pada dirinya, sehingga dia
lain memandang negatif terhadap mereka dan menarik diri.
hal tersebut menjadikan rasa percaya diri 2. Menyetujui stigma diri.
mereka menurun, yang berakibat mereka Setelah individu menyadari tentang
membatasi diri terhadap lingkungan sekitar. pandangan negatif terhadap dirinya dan adanya
Sementara terdapat satu informan melihat perubahan-perubahan terjadi baik dalam diri
pengalaman-pengalaman negatif terhadap maupun lingkungan, individu tersebut
ODHA. Informan tersebut menyadari bahwa kemudian menyetujui bahwa pandangan
ODHA masih memiliki cap negatif di tentang stigma diri itu benar. Pada tahap ini
masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan dapat disebut juga dengan tahap persetujuan

17
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Vol. 4 No. 1, Juni 2022

tentang stigma diri yang dilakukan. Alasan orang lingkungan mereka. Hal ini seperti
informan menyetujui stigma diri: dikemukakan oleh salah seorang informan yang
a. Sudah memiliki latar belakang kurang menyatakan berikut tentang kesetujuannya:
baik. “Setujunya karena aku pasti bakal kena cap
Salah seorang informan menyadari buruk dari orang kalo semisal tau status
bahwa dia menyetujui stigma diri karena sudah ODHA ku ini. Dari situ kan jadi ngerasa oh
iya yah, aku di mata orang lain kayanya
memiliki latar belakang kurang baik sehingga
emang buruk banget”
informan memiliki anggapan negative tentang Pernyataan tersebut terlontar dari
dirinya kurang baik. Salah seorang informan informan RW, ia mengatakan bahwa dirinya
memiliki latar belakang perilaku berisiko merasa akan dipandang negatif oleh orang-
dengan berganti-ganti pasangan hingga orang jika mereka mengetahui statusnya.
menjajakan dirinya sehingga berdampak dia Berdasar pernyataan ini terlihat dirinya pun
tertular HIV/AIDS. Informan tersebut setuju bahwa ia memandang dirinya negatif dari
memandang bahwa dirinya bukan orang bener, kata-kata “ia merasa akan diperlakukan negatif
sehingga dia menyetujui tentang stigma diri oleh orang lain”, dari kata merasa sendiri
karena latar belakang tersebut. menunjukan bahwa dirinya ini setuju bahwa
“Aku memandang diri ku negatif karena RW merasa dirinya negatif karena rasa khawatir
dulunya aku bukan orang yang baik kan,
akan mendapatkan stigma negatif pula dari
dulu aku ada di pergaulan bebas lah a,
pokoknya gak bener kalo inget-inget lagi masayarakat.
mah. Terus kan liat kondisi aku sekarang, 3. Pengaplikasian dari stigma diri.
udah mah sakit, bukan orang punya juga, Tahapan pengaplikasian stigma diri
tapi kelakuan dulunya gak bener. Jadi merupakan implementasi dari berbagai
ngerasanya aku itu bukan orang bener.” kesadaran dan persetujuan individu bagaimana
Demikian penuturan informan dengan
mereka memandang negatif diri mereka sendiri.
menundukkan kepala.
b. Memiliki asumsi bahwa orang lain Mereka menyadari terdapat perbedaan dari
beranggapan buruk. dirinya dibandingkan dengan orang lain,
Informan D menyatakan bahwa orang mereka setuju bahwa perbedaan tersebut
lain akan memiliki konotasi negative kalau memberikan efek negatif dan mereka
mengetahui dia positif HIV/AIDS. Dengan membenarkan hal tersebut, kemudian
asumsi itu ia menyetujui bahwa informan impelementasi dari berbagai tahapan tersebut
sudah memiliki label negative.sebagai ODHA. tetuang dalam konsep pengaplikasian stigma
c. Khawatir akan mendapatkan stigma diri.
lagi. Berikut merupakan bentuk-bentuk
Pernyataan mengenai bagaimana aplikasi stigma diri para informan;
perasaan khawatir akan stigma yang akan a. Melakukan Self-harm
diterima membuat seseorang menyetujui Bentuk dari stigma diri bermacam-
dirinya melakukan stigma diri disampaikan macam, tergantung dari bagaimana individu
oleh dua informan, bahwa mereka masih tersebut merasa bagaimana ia menganggap
merasa takut mendapatkan anggapan negative negatif dirinya dan bagaimana coping
lagi apabila mengungkapkan statusnya sebagai mechanism dari perilaku tersebut. Salah satu
ODHA kepada orang lain. Dan mereka juga bentuk yang timbul adalah self- harm atau
merasa ketakutan diperlakukan tidak baik oleh melukai diri sendiri. Perilaku ini dapat dianggap
sebagai suatu coping dari individu akibat dari
18
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Vol. 4 No. 1 Juni 2022
_____________________________________________________________________________

pengalaman negatif yang menimpa dirinya, Dari sinilah, sikap mereka yang menarik diri
dalam hal ini individu tersebut memandang dari lingkungan sosialnya timbul.
dirinya negatif dan rendah. 4. Stereotip.
Informan R mengakui bahwa dirinya kerap Stereotip sendiri dapat diartikan sebagai
kali melakukan self-harm apabila merasakan pengetahuan dan keyakinan mengenai
tekanan yang cukup tinggi. Seperti yang sudah seseorang atau kelompok-kelompok tertentu.
dijabarkan, bahwa R melakukan stigma diri HIV-AIDS dewasa ini masih memiliki cap-cap
apabila dia merasa stress yang ditimbulkan negatif yang beredar di masyarakat luas.
oleh masalah terutama masalah ekonomi Stereotip ODHA yang menjadi salah satu target
keluarganya. R saat mendapatkan masalah stereotip masyarakat tidak lepas dari hal
akan merasa dirinya ini tidak berguna, karena tersebut. Informan R mengatakan setelah
sudah memiliki penyakit HIV ditambah ia pun menerima stereotip negatif tersebut ia merasa
mendapatkan berbagai masalah dalam menjadi orang paling kotor, lalu teringat
hidupnya. kembali akan masa lalu yang pernah ia jalani.
b. Menarik diri dari lingkungan sosial “Aku ngerasa kaya cewe paling kotor aja,
Pernyataan yang paling banyak ngerasa aku itu hina mungkin di mata
diungkapkan oleh informan mengenai aplikasi orang lain, meskipun cuman 1 orang yang
bilang kaya gitu, tapi rasanya itu kayanya
stigma diri ini adalah individu menjadi
semua orang bakal mandang aku gitu
menarik diri dari lingkungan sosialnya, baik juga”
lingkungan pertemanan maupun keluarga. Hal Lalu RW menyampaikan bahwa dampak
ini buntut dari bentuk stigma diri dimana yang ia rasakan adalah kepercayaannya kepada
individu tersebut merasa khawatir apabila teman-teman nya menjadi berkurang.
mendapat stigma dari orang lain dan ketakutan “Ke aku nya jadi rada kurang percaya gitu
mendapatkan pengalaman-pengalaman negatif ke orang-orang, bahkan ke temen juga
lainnya. kan. Pasti ada lah beberapa yang ember
c. Merasa setuju akan anggapan-anggapan nanti nya tuh”
negatif yang masih ada di masyarakat Informan N menyampaikan bahwa
terhadap ODHA. setelah mendapatkan stereotip, rasa percaya
Kemudian mereka pun menganggap percaya kepada teman-temannya menjadi
dirinya demikian, akan merasa di anggap berkurang. Hingga mengakibatkan dirinya tidak
rendah oleh orang lain apabila orang-orang berani lagi untuk benar-benar terbuka kepada
mengetahui mengenai status ODHA yang orang lain.
dimilikinya. Pernyataan ini diungkapkan oleh
tiga informan yaitu RW, N dan D, mereka PEMBAHASAN
bertiga merasakan hal yang sama terkait Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
stigma diri yang dialami. Ketiganya secara dianalisis terkait dengan stigma diri ODHA
umum merasa dirinya negatif karena setuju adalah sebagai berikut:
akan anggapan-anggapan negatif yang akan 1. Pandangan negatif tetang ODHA
dilontarkan masyarakat terhadap mereka. pengaruh dari stigma public.
Mereka kemudian memadang dirinya pun Stigma masyarakat terhadap label ODHA
demikian, akan merasa rendah karena orang mempengaruhi kesadaran terbentuknya stigma
lain pun mungkin akan beranggapan demikian. diri, seperti dikemukakan oleh shield & Brown

19
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Vol. 4 No. 1, Juni 2022

(2010z) bahwa mereka menyadari adanya memperkuat terhadap terbentuknya self


stigma public terhadap ODHA. stigma). Menyalahkan diri secara terus menerus
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat menyebabkan permasalahan fisik dan
informan setuju dengan anggapan negative psikologis ODHA seperti stress dan
masyarakat terhadap ODHA. Persetujuan itu kecenderungan untuk bunuh diri (Reysa, 2017).
terbentuk karena mereka memiliki perilaku
berisiko sehingga setelah berstatus sebagai KESIMPULAN
ODHA masih melatarbelakangi seseorang Self stigma terbentuk melalui tahapan
untuk melabelkan bahwa dirinya memiliki dari penyadaran adanya pandangan negative
label negative (Corrigan, P. W., & Rao, D; terhadap ODHA itu sendiri. Kondisi latar
2012). Hal ini juga berhubungan dengan belakang perilaku berisiko ODHA juga
stereotip masyarakat terhadap ODHA yaitu mempengaruhi terhadap persetujuan tentang
pengetahuan yang kurang tentang ODHA. stigma diri ODHA. Self stigma terbentuk
Untuk itu Chime, et al (2019) dalam artikelnya melalui tahapan yang perlu diketahui
menyarankan adanya pencerahan terhadap penyebabbya sehingga dapat memudahkan
public tentang ODHA sebagai mitigasi self intervensi dalam mengubah pandangan dan
stigma emosi dari ODHA.
2. Ketakutan akan status ODHA. Untuk tidak berkepanjangan dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdampak pada kesehatan dan produktifitas
stigma diri disebabkan oleh ketakutan ODHA ODHA maka direkomendasikan program
akan statusnya diketahui oleh orang lain penguatan ODHA untuk menghilangkan self
sehingga ODHA menarik diri dari lingkungan, stigma dengan memperhatikan tahapan
tidak mau bergaul dengan lingkungan pembentukan stigma diri. Program intervensi
sebelumnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh yang diusulkan adalah meningkatkan
persetujuan yang terbentuk dari pengaruh pandangan positif terhadap diri sendiri melalui
lingkungan tentang anggapan negative kelompok bantu diri.
terhadap ODHA seperti dikemukakan oleh
Corigan, et al, ( 2012). Kondisi aplikasi
DAFTAR PUSTAKA
tentnag stigma diri ini apabila dibiarkan akan
Anggreni. 2015. Pengaruh Stigma terhadap
menyebabkan , isolasi sosial, tidak akses Self-Esteem pada Remaja Perempuan yang
terhadap layanan dan semakin akan Mengikuti Ekstrakulikuler Tari Bali di
memperburuk kesehatan ODHA (Corigan, et SMAN 2 Denpasar. Skripsi Tidak
al, 2012; Ma, Polly , 2020; Van der Kooij YL, Diterbitkan. Bali. Universitas Udayana.
et al 2021; Zelaya, et al, 2012) Arrey, Agnes Ebotabe, Johan Bilsen, Patrick
3. Latar belakang perilaku berisiko ODHA. Lacor, and Reginald Deschepper.
“Perceptions of Stigma and Discrimination
Hasil penelitian ditemukan bahwa self
in Health Care Settings Towards Sub-
stigma terbentuk dari stigma perilaku berisiko Saharan African Migrant Women Living
ODHA, seperti ditemukan adanya informan With Hiv/Aids in Belgium: A Qualitative
yang memiliki latar belakang berganti-ganti Study.” Journal of Biosocial Science 49, no.
pasangan. Latar belakang perilaku berisiko 5 (2017): 578–96.
yang menyebabkan terjangkit HIV/AIDS https://doi.org/10.1017/S002193201600046
8.

20
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Vol. 4 No. 1 Juni 2022
_____________________________________________________________________________

Chime, Onyinye Hope, Susan Uzoamak with HIV+/AIDS.” Social Science and
Arinze-Onyia, and Edmund Ndudi Ossai. Medicine 64, no. 8 (2007):
“Examining the Effect of Peer-Support on 154959.https://doi.org/10.1016/j.socscimed.
Self-Stigma among Persons Living with 2006.12.003.
Hiv/Aids.” Pan African Medical Journal 34 Miranda, Dian. 2012. Pengembangan Diri
(2019): 1–10. melalui Pemberdayaan Diri. Jurnal Visi
https://doi.org/10.11604/pamj.2019.34.200. Ilmi Pendidikan Volume 1 No.1
17652. Moleong Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian
Corrigant, Patrick W dan Rao, Deepa. 2012. On Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
the Self-stigma of Mental Illness: Stages, Remaja Rosda
Disclosure, and Strategies for Change. NIH Neuman, M., & Obermeyer, C. M. (2013).
Public Access. Can J Psychiatry. Agustus: Experiences of stigma, discrimination, care
464-469 and support among people living with HIV:
Hutapea. R; 2004. AIDS & PMS dan A four country study. AIDS and
Pemerkosaan, Jakarta: Raja Grafindo Behavior, 17(5), 1796-808
Hreeloita Darma Santi (2021) Poindexter, Cynthia Cannon. 2010. Handbook
https://www.antaranews.com/berita/255595 of HIV and Social Work. New
7/kemenkes-perkirakan-orang-dengan-hiv- Purwandari. E. K. 2007. Penelitian Perilaku
di-indonesia-capai-543100-jiwa (di akses Manusia. LPSP3. Fakultas Psikologi
Selasa, 7 Juni 2022 jam, 16.30) Lina Universitas Indonesia
Favourita, dkk. 2014. Praktik Pekerjaan Retnowati, Misrina. 2017. Hubungan
Sosial dengan HIV/AIDS. Bandung: Pusat Pendidikan dan Kepercayaan dengan
Kajian dan Layanan HIV/AIDS STKS Stigma Tokoh Agama terhadap Orang
Bandung dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten
Logie, Carmen H., Ying Wang, Ashley Banyumas. Purwokerta: Akademi
Lacombe-Duncan, Anne C. Wagner, Angela Kebidanan YLPP Purwekerto
Kaida, Tracey Conway, Kath Webster, Reysa, Muhammad. 2017. Self-Stigma pada
Alexandra de Pokomandy, and Mona R. Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA)
Loutfy. “HIV-Related Stigma, Racial Di Kota Makassar Makassar: Fakultas Ilmu
Discrimination, and Gender Discrimination: Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pathways to Physical and Mental Health- Hasanuddin
Related Quality of Life among a National Sadati, A. K., Taheri, V., Joulaei, H., &
Cohort of Women Living with HIV.” Hemmati, S. (2019). Experience of stigma
Preventive Medicine 107, no. July 2017 by women infected with HIV by their
(2018): 36–44. husbands: A qualitative study. International
https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2017.12.01 Journal of High Risk Behaviors and
8. Addiction, 31, 8.
Ma, Polly H.X., Zenobia C.Y. Chan, and Alice Scheid, Teresa L., dan Brown , T. N. (Eds).
Yuen Loke. Self-Stigma Reduction 2010. A Handbook for The Study of Mental
Interventions for People Living with Health: Social Contexts, and System (2nd
HIV/AIDS and Their Families: A Systematic ed.). Cambridge University Press
Review. AIDS and Behavior. Vol. 23. Shittu, R.O., et al. 2014. Correlates and
Springer US, 2019. consequences of Internalized Stigma of
https://doi.org/10.1007/s10461-018-2304-1 Mental Illness among people living with
Mak, Winnie W.S., Rebecca Y.M. Cheung, HIV/AIDS in Nigeria, West Africa. Nigeria:
Rita W. Law, Jean Woo, Patrick C.K. Li, and Academic Journals.
Rita W.Y. Chung. “Examining Attribution Suryani, Endah Tri. 2016. Gambaran Self
Model of Self-Stigma on Social Support and Stigma Penderita HIV/AIDS Di Poli
Psychological Well-Being among People Cendana Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi

21
REHSOS: Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Vol. 4 No. 1, Juni 2022

(Self Picture Stigma of People with HIV


AIDS in Polyclinic Cendana Ngudi Waluyo
Wlingi Hospital). Jurnal Ners dan
Kebidanan, Volume 3, No. 3, Desember
2016
Susilowati, E., & Dikiyah, J. M. (2019). Parents
Anxieties In Caring For Children With
Hiv/Aids. Indonesian Journal of Social
Work, 2(2), 227-235.
Wardani, Ice Yulia dan Dewi. 2018. Kualitas
Hidup Pasien Skizofrenia Dipersepsikan
Melalui Stigma Diri. Jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 21 No.1, Maret 2018,
hal 17-26
Van der Kooij YL, Kupková A, den Daas C,
van den Berk GEL, Kleene MJT, Jansen
HSE, Elsenburg LJM, Schenk LG, Verboon
P, Brinkman K, Bos AER, Stutterheim SE.
Role of Self-Stigma in Pathways from HIV-
Related Stigma to Quality of Life Among
People Living with HIV. AIDS Patient Care
STDS. 2021 Jun;35(6):231-238. doi:
10.1089/apc.2020.0236. PMID: 34097466;
PMCID: PMC8215416
Zelaya, Carla E., Sudha Sivaram, Sethulakshmi
C. Johnson, A. K. Srikrishnan, Solomon
Suniti, and David D. Celentano.
“Measurement of Self, Experienced, and
Perceived HIV/AIDS Stigma Using Parallel
Scales in Chennai, India.” AIDS Care -
Psychological and Socio-Medical Aspects of
AIDS/HIV 24, no. 7 (2012): 846–55.
https://doi.org/10.1080/09540121.2011.647
67

22

Anda mungkin juga menyukai